Setelah menjadi wirausahawan pasti Anda ingin berkembang. Menurut Carol Noore
yang dikutip oleh Bygrave (1996: 3), proses perkembangan kewirausahaan diawali dengan
adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun
eksternal, seperti aspek pendidikan, sosiologi, organsasi, kebudayaan, dan lingkungan
(Bygrave, 1996: 3). Faktor-faktor tersebut membentuk locus of control, kreativitas, inovasi,
implementasi, dan pertumbuhan sehingga dapat membuat seseorang berkembang menjadi
wirausahawan yang besar (Soeharto Prawirokusumo, 1977: 5). Secara internal, inovasi
dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu, seperti locus of control, toleransi, nilai-
nilai, pendidikan, pengalaman. Sementara itu, faktor yang berasal dari lingkungan yang
mempengaruhi di antaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu
wirausahawan berkembang maju, dan tumbuh melalui proses yang dipengaruhi oleh
lingkungan, organisasi, dan keluarga. Dalam suatu bagan, Carol Noore yang dimuat dalam
buku karya Biygrave (1996: 3) mengemukakan faktor-faktor pemicu kewirausahaan dan
model proses kewirausahaan sebagai berikut.
Kedua, fase kejadian pemicu. Setelah berinovasi semakin merangsang untuk terus
berproses dan timbulah kejadian pemicu. Kejadian pemicu diengaruhi oleh faktor pribadi,
sosiologi, dan lingkungan. Faktor pribadi yang memengaruhi kejadian pemicu meliputi
pencapaan locus of contor, toleransi, pengambilan risiko, nilai-nilai pribadi, pendidikan,
pengalaman, keberanian menghadapi risiko, ketidakpuasan dan usia. Sementara itu, faktor
lingkungan yang memicu terdiri atas peluang, model peran, aktivitas, persaingan, sumber
daya, inkubator, dan kebijakan pemerintah. Selanjutnya, faktor sosiologi yang memicu terdiri
atas jaringan, kelompok, orang tua, keluarga, dan model peran.
Orang yang berhasil dalam kewirausahaan adalah orang yang dapat menghubungan
nilai, sifat utama (pola sikap), dan perilaku dengan bekal pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan praktis. Jadi, pedoman, pengharapan, dan nilai, baik yang berasal dari pribadi
maupun kelompok, berpengarh untuk membentuk perilaku kewirausahaan.
Berdasarkan pada hasil penelitian terhadap 115 usaha kecil unggulan di Kabupaten
Bandung yang dilakukan oleh penulis diperoleh kesimpulan bahwa pada umumnya proses
pertumbuhan kewirausahaan pada usaha kecil memiliki tiga ciri penting, yaitu mencakup hal-
hal sebagai berikut:
Pada tahap pertama, yaitu proses initasi dan duplikasi. Para wirausahawanmulai
meniru ide dari orang ain, misalnya menciptakan jenis produk yang sudah ada, baik dari segi
teknik produksi, desain, pemrosesan, organisasi usaha, maupun pada pemasarannya.
Keterampilan pada tahap awal ini diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman pribadi,
baik dari lingkungan keluarga maupun orang lain. Akan tetapi, tidak sedikit pada
wirausahawan yang berhasil karena mempraktikan hasil pengamatannya.
Tahap ketiga, menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Malalui ide-ide sendiri,
mereka menciptakan sendiri sesuatu yang baru dan berbeda sampai terus berkembang. Pada
tahap ini, wirausahawan biasanya mulai merasakan kebosanan dengan produksi yang ada,
kingintahuan dan ketidakpuasan terhadap hasil yang sudah ada, mulai tumbul sehingga
tercpta semangat dan keinginan untuk mencapi hasil yang lebih unggul. Pada tahp ini
organisasi usaha juga mulai diperluas dengan skala yang lebih luas, penciptaan produk sendiri
berdasarkan pada pengamatan pasar dan kebutuhn konsumen serta adanya keinginan untuk
menjadi penantang, bahkan pemimpin pasar. Produk-produk unik yang digerakan oleh pasar
mulai diciptakan dan disesuaikan dengan perkembangan teknik yang ada. Beberapa industri
kecil, misalnya industri sepatu dan konveksi mulai menantang pasar, sedangkan industri
lainnya yang menggunakan teknik produksi tradisional dan semi modern asih menjadi
pengikut pasar.