Anda di halaman 1dari 6

TUGAS : PKK IKM-IKK FEB 2018

PENGANIAYAAN

OLEH

Nama : Nurul Husain


NIM : K1A1 14 133

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2018
A. PENGANTAR
Tindak pidana adalah suatu kejahatan yang semuanya itu telah
diatur dalam undang Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).
Salah satu bentuk tindak pidana adalah tindak pidana penganiayaan.
Tindak pidana penganiayaan sudah lama dikenal oleh Hukum Nasional
melalui KUHP. Bab XX KUHP menggolongkan beberapa perbuatan yang
dapat dikategorikan sebagai tindak pidana terhadap tubuh manusia yang
bisa disebut juga sebagai penganiayaan, yaitu apabila dilihat dari segi
perbuatan dan akibatnya.
Secara umum tindak pidana terhadap tubuh manusia dalam
KUHP disebut “penganiayaan”. Penganiayaan diartikan sebagai
perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan rasa sakit
(pijn) atau luka (letsel) pada tubuh orang lain. Dari segi tata bahasa
pengertian penganiayaan, dalam Kamus Bahasa Indonesia, adalah:
Penganiayaan adalah suatu kata jadian atau kata sifat yang berasal dari
kata dasar ""aniaya" yang mendapat awalan "pe" dan akhiran "an",
sedangkan penganiaya itu sendiri berasal dari kata benda yang berasal
dari kata aniaya yang menunjukkan subyek atau pelaku penganiayaan
itu. Penganiayaan adalah perlakuan sewenang-wenang (penyiksaa,
penindasan, dan sebagainya).
Kejahatan yang dilakukan terhadap tubuh manusia dalam segala
perbuatanperbuatannya sehingga menjadikan luka atau rasa sakit pada
tubuh bahkan sampai menimbulkan kematian, bila dilihat dari unsur
kesalahannya dan kesengajaannya diberikan kualifikasi sebagai
penganiayaan (mishandeling), yang dimuat dalam BAB XX Buku II,
Pasal 351 s/d Pasal 358.

B. PERNYATAAN
Tindak pidana kejahatan terhadap tubuh dalam KUHP disebut
dengan “penganiayaan”, namun secara definitif dalam KUHP tidak
disebutkan arti dari penganiayaan tersebut. Penganiayaan dalam kamus
umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai perlakuan yang sewenang-
wenang, penyikasaan dan lain-lain. Sedangkan menurut yurisprudensi,
arti penganiyaan adalah perbuatan dengan sengaja yang menimbulkan
rasa tidak enak, rasa sakit atau luka. Selanjutnya dalam Pasal 351 ayat
(4) KUHP masuk dalam pengertian penganiayaan adalah perbuatan
sengaja merusak kesehatan orang.
Meskipun pengertian penganiayaan tidak ada dimuat dalam
KUHP, namun dapat dilihat pengertian penganiayaan menurut pendapat
sarjana, doktrin, dan penjelasan menteri kehakiman, Menurut Mr. M.H.
Tirtaamidjaja, pengertian penganiayaan adalah dengan sengaja
menyebabkan sakit atau luka pada orang lain. Akan tetapi perbuatan
yang menyebabkan sakit atau luka pada orang lain, tidak dapat dianggap
sebagai penganiayaan kalau perbuatan itu dilakukan untuk menambah
keselamatan badan selain itu menurut ilmu pengetahuan pengertian
penganiayaan adalah “Setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja
untuk menimbulkan rasa sakit atau luka pada orang lain.” Berdasarkan
doktrin tersebut bahwa setiap perbuatan dengan sengaja menimbulkan
rasa sakit atau luka pada tubuh merupakan penganiayaan yang terhadap
pelakunya diancam pidana.
Sedangkan menurut penjelasan menteri kehakiman pada waktu
pembentukan Pasal 351 KUHP dirumuskan, antara lain: Setiap
perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk memberikan
penderitaan badan kepada orang lain. Setiap perbuatan yang dilakukan
dengan sengaja untuk merugikan kesehatan pada orang lain. Berbeda
dengan RUU-KUHP 1993 yang memberikan penafsiran kepada hakim.
Penjelasan resmi RUU-KUHP 1993 yang dimuat dalam penjelasan resmi
Pasal 451 dimuat antara lain sebagai berikut: “Perumusan penganiayaan
tidak perlu ditentukan secara pasti mengingat kemungkinan perubahan
nilainilai social dan budaya serta perkembangan dalam dunia kedokteran
dan sosiologi”. Kurang dapat dimengerti, apa sebabnya RUU-KUHP
tersebut tentang pengertian penganiayaan, menyangkutkan pada
perkembangan dunia kedokteran sebab menurut pendapat umum bahwa
penganiayaan tidak mempunyai keterkaitan secara langsung dengan
ilmu kedokteran. Ilmu kedokteran berkenaan dengan kesehatan
manusia, bukan dikaitkan dengan penganiayaan.
Penganiayaan seringkali terjadi dengan korban anak-anak,
merupakan salah satu tindak pidana yang menempati urutan teratas
dalam kasus kekerasan terhadap anak di seluruh dunia, termasuk juga
Indonesia.

C. PETAYAAN
1) Bagaimana pencegahan penganiayaan terhadap masyarakat
terutama pada anak ?
2) Bagaimana Menangani penganiayaan terhadap anak ?

D. PENANGANA
1) Bagi masyarakat, keluarga, atau orang tua diperlukan kebijakan,
layanan, sumberdaya, dan pelatihan pencegahan kekerasan pada anak
yang konsisten dan terus menerus. Dalam hal ini strategi pencegahan
kekerasan terhadap anak meliputi
Pencegahan primer untuk semua orang tua dalam upaya meningkatkan
kemampuan pengasuhan dan menjaga agar perlakuan salah atau abuse
tidak terjadi, meliputi perawatan anak dan layanan yang memadai,
kebijakan tempat bekerja yang medukung, serta pelatihan life skill bagi
anak. Yang dimaksud dengan pelatihan life skill meliputi penyelesaian
konflik tanpa kekerasan, ketrampilan menangani stress, manajemen
sumber daya, membuat keputusan efektif, komunikasi interpersonal
secara efektif, tuntunan atau guidance dan perkembangan anak,
termasuk penyalahgunaan narkoba
Pencegahan sekunder ditujukan bagi kelompok masyarakat dengan
risiko tinggi dalam upaya meningkatkan ketrampilan pengasuhan,
termasuk pelatihan dan layanan korban untuk menjaga agar perlakuan
salah tidak terjadi pada generasi berikut. Kegiatan yang dilakukan di sini
di antaranya dengan melalukan kunjungan rumah bagi orang tua yang
baru mempunyai anak untuk melakukan self assessment apakah mereka
berisiko melakukan kekerasan pada anak di kemudian hari
Pencegahan tersier dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan
pengasuhan yang menjaga agar perlakuan salah tidak terulang lagi, di
sini yang dilakukan adalah layanan terpadu untuk anak yang mengalami
korban kekerasan, konseling, pelatihan tatalaksana stres.

2) Dalam menangani kasus penganiayaan terhadap anak mempunyai


bnyak cara yang makalah ini hanya membahas tetang rehabilitasi ,
Sistem Dasar Perubahan Ada beberapa pihak yang tidak dapat
dilepaskan dalam intervensi sosial dalam penanganan kekerasan anak,
yang merupakan system dasar perubahan. Pihak-pihak tersebut, yaitu
anak, keluarga, teman dekat, masyarakat dan negara/pemerintah serta
pekerja sosial, psikolog dan lembaga pelayanan sosial. Pihakpihak
tersebut sekaligus menjadi unsur dalam sistem dasar perubahan pada
praktik pekerjaan sosial yaitu: 1) Sistem penerima manfaat (client
system), yaitu anak korban kekerasan 2) Sistem sasaran/target (target
system), yaitu orang tua/keluarga, teman dekat dan orang-orang yang
secara sosial-psikologis mampu memberikan dukungan dalam proses
rehabilitasi sosial. 3) Sistem kegiatan (action system), yaitu masyarakat,
instansi pemerintah sektoral, lembaga pelayanan sosial 4) Sistem
pelaksana kegiatan (change agen system), yaitu pekerja sosial
profesional, psikolog, dan psikiater. Sistem dasar perubahan tersebut
harus dapat diidentiô kasi dengan benar dan tepat. Hal ini dikarenakan
keberadaan dan keterlibatan mereka dalam proses rehabilitasi sosial,
sangat menentukan tujuan pemulihan pada korban. Dalam hal ini,
pekerja sosial profesional merupakan pihak yang memiliki peran utama
untuk menentukan sistem dasar tersebut. Pekerja sosial dengan
kompetensinya memetakan unsur-unsur yang masuk ke dalam sistem
dasar tersebut
DAFTAR PUSTAKA

3Makmum Anshory. 2008. Pidana Penganiayaan. Diakses melalui


http://makmumanshory.blogspot.com/2008/06/pidana-penganiayaan.html. pada
tanggal 5 September 2011 4

W.J.S Poerwadarminta. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. PN. Balai


Pustaka. Jakarta. hal. 48

Syifaul Qulub 2008 Kejahatan Terhadap Tubuh. Fakultas Syari’ah. Institut


Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Anda mungkin juga menyukai