Penyakit Demam
Penyakit Demam
(DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan
pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.Penyakit ini banyak
ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok
Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air.
Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI terdapat 14 propinsi dalam kurun waktu bulan Juli
sampai dengan Agustus 2005 tercatat jumlah penderita sebanyak 1781 orang dengan kejadian meninggal
sebanyak 54 orang.
Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue Masa tunas / inkubasi selama 3 – 15 hari sejak
seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala
demam berdarah sebagai berikut :
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan (Epitaksis), Buang
air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 – 7 terjadi penurunan trombosit dibawah 100.000
/mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal
(Hemokonsentrasi).
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan
(anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam
berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever) dan
chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia.
Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama
Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di desa dan kota. Mengingat keganasan
penyakit demam berdarah, masyarakat harus mampu mengenali dan mengetahui cara-cara
mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi persebaran penyakit demam berdarah.
2. Ciri morfologi
Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan.
Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal)
tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies
ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan
identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua.
Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi kasus ini. Pada awalnya
strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan, kemudian strategi
diperluas dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat penampungan air yang sulit
dibersihkan. Akan tetapi kedua metode tersebut sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang
memuaskan. Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk
Aedes aegypti (Rozendaal JA., 1997).
Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat,
yaitu:
a. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk dan perbaikan
desain rumah. Sebagai contoh : menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali
seminggu, mengganti dan menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali, menutup
dengan rapat tempat penampungan.
b. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang), dan
bakteri (Bt.H-14). Peran pemangsa yang dimainkan oleh copepod crustacea (sejenis udang-udangan)
telah didokumentasikan pada tahun 1930-1950 sebagai predator yang efektif terhadap Aedes aegypti
(Kay BH., 1996). Selain itu juga digunakan perangkap telur autosidal (perangkap telur pembunuh) yang
saat ini sedang dikembangkan di Singapura.
c. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan pengasapan (fogging) (dengan menggunakan malathion dan
fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas
bunga, kolam, dan lain-lain.
Langkah yang dianggap lebih efektif adalah dengan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk).
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara di
atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras dan mengubur barang-barang yang bisa
dijadikan sarang nyamuk. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan
jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot
dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk dan memeriksa jentik berkala
sesuai dengan kondisi setempat (Deubel V et al., 2001).
Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah atau
mengatasi keadaan syok / persyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar
1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu) penambahan cairan tubuh melalui
infus (intravena) mungkinb di perlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang
berlebihan. Transfusi platelet di lakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Terhadap keluhan yang
timbul, selanjutnya adalah pemberian obat – obatan misalnya :
• Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder, lakukan kompres dingin, tidak perlu dengan es
karena bisa berdampak syok. Bahkan beberapa tim medis menyarankan kompres dapat di lakukan
dengan alkohol.Pengobatan alternatif yang umum di kenal adalah dengan meminum jus jambu biji
bangkok, namun khasiatnya belum pernah di buktikan secara medis, akan tetapi jambu biji kenyataannya
dapat mengembalikan cairan intravena dan peningkatan nilai trombosit darah.
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena nyamuk
aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak
nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya.
Daftar pustaka
Soal:
Jika anak sudah terkena DBD apakah lain waktu bisa terulang? Bisa karena DBD disebabkan oleh virus
dengue yang terdiri dari 1-4 serotipe, Serangan pertama hanya akan memberi kekebalan terhadap
serotipe yang menyerang seumur hidup namun tidak ada kekebalan pada serotipe lainnya. Gejala DBD
pada serangan kedua biasanya lebih berat.