Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana alam merupakan suatu peristiwa alam yang disebabkan oleh
proses dan aktifitas alam, baik yang terjadi secara alami maupun karena
tindakan atau campur tangan manusia sehingga mengakibatkan alam menjadi
tidak seimbang dan tidak berjalan seperti biasanya. Hal ini menimbulkan
resiko bagi kehidupan manusia baik secara materi (fisik) atau secara
spiritual/jiwa (Kogami, 2009). Indonesia merupakan salah satu negara yang
berpotensi tinggi mengalami bencana, karena Indoenesia terletak antara dua
benua dan dua samudra, Indonesia juga merupakan tempat bertemunya jalur-
jalur pegunungan berapi, yaitu antara Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania.
Karena dilewati oleh dua jalur pegunungan berapi Indonesia memiliki 129
gunung berapi yang juga sekaligus menjadikan Negara Indonesia dengan
gunung berapi terbanyak di dunia. Indonesia juga merupakan tempat
pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng
Eurasia dan Lempeng Pasifik (Adikoesoemo. Dede, Kuswanda, Nurjanah.
dkk, 2012).
Jumlah pegunungan di Indonesia kurang lebih 147 dengan jumlah
pegunungan yang aktif 76 gunung berapi tipe A, 30 gunung berapi tipe B dan
21 gunung berapi tipe C. Gunung berapi tipe A tersebar di beberapa lokasi
seperti di jawa timur sebanyak 19 gunung berapi. Di daerah kabupaten
lumajang terdapat 3 gunung berapi dan yang paling besar adalah gunung
semeru dengan ketinggian 3.676 mdpl. Data dari BNPB tahun 2011,
mengemukakan tercatat sebanyak 6 kecamatan yang berada di lereng gunung
semeru masuk zona merah bahaya semeru dan merupakan daerah yang harus
waspada terhadap ancaman lahar dingin semeru yakni kecamatan Tempursari,
Pasrujambe, Pasirian, Candipuro, Tempeh, Pronojiwo dan Ampelgading.

1
Resiko terjadinya meletus pada gunung semeru perlu diwaspadai oleh
masyarakat sekitar.
Berdasarkan data yang didapat setiap tahun diperkirakan sekitar 66
juta anak terkena dampak bencana. Lebih dari 300.000 penduduk terkena
dampak peristiwa merapi 2010. Sekitar 100.000 diantaranya adalah anak-
anak. Dalam setiap kejadian bencana, jumlah korban jiwa dan kehilangan
materi yang banyak memperlihatkan lemahnya kesiapan menghadapi bencana
di Indonesia. (Herdwiyanti F dan Sudaryono, 2013). Salah satu penyebab
timbulnya korban dalam bencana antara lain karena masyarakat tidak
memahami karakteristik ancaman bencana yang ada di sekitar mereka,
sehingga masyarakat tidak siap menghadapinya. Akibatnya adalah timbul
korban jiwa dan kerusakan/kerugian yang cukup besar. Padahal dengan
adanya pengetahuan mengenai ancaman bencana yang ada di sekitar dan
ketersedian alat dan sarana dapat mereduksi jumlah korban dan kerusakan
akibat bencana.
Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor pembangunan yang
terkena dampak dari bencana. Didalam kaitannya dengan upaya
penanggulangan bencana di Indonesia, sektor pendidikan memiliki tanggung
jawab untuk menyelenggarakan pendidikan sebagai upaya untuk mewujudkan
pembangunan budaya bangsa termasuk membangun budaya kesiapsiagaan
bencana warga negara, yakni secara khusus kepada anak atau murid.
Pengetahuan mengenai pengurangan resiko bencana belum masuk kedalam
kurikulum pendidikan di Indonesia. Padahal 113 negara lain sudah
memasukkannnya kedalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah
diantaranya ada di Negara Bangladesh, Iran, Mongolia, Filipina, Turkey, dan
Tonga. Dalam rangka membangun suatu budaya keselamatan dan ketahanan
khususnya untuk anak-anak dan generasi muda Pendidikan Siaga Bencana
perlu lebih dikembangkan pada tingkat pendidikan dasar. Belajar dari
pengalaman tentang kejadian bencana alam yang besar dan berbagai bahaya

2
yang ada di Indonesia maka sangat perlu untuk diajarkan kepada anak-anak
tentang Siaga Bencana disekolah. (Pribadi,2008).
Pendidikan bencanaan di sekolah menjadi strategi efektif, dinamis, dan
berkesinambungan dalam upaya penyebarluasan pendidikan kebencanaan.
Sekolah merupakan wahana efektif dalam memberikan efek tular-informasi,
pengetahuan, dan keterampilan kepada masyarakat terdekatnya (Konsorsium
Pendidikan Bencana, 2011). Anak usia 9-12 tahun mempunyai rasa ingin tahu
yang tinggi, timbul minat terhadap pelajaran-pelajaran khusus (Izzaty, 2008).
Anak-anak tersebut adalah pihak yang harus dilindungi dan secara bersamaan
perlu ditingkatkan pengetahuan tentang bencana.
Berbagai macam pencegahan diupayakan oleh pemerintah, misalnya
pembuatan jalur evakuasi, pemberian pendidikan kesehatan bencana, dan
lainnya. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya
peningkatan korban jiwa. Dikecamatan ampelgading sendiri tepatnya di desa
Tirtomarto pernah dilakukan simulasi bersama oleh BNPB tapi sayangnya
kegiatan tersebut hanya diikuti oleh orang dewasa. Pemberian pendidikan
kesehatan pada masyarakat dan anak-anak usia sekolah juga perlu
diperbanyak, karena semakin banyak pendidikan kesehatan diberikan, maka
semakin mengerti dan dapat mengantisipasi banyak kemungkinan yang tidak
diinginkan.
Langkah strategis yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan
pengetahuan tentang pelatihan pada lembaga pendidikan terutama pada
komunitas sekolah. Beberapa materi yang dapat dilatihkan antara lain teknik
mitigasi, simulasi dan manajemen bencana alam gempa bumi. Teknik mitigasi
juga dapat meliputi mitigasi sebelum bencana gempa bumi atau fase
pengurangan risiko, upaya perlindungan diri pada saat terjadinya gempa bumi
serta evakuasi setelah gempa mereda dan juga pertolongan pertama pada
korban (Dwisiwi et al., 2012).
Penerapan pemberian pendidikan berupa pengetahuan terhadap
bencana mempunyai tujuan untuk mewujudkan masyarakat atau siswa

3
Indonesia yang tangguh bencana. Upaya tersebut diharapkan berhasil melalui
tercapainya tujuan penerapan pendidikan sekolah dasar yang aman dari
bencana. Tujuan tersebut juga untuk menghasilkan perubahan budaya yang
lebih aman dari bencana dan perubahan dari aman menjadi berketahanan
terhadap bencana. Untuk orientasi nilai pemberdayaan diarahkan pada
peningkatan kemampuan menerapkan siswa aman dari bencana pada beberapa
aspek pengelolaan yang dilakukan oleh siswa termasuk sebagai anak didik.
Aspek tersebut meliputi pengembangan kurikulum, sarana prasarana, pendidik
dan tenaga kependidikan, pengelolaan. Optimalisasi penggunaan sumber daya
yang dimiliki sekolah tersebut merupakan bentuk dari nilai kemandirian
dalam sekolah aman bencana (BNPB,2012).
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilaksanakan sebelumnya
mendapatkan hasil bahwa dari 10 responden, 7 diantaranya belum pernah
mendapatkan pendidikan pengetahuan tentang kesiapsiagaan bencana dan 3
responden lainnya pernah mendapatkan pendidikan/pengetahuan tentang
kesiap siagaan bencana. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa
SDN Tirtomarto 03 yang belum mengetahui tentang pendidikan/pengetahuan.
Maka dari fenomena diatas, peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan
dari pemberian pendidikan kesehatan dengan pengetahuan tentang simulasi
evakuasi bencana.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh simulasi evakuasi bencana gunung meletus terhadap
tingkat pengetahuan kesiapsiagaan bencana pada siswa sekolah dasar kelas IV
dan V di SDN Tirtomarto 03 Ampelgading
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui pengaruh simulasi evakuasi bencana gunung meletus
terhadap tingkat pengetahuan kesiapsiagaan bencana pada anak
sekolah dasar kelas IV dan V di SDN Tirtomarto 03 Ampelgading

4
1.3.2 Tujuan khusus
1) Mengidentifikasi pengaruh simulasi evakuasi bencana gunung meletus
terhadap tingkat pengetahuan kesiapsiagaan bencana pada anak
sekolah dasar kelas IV dan V di SDN Tirtomarto 03
2) Mengidentifikasi tingkat pengetahuan kesiapsiagaan bencana pada
anak sekolah dasar kelas IV dan V di SDN Tirtomarto 03
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Bagi responden
Sebagai bahan gambaran dan pengetahuan anak Sekolah Dasar tentang
bagaimana tingkat pengetahuan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana.
1.4.2 Bagi Institusi Keperawatan
Sebagai sumbangan pengetahuan dan acuan pemikiran serta dapat
digunakan sebagai referensi perpustakaan tentang simulasi evakuasi
bencana serta dapat digunakan sebagai referensi akademik untuk
mengembangkan penelitian di bidang Kegawat Daruratan.
1.4.3 Bagi Peneliti
Peneliti dapat menambah pengetahuan, pemikiran serta ilmu tentang
pengaruh simulasi evakuasi bencana terhadap tingkat pengetahuan
kesiapsiagaan bencana pada anak Sekolah Dasar. Dan juga peneliti
dapat manambah pengetahuan di bidang keperawatan, khususnya
dalam bidang kegawat Daruratan. Dan penelitian ini dapat digunakan
sebagai acuan untuk meneliti lebih lanjut.
1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil dari penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan informasi dan
pengetahuan dalam mengembangkan penelitian selanjutnya di bidang
keperawatan Kegawat Daruratan tentang topik pengaruh simulasi
evakuasi bencana terhadap kesiapsiagaan bencana.

5
1.5 Batasan Penelitian
1. Pada penelitian ini di bataskan pada tingkat pengetahuan anak usia
sekolah yang berada di SDN Tirtomarto 03 Ampelgading.
2. Pada penelitian ini hanya di bataskan pada tingkat pengetahuan anak
tentang pengaruh simulasi evakuasi bencana terhadap kesiagaan bencana.

Anda mungkin juga menyukai