KUMPULAN TUGAS
RSUD UNDATA PALU – FAKULTAS KEDOKTERAN
DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TADULAKO
OLEH :
HASTY WAHYUNI S.Ked
N 111 14 044
PEMBIMBING :
dr. Dewi Suryani Angjaya, Sp.KJ
dr. Patmawati P, M.Kes., Sp.KJ
dr. Nyoman Sumiati, M. Biomed., Sp.KJ
dr. Andi Soraya Tenri Uleng, M.Kes., Sp.KJ
Nama : Ny. S
Umur : 27 tahun
Alamat : Palolo
Agama : Islam
1. RIWAYAT PENYAKIT
Pasien wanita umur 27 tahun masuk RSD Madani diantar oleh kakaknya
tanggal 27 Februari 2015 karena kakak pasien merasa adiknya mengalami
gangguan jiwa. Pasien datang dengan keluhan sering menangis dan menyanyi
sendiri tiba-tiba dan berjalan-jalan sendiri tanpa tujuan. Selain itu, pasien juga
pernah melihat seorang laki-laki yang menyuruhnya untuk tidur sehingga pasien
sering merasa ketakutan. Pasien juga mengatakan dirinya sering kaget sehingga ia
tidak suka jika seseorang masuk ke rumahnya tanpa memberi salam. Hal tersebut
terjadi karena sebelumnya saat usia sekolah rumah pasien pernah dimasuki oleh
orang asing tanpa permisi.
Berdasarkan autoanamnesis, pasien bercerita bahwa dirinya mengalami stres
yang terus menerus selama mengurus perceraiannya dengan suaminya, dan suami
pasien mengambil kedua anaknya secara paksa. Selain itu, pasien sering mengalami
KDRT oleh suaminya tersebut. Pernikahannya tersebut adalah pernikahan kedua,
setelah pertama kali menikah tahun 2010 dan hanya berlangsung 2 bulan akibat
suami berselingkuh. Sebelumnya pasien juga berbicara tentang mimpinya untuk
menjadi seorang polwan yang sampai saat ini tidak tercapai akibat masalah
ekonomi keluarganya. Pasien sudah sering keluar masuk RSD Madani akibat
pasien mengamuk tidak ingin suaminya meninggalkannya sendiri di rumah.
Hendaya / Disfungsi :
Trauma (-)
Infeksi (-)
Kejang (-)
NAPZA (-)
Alkohol (-)
rokok (+)
berprestasi di sekolah
Pasien merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara (P,L,P). Riwayat penyakit yang
sama dalam keluarga (-). Hubungan dengan keluarga kurang harmonis terutama
pada kedua orang tua. Serta pasien sering merasa iri dengan saudaranya
F. Situasi sekarang :
2. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
Penampilan :
Tampak seorang wanita, wajah sesuai umur, perawatan diri kurang. Memakai
baju daster lusuh, badan kurus, memakai jilbab putih, perawakan sedang.
Kesadaran :
Compos mentis
Pembicaraan :
Cukup kooperatif
Mood : Sedih
Afek : Labil
Daya ingat
- Segera : Baik
D. Gangguan persepsi
E. Proses berfikir
Arus pikiran
Kontinuitas : Irelevan
Isi pikiran
G. Daya Nilai
H. Tilikan (Insight)
Pemeriksaan Fisik
37ºC
- GCS E4M6V5
- Pemeriksaan Thoraks :
- gejala rangsang selaput otak : kaku kuduk (-), kernig sign (-)/(-),
- Refleks fisiologis (+)
Pasien wanita umur 27 tahun masuk RSD Madani diantar oleh kakaknya
tanggal 27 Februari 2015 karena kakak pasien merasa adiknya mengalami gangguan
jiwa. Pasien datang dengan keluhan sering menangis dan menyanyi sendiri tiba-tiba
dan berjalan-jalan sendiri tanpa tujuan. Selain itu, pasien juga pernah melihat seorang
laki-laki yang menyuruhnya untuk tidur sehingga pasien sering merasa ketakutan.
Pasien juga mengatakan dirinya sering kaget sehingga ia tidak suka jika seseorang
masuk ke rumahnya tanpa memberi salam. Hal tersebut terjadi karena sebelumnya
saat usia sekolah rumah pasien pernah dimasuki oleh orang asing tanpa permisi.
Berdasarkan autoanamnesis, pasien bercerita bahwa dirinya mengalami stres
yang terus menerus selama mengurus perceraiannya dengan suaminya, dan suami
pasien mengambil kedua anaknya secara paksa. Selain itu, pasien sering mengalami
KDRT oleh suaminya tersebut. Pernikahannya tersebut adalah pernikahan kedua,
setelah pertama kali menikah tahun 2010 dan hanya berlangsung 2 bulan akibat suami
berselingkuh. Sebelumnya pasien juga berbicara tentang mimpinya untuk menjadi
seorang polwan yang sampai saat ini tidak tercapai akibat masalah ekonomi
keluarganya. Pasien sudah sering keluar masuk RSD Madani akibat pasien mengamuk
tidak ingin suaminya meninggalkannya sendiri di rumah.
Gejala stres pasien dikatakan mulai muncul saat remaja ketika keluarganya
tidak memenuihi keinginannya untuk memakai baju pramuka yang lengkap di sekolah
sehingga pasien memutuskan untuk berhenti dan tidak mau lagi masuk sekolah. Ia
merasa keluarga pasien harus memenuhi keinginannya tersebut walaupun ia harus
menunggu sampai mati. Walaupun hubungannya bersama saudara baik, namun pasien
sering merasakan kecemburuan terhadap saudaranya akibat pasien merasa tidak
diperlakukan adil oleh orang tuanya. Pasien mengaku sering berselisih dengan orang
tuanya dan kadang dipukuli. Pasien juga bercerita tentang orang-orang di kampungnya
yang sering mengatakan pasien adalah orang gila, bahkan keluarganya juga
mengatakan hal yang sama terhadapnya sehingga pasien kadang merasa terganggu dan
pernah memukul orang di kampungnya akibat hal tersebut karena merasa sangat
terganggu. Pasien merasa bahwa dirinya baik-baik saja dan menganggap orang-orang
tersebut adalah salah. Pasien mengaku sering putus obat dan apabila pasien
mengalami banyak pikiran, ia akan stres kembali. Selain itu, pasien juga mengaku
pernah melakukan percobaan bunuh diri saat mengandung anak kedua (tahun 2013)
walaupun hal tersebut tidak berhasil. Ketika ia mengalami banyak pikiran, pasien
mengatakan bahwa kepalanya sakit dan pandangan terasa gelap sehingga ketika pasien
disuruh untuk menceritakan kisahnya lebih lanjut, ia menolak dan ingin mengakhiri
wawancara.
5. EVALUASI MULTIAKSIAL :
Aksis I :
Aksis III :
Aksis V :
Organobiologik
Psikologik
Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam bidang sosial, pekerjaan, dan penggunaan
7. PROGNOSIS
Malam
a. Faktor Pendukung
b. Faktor penghambat
- Pasien memiliki gejala yang berat dan dissabilitas yang berat serta gampang
mengalami tekanan
bermula di bawah usia 25 tahun, berlangsung seumur hidup, dan mengenai orang dari
semua kelas sosial. Hal ini tidak sesuai dengan usia pasien pada kasus ini yang masih
58 tahun, selain itu berdasarkan gender dan usia, skizofrenia pada pria memiliki onset
yang lebih dini daripada wanita. Pasien pada kasus ini seorang perokok dan peminum
alkohol, dan berdasarkan survei ditemukan lebih dari ¾ pasien skizofrenia merokok
dibanding kurang dari setengah pasien psikiatri lain secara keseluruhan. Sejumlah
studi melaporkan bahwa merokok dan alkohol dikaitkan dengan penggunaan obat
antipsikotik dalam dosis yang lebih tinggi, hal ini mungkin karena zat tersebut
Pada kasus ini, merujuk pada kriteria diagnostik berdasarkan PPDGJ III
didapatkan halusinasi auditorik dan visual namun tidak menonjol, inkoherensi, afek
inappropriate, perilaku dan tertawa tanpa sebab, emosi yang tidak stabil, dan perilaku
berulang-ulang dan kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan
Pada pasien ini, terapi yang diberikan adalah terapi psikofarmaka berupa
pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem
dari system limbik yang terdiri dari dopaminergik, nonadrenergik, seretonnergik yang
Obat antiansietas benzodiazepine yang bereaksi dengan reseptornya yang akan meng-
mereda. 5,6
. Kombinasi antipsikosis dan anti-anxietas memiliki efek sedasi meningkat,
bermanfaat untuk kasus dengan gejala dan gaduh gelisah yang sangat hebat (acute
adjunctive therapy).4
Untuk terapi non psikofarmaka, dapat dilakukan :1,2,4
a. Terapi perilaku
Terapi perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan
sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri
sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah
didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang
diharapkan, seperti hak istimewa. Dengan demikian, frekuensi perilaku
maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di
masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.
b. Terapi berorientasi keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan
dalam keadaan remisi parsial, dimana pasien skizofrenia kembali seringkali
mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap
hari).
c. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,
masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi
secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif
d. Psikoterapi individual
Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di
dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit
dilakukan, pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap
keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan,
atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan
rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap
kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan
penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi
persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan kemungkinan dirasakan
sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.
9. RENCANA TERAPI
a. Psikofarmaka
b. Non-psikofarmaka
- Terapi Kelompok
- Psikoterapi Individual
10. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta menilai efektivitas
pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya efek samping obat yang
diberikan.
DAFTAR PUSTAKA