Anda di halaman 1dari 8

ISSN 2550-0023

Penerapan Produksi Bersih Dalam Upaya Penurunan Timbulan Limbah


Cair Di Pabrik Gula Tebu
1) 2) 3)
Yudith Vega Paramitadevi , Risa Nofriana , antin Yulisa

1), 2), 3)
Program Diploma IPB-Teknik dan Manajemen Lingkungan
Jalan Kumbang No. 14, Bogor
E-mail: vega_paramitadevy@yahoo.com

Abstrak
Tebu (Saccharum officianarum L.) adalah tanaman yang mempunyai banyak manfaat, salah
satunya sukrosa yang terdapat pada batang tebu yang dimanfaatkan untuk menghasilkan
kristal gula. Kristal gula yang terbentuk mengalami pemrosesan yang panjang, dimulai dari
penggilingan tebu hingga pemasakan. Pada proses pengolahan tersebut akan menghasilkan
gula produk sekaligus limbah cair yang memiliki beban pencemaran organik tinggi. Tindak
produksi bersih dalam industri gula tebu diperlukan agar penghematan air baku dan
pencemaran air dapat terlaksana. Kajian terhadap produksi bersih dilakukan melalui studi kasus
yang sifatnya deskriptif pada salah satu industri gula tebu di Indonesia. Identifikasi terhadap
peluang produksi bersih dilakukan agar diperoleh pengaruh keseluruhan terhadap kinerja
lingkungan, terutama pengurangan terhadap beban influen yang masuk ke IPAL. Sebanyak 6
alternatif peluang produksi bersih untuk penghematan konsumsi air baku dan 4 alternatif
peluang produksi bersih untuk reduksi timbulan limbah cair diberikan. Peluang produksi bersih
yang akhirnya dapat diterapkan yakni recycle air kondensat larutan gula, air bekas scrubber
dan penerapan good house keeping. Debit air yang masuk ke IPAL berkurang 51.72%, setara
3
dengan 4500 m air baku per hari, atau penghematan sebesar Rp 17.235.310,00 per tahun.
Perancangan desain IPAL ulang juga diusulkan untuk mengatasi permasalahan konvensional
yang melekat pada sistem kolam anaerobik-aerobik.

Kata Kunci: industri gula, produksi bersih, beban IPAL, recycle air and good house keeping

Abstract
Sugar cane (Saccharum officianarum L.) is a plant that has many benefits, one of which is
sucrose contained in sugar cane used to produce sugar crystals. Sugar crystals are formed
undergo lengthy processing, starting from the cane cutting until sugar crystals drying. The
treatment process will be produced sugar products along with wastewater that has high organic
pollution loading. Cleaner production in the sugar cane industry is required so that the raw water
saving and wastewater pollution prevention can be accomplised. The study on cleaner
production is done through case study in one of the sugar cane industry in Indonesia by means
descriptive analysis. Identification of cleaner production opportunities is done in order to obtain
the overall effect on the environmental performance, especiallu the reduction of the organic
loading that become wastewater treatment plant influent. A total of 6 alternative cleaner
production opportunities for saving the consumption of raw water and 4 alternative cleaner
production for the reduction of wastewater generation is given. Cleaner production opportunities
that can eventually be applied i.e recycling condensate water of sugar solution, scrubber make
up water and implementation of good house keeping. Wastewater discharge is reduced by
51.72%, equivalent to 4500 m3 of raw water per day, or a savings of IDR 17.235.310,00 per
year. Redesigning the wastewater treatment plant is also proposed to solve the conventional
problems inherent in anaerobic-aerobic lagoon system.

Key Words : sugar cane industry, cleaner production, WWTP loading, water recycling and good
house keeping

PENDAHULUAN memperhatikan keberlanjutan terhadap


Industri pangan adalah salah satu lingkungan. Industri pangan, terutama gula
industri terbesar di dunia. Meskipun industri memiliki berbagai permasalahan yang
pangan tidak dinilai sebagai industri yang timbul, antara lain (Ramjeawon 2000; Wei
menghasilkan dampak berbahaya bagi dan Xu 2004; Solomon 2005; Gunkel, et al.
lingkungan, tetap saja dapat menimbulkan 2007; Ingaramo, et al. 2009; Yani, et al.
pencemaran bagi ekosistem jika tidak

Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, Vol. 14 No.2 September 2017 54
ISSN 2550-0023
2012; Bhatnagar, et al. 2016; Morar, et al. satu perusahaan tebu milik swasta asing di
2016): Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi
1. Konsumsi air bersih yang besar, hal ini Lampung yakni PT XYZ. Tujuan dari
dapat menimbulkan masalah bagi penelitian ini adalah mengidentifikasi
negara-negara yang mengalami potensi produksi bersih pada industri studi
kesulitan air bersih. kasus untuk meminimalisasi beban limbah
2. Timbulan limbah cair dengan cair yang keluar dari pabrik sebelum masuk
konsentrasi organik polutan yang tinggi. unit pengolahan limbah cair.
3. Timbulan lumpur dan limbah padat
yang besar. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam rangka mengatasi Penelitian tentang penerapan produksi
permasalahan tersebut, industri gula bersih di PT XYZ ini dilakukan dengan
sebaiknya mengadaptasi metode produksi pendekatan penelitian kulitatif dan
bersih dibandingkan metode konvensional kuantitatif. Metode penelitian yang
end of pipe treatment (Ramjeawon 2000; digunakan adalah studi kasus yang bersifat
Ingaramo, et al. 2009). Metode produksi deskriptif. Peneliti berupaya untuk mengkaji
bersih dapat mengurangi pemakaian air upaya penerapan konsep produksi bersih
melalui teknik resirkulasi, limbah cair yang dilaksanakan, untuk selanjutnya
dengan konsentrasi organik polutan yang dibuat suatu evaluasi pengaruhnya
tinggi dapat diolah dengan teknologi high terhadap kinerja lingkungan.
load wastewater, lumpur dan limbah padat Penelitian diawali dari adanya proses
dapat digunakan kembali (Wei dan Xu produksi gula tebu yang berpotensi
2004; Solomon 2005). mencemari lingkungan dengan
Indonesia pada tahun 2013 memiliki menghasilkan limbah cair, emisi udara dan
62 unit pabrik gula tebu dengan rincian 50 limbah padat. Identifikasi awal dilakukan
unit dikelola BUMN dan 12 unit dikelola pada tahapan proses produksi,
swasta (Kumalaningsih 2014). Setiap penggunaan air serta timbulan limbah pada
tahunnya, total produksi gula tebu di tiap tahapan proses produksi. Langkah
Indonesia mencapai 2.5 juta ton atau selanjutnya adalah dengan mengidentifikasi
memenuhi sekitar 1.3% kebutuhan gula di konsumsi air baku dan sumber penyebab
dunia. Produksi 2.5 juta ton gula tersebut timbulan limbah sebagai dasar peluang
disumbangkan dari luas area 454 000 Ha penerapan produksi bersih. Alternatif
dengan produktivitas 11,11 ton tebu per Ha produksi bersih kemudian dianalisis
serta penyerapan karyawan sebesar 900 kelayakannya secara lingkungan dengan
000 orang (Direktorat Jenderal Perkebunan potensi pengurangan konsumsi air baku
2009). Jumlah produksi gula tersebut hanya dan timbulan limbah.
mampu memenuhi kebutuhan konsumen
non industri dalam negeri, kebutuhan gula HASIL DAN PEMBAHASAN
di Indonesia masih disuplai sebesar 2.3 juta Konsumsi Air Baku untuk Proses
ton dari luar negeri, khususnya Thailand Produksi
(Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia Air baku diperlukan untuk proses
2009). Kontribusi utama penghasil tebu sebagai berikut:
adalah Jawa Timur (43.29%), Jawa Tengah 1. Ekstraksi, sebagai air imbibisi untuk
(10.07%), Jawa Barat (5.87%) dan memperbaiki ekstraksi gula dari ampas,
Lampung (25.71%) (Direktorat Jenderal dan sebagai air pendingin bagi mesin
Perkebunan 2009). yang mengekstraksi gula.
Industri gula di Indonesia 2. Evaporasi, sebagai air umpan untuk
menggunakan air bersih sebagai bahan barometrik kondensor.
baku utama, disamping menghasilkan 3. Kristalisasi, sebagai air pendingin untuk
limbah cair yang berpotensi besar tangki-tangki massecuite.
mencemari badan air. Kesadaran terhadap 4. Pembangkitan energi (power
dampak lingkungan di kalangan pengusaha generation), sebagai air pendingin
gula dan peraturan pemerintah mengenai turbo-alternator untuk menghasilkan
baku mutu limbah cair di industri gula, listrik (pembakaran bagasse), sebagai
menimbulkan usaha-usaha perbaikan air umpan boiler, sebagai air umpan
dalam pengelolaan air bersih dan limbah untuk furnace flue-gas scrubber.
cair. Industri gula, khususnya gula tebu 5. Pembantu seperti air pendingin pompa,
menghadapi tantangan dalam hal efisiensi pembersihan industri dan persiapan
sumber daya alam, yakni menghasilkan pembuatan susu kapur.
produk optimum dari bahan baku yang
minimum. Studi kasus diambil dari salah

55 Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, Vol. 14 No.2 September 2017
ISSN 2550-0023
PT XYZ secara garis besar Berdasarkan Gambar 1 tersebut, proses
memproduksi gula tebu sebesar 12 000 ton produksi yang membutuhkan banyak air
tebu per hari (12 000 TCD), menggunakan baku adalah kondenser barometrik selama
3 3
air baku sebesar 0.33 m /ton tebu (m /tc) proses kondensasi, dan scrubber gas
selama on session dan menghasilkan buang selama proses pembakaran
3
limbah cair dengan debit 0.31 m /tc selama bagasse. Sebenarnya konsumsi air dapat
on session. Selama off session, PT XYZ dikurangi apabila perusahaan menerapkan
3
menggunakan air baku sebesar 0.35 m /tc penggunaan air kembali (recycle). Recycle
dan menghasilkan limbah cair dengan debit air adalah peluang bagi perusahaan dalam
3
0.33 m /tc. Gambar 1 menunjukkan menerapkan produksi bersih.
konsumsi air secara detail di PT XYZ.

2% 1%
1% 4%
1% Air imbibisi

Air pendingin : turbo-alternator


11%
Air pendingin : milling tandem

Air pendingin : kristalizer

Air make-up boiler

80% Umpan scrubber

Air make-up kondenser

Gambar 1 Konsumsi air baku secara detail di PT XYZ

Sumber Limbah Cair Konsentrasi polutan yang terdapat


Limbah pabrik gula yang paling dalam limbah cair hasil proses produksi PT
mendapatkan perhatian adalah limbah cair, XYZ dapat dilihat dalam Tabel 1. Semakin
karena limbah cair inilah yang paling banyak tonase gula tebu yang dihasilkan,
banyak menimbulkan dampak lingkungan. beban pencemaran akan semakin tinggi.
Pada umumnya proses giling pabrik gula di Berdasarkan Tabel 1 juga, sumber utama
Indonesia berlangsung pada saat musim limbah cair adalah sisa air pendingin dan
kemarau saat debit air sungai rendah (Yani, pencucian alat. Limbah cair tersebut
et al. 2012). Pembuangan air limbah ke mengandung konsentrasi bahan organik
sungai akan memberikan beban yang berasal dari gula terlarut. Limbah cair
pencemaran yang cukup tinggi terhadap bersuhu tinggi berasal dari air bekas
sungai maupun lahan pertanian, sehingga kondensat dan blowdown boiler, sedangkan
sebelum pelepasan limbah, harus didahului air bekas yang mengandung fly ash dari
oleh pertimbangan dan penelitian dengan scrubber terdapat konsentrasi padatan
seksama. tersuspensi yang tinggi.

Tabel 1 Sumber dan karakteristik pencemar di PT XYZ


Sumber Debit BOD5 COD TSS Minyak pH Suhu
Limbah
Cair 3
m /tc
3
m /hari mg/L kg/hari mg/L kg/hari mg/L kg/hari mg/L kg/hari
0
( C)
sisa
cooling
water dan 0,041 492 610 5,48 1433 12,87 163 1,46 23 0,2 6,2 27
pencucian
alat
air bekas
0,041 492 127 1,14 266 2,38 2 0,02 - 7,6 72
kondensat
air 0,027 328 44 0,39 126 1,14 31 0,28 - 10,1 81

Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, Vol. 14 No.2 September 2017 56
ISSN 2550-0023

Sumber Debit BOD5 COD TSS Minyak pH Suhu


Limbah
Cair 3
m /tc
3
m /hari mg/L kg/hari mg/L kg/hari mg/L kg/hari mg/L kg/hari
0
( C)
blowdown
boiler
air bekas
0,014 164 34 0,3 510 4,58 702 6,3 - 8,5 42
scrubber
air bekas
spray- 0,221 2668 20 0,18 46 0,42 26 0,23 - 7,1 40
pond
Total 0,343 4144 7,49 21,38 8,3 0,2

Limbah cair dari sisa air pendingin dan Lampung no 7 tahun 2010 tentang Baku
pencucian alat mengandung 73% polutan Mutu Air Limbah (BMAL) Industri Gula dan
organik, meskipun hanya menyumbang Gula Rafinasi. Rerata konsentrasi efluen
12% debit limbah cair. Sumber limbah cair limbah cair pada bulan April 2014-Maret
tersebut dihasilkan diluar proses produksi, 2015 masih di bawah baku mutu, meskipun
yakni saat hari libur (biasanya hari Minggu) sebenarnya untuk konsentrasi COD
dan saat off season. Konsentrasi BOD5 mencapai 102 mg/L saat on season. Pada
dapat mencapai lebih dari 4000 mg/L saat hari libur dan saat off season terkadang
pencucian alat di hari libur dan lebih dari 20 timbul bau yang tidak enak di sekitar sungai
000 mg/L saat pembersihan tangki Putek, tempat PT XYZ membuang limbah
kristalisasi di masa off season. cairnya. Hal-hal tersebut merupakan
Gambar 3 menunjukkan perbandingan permasalahan yang harus ditangani oleh
antara efluen Instalasi Pengolah Air Limbah PT XYZ.
(IPAL) PT XYZ dan peraturan Gubernur

Efluen IPAL PT GMP (mg/L) Pergub Lampung no 7/2010 ttg BMAL Industri Gula (mg/L)

100
82
60
50
29 32

0,02 1 0 5

BOD5 COD TSS Sulfida Minyak


Gambar 3 Rerata efluen limbah cair PT XYZ tahun 2014-2015 dibandingkan dengan BMAL

Peluang Produksi Bersih untuk 1. Pilihan 1 : Kolam spray untuk


Penghematan Konsumsi Air Baku penggunaan kembali air pendingin dari
kondenser barometrik.
Upaya untuk mengatasi limbah cair Seperti yang ada dalam Gambar 3, air
selain teknologi end-of-pipe treatment pendingin dari kondenser barometrik
adalah mengurangi penggunaan air baku. merupakan jumlah konsumsi air
Keuntungan dari konservasi air adalah terbesar di PT XYZ. Air buangan
penghematan sumber daya air. Menurut dalam proses ini dapat digunakan
Bantacut dan Novitasari (2016), kebutuhan kembali dengan mengaplikasikan
air baku untuk satu kali siklus produksi di cooling tower atau kolam spray yang
pabrik gula tebu sekitar 12 ton air per ton dapat mengurangi perbedaan suhu
tebu. Apabila suatu pabrik menggunakan awal dan akhir di kondenser. Dengan
proses penggunaan air kembali baik memperhitungkan evaporasi dan
sebagian atau seutuhnya, akan dapat kecepatan angin, kolam spray kurang
mengurangi penggunaan air 1.5 hingga 2 lebih dapat menghemat air hingga
3
ton per ton gula tebu. Beberapa peluang 0.195 m /tc. Biaya investasi sekitar 6.5
konservasi air sebagai alternatif untuk PT triliun rupiah dan biaya operasional
XYZ ada dalam uraian berikut. tahunan sebesar 651 juta rupiah.

57 Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, Vol. 14 No.2 September 2017
ISSN 2550-0023
2. Pilihan 2 : Pemeliharaan dan Limbah cair dapat digunakan kembali
penggunaan kembali air bekas proses sebagai air umpan untuk barometrik
scrubber. kondenser dan scrubber, pembersihan
Air bekas dari proses scrubbing dapat pabrik atau irigasi. Estimasi air baku
3
disaring dan digunakan kembali dapat dihemat hingga 0.15 m /tc,
sebagai air umpan. Timbulan fly ash dengan biaya investasi sebesar 2
dapat dikeringkan dan dimanfaatkan miliar rupiah dan biaya operasional
oleh pihak ke tiga. Dengan tahunan sebesar 586 juta rupiah.
memperhitungkan evaporasi dan
kandungan air fly ash, estimasi air Berdasarkan pilihan 1 sampai dengan
baku dapat dihemat sebesar 0.06 6, jumlah air baku terbesar yang dapat
3
m /tc. Biaya investasi sekitar 2.6 miliar dihemat berasal dari pilihan 1 yakni
rupiah dan biaya operasional tahunan instalasi kolam spray. Meskipun demikian,
sebesar 195 juta rupiah. perusahaan menerapkan pilihan 2 dan 3
3. Pilihan 3 : Penggunaan kembali air untuk meningkatkan kinerja lingkungan,
sisa kondensat. mengurangi fly ash dan mengurangi
Kondensat dari proses evaporasi penggunaan air baku dari sumur bor.
selain dapat dijadikan sebagai air Setelah pilihan 2 dan 3 diterapkan, PT XYZ
umpan boiler, dapat juga digunakan dapat menghemat penggunaan air baku
3
kembali sebagai air imbibisi, air umpan hingga 1920 m per hari.
scrubber, air make up di barometrik
kondenser dan untuk pencucian alat. Kondisi IPAL Eksisting di PT XYZ
3
Kurang lebih 0.1 m /tc air baku dapat
dihemat. Biaya investasi sebesar 976 Sumber limbah cair di PT XYZ yang
juta rupiah (untuk penyimpanan air berpotensi mencemari lingkungan dan
panas, pemompaan dan sebagainya) membutuhkan pengolahan yaitu :
dan biaya operasional tahunan 1. Lumpur yang mengandung fly ash dari
sebesar 65 juta rupiah. gas buang alat scrubber dalam
4. Pilihan 4 : Penggunaan kembali air pembakaran bagasse.
pendingin dari turbo machinery. 2. Limbah cair hasil pencucian alat saat
Instalasi cooling tower (kapasitas 100 hari libur dan off season, serta limbah
m/ jam) dapat merecycle air dari cair bekas air pendingin.
mesin-mesin pabrik. Bearing mesin
menghasilkan minyak dan lemak, Sistem IPAL di PT XYZ menggunakan
harus ditambahkan pemisah dalam sistem konvensional biologis dengan
3
proses tersebut. Kurang lebih 0.01 kapasitas 245 092 m dan waktu tinggal 55
3
m /tc air baku dapat dihemat. Biaya hari. Tabel 2 menunjukkan luas dan
investasi sebesar 1.3 miliar rupiah dan kapasitas kolam IPAL di PT XYZ. IPAL
biaya operasional tahunan sebesar dilengkapi dengan 11 unit surface aerator
260 juta rupiah. yang masing-masing berkekuatan 15kW
5. Pilihan 5 : Penggunaan kembali limbah sebagai pemasok kebutuhan oksigen
cair. dalam proses pengolahan air limbah, dan
Air baku yang digunakan untuk juga terdapat dua unit pompa transfer
pembersihan pabrik selama hari libur vertikal untuk mengalirkan air limbah.
dan masa off season mengandung
konsentrasi organik yang tinggi.

Tabel 2 Luas dan kapasitas kolam IPAL di PT XYZ


HRT
Luas 3
Nama Kolam 2 Volume (m ) (Hydraulic Retention
(m )
Time)
Pemisah Minyak dan Penangkap
Padatan 1 200 800 5 jam
Pemisah Minyak dan Penangkap
Padatan 2 200 800 5 jam
Ekualisasi 5940 29700 7 hari
Anaerob 10100 60900 15 hari
Fakultatif I 2800 8400 2 hari
Fakultatif II 2800 8400 2 hari
Fakultatif III 9637 31500 8 hari

Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, Vol. 14 No.2 September 2017 58
ISSN 2550-0023
HRT
Luas 3
Nama Kolam 2 Volume (m ) (Hydraulic Retention
(m )
Time)
Fakultatif IV 7973 32700 8 hari
Fakultatif V 2040 6120 2 hari
Aerasi I 10364 18654 5 hari
Aerasi II 19127 34428 8 hari
Stabilisasi 4500 8100 2 hari
Monitor 2550 4590 1 hari

Air limbah yang mengalir akan melalui diharapkan dapat menurunkan kadar
kolam pemisah minyak yang berfungsi polutan. Limbah ini akan kembali dialirkan
untuk mengurangi kadar minyak dalam air ke kolam stabilisasi tanpa perlakuan lain.
limbah yang akan diolah. Setelah itu akan Kolam terakhir dari rangkaian IPAL ini
dialirkan menuju kolam penyangga atau adalah kolam monitor yang berisi
ekualisasi yang berfungsi sebagai bioindikator ikan nila untuk pemantauan
penyetaraan parameter seperti pH dan kualitas air limbah.
suhu dari limbah yang diterima dengan
bantuan satu unit aerator. Peluang Produksi Bersih untuk
Limbah yang telah melalui kolam Pengurangan Timbulan Limbah Cair
penyangga atau ekualisasi akan dialirkan Dalam rangka mengatasi beberapa
menuju kolam anaerob dengan kedalaman masalah dalam limbah cair seperti yang
hingga 6 m. Sebelum masuk ke kolam telah dikemukakan sebelumnya, beberapa
anaerob, limbah yang keluar dari kolam tindak good house keeping (GHK)
penyangga telah diinokulasikan bakteri diperlukan seperti berikut ini :
activated growth bacteria (AGB) untuk 1. Upaya pengurangan tumpahan,
mempercepat penguraian polutan dalam kebocoran dari sistem pendingin dan
limbah. Di kolam anaerob terjadi resirkulasi, serta perawatan mesin
pendegradasian oleh bakteri AGB dengan untuk mengurangi kebocoran pelumas.
kedalaman kolam antara 4-6 m. 2. Upaya penyisihan minyak dan lemak,
Hasil kerja bakteri pada kolam anaerob dengan sistem parit dan perangkap.
terlihat dari busa yang terdapat di 3. Upaya peningkatan kinerja pemisah
permukaan kolam. Air limbah kemudian vacuum evaporator untuk mengurangi
kembali dialirkan ke kolam berikutnya, yaitu gula tebu yang menetes ke dalam
kolam fakultatif I, aliran menuju kolam ini barometrik kondenser.
sebelumnya telah diberikan bakteri super 4. Upaya penyimpanan sementara
growth bacteria (SGB) yang bersifat kelebihan larutan gula dari tangki
aerobik. Jumlah keseluruhan kolam proses dan sistem pemanas selama
fakultatif adalah lima kolam, kolam fakultatif masa pembersihan, dan pengembalian
I-III dibantu oleh dua unit aerator. Pada kelebihan tersebut setelah masa
kolam fakultatif IV limbah didiamkan, pembersihan usai.
dengan tujuan menurunkan TSS. Pada saat 5. Upaya pemrosesan kembali limbah
menuju kolam fakultatif V limbah dibuatkan cair yang mengandung konsentrasi
terjunan untuk menambah suplai oksigen ekstrak gula yang tinggi saat off
dan menurunkan COD. season, dan upaya perbaikan
Air limbah kemudian akan masuk ke prosedur pencucian alat. Semisal dari
kolam aerasi I, pihak PT XYZ seminggu sekali menjadi dua minggu
menggunakan pipa sebagai transfer ke sekali.
kolam aerasi I. Pipa ini dibuat untuk
melewatkan air di atas sungai Putak, Tindakan GHK yang dilaksanakan oleh
kemudian air limbah akan dipompa ke PT XYZ adalah poin 1, 2, 4 dan perbaikan
kolam aerasi I. Kolam aerasi ini dibantu prosedur pencucian alat. Secara rutin
oleh tiga unit aerator dan air mancur pada sistem pelumasan peralatan pabrik selalu
pipa dengan diameter 10 cm, untuk dipantau oleh petugas khusus dibawah
membantu suplai oksigen pada kolam. Departemen Teknik. Petugas juga menjaga
Limbah akan dialirkan menuju kolam agar tidak terjadi ceceran minyak pelumas
aerasi II, selain mendapat bantuan dua unit keluar dari sistem pelumasan.
aerator di kolam ini juga terdapat aplikasi PT XYZ melaksanakan upaya
enceng gondok (Eichhornia crassipes) yang minimisasi limbah cair dengan penataan

59 Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, Vol. 14 No.2 September 2017
ISSN 2550-0023
kembali saluran atau parit limbahnya diatasi pula dengan pemasangan
sehingga air yang merupakan polutan dan pengaman pencegah kebocoran. Upaya-
air yang tidak mengandung polutan dapat upaya GHK tersebut dapat mengurangi
dipisahkan alirannya. Pemisahan ini debit limbah cair yang masuk ke IPAL
3
dilakukan dengan membuat parit yang hingga 2580 m per harinya.
terdiri dari parit A, B, dan C. Total air baku yang dapat dihemat
Aliran dari parit A adalah aliran yang dalam pelaksanaan produksi bersih oleh PT
3
berasal dari pembuangan bahan kimia XYZ sekitar 4500 m per hari atau setara
laboratorium sugar technology dan juga dengan penghematan energi listrik sebesar
dari evaporator pada saat pembersihan Rp. 17.235.310,00 per tahun. Penelitian
kimia dengan menggunakan kaustik soda sebelumnya yang dilakukan oleh Poddar
dan asam sulfamik. Aliran parit A akan dan Sahu (2015) di India menunjukkan
3
menuju kolam balancing yang bertujuan penghematan sebesar 1980 m per hari
menetralkan bahan kimia dari parit A, apabila produksi bersih diterapkan di
selama 15 hari didiamkan, setelah itu akan industri gula tebu. Dengan demikian upaya
dipompakan menuju IPAL. Kolam balancing tindak produksi bersih yang dilakukan
ini juga berfungsi untuk menampung air dalam penelitian ini sudah cukup efektif.
bekas cucian bejana masakan kontinyu
yang benyak mengandung kerak gula. Rencana Perusahaan untuk Perbaikan
Parit B merupakan saluran yang IPAL
0
membawa air yang bersuhu 40-60 C tetapi Permasalahan yang dihadapi oleh PT
tidak mengandung polutan, yakni air sisa XYZ adalah konsentrasi COD berfluktuasi
steam kondensat larutan gula. Terdapat terhadap BMAL dan bau. Beberapa
pertemuan saluran antara parit A dan B teknologi yang dapat diterapkan apabila
yang kemudian akan dialirkan menuju industri gula berniat mendesain IPAL ulang
IPAL. antara lain (Kushwaha 2015; Bhatnagar, et
Parit selanjutnya adalah parit C, yaitu al. 2016):
parit yang membawa limbah cair yang 1. Extended aeration
mengandung polutan, terutama minyak dan 2. Upflow Anaerobic Sludge Blanket
lemak. Polutan ini berasal dari stasiun (UASB)
gilingan di proses produksi dan 3. Anaerobic Baffled Reactor (ABR)
maintenance day, sebagian besar minyak Tabel 3 merupakan perbandingan dari
ini akan dilewatkan pada grease trap tiga jenis alternatif untuk mengelola limbah
sehingga kandungan minyak akan cair di PT XYZ. Berdasarkan Tabel 3 dapat
berkurang saat masuk parit C. Ukuran disimpulkan bahwa :
bangunan grease trap adalah panjang 3 m, 1. Ketiga teknologi tersebut dapat
lebar 2 m dan tinggi 1m. Minyak dan lemak dioperasikan untuk mengatasi
yang terkumpul akan ditampung, yang masalah bau yang ditimbulkan oleh
berhasil dipisahkan dikeringkan dari air IPAL eksisting.
yang terbawa untuk dibakar di boiler 2. Masing-masing alternatif teknologi
bersama bagasse sebagai bahan bakar. memiliki kelemahan dan kelebihan
Pemasangan level kontrol pada tangki yang berbeda. Persamaan dari tiga
penyimpan larutan gula juga dilakukan agar alternatif tersebut adalah kinerja yang
kondisi larutan gula terpantau. Apabila tinggi untuk menyisihkan COD.
sampai terjadi kehilangan larutan gula,

Tabel 3 Perbandingan tiga jenis alternatif teknologi redesain IPAL di PT XYZ


Efisiensi Kebutuhan Biaya Operasional
Alternatif Kebutuhan Investasi Awal
Penyisihan Energi Tahunan
Teknologi Lahan (Ha) (Rp.)
COD (kWh) (% Investasi Awal)
Extended 8.138.750.00
Aeration 75-85% 0,6 29 0 2%
2.440.493.29
ABR 72-99% 0,4 - 1 <0,05%
2.343.960.00
UASB 85-90% <0,1 - 0 <0,1%

PT XYZ perlu melakukan penelitian dengan kebutuhan, terlebih perusahaan


dan pertimbangan pemilihan alternatif akan memperbesar kapasitas produksi
teknologi terbaik dalam rangka desain menjadi 16 000 TCD sesuai dalam
ulang IPAL agar tepat guna dan sesuai business plannya.

Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, Vol. 14 No.2 September 2017 60
ISSN 2550-0023
di Provinsi Lampung. Lampung:
KESIMPULAN Pemprov Lampung, 7 Maret 2010.
Penerapan produksi bersih dapat Ingaramo, Alejandra, Humberto Heluane,
dilakukan pada industri gula tebu yang Mauricio Colombo, dan Rario Cesca.
berguna untuk meminimalkan dampak Water and Wastewater Eco-Efficiency
terhadap konsumsi sumber daya air dan Indicators for The Sugar Cane
pencemaran air. Perusahaan tempat studi Industry. Journal of Cleaner
kasus adalah PT XYZ dengan kapasitas Production. 17 (2009): 487-495.
produksi 12.000 TCD, kebutuhan air bersih Kumalaningsih, Sri. Pohon Industri
3
antara 0,33-0,35 m /tc dan debit limbah cair Potensial pada Sistem Agroindustri.
3
sebesar 0,31-0.33 m /tc. Peluang produksi Malang: University of Brawijaya Press,
bersih untuk penghematan konsumsi air 2014.
baku terdapat 6 pilihan. PT XYZ Kushwaha, J.P. A Review on Sugar
menerapkan pilihan 2 dan 3 yakni Industry Wastewater: Sources,
penggunaan kembali air bekas scrubber Treatment Technology, and Reuse.
dan air sisa kondensat. Peluang produksi Desalination and Water Technology
bersih untuk pengurangan timbulan limbah Journal. 53 (2015): 309-318.
cair adalah penerapan tindak GHK. Morar, Florica, Dana Rus, dan Bogdan-
3
Sebesar 4500 m air baku dapat dihemat Lonut Jung. The Influence of Sugar-
per harinya atau Rp. 17.235.310,00 dapat Processing Effects on Water in
dihemat tiap tahunnya untuk biaya listrik Treatment Plants. Journal of
sumur bor. Dalam rangka menghadapi Proceedia Technology. 22 (2016):
permasalahan IPAL eksisting yakni 486-492.
konsentrasi COD yang fluktuatif terhadap Poddar, Pradeep Kumar, dan Om Prakash
BMAL dan bau, tiga alternatif teknologi Sahu. Quality and Management of
diberikan. Hanya saja, alternatif tersebut wastewater in sugar industry. Appl
harus dikaji lebih dalam agar sesuai Water Sci., 2015: 1-9.
dengan kebutuhan perusahaan. Ramjeawon, T. Cleaner Production in
Mauritian Cane-Sugar Factories.
DAFTAR PUSTAKA Journal of Cleaner Production. 8
Bantacut, Tanjudin, dan Destiara (2000): 503-510.
Novitasari. Energy and Water Self- Solomon, Sanjay K. Environmental
Sufficiency Asessment of the White Pollution and Its Management in Sugar
Sugar Production Process in Indonesia Industry in India : An Appraisal. Sugar
using a Complex Mass Balance Model. Tech Journal. 7, no. 1 (2005): 77-81.
Journal of Cleaner Production. In Wei, Yuan-an, dan Yuan-jin Xu. Eco-
press (2016): 1-15. Friendly Management of Sugar
Bhatnagar, Amit, Kumar Kalindra Kesari, Industry Effluents in Guangxi, China.
dan Nara Sinha Shurphali. Sugar Tech Journal. 6, no. 4 (2004):
Multidisciplinary Approaches to 285-290.
Handling Wastes in Sugar Industries. Yani, Mohamad, Ikawati Purwaningsih, dan
Water Air Soil Pollution Journal. 227 Munandar Mas Nandang. Penilaian
(2016): 11-40. Daur Hidup (LCA) Gula pada Pabrik
Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia. Gula Tebu. E-Jurnal Agroindustri
Roadmap Industri Gula. Jakarta: Indonesia. 1, no. 1 (2012): 60-7.
Kementerian Perindustrian, 2009.
Direktorat Jenderal Perkebunan. Budidaya
Tanaman Tebu. Jakarta: Kementerian
Pertanian, 2009.
Gunkel, Gunter, Jan Kosmol, Maria Sobral,
Hendryk Rohn, Suzana Montenegro,
dan Joana Aureliane. Sugar Cane
Industry as a Source of Water
Pollution-Case Study on the Situation
in Ipojuca River, Pernambuco, Brazil.
Water Air Soil Pollution Journal. 180
(2007): 261-269.
Republik Indonesia. Pemerintah Provinsi
Lampung. Pergub Lampung No. 7
tahun 2010 tentang Baku Mutu Air
Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan

61 Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan, Vol. 14 No.2 September 2017

Anda mungkin juga menyukai