Anda di halaman 1dari 14

1

PENDAHULUAN

Latar belakang

Dewasa ini, kebutuhan manusia akan bahan bakar minyak bukanlah hal
yang asing terdengar. Hampir seluruh manusia di permukaan bumi ini
menggunakan bahan bakar baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun
kebutuhan industri. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
kandungan minyak bumi yang melimpah. Minyak bumi ini akan diolah menjadi
bahan bakar minyak (BBM) seperti minyak tanah, pertamax, pertama xplus, solar,
premium, minyak diesel, pertamina DEX, dan minyak bakar. Akan tetapi,
eksplorasi minyak bumi ini bersifat langka karena dibutuhkan fosil berjuta-juta
tahun untuk memperolehnya, sementara kebutuhan manusia akan bahan bakar
minyak ini tidak pernah berhenti dan semakin meningkat. Kelangkaan inilah yang
menyebabkan harga bahan bakar tersebut melonjak tinggi. Oleh karena itu,
dibutuhkan suatu aternatif lain untuk memperoleh bahan bakar tersebut agar
manusia dapat menggunakannya secara terus-menerus.
Berbagai limbah pertanian yang pada umumnya hanya dibuang begitu saja
seperti sampah dapat diolah menjadi alternatif bahan bakar, seperti kulit pisang.
Beberapa kandungan yang terdapat pada kulit pisang ini dapat diolah sebagai
bahan bakar alternatif yang dinamakan biodiesel. Biodiesel ini sendiri merupakan
biomassa yang terbarukan yang berasal dari minyak nabati. Biodiesel sangat
mudah terurai dan tidak menyebabkan pencemaran lingkungan seperti bahan
bakar lain yang berasal dari minyak bumi tersebut. Biodiesel yang berasal dari
limbah kulit pisang ini memiliki emisi polusi lebih rendah dibandingkan dengan
diesel. Biodiesel secara nyata dapat mengurangi pencemaran, mengurangi
hidrokarbon yang tidak terbakar, karbon monoksida, sulfat, polisiklikaromatik
hidrokarbon, dan hujan asam. Jika digunakan bersama minyak solar, biodiesel
dapat mengurangi atau menghilangkan kebutuhan belerang dalam minyak
diesel.(Humas, 2005)
Selama ini setelah konsumen mengkonsumsi buah pisang, kulitnya hanya
dibuang begitu saja karena dianggap sebagai sampah yang tidak ada gunanya.
Padahal kulit pisang yang memiliki kandungan karbohidrat ini dapat diolah
menjadi bahan bakar alternatif yang seyogyanya dapat mengurangi
ketergantunagan masyarakat terhadap minyak bumi yang berasal dari fosil jutaan
tahun lamanya. Selain itu biodiesel ini bersifat ramah lingkungan dan tidak
menyebabkan polusi udara sehingga penggunaannya aman bagi kesehatan tubuh
manusia.

Tujuan dan Manfaat


Penulisan karya ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
a. Mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi yang persediaanya semakin
menipis
b. Mengetahui dampak negatif yang ditimbulkan apabila penggunaan bahan bakar
yang berasal dari minyak bumi ini digunakan secara terus-menerus
c. Menemukan solusi untuk mencegah dampak negatif tersebut terjadi
2

d. Memanfaatkan limbah kulit pisang sehingga tidak terbuang begitu saja sebagai
limbah
e. Mengurangi import minyak bumi dari negara lain sehingga dapat diperoleh
keuntungan baik langsung maupun tidak langsung
Adapun penulisan karya ini memberi manfaat antara lain:
a. Memberikan ide/gagasan agar ketergantungan manusia terhadap minyak bumi
dapat diminimalisasi
b. Mengolah limbah kulit pisang menjadi bahan yang tepat guna dan bernilai
tambah
c. Memberikan alternatif bahan bakar ramah lingkungan yang penggunaannya
aman bagi kesehatan tubuh

GAGASAN

Kerangka gagasan diawali dengan pembahasan berupa penjelasan


mengenai ketergantungan masyarakat akan minyak bumi yang dikhawatirkan
akan habis dimasa depan. Pengganti minyak ini masih mahal dan tidak mudah
digunakan sebagai bahan bakar alat transport. Pembahasan dilakukan dengan
menganalisis limbah yang terdapat di alam yang dapat termanfaatkan kembali
menjadi pengganti minyak bumi, setelah itu dilakukan pengembangan ide sebagai
solusi dari permasalahan yang ada. Solusi yang ada ini berupa pemanfaatan
limbah kulit pisang sebagai bahan bakar alternatif. Kemudian dilakukan analisis
dengan pihak-pihak yang sekiranya dapat membantu dalam penyusunan langkah-
langkah untuk mengimplementasikan gagasan kreatif tersebut. Kerangka gagasan
dapat dilihat pada gambar 1.

Bahan bakar minyak

Ketergantungan minyak bumi

Kekhawatiran akan habis di Pencemaran lingkungan


masa depan

Bahan bakar alternatif

Bahan baku kulit pisang Tandan kosong kelapa sawit

Minyak nabati Katalis Basa

Bahan non-pangan

Biodiesel

Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran


3

Kondisi Terkini

Di Indonesia, minyak bumi diolah menjadi bahan bakar minyak atau biasa
disebut BBM yang merupakan salah satu jenis bahan bakar yang digunakan secara
luas pada era industrialisasi. Akan tetapi, harga BBM sering mengalami kenaikan
yang disebabkan karena alasan pemerintah yang ingin mengurangi subsidi.
Pengurangan subsidi ini ditujukan agar dana yang sebelumnya digunakan untuk
subsidi dapat dialihkan untuk hal-hal lain, seperti pendidikan dan pembangunan
infrastruktur. Di sisi lain, kenaikan tersebut sering memicu terjadinya kenaikan
pada harga barang-barang lainnya seperti barang konsumen, sembako dan bisa
juga tarif listrik sehingga selalu ditentang masyarakat.
Menurut Indartono (2005), grafik produksi dan konsumsi BBM di
Indonesia dari tahun 1965 sampai 2004 digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Grafik Produksi dan Konsumsi Minyak Indonesia

Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan bahwa produksi dan konsumsi


minyak di Indonesia yang bersumber dari minyak bumi semakin meningkat dari
tahun ke tahun. Selama ini, lebih dari 90 % kebutuhan energi dunia dipasok dari
bahan bakar fosil. Pada awal tahun 2004 cadangan minyak mentah dunia 1,27
triliun barrel, jumlah ini meningkat 53 miliar barel dari tahun sebelumnya karena
adanya penemuan baru dan perbaikan teknologi. Dengan menggunakan angka
konsumsi tahun 2003, cadangan sebesar itu dapat bertahan selama 44,6 tahun. Jika
berpegang pada angka ini sepertinya bahan bakar fosil sudah akan lenyap dari
bumi ini sekitar setengah abad mendatang. Apabila tidak terdapat penemuan
ladang minyak dan kegiatan eksplorasi baru, cadangan minyak di Indonesia
diperkirakan hanya cukup untuk memenuhi konsumsi selama 18 tahun
mendatang. Sumur-sumur minyak Indonesia kini sudah semakin mengering
karena ekstraksi (pengeboran) minyak bumi yang tidak dibarengi dengan
eksplorasi (pencarian sumber-sumber baru).
Jika Indonesia tidak mampu mengambil langkah-langkah yang tepat
mengenai kelangkaan minyak ini, maka proses keterpurukan di bidang industri
migas nasional akan terus berlanjut. Hal ini akan membuat Indonesia terperangkap
dalam jebakan krisis energi yang berkepanjangan. Fakta ini tidak dapat diubah
dengan segera karena kegiatan eksplorasi dan hasil eksploitasi investasi dari
industri migas memerlukan waktu yang lama.
Bahan bakar berbasis minyak bumi memiliki beberapa dampak negatif
bagi lingkungan maupun kesehatan, seperti terjadinya polusi udara yang
4

disebabkan oleh emisi gas CO2, hidrokarbon sisa pembakaran tak sempurna,
logam berat Pb akibat penggunaan TEL. Pembakaran yang tak sempurna ini akan
menghasilkan gas CO yang menyebabkan penipisan lapisan ozon, padahal lapisan
inilah yang melapisi bumi atau sebagai sabuk yang dapat menahan sinar ultra
violet dan ppanasnya matahari langsung menerpa bumi. Hal inilah yang
menyebabkan pemanasan global sehingga sedemikian mungkin diupayakan untuk
mencegahnya. Salah satu upaya pencegahan penggunaan minyak bumi ini yaitu
mencari alternatif lain yang dapat dijadikan bahan bakar ramah lingkungan, salah
satunya dengan memanfaatkan limbah yang sebenarnya masih dapat digunakan
kembali yaitu limbah kulit pisang.

Solusi yang pernah ditawarkan

Melihat kondisi kelangkaan minyak bumi ini, pemerintah mulai melirik


pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN) atau biasa disebut dengan biodiesel yang
berbahan baku minyak nabati atau minyak jarak pagar. Pemerintah juga telah
menetapkan bahwa pada tahun 2010 biodiesel akan menggantikan 10 % dari
konsumsi solar bersubsidi. Untuk tahun 2006, pemerintah menetapkan kebutuhan
biodiesel mencapai 700.000 kiloliter, padahal kemampuan produksi baru 110.000
kiloliter. Pada tahun 2007 ditingkatkan menjadi 400.000 kiloliter. Jadi, pangsa
pasar biodiesel pada tahun-tahun mendatang cukup luas. (Anonim, 2005)
Akan tetapi, pengembangan tanaman jarak pagar ini bukan berarti tanpa
masalah. Masalah yang hingga kini belum terpecahkan adalah isu lingkungan dan
sosial yang kerap menghinggapi benak masyarakat. Pencanangan penanaman
jarak pagar secara massal dikhawatirkan akan mengubah pola tanam para petani
yang pada awalnya menanam tanaman berharga tinggi dengan menggantikannya
menjadi jarak pagar yang harganya relatif masih rendah. Selain itu, kekhawatiran
akan masuknya jarak pagar ke wilayah hutan yang akan merusak flora dan fauna
di dalamnya. (Hidayat, 2005)
Di sisi lain, bibit unggul bersertifikasi masih belum dikeluarkan
pemerintah, dalam hal ini Departemen Pertanian. Saat ini petani jarak pagar
melakukan pembibitan sendiri dengan teknologi yang masih sederhana. Mereka
hanya menyemaikan biji-biji yang telah dikeringkan, lalu setelah menjadi bibit
ditanam di lahan yang telah disiapkan. Sebagian petani lainnya menanam jarak
pagar dengan cara melakukan stek. Bahkan ada petani yang menanamkan
langsung potongan cabang jarak pagar ke tanah. Padahal, petani sangat
mengharapkan diadakannya bibit unggul dari jenis yang memiliki rendemen
minyak tinggi. Produktivitas paling optimis 5 ton/ha/tahun. Diketahui 1 liter
biodiesel membutuhkan 3-4 kg biji jarak kering. Bila harga biodiesel harus lebih
rendah daripada minyak diesel yaitu Rp 4300/liter, maka harga maksimum biji
jarak adalah Rp 1000/kg. Atau harga per kg biji kering jarak pagar sekitar Rp 500
– Rp 800. Jadi potensi pendapatan maksimum adalah Rp 5jt/ha/tahun, dimana
biaya bibit (Rp 3.5jt/ha), pupuk, tenaga kerja, biaya lahan, pun proses biodiesel,
belum diperhitungkan. Total biaya pengolahan dan total biaya produksi untuk
menghasilkan minyak biodiesel per liternya adalah Rp 3500, karena dalam proses
pengolahan minyak jarak menjadi minyak biodiesel diperlukan bahan baku lain
misalnya Etanol dan Caustic Soda (NaOH) sebagai bagian dari proses esterifikasi.
5

Selain itu, terdapat pula masalah pada pemasarannya. Karena minyak jarak
pagar dipakai sebagai pengganti minyak bumi, maka harga jarak pagar akan selalu
mengikuti harga minyak bumi yang berfluktuasi dan belum tentu bisa menutupi
biaya produksinya. Oleh karena itu, pemakaian biodiesel ini hendaknya tidak
hanya bertumpu pada tanaman jarak pagar, akan tetapi pembuatan biodiesl dengan
memanfaatan limbah dari salah satu hasil pertanian yang masih banyak terdapat
kandungan minyak nabatinya.

Gagasan Baru yang Ditawarkan

Tanaman Pisang

Menurut Rismunandar (1990), buah pisang merupakan buah yang kaya akan
karbohidrat baik isinya maupun kulitnya. Namun, berdasarkan analisis kimia yang
telah dilakukan, kulit pisang ternyata juga banyak mengandung 24,6 % minyak
nabati. Kemudian ekstrak kulit pisang banyak mengandung vitamin B6 dan
serotonin sebesar 1,2-7,8 mg/100g.
Masyarakat yang mengkonsumsi ataupun mengolah buah pisang menjadi
produk olahan seperti pisang sale dan keripik pisang ini, selalu membuang kulit
pisang setelah mengkonsumsinya, padahal Menurut (Stover, 1993) kulit pisang ini
masih memiliki kandungan-kandungan seperti minyak nabati yang dapat diolah
menjadi bahan bakar alternatif. Jumlah kulit pisang yang terdapat pada buah
pisang ini cukup banyak, yaitu sekitar 1/3 dari buah pisang yang utuh sehingga
kulitnya memiliki potensi yang relatif banyak untuk diolah menjadi biodiesel
sebagai alternatif bahan bakar solar.

Tandan Kosong Kelapa Sawit

Berdasarkan hasil analisis logam-logam dengan AAS dalam ATKKS, logam


kalium merupakan komponen terbesar (29,8 % massa). Logam kalium dalam
ATKKS dimungkinkan berada dalam bentuk senyawa karbonat. Hal ini
dibuktikan dengan uji alkalinitas terhadap ATKKS. Dengan sifat basa yang
dimiliki kalium karbonat maka ATKKS mempunyai potensi untuk digunakan
sebagai sumber katalis basa dalam pembuatan biodiesel. (Fauzi, 2005)
Pada pembuatan biodiesel, proses transesterifikasi yang menggunakan
katalis basa berupa logam alkali alkoksida, NaOH, KOH, dan NaHCO3 lebih
efektif dibandingkan dengan katalis asam, konversi hasil yang diperoleh lebih
banyak, waktu yang dibutuhkan juga lebih singkat, serta dapat dilakukan pada
suhu kamar. Akan tetapi, penggunaan abu tandan kosong kelapa sawit ternyata
dapat menciptakan proses katalisasi yang lebih efektif dan lebih baik. Sebagai
katalis basa, abu dari tandan kosong kelapa sawit juga memiliki potensi yang
sangat bagus untuk mengatasi limbah tandan kosong kelapa sawit dan menambah
nilai guna limbah tersebut. (Juwita, 2005)
6

Pengolahannya Menjadi Biodiesel

Berdasarkan permasalahan langkanya minyak bumi untuk bahan bakar dan


beberapa dampak negatif lainnya yang dihasilkan oleh minyak bumi ini,
dicetuskanlah sebuah gagasan bahwa kulit pisang yang didalamnya masih
terkandung minyak nabati ini dapat dijadikan alternatif bahan bakar yang ramah
lingkungan berupa biodiesel. Pengertian biodiesel ini sendiri merupakan bahan
bakar yang terdiri atas campuran monoalkil ester dari rantai panjang asam lemak
yang terbuat dari sumber daya terbaharui sebagai bahan bakar mesin diesel.
Biodiesel ini dapat menggantikan bahan bakar fosil sebagai sumber energi
transportasi yang utama di dunia. Proses pembuatan biodiesel yang utama yaitu
proses transesterifikasi lipid yang digunakan untuk mengubah minyak dasar
menjadi ester dan membuang asam lemak bebas yang dikandungnya. Kemudian
dilakukan pembakaran seperti diesel (solar) dari minyak bumi pada umumnya.
(Prihandana dan Hendroko, 2007)
Apabila dibandingkan dengan solar minyak bumi, biodiesel memiliki emisi
polusi yang rendah. Bahan bakar ini memiliki suatu siklus tertutup sebagian besar
karbondioksida karena berasal dari sumber biomassa yang dapat diperbaharui.
Biodiesel mempunyai angka C etana yang tinggi dibandingkan diesel fosil, tidak
mengandung sulfur, tidak bersifat aromatik, dan mengandung 10-11 % oksigen
menurut beratnya. (Anonim, 2003)
Proses pembuatan biodiesel berbasis limbah kulit pisang ini melalui
beberapa tahapan, yaitu pembuatan bubur kulit pisang, rendering kering,
pemisahan gum dan sentrifus, penyaringan, transesterifikasi, serta pengadukan
dan pemanasan.
1. Pembuatan bubur kulit pisang
Kulit pisang yang telah dibersihkan dengan air dan diangin-anginkan
selama 60 menit, diblender dengan penambahan sedikit air sehingga diperoleh
bubur kulit pisang.
2. Rendering
Rendering merupakan ekastraksi minyak dari bahan yang mengandung
minyak dengan kadar air tinggi. Dalam proses ini digunakan panas yang cukup
untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan
dinding sel sehingga dapat mudah ditembus oleh minyak yang terkandung di
dalamnya. (Ketaren, 1986)
Kulit pisang yang telah halus menjadi bubur kemudian dimasukkan ke
dalam ketel yang terbuka yang dilengkapi dengan steam jacket dan alat pengaduk
(agitator). Kemudian dilakukan pengadukan dan pemanasan pada suhu 105 0C-
110 0C. Dalam pemanasan ini akan dihasilkan ampas bubur kulit pisang yang
mengendap pada dasar ketel dan minyak yang terapung sehingga minyak dapat
diambil melalui bagian atas ketel.
3. Pemisahan Gum dan Sentrifus
Pemisahan gum merupakan suatu proses pemisahan getah atau lendir tanpa
mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak. Getah atau lendir ini terdiri
atas fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air, dan resin. Proses ini dilakukan
dengan cara dehidratasi gum atau kotoran lain agar bahan tersebut lebih mudah
terpisah dari minyak yang kemudian dilakukan proses sentrifus. Pada waktu
proses sentrifus, ditambahkan bahan kimia yang dapat menyerap air, misalnya
7

asam mineral pekat atau garam dapur (NaCl). Suhu minyak pada waktu proses
sentrifusi berkisar antara 32-50C dan pada suhu tersebut kkentalan minyak akan
berkurang sehingga gum mudah terpisah dari minyak. (Ketaren, 1986)
Proses pemisahan gum ini digunakan untuk menghilangkan lendir dan
getah-getah yang terdapat pada minyak kulit pisang. Kemudian minyak kulit
pisang ini dipompakan ke heater dan dipanaskan dengan suhu 80 0C. Setelah
dipanaskan melalui heater, minyak kulit pisang dipompakan ke separator untuk
menghilangkan gum berupa lendir dan kotoran. Agar bahan lebih mudah terpisah
dari minyak kulit pisang, proses ini dilakukan dengan cara dehidrasi gum yang
dilanjutkan dengan proses sentrifus. Proses sentrifus dilakukan dengan
penambahan air pada puncak menara separator ke dalam minyak yang selanjutnya
disentrifusi sehingga bagian gum dapat dipisahkan dari minyak kulit pisang.
4. Penyaringan
Proses penyaringan minyak yang telah melalui tahap degumming dan
sentrifus dilakukan agar diperoleh minyak yang lebih murni dan bebas dari benda-
benda asing yang tidak diinginkan. Sebelum dilakukan proses transesterifikasi,
dilakukan pengujian kuantitatif minyak kulit pisang untuk menentukan jumlah
miligram KOH yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas dalam 1
gram minyak. Pengujian bilangan asam ini dihitung berdasarkan berat molekul
dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan asam dinyatakan dengan
jumlah miligram KOH 0,1N yang digunakan untuk menetralkan asam lemak
bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak.
Bilangan asam = (A x N x 56,1) : G
A = jumlah ml KOH untuk titrasi
N = normalitas larutan KOH
G = bobot sampel (gram)
56,1 = BM KOH
(Ketaren, 1986)

5. Transesterifikasi
Proses transesterifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan katalis
ataupun tanpa menggunakan katalis. Proses ini pada umumnya menggunakan
katalis basa berupa NaOH, KOH, dan NaHCO3. Akan tetapi, penggunaan abu
tandan kosong kelapa sawit ternyata dapat menciptakan proses katalisasi yang
lebih efektif. Selain itu, kita juga dapat mengatasi masalah limbah tandan kosong
kelapa sawit dengan menambah nilai guna dari kelapa sawit itu sendiri. (Juwita,
2005)
Transesterifikasi dilakuan dengan menggunaka peralatan yang khusus,
dimana alat tersebut memiliki pemanas listrik, termometer, pengaduk magnet, dan
sistem pendingin terpadu yang bekerja secaa simultan. Proses ini dilakukan
dengan cara menghaluskan tandan kosong kelapa sawit terlebih dahuli kemudian
dicampur dengan metanol selama kurang lebih 2 hari pada suhu kamar. Agar
didapatkan rasio yang sesuai untuk volume tertentu dari ekstrak abu tandan
kosong kelapa sawit, dilakukan pencukupan dalam pencampurannya dengan
metanol. Metanol yang ditambahkan pada abu tandan kosong kelapa sawit ini
digunakan agar diperoleh senyawa metoksi yang diperlukan saat reaksi
esterifikasi. Reaksi esterifikasi ini dilakukan dengan mereaksikan senyawa
metoksi yang telah terbentuk dengan minyak kulit pisang. Kemudian diaduk
8

dengan menggunakan magnetic stirrer selama kurang lebih 2 jam yang dilanjutkan
dengan proses penyaringan dengan kain atau kapas sehingga diperoleh biodiesel
yang diinginkan.
Pihak-pihak yang Dapat Mengimplementasikan Gagasan

Gagasan ini dapat terwujud melalui partisipasi aktif pihak-pihak sebagai berikut :

Pihak Bentuk Partisipasi


Memberi dukungan baik moril dan
materiil kepada program pembuatan
Pemerintah
energi alternatif biodiesel kulit pisang ini.
Seperti memberi dana bantuan penelitian.

Memberi peluang sebesar-besarnya


kepada pengembangan bioenergi dan
Perusahaan Energi
bersedia bekerja sama dalam
pendistribusianya.

Beralih menggunakan biodiesel untuk


Masyarakat
kendaraan mereka dibandingkan solar.

Mempublikasikan biodiesel ini dengan


Media Massa intens agar masyarakat menjadi mengerti
dan mau beralih menggunakan biodiesel.
Gambar 3.Tabel Identifikasi Pihak- pihak yang Dapat Mengimplementasikan
Gagasan

Langkah-langkah strategis implementasi gagasan

Langkah-langkah implementasi untuk mewujudkan gagasan pembuatan


biodiesel berbasis limbah kulit pisang ini yaitu :
1. Mengidentifikasi potensi pengembangan daerah sesuai skala prioritas tiap
propinsi (berdasarkan potensi limbah kulit pisang dan limbah TKKS).
2. Melakuan kerjasama dengan masyarakat dengan pendekatan secara
gradual (bertahap) kepada tokoh masyarakat untuk ikut mempromosikan
biodiesel kulit pisang.
3. Sosialisasi terhadap petani pisang dan petani kelapa sawit bahwa limbah
yang dihasilkan masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif
4. Melakukan kemitraan strategis dengan pengajuan dana penelitian kepada
pihak-pihak yang dapat memberikan bantuan dana penelitian, seperti
Kementrian Lingkungan Hidup dan LSM Lingkungan sebagai modal awal
pengembangan.
5. Menjalin kerja sama dengan perusahaan energi untuk mendistribusikan
biodiesel kulit pisang ini.
9

KESIMPULAN

Inti Gagasan

Kebutuhan energi di dunia akan terus meningkat seiring dengan


pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Krisis energi yang
dialami sekarang ini dikhawatirkan dapat menghambat kehidupan manusia, selain
itu penggunaan minyak bumi sebagai bahan bakar memberikan beberapa dampak
negatif bagi kelangsungan hidup, seperti pencemaran lingkungan yang
menyebabkan menipisanya lapisan ozon sehingga terjadi pemansan global pada
permukaan bumi ini. Sebagai solusi atas permasalahan ini, dicetuskan penggunaan
bahan bakar alternatif solar yang ramah lingkungan yaitu biodiesel.
Penulis menawarkan pembuatan bahan bakar nabati ini melalui limbah kulit
pisang. Pembuatan biodiesel ini melalui proses transesterifikasi dengan
menggunakan katalis yang berasal dari tandan kosong kelapa sawit. Penggunaan
katalis yang berasal dari abu tandan kelapa sawit ini dapat menciptakan proses
katalisasi yang lebih efektif dan lebih baik karena kandungan utama dari tandan
kosong kelapa sawit ini berupa Kalium sekitar 29,8 % massa.
Agar gagasan kreatif ini dapat terlaksana dengan baik, diperlukan beberapa
upaya untuk mewujudkannya, yaitu dengan pengajuan proposal untuk dana
penelitian, kemudian melakukan penelitian tentang limbah kulit pisang yang akan
dijadikan bahan bakar biodiesel, serta melakukan sosialisasi terhadap masyarakat
sekitar dan petani melalui kerja sama dengan pemerintah daerah setempat dan
LSM lingkungan.

Teknik Implementasi Gagasan

Agar penggunaan bahan bakar ramah lingkungan ini dapat diterapkan pada
masyarakat, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

Penelitian Pembuatan biodiesel berbasis Limbah Kulit Pisang


Langkah kedua yang dilakukan dalam mengimplementasikan gagasan kreatif
ini yaitu dengan melakukan penelitian mengenai pembuatan biodiesel dari yang
pada umumnya menggunakan bahan baku jarak pagar. Selain itu, perlu dilakukan
penelitian terhadap metode yang paling efektif dan efisien, serta dilakukan
penelitian terhadap karakteristik biodiesel yang dihasilkan sehingga penggunaan
bahan bakar ramah lingkungan ini dapat diterapkan di masyarakat dengan mudah.

Sosialisasi Penggunaan Biodiesel kepada Petani dan Masyarakat


Langkah terakhir yang dilakukan dalam mengimplementasikan gagasan
kreatif ini yaitu dengan melakukan sosialisasi terhadap masyarakat sekitar.
Sosialisasi ini dapat dilakukan dengan cara bekerja sama dengan pemerintah
daerah setempat. Alasan utama dilakukannya sosialisasi terhadap masyarakat
sekitar ini yaitu agar masyarakat mengetahui bahwa limbah kulit pisang yang
dikonsumsi sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan bakar untuk
transportasi sehingga kulit pisang tersebut tidak langsung dibuang oleh
masyarakat. Selain itu, sosialisasi terhadap petani, terutama petani pisang dan
petani kelapa sawit juga dilakukan untuk meningkatkan proses penanaman pisang
10

dan kelapa sawit tersebut karena dibutuhkan limbah kulit pisang dan tandan
kosong kelapa sawit yang relatif banyak untuk mendapatkan hasil biodiesel yang
lebih banyak. Produk biodiesel ini dapat disosialisasikan secara langsung maupun
tak langsung. Sosialisasi secara langsung dapat dilakukan dengan langsung turun
ke lapang untuk memberikan pengarahan mengenai kelangkaan bahan bakar
minyak ini kemudian menganjurkan untuk penggunaan biodiesel yang ramah
lingkungan, sedangkan sosialisasi secara tidak langsung dilakukan melalui kerja
sama dengan LSM Lingkungan.

Prediksi Keberhasilan Gagasan

Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai sumber energi fosil,
akan tetapi hal yang tetap harus diingat adalah bahwa penggunaan bahan bakar
fosil secara terus menerus dapat mengakibatkan pencemaran dan krisis energi
fosil. Biodiesel adalah bahan kimia yang dipakai sebagai chemical additive untuk
minyak diesel atau sebagai energi alternatif yang ramah lingkungan karena berasal
dari minyak tumbuh-tumbuhan. Di dalam biodiesel tidak mengandung solar,
tetapi dipakai sebagai campuran atau pengganti solar. Untuk industri di Indonesia,
komposisi biodiesel 20 % dan solar 80 %.
Tingginya harga minyak dunia dan permintaan bahan bakar minyak yang
terus meningkat mencetuskan ide kreatif untuk mencari energi alternatif yang
ramah lingkungan. Oleh karena itu, pemanfaatan limbah kulit pisang ini dapat
dilakukan diversifikasi produk untuk memproduksi biodiesel. Apabila
dibandingkan dengan minyak solar, biodiesel memiliki angka cetane yang lebih
tinggi dan daya lumas yang lebih baik. Angka cetane merupakan tolak ukur
kemudahan menyala atau terbakar dari suatu bahan bakar di dalam mesin diesel.
Semakin tinggi angka cetane, maka semakin aman emisi gas buangnya karena
bahan bakar dapat terbakar dengan sempurna sehingga kadar emisi gas sulfur
(Sox), nitrogen (Nox), dan karbon yang termasuk dalam gas-gas rumah kaca lebih
rendah. Selain itu, prospek bahan bakar ramah lingkungan ini juga dapat
membangkitkan tenaga listrik sehingga tidak perlu menggunakan bahan bakar
fosil yang dapat menimbulkan berbagai dampak buruk bagi lingkungan seperti
meningktanya kadar gas rumah kaca di atmosfer bumi.
11

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. National Biodiesel Board. www.biodiesel.org diakses pada


tanggal 20 Februari 2011.
Anonim. 2005. Minyak Jarak Pengganti Solar.
http//www.bppt.go.id/berita/news2.php?id=7681 diakses pada tanggal 20 Februari
2011.
Fauzi, Y. 2005. Kelapa Sawit, Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan Limbah,
Analisis Usaha dan Pemasaran, edisi revisi. Jakarta : Penebar Swadaya.
Hidayat, Dody. Biodiesel Biji Jarak. http//cdc.eng.ui.ac.id/article/articleprint/3241/-
1/2/ diakses pada tanggal 22 Februari 2011.
Humas. 2005. Bus Mudik Gunakan Biodiesel.
http//www.bppt.go.ig/berita/news2.php?id=814 diakses pada tanggal 22 Februari
2011.
Indartono, yuli setyo. 2005. Krisis Energi di Indonesia : Mengapa dan Harus
Bagaimana. http//www.io.ppi-jepangorg/article.php?id=104 diakses pada tanggal 22
Februari 2011.
Juwita, A. 2005. Kajian Pengaruh Rasio Mol Metanol Minyak Kelapa Terhadap
Kuantitas dan Kualitas Biodiesel Hasil Transesterifikasi Minyak Kelapa dengan
Katalis NaOH. Skripsi. Jurusan Kimia. Yogyakarta : FMIPA UGM.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : UI-Press.
Prihandana, Rama dan Hendroko, Roy. 2007. Energi Hijau. Jakarta : Penebar Swadaya.
Rismunandar. 1990. Bertanam Pisang. Bandung : C.V. Sinar Baru.
Stover, R.H dan N.W. Simmonads. 1993. Banana. Tropical Agriculture Series. New York
: Longman Scientific ang Technical.
12

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Ketua Kelompok
Nama : Aldo Bimantoro
NRP : F34080079
Jurusan / Fakultas : Teknologi Industri Pertanian / Teknologi Pertanian
Tempat, tanggal Lahir : Jakarta, 25 Juli 1990
Institut : Institut Pertanian Bogor
HP : 08568554494
Alamat : Jl. AR. Hakim no 63, Beji, Depok
Email : bimantorotin@gmail.com
Karya Ilmiah yang pernah dibuat :
No. Judul Kategori Tahun
1 Utilization of Prawn, Crab, and
AISC
Lobster Waste to Make Crossed 2011
Taiwan 2011
Linked Chitosan on Heavy Metals
Removal of Industrial Waste
Pekan Kreativitas
2010
Mahasiswa
2 Noodles Shop
Kewirausahaan

Ketua Kelompok,

(Aldo Bimantoro)

Anggota 1
Nama : Remiadiati Febria Indriana
NRP : F34080111
Jurusan / Fakultas : Teknologi Industri Pertanian / Teknologi Pertanian
Tempat, tanggal Lahir : Jakarta, 24 Februari 1990
Institut : Institut Pertanian Bogor
HP : 085715240828
Alamat : Jl. Merdeka raya blok 4 No. 14 Depok 2 Tengah
Email : hotkwetiau_ajib@yahoo.com
Karya Ilmiah yang pernah dibuat :
No. Judul Kategori Tahun
Lomba essay sejarah
1 Menyembuhkan Luka Sejarah Refleksi Tragedi 65 2010

2 Noodles Shop Pekan Kreativitas 2010


Mahasiswa Kewirausahaan
13

Anggota 1,

(Remiadiati Febria Indriana)

Anggota 2
Nama : Ade Damayanti
NRP : F34090064
Jurusan / Fakultas : Teknologi Industri Pertanian / Teknologi Pertanian
Tempat, tanggal Lahir : Jakarta, 18 Januari 1991
Institut : Institut Pertanian Bogor
HP : 087827156899
Alamat : Jl. Bara 3 rumah Abu Nawas
Email : damayanti_tin46@yahoo.com

Anggota 2,

(Ade Damayanti)
14

BIODATA DOSEN PENDAMPING

1. Nama Lengkap dan Gelar : Drs. Purwoko, Msi


2. NIP : 19590710 197903 1 001
3. Jabatan Fungsional : Dosen
4. Jabatan Struktural : Koordinator Analisis Bahan dan Produk
Agroindustri
5. Fakultas/Program Studi : Fakultas Teknologi Pertanian/Teknologi
Industri Pertanian
6. Pergurunan Tinggi : Institut Pertanian Bogor
7. Bidang Keahlian : Teknologi Bioindustri dan Rekayasa Proses

Dosen Pendamping,

(Drs. Purwoko, Msi)


NIP. 19590710 197903 1 001

Anda mungkin juga menyukai