Anda di halaman 1dari 34

ASKEP WAHAM

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan yang memungkinkan untuk terjadinya
perkembangan fisik, intelektual, dan emosional individu secara potimal, sejauh
perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan optimal individu-individu lain.
Sementara itu, gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis yang
bermakna, berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan dengan
adanya distress (tidak nyaman, tidak tentram, rasa nyeri), distabilitas (tidak mampu
mengerjakan pekerjaan sehari-hari), atau meningkatkan resiko kematian, kesakitan, dan
distabilitas.
Gangguan jiwa terdiri dari beberapa macam termasuk diantaranya adalah waham atau delusi.
Waham atau delusi adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai dengan
kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya, selalu dikemukakan berulang-ulang
dan berlebihan biarpun telah dibuktikan kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan delusi/waham?
2. Apa saja jenis-jenis waham?
3. Bagaimana terjadinya waham?
4. Bagaimanakah ASKEP pada pasien dengan waham/delusi?

1.3 Tujuan
Dengan makalah ini, diharapkan mampu untuk:
1. Mengetahui pengertian dari delusi/waham
2. Mengetahui jenis-jenis waham
3. Mengetahui proses terjadinya waham
4. Mengetahui askep pada pasien dengan waham/delusi

BAB II
ASKEP WAHAM
A. Konsep Dasar Waham
1. Pengertian
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap dipertahankan
dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran
klien yang sudah kehilangan kontrol
Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan
keyakinan tersebut mungkin aneh (misal mata saya adalah komputer yang dapat
mengontrol dunia )atau bisa pula tidak aneh hanya sangat tidak mungkin (misal FBI
mengikuti saya) dan tetap dipertahankan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya
.Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang
spesifik sering ditemukan pada skizophrenia.Semakin akut psikosis semakin sering
ditemui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis .
Waham (dellusi) adalah keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan
dengan realitas. Haber (1982) keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budayanya. Rawlin (1993) dan tidak dapat digoyahkan atau
diubah dengan alasan yang logis (Cook and Fontain 1987)serta keyakinan tersebut
diucapkan berulang -ulang.
2. Jenis-Jenis Waham
Jenis-jenis waham antara lain,
a. Waham Kebesaran
Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali, orang
kaya.

b. Waham Berdosa
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang besar. Penderita
percaya sudah selayaknya ia di hukum berat.
c. Waham Dikejar
Individu merasa dirinya senantiasa di kejar-kejar oleh orang lain atau kelompok orang yang
bermaksud berbuat jahat padanya.
d. Waham Curiga
Individu merasa selalu disindir oleh orang-orang sekitarnya. Individu curiga terhadap
sekitarnya. Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencari-cari hubungan antara
dirinya dengan orang lain di sekitarnya, yang bermaksud menyindirnya atau menuduh hal-
hal yang tidak senonoh terhadap dirinya. Dalam bentuk yang lebih ringan, kita kenal
“Ideas of reference” yaitu ide atau perasaan bahwa peristiwa tertentu dan perbuatan-
perbuatan tertentu dari orang lain (senyuman, gerak-gerik tangan, nyanyian dan
sebagainya) mempunyai hubungan dengan dirinya.
e. Waham Cemburu
Selalu cemburu pada orang lain.
f. Waham Somatik atau Hipokondria
Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada dalam tubuhnya seperti ususnya yang
membusuk, otak yang mencair.
g. Waham Keagamaan
Waham yang keyakinan dan pembicaraan selalu tentang agama.
h. Waham Nihilistik
Keyakinan bahwa dunia ini sudah hancur atau dirinya sendiri sudah meninggal.
i. Waham Pengaruh
Yaitu pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi oleh orang lain atau
kekuatan.
3. Proses terjadinya waham (delusi)
Faktor yang mempengaruhi terjadinya waham adalah :
1. Gagal melalui tahapan perkembangan dengan sehat
2. Disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian
3. Hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain
4. Perpisahan dengan orang yang dicintainya
5. Kegagalan yang sering dialami
6. Keturunan, paling sering pada kembar satu telur
7. Sering menggunakan penyelesaian masalah yang tidak sehat, misalnya menyalahkan
orang lain
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme ego spesifik,
reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan waham menggunakan mekanisme
pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi formasi, digunakan
sebagai pertahanan melawan agresi, kebutuhan, ketergantungan dan perasaan cinta.
Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan mejadi kemandirian yang kokoh.
Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan kenyataan yang
menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang tidak
dapat di terima dari dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas telah
dihipotesiskan telah menyebabkan reaksi formasi dan proyeksi waham dan suporioritas.
Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia yang menggunakan
fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang terluka. (kalpan dan
Sadock 1997)
2.4 Klasifikasi Waham
1. Waham Agama yaitu keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan.
2. Waham Kebesaran yaitu keyakinan klien yang berlebihan tentang kebesaran dirinya atau
kekuasaan.
3. Waham Somatik yaitu klien yakin bahwa bagian tubuhnya tergannggu, terserang
penyakit atau didalam tubuhnya terdapat binatang.
4. Waham Curiga yitu klien yakin bahwa ada orang atau kelompok orang yang sedang
mengancam dirinya.
5. Waham Nihilistik yaitu klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi di dunia atau
sudah meninggal dunia.
6. Waham Sisip pikir yaitu klien yakin bahwa ada pikiran orang lain yang
disisipkan./dimasukan kedalam pikiranya.
7. Waham Siar pikir yaitu klien yakin bahwa orang lain megetahui isi pikiranya, padahal dia
tidak pernah menyatakan pikiranya kepada orang tersebut.
8. Waham Kontrol pikir yaitu klien yakin bahwa pikiranya dikontrol oleh kekuatan dari
luar.
2.5 Tanda-tanda dan Gejala
1. Kognitif :
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya
c. Sulit berfikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan

2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Prilaku dan Hubungan Sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresi
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktifitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsive
i. Curiga
4. Fisik
a. Higiene kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. BB menurun
6. Peran Serta Keluarga
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga terhadap klien dengan waham :
1. Bina hubungan salng percaya keluarga dengan klien
 Sikap keluarga yang bersahabat, penuh perhatian, hangat dan lembut
 Berikan penghargaan terhadap perilaku positif yang dimiliki/dilakukan
 Berikan umpan balik yang tidak menghakimi dan tidak menyalahkan
2. Kontak sering tapi singkat
3. Tingkatkan hubungan klien dengan lingkungan sosial secara bertahap, seperti
membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan diri klien, orang lain dan
lingkungan
4. Bimbing klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan dan kinginanya, ajak
klien untuk melakukan kegiatan sehari-hari dirumah seperti : menyapu, mengepel dan
membersihkan tempat tidur.
5. Hindarkan berdebat tentang waham
6. Jika ketakutan katakan “ Anda aman disini, saya akan bantu anda mempelajari sesuatu
yang membuat anda takut “.
7. Berikan obat sesuai dengan peratuaran
8. Jangan lupa kontrol.

B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Waham (Delusi)


1. Pengkajian
Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar proses
keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan dikumpulkan
untuk menentukan masalah keperawatan.
Patricia A Potter et al (1993) dalam bukunya menyebutkan bahwa pengkajian terdiri dari 3
kegiatan yaitu: pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan perumusan
diagnosa keperawatan. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber data yaitu sumber
data primer (klien) dan sumber data sekunder seperti keluarga, teman terdekat klien, tim
kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil pemeriksaan. Untuk
mengumpulkan data dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: dengan observasi, wawancara
dan pemeriksaan fisik.
Beberapa faktor yang perlu dikaji:
a. Faktor predisposisi
- Genetik : diturunkan
- Neurobiologis : adanya gangguan pada konteks pre frontal dan konteks limbik
- Neurotransmiter : abnormalitas pada dopamin ,serotonin ,dan glutamat.
- Virus : paparan virus influinsa pada trimester III
- Psikologi : ibu pencemas ,terlalu melindungi ,ayah tidak peduli.
b. Faktor presipitasi
- Proses pengolahan informasi yang berlebihan
- Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
- Adanya gejala pemicu
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi
pengkajiannya meliputi:
a. Identifikasi klien
1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang:
Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan.

b. Keluhan utama / alasan masuk


Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke Rumah
Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang
dicapai.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa
lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan terjadinya
gangguan:
1) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien.
2) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan perkembangan
individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
3) Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan), kehidupan
yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
d. Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur tinggi
badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
e. Aspek psikososial
1) Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak
disukai.
b) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan
posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.
c) Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan kemampuan
klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya.
e) Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan orang lain
terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai
wujud harga diri rendah.
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok yang
diikuti dalam masyarakat.
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
f. Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, alam
perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi
klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung,
kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
g. Kebutuhan persiapan pulang
1) Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian.
3) Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
4) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum obat.
h. Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.

i. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki klien
disimpulkan dalam masalah.
j. Aspek medik
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi psikomotor, terapi
tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan.
Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat
melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian
(Gabie, dikutip oleh Carpernito, 1983).
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dan berdasarkan
pendidikan dan pengalamannya perawat mampu mengatasinya (Gordon dikutip oleh
Carpernito, 1983).
Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari hasil pengkajian
adalah:
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham.
2. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

3.Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan dengan
waham.
Tujuan umum :
* Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan
interaksinya.
Tindakan :
 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik, waktu, tempat).
 Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat menerima keyakinan
klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak
mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
 Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan perawat akan
menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan
kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
 Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.


Rasional : Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan
perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari pada hanya
memikirkannya.
Tindakan :
 Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
 Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang
realistis.
 Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini
(kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
 Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak
ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.

3. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi.


Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat
merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan klien tersebut
sehingga klien merasa nyaman dan aman.
Tindakan :
 Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
 Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah
sakit (rasa sakit, cemas, marah).
 Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
 Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan
tenaga (buat jadwal jika mungkin).
 Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.

4. Klien dapat berhubungan dengan realitas.


Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih benar dari
pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan waham yang ada.
Tindakan :
 Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).
 Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
 Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.


Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi proses
penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping obat.
Tindakan :
 Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping
minum obat.
 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara
dan waktu).
 Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
 Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

6. Klien dapat dukungan dari keluarga.


Rasional : Dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan mambentu proses
penyembuhan klien.
Tindakan:
 Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala waham, cara
merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
 Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

 Strategi Pelaksanaan untuk Pasien Waham


1. SP I Pasien
a. Membantu orientasi realita
b. Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
c. Melatih pasien memenuhi kebutuhannya
d. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Contoh komunikasi yang dapat di praktekkan pada pasien:
ORIENTASI:

“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas pagi ini di ruang
melati. Saya dinas dari pk 07-14.00 nanti, saya yang akan merawat abang hari ini. Nama
abang siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan sekarang?”
“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, bang?”
KERJA:

“Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita lanjutkan
pembicaraan yang tadi terputus bang?”
“Tampaknya bang B gelisah sekali, bisa abang ceritakan apa yang
bang B rasakan?”
“O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri abang sendiri?”
“Siapa menurut bang B yang sering mengatur-atur diri abang?”
“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya bang, juga kakak dan adik abang yang lain?”
“Kalau abang sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus abang sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadual tersebut bang”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosan
kalau di rumah terus ya”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”
”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadual ini abang coba lakukan, setuju bang?”
“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”
”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Abang miliki? Mau di mana kita
bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”
 Strategi Pelaksanaan untuk Keluarga Pasien Waham
1. SP I Keluarga
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham, dan jenis waham yang dialami pasien
beserta proses terjadinya.
c. Menjelaskan cara-cara merawat pasian waham.
Contoh komunikasi yang dapat di terapkan pada keluarga klien
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, bu, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas di ruang
melati ini. Saya yang merawat bang B selama ini. Nama bapak dan ibu siapa, senangnya
dipanggil apa?”
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah bang B dan cara merawat B
di rumah?”
“Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di ruang wawancara?”
“Berapa lama waktu bapak dan ibu? Bagaimana kalau 30 menit”

KERJA
“Pak, bu, apa masalah yang Bpk/Ibu rasakan dalam merawat bang B? Apa yang sudah
dilakukan di rumah?Dalam menghadapi sikap anak ibu dan bapak yang selalu mengaku-
ngaku sebagai seorang nabi tetapi nyatanya bukan nabi merupakan salah satu gangguan
proses berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali
anak bapak dan ibu berkata bahwa ia seorang nabi bapak/ ibu dengan mengatakan
pertama:
‘Bapak/Ibu mengerti B merasa seorang nabi, tapi sulit bagi bapak/ibu untuk mempercayainya
karena setahu kami semua nabi sudah meninggal.”
“Kedua: bapak dan ibu harus lebih sering memuji B jika ia melakukan hal-hal yang baik.”
“Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan B”
“Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan B tentang kebutuhan yang diinginkan B, misalnya:
“Bapak/Ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada
bapak/ibu. B khan punya kemampuan ............ “ (kemampuan yang pernahdimiliki oleh
anak)
“Keempat: Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?”(Jika anak mau mencoba berikan pujian)
“Pak, bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang, yang
putih ini namanya THP guanya supaya rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP
gunanya agar pikiran tenang semuanya ini harus diminum secara teratur 3 kali sehari jam
7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan
dokter karena dapat menyebabkan B kambuh kembali” (Libatkan keluarga saat
memberikan penjelasan tentang obat kepada klien). Bang B sudah mempunyai jadwal
minum obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya, segera beri pujian.

TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat B di
rumah?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali
berkunjung ke rumah sakit.”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan
mencoba melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan kita tadi”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”

4. Evaluasi

1. Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham


2. Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg keyakinannya (waham) saat ini
3. Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham
4. Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien
5. Klien menggunakan obat sesuai program

DAFTAR PUSTAKA

1. Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 thed.). St.Louis
Mosby Year Book, 1995
2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
3. Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
4. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
5. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
6. http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-pasien-
dengan-waham.html

Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi (Askep


Jiwa Halusinasi)
A. KONSEP DASAR HALUSINASI

1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupasuara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (WHO, 2006)
Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses
diterimanya, stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke
otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi
(Yosep, 2009)

2. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber
yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien
maupun keluarganya. Factor predisposisi dapat meliputi factor perkembangan, sosiokultural,
biokimia, psikologis, dan genetic. (Yosep, 2009)
1) Faktor perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu, maka
individu akan mengalami stress dan kecemasan.
2) Faktor sosiokultural
Berbagai factor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan, sehingga
orang tersebut merasa kesepian dilingkungan yang membesarkannya.
3) Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang mengalami
stress yang berlebihan, maka didalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan dimethytrenferase (DMP).
4) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan
zat adiktif. Berpengaruh pada ketidakmampuanklien dalam mengambil keputusan demi masa
depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam
hayal.
5) Faktor genetic
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan
bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
b. Factor presipitasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, penasaran, tidak aman,
gelisah, bingung, dan lainnya.
Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu :
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penyalahgunaan
obat, demam, kesulitan tidur.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab
halusinasi berupa perintah memaksa dan menakutkan.
3) Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang menekan merupakan suatu
hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien.
4) Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahyakan. Klien asyik dengan halusinasinya seolah merupakan temapat memenuhi
kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak di dapatkan di dunia
nyata.
5) Dimensi spiritual
Secara spiritual halusinasi mulai denga kehampaan hidup, ritinitas tidak bermakna,
hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri.

3. Tanda dan Gejala


Menurut Yosep, 2009 tanda dan gejala halusinasi adalah :
a. Melihat bayangan yang menyuruh melakukan sesuatu berbahaya.
b. Melihat seseorang yang sudah meninggal.
c. Melihat orang yang mengancam diri klien atau orang lain
d. Bicara atau tertawa sendiri.
e. Marah-marah tanpa sebab.
f. Menutup mata.
g. Mulut komat-kamit
h. Ada gerakan tangan
i. Tersenyum
j. Gelisah
k. Menyendiri, melamun

4. Proses terjadinya halusinasi


Menurut Yosep, 2009 proses terjadinya halusinasi terbagi menjadi 4 tahap yaitu:
a. Tahap pertama
Pada fase ini halusinasi berada pada tahap menyenangkan dengan tingkat ansietas sedang,
secara umum halusinasi bersifat menyenangkan. Adapun karakteristik yang tampak pada
individu adalah orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas,
kesepian, merasa takut serta mencoba memusatkan penenangan pikiran untuk mengurangi
ansietas.
b. Tahap kedua
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menyalahkan dengan tingkat kecemasan yang
berat. Adapun karakteristik yang tampak pada individu yaitu individu merasa kehilangan
kendali dan mungkin berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersiapkan,
individu mungkin merasa malu dengan pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang
lain.
c. Tahap ketiga
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap pengendalian dengan tingkat ansietas berat,
pengalaman sensori yang dirasakan individu menjadi penguasa. Adapun karakteristik yang
tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman
halusinasinya dan membiarkan halusinasi tersebut menguasai dirinya, individu mungkin
mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir.
d. Tahap keempat
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menakutkan dengan tingkat ansietas panic.
Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah pengalaman sensori mungkin
menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah, dimana halusinasi bisa berlangsung
beberapa jam atau beberapa hari, apabila tidak ada intervensi terapeutik.

5. Mekanisme koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan lain yang
digunakan melindungi diri. Mekanisme koping menurut Yosep, 2009 meliputi cerita dengan
orang lain (asertif), diam (represi/supresi), menyalahkan orang lain (sublimasi), mengamuk
(displacement), mengalihkan kegiatan yang bermanfaat (konversi), memberikan alasan yang
logis (rasionalisme), mundur ke tahap perkembangan sebelumnya (regresi), dialihkan ke
objek lain, memarahi tanaman atau binatang (proyeksi).

6. Penatalaksanaan (Yosep, 2009)


a. Medis (Psikofarmako)
1) Chlorpromazine
a) Indikasi
Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas,
kesadaran diri terganggu, daya ingat norma social dan tilik diri terganggu. Berdaya berat
dalam fungsi-fungsi mental seperti: waham dan halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku
yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari seperti
tidak mampu bekerja, hubungan social dan melakukan kegiatan rutin.
b) Mekanisme kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak, khususnya system ekstra
pyramidal.
c) Efek samping
- Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang antar sadar atau tidak sadar.
- Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik atau parasimpatik, seperti mulut kering,
kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekana intraokuler
meninggi, gangguan irama jantung.
- Gangguan ektrapiramidal seperti : distonia akut, akathsia syndrome
parkinsontren, atau bradikinesia regiditas.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang, perubahan
kesadaran), kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf
pusat), gangguan kesadaran disebabkan oleh depresan.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut di berikan 3x100mg. Apabila kondisi klien
sudah stabil dosisnya di kurangi menjadi 1x100mg pada malam hari saja.
2) Haloperidol (HLP)
a) Indikasi
Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, baik dalam fungsi mental dan dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
b) Mekanisme kerja
Obat anti psikis ini dapat memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak,
khususnya system limbic dan system pyramidal.
c) Efek samping
- Sedasi dan inhibisi psikomotor
- Gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan
intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang, perubahan
kesadaran), kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf
pusat), gangguan kesadaran.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut biasanya dalam bentuk injeksi 3x5mg IM
pemberian ini dilakukan 3x24 jam. Sedangkan pemberian peroral di berikan 3x1,5mg atau
3x5 mg.
3) Trihexyphenidil (THP)
a) Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu segala jenis penyakit parkinson, termasuk pasca
encephalitis (infeksi obat yang disebabkan oleh virus atau bakteri) dan idiopatik (tanpa
penyebab yang jelas). Sindrom Parkinson akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazine.
b) Mekanisme kerja
Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan obat kiniden; obat depreson, dan antikolinergik
lainnya.
c) Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi (gerakan motorik
yang menunjukkan kegelisahan), konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
d) Kontra indikasi
Kontra indikasinya seperti hipersensitif terhadap trihexypenidil (THP), glaucoma sudut
sempit, psikosis berat psikoneurosis, hipertropi prostat, dan obstruksi saluran edema.
e) Penggunaan obat
Penggunaan obat ini di berikan pada klien dengan dosis 3x2 mg sebagai anti parkinson.
b. Keperawatan
Tindakan keperawatan dapat dilakukan secara individual dan terapi berkelompok (TAK)
Terapi Aktifitas Kelompok.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HALUSINASI

1. Pengkajian Pasien Halusinasi


a. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal pengkajian,
nomor rekam medic
b. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor biologis, factor
psikologis, social budaya, dan factor genetic
c. Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi merasa tidak
mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri,
perilaku agresif, kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala stress
pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti
kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain
dan menyebabkan ansietas.
d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan spiritual
e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik, alam perasaan,
afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,
memori, tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun maladaptive
g. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis

Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara dapatkan adalah:
a. Jenis halusinasi
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data objektif dan subjektifnya. Data objektif dapat dikaji
dengan cara melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data ini perawat dapat
mengetahui isi halusinasi pasien.
Jenis Data objektif Data subjektif
halusinasi
Halusinasi - Bicara atau tertawa sendiri - Mendengar suara atau
dengar - Marah-marah tanpa sebab kegaduhan
- Menyedengkan telinga- Mendengar suara yang
kearah tertentu bercakap-cakap
- Menutup telinga - Mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu yang
berbahaya
Halusinasi - Menunjuk-nunjuk kearah- Melihat bayangan, sinar,
Penglihatan tertentu bentuk geometris, bentuk
- Ketakutan pada sesuatu kartoon, melihat hantu atau
Yang tidak jelas monster
Halusinasi - Menghidu seperti sedang- Membaui bau-bauan sperti
penghidu membaui bau-bauan tertentu bau darah, urin, feces,
- Menutup hidung kadang-kadang bau itu
menyenangkan
Halusinasi - Sering meludah - Merasakan rasa seprti darah,
pengecapan - Muntah urin atau feces
Halusinasi - Menggaruk-garuk - Mengatakan ada serangga
Perabaan permukaan kulit dipermukaan kulit
- Merasa seperti tersengat
listrik

b. Isi halusinasi
Data tentang halusinasi dapat dikethui dari hasil pengkajian tentang jenis halusinasi.
c. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang dialami
oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau malam? Jika mungkin
jam berapa? Frekuensi terjadinya halusinasi apakah terus menerus atau hanya sekal-kali?
Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini
dilakukan untuk menetukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari
situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan
halusinasinya. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui
frekuensi terjadinya halusinasinya dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah
terjadinya halusinasi.
d. Respon halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat dapat
menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat
dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat
juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.

2. Pohon masalah
Resiko perilaku mencederai diri
Menurut Yosep, 2009
Akibat

Gangguan sensori/persepsi:
Halusinasi penglihatan

Masalah utama
Isolasi sosial

Penyebab
Harga diri rendah

3. Diagnosa Keperawatan
Menurut Yosep, 2009 diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan
b. Isolasi sosial
c. Resiko periaku mencederai diri
d. Harga diri rendah

4. Rencana Tindakan Keperawatan


a. Gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan
b. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi :
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dpat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
c. Tindakan keperawatan
1) Membantu pasien mengenali halusinasi
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi saudara dapat melakukannya dengan cara
berdiskusikan dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang dilihat), waktu terjadi
halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusiansi muncul dan
respon pasien saat muncul.
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi.
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi saudara dapat melatih pasien
empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut
meliputi :
a) Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi yang muncul.
Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan
diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun
dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam
halusinasinya.
Tahapan tindakan meliputi :
1) Menjelaskan cara menghardik halusinasi
2) Memperagakan cara menghardik
3) Meminta pasien memperagakan ulang
4) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien.
b) Bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan halusinasi orang
lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi; focus perhatian
pasien akan beralih dari halusiansi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
c) Melakukan aktifitas yang terjadwal
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan
aktifitas yang teratur. Dengan beraktifitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami
banyak waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien
mengalami halusinasi biasa dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara beraktifitas
secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.
Tahapan intervensinya sebagai berikut :
 Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
 Mendiskusikan aktifitas yang dilakukan pasien
 Melatih pasien melakukan aktiftas
 Menyusun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai dengan aktifitas yang telah dilatih. Upayakan
pasien mempunyai aktifitas dari bangun pagi sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.
 Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberikan penguatan terhadap perilaku pasien
yang positif.
d) Menggunakan obat secara teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk menggunakan obat
secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan jiwa yang dirawat dirumah seringkali
mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila terjadi
kekambuhan maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien
perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan.
Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:
 Jelaskan guna obat
 Jelaskan akibat bila putus obat
 Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
 Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar
cara, benar waktu, benar dosis)

5. Implementasi
Menurut Depkes, 2000 Implementasi adalah tindakan keperawatan yang disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang
sudah di rencanakan perawat perlu memvalidasi rencana tindakan keperawatan yang masih di
butuhkan dan sesuai dengankondisi klien saat ini.

6. Strategi Pelaksanaan
Halusinasi Pasien Keluarga
Sp1 SP 1 k
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien 1. Mendiskusikan masalah
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien yang dirasakan keluarga
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien dalam rawat pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien 2. Menjelaskan pengertian,
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan tanda dan gejala halusinasi,
halusinasi dan jenis halusinasi yang
6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi dialami pasien beserta
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi proses terjadinya.
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara
3. Mejelaskan cara-cara
menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan merawat pasien halusinasi
harian SP II k
SP II p 1. Melatih keluarga
1. 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien mempraktekkan cara
2. Melaih pasien mengendalikan halusinasi dengan merawat pasien dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain. halusinasi
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal 2. Melatih keluaraga
kegiatan harian melakukan cara merawat
langsung kepada pasien
halusinasi
SP III k
1. Membantu keluarga
SP III p membuat jadwal kegiatan
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien aktifitas di rumah termasuk
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan minum obat
melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan
2. Menjelaskan follow up
pasien) pasien setelah pulang
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam kegiatan
harian

SP IV p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
penggunaan obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam kegiatan
harian

7. Evaluasi
Menurut Keliat, 1998 evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien.
Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan SOAP sebagai pola pikir.
S : respon subjektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
O : respon objektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
A : analisa ulang atas dasar subjek dan objek untuk mengumpulkan apakah masalah masih ada,
munculnya masalah baru, atau ada data yang berlawanan dengan masalah yang masih ada.
P : perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien

BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS


A. PENGKAJIAN

RUANG RAWAT : Ruang Kabela


TANGGAL DIRAWAT : 18 Mei 2013

1. IDENTITAS PASIEN
Inisial : Nn.R.M
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Liningan Lingkungan III, Tondano
Pendidikan : SD Tidak Tamat
Status pernikahan : Belum Menikah
Tanggal Pengkajian : 18 Juni 2013 Jam : 09.00 WITA
No. Rekam Medik : 14918

2. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT


Pasien bicara-bicara sendiri, minum obat tidak teratur

3. FAKTOR PREDISPOSISI dan PRESIPITASI


Pasien pernah masuk Rumah Sakit Jiwa Prof Dr. V.L Ratumbuysang. Pertama kali masuk
pada bulan September tahun 2008 dan masuk keluar RSJ sebanyak 2 kali, dan terakhir pasien
kembali masuk RSJ pada bulan Mei 2013. Pasien pernah diberikan pengobatan tapi kurang
berhasil karena pasien berobat tidak teratur. Pasien pernah putus dengan pacarnya
dahulu. Disebabkan karena pacarnya sudah punya kekasih lain. Dalam anggota keluarga
pasien tidak ada yang menderita sakit jiwa.

4. PSIKOSOSIAL
a. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
111 : Pasien
: Orang yang tinggal serumah
b. Konsep diri
1) Citra tubuh
Pasien mengatakan bahwa dirinya menyukai semua anggota tubuhnya
2) Identitas diri
Pasien mampu menyebut identitasnya dengan baik, yaitu nama, umur, agama, alamat, status
perkawinan
3) Peran
Pasien berperan sebagai anak didalam keluarganya. Sedangkan di rumah sakit pasien
berperan sebagai pasien.
4) Ideal diri
Pasien ingin cepat sembuh serta berkumpul bersama keluarga.
5) Harga diri
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga terutama dengan orang tuanya dalam keadaan
baik. Pasien menyadari bahwa dirinya sakit.
c. Hubungan Sosial
Dalam kehidupan pasien orang yang paling berarti adalah orangtua. Namun di tempat pasien
dirawat, orang yang paling berarti adalah teman.
d. Kehidupan Spiritual
Pasien menganut agama Kristen Protestan. Menurut pasien sebelum dirawat di RSJ
Ratumbuysang, pasien hampir tiap hari minggu beribadah di gereja. Saat masuk rumah sakit
pasien rutin mengikuti ibadah tiap hari rabu bersama pasien lain.

5. STATUS MENTAL
a. Penampilan
Penampilan pasien tidak rapi, gigi kotor, rambut jarang disisir, kuku kotor
b. Pembicaraan
Saat pengkajian pasien bisa menjawab pertanyaan yang diajukan
c. Aktivitas motorik
Aktivitas pasien tenang
d. Alam perasaan
Takut, karena pasien melihat bayangan laki-laki yang ingin memeluknya
e. Afek pasien
Tidak ada gangguan
f. Interaksi selama wawancara
Pasien kooperatif, mendengar apa yang ditanyakan dan menjawabnya sesuai dengan
pertanyaan yang ditanyakan serta kontak mata baik
g. Gangguan persepsi
Saat pengkajian pasien mengalami halusinasi penglihatan dengan waktu selalu muncul pada
malam hari sebelum pasien tidur. Frekuensi 1-2 jam, isinya adalah melihat seorang hantu
laki-laki yang ingin memeluknya. Sedangkan responnya, pasien memanggil perawat yang
bertugas di ruangan tapi mereka tidak mendengarkannya dan pasien pun merasa kesepian dan
menyendiri.
h. Proses pikir
Proses pikir pasien sampai pada tujuan pembicaraan.
i. Tingkat kesadaran
Orientasi waktu, tempat dan orang jelas.
j. Memori
Gangguan pada memori jangka panjang
k. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien mudah beralih yaitu saat bertanya, pasien menjawab diluar pertanyaan
l. Kemampuan penilaian
Pasien mengalami gangguan kemampuan penilaian ringan, yaitu dapat mengambil keputusan
sederhana dengan bantuan orang lain.
m. Daya tilik diri
Pasien menyadari dengan penyakit yang dideritanya.

6. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


a. Makan dan minum
Pasien makan 3x/hr, yaitu pagi, sore, dan malam secara mandiri
b. BAB/BAK
Pasien BAB 1x/hr, BAK ±4x/hr, secara mandiri
c. Mandi
Pasien mandi 2x/hr, yaitu pagi dan sore, hanya memakai sabun
d. Berpakain dan berhias
Pasien mampu berpakaian tanpa bantuan orang lain
e. Istiraht dan tidur
Tidur siang ±½ jam, tidur malam ± 8 jam, tidak mengalami gannguan tidur
f. Penggunaan obat
Pasien minum obat 3x/hr, setelah makan THP 2mg ( 2 x ½ ), Vit C (2 x 1), Diasepam (0-0-1),
Haloperidol (2 x 1)

7. MEKANISME KOPING
Asertif yaitu cerita dengan orang lain

8. ASPEK MEDIS
a. Diagnosa medis : Skisofrenia
b. Terapis Medis : Triheksipenidile 2 mg 2x1 kap
Haloperidol 5 mg 2x1 tab
Diazepam 5 mg 0-0-1 tab
Vit. B Complex 2x1 tab

B. ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
1. DS : Gangguan persepsi sensorik :
- Pasien mengatakan melihat bayangan halusinasi penglihatan
hantu laki-laki yang ingin
memeluknya
DO :
- Pasien pernah dirawat sebelumnya
namun kurang berhasil karena putus
obat
- Pasien takut
2. DS : Defisit perawatan diri
- Pasien mengatakan merasa lemah
- Pasien mengatakan lelah untuk
beraktifitas
DO :
- Penampilan kurang Rapi
- Rambut jarang disisir
- Gigi tampak kotor dan bau
- Kuku kaki kotor
3. DS : Isolasi sosial
- Pasien mengatakan sendiri pada
malam hari
- Pasien mengatakan kesepian pada
malam hari
DO :
- Pasien tampak sedih dan murung

C. POHON MASALAH

Masalah utama Perubahan persepsi sensorik :


halusinasi penglihatan

Isolasi Sosial Defisit perawatan diri

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan
2. Isolasi sosial
3. Defisit perawatan diri

DIAGNOSA
NO TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERV
KEPERAWATAN
1 Gangguan persepsi TUM
sensorik : halusinasi Setelah diberikan
penglihatan. tindakan keperawatan
DS : selama 3 hari, pasien
- Pasien dapat mengontrol
mengatakanmelihat halusinasi.
bayangan hantu TUK
laki-laki 1. Pasien dapat membina - Ekpresi wajah bersahabat, 1. Bina hubungan sa
DO : hubungan saling percaya menunjukkan rasa senang, ada antara perawat de
- Pasien pernah kontak mata, mau berjabat (Sapa pasien deng
dirawat sebelumnya tangan, mau menyebutkan perkenalkan nama
namun kurang nama, mau menjawab salam, pasien, buat kontr
berhasil karena mau duduk berdampingan tanyakan perasaan
putus obat dengan perawat, dan mau
mengutarakan masalah yang
dihadapinya.
2. Pasien dapat mengenal - Pasien dapat menyebutkan
halusinasinya waktu, isi, dan frekuensi 2.1.Adakan kontak se
timbulnya halusinasi singkat
2.2.Observasi tingkah
terkait dengan hal
2.3.Diskusikan denga
yang dirasakan da
kesempatan pasien
mengungkapkan p
2.4.Diskusikan denga
yang dilakukan un
3. Pasien dapatmengontrol - Pasien dapat halusinasi
halusinasinya mendemonstrasikan cara 3.1. Identifikasi cara y
mengontrol halusinasi jika terjadi halusin
3.2.Diskusikan caram
halusinasi
3.3.Bantu pasien mem
sudah diajarkan
3.4.Beri kesempatan u
4. Pasien dapat melakukan cara y
memanfaatkan obat - Pasien dapat 3.5.Jika berhasil beri
dengan baik mendemonstrasikan kepatuhan4.1.Diskusikan denga
minum obat untuk mencegah manfaat dan kerug
halusinasi minum obat
4.2.Pantau pasien saa
obat
4.3.Beri pujian jika pa
menggunakan oba
4.4.Diskusikan akibat
obat
2. Defisit pearawatan
TUM
diri pasien dapat
mandiridalam perawatan
diri

TUK : - menunjukkan tnada-tanda 1. Bina hubungan sa


1. Pasien dapt membina percaya kepada perawat : antara perawat de
hubungan saling percaya Wajah cerah, tersenyum (Sapa pasien deng
dengan perawat Mau berkenalan perkenalkan nama
Ada kontak mata pasien, buat kontr
tanyakan perasaan
- Pasien dapatmenyebutkan :
2. Pasien mengetahui Penyebab tidak merawat 2. Diskusikan denga
pentingnya perawatan diri, Manfaat menjaga penyebab pasien t
diri perawatan diri, Tanda-tanda diri, manfaat men
bersih dan rapih diri, tanda-tanda p
- Pasien menyebutkan frekuensi yang baik
menjaga dan pasien dapat
3. Pasien mengetahui cara- menjelaskan cara perawatan 3.1.Diskusikan frekue
cara melakukann diri :Frekuensi gosok perawatan diri sel
perawatan diri gigi,Frekuensi gosok gigi, keram
berhias/berdandan,Frekuensi berhias, gunting k
gunting kuku 3.2.Diskusikan cara p
perawatan diri yan
- Pasien mempraktekkan benar
perawatan diri dengan bantuan3.3.Berikan pujian po
oleh perawat : 3.1.Bantu pasien saat
4. Pasien dapat Gosok mandi, gosok gigi
melaksanakan perawatan gigi,Berhias/berdandan,Gunting pakaian, berhias, g
diri dengan bantuan kuku 3.2.Beri pujian setelah
perawat - pasien melaksanakan praktek melaksanakan per
perawatan diri secara mandiri :5.1.Pantau pasien dala
Gosok gigi bangun pagi dan melaksanakan per
5. Pasien dapat sesudah mandi, gosok gigi
melaksanakan perawatan makan,Berhias/berdandan pakaian, berhias, g
diri secara mandiri sehabis mandi, Gunting kuku 5.2.Beri pujian saat pa
setelah mulai panjang melaksanakan per
secara mandiri

E. Implementasi Keperawatan
DX JAM, HARI/ IMPLEMENTASI EVALUASI
TANGGAL
1. Selasa, 18 Juni SP 1
2013 Bina hubungan saling percaya dengan
08.00 pasien
Fase Orientasi
P : Selamat pagi
PS : Selamat pagi ses
P : Kenalkan nama saya Christiany
Porong, bisa di panggil Titie
adalah mahasiswa Keperawatan yang
praktek di RS ini selama 3hari dan ini
adalah hari peratama saya praktek disini.
Nama anda ? dan senang dipanggil apa ?
PS: Nama saya Nn. R, dipanggil rina
P : Bagaimana perasaan Nn.R saat ini ?
PS : Baik ses
P : Apakah Nn. R ada keluhan ? karena ses
disini ingin membantu Nn. R untuk
memberikan solusi dari masalah Nn. R
PS : iya ses, tadi malam di kamar mandi
saya melihat bayangan laki-laki yang ingin
memeluk saya.
P : Oh, bagaimana kalau kita berbinang-
bincang sebentar ? Nn. R mau ? Nn. R mau
didalam atau diluar ?
PS : didalam ses
P : baiklah, kita akan berbicang-binang
tentang halusinasi penglihatan yang Nn. R
alami. Maunya berapa lama ?
PS : 20 menit ses
Fase Kerja
P : baiklah, Nn. R yang Nn. R lihat itu
adalah halusinasi. Nn. R tau apa itu
halusinasi ?
PS : tidak ses
P : Halusinasi itu adalah sesuatu yang Nn.
R lihat tapi tidak nyata. Halusinasi ada 5
macam, pendengaran, penglihatan,
perabaan, penciuman, pengecapan. Yang
Nn. R alami saat ini adalah halusinasi
penglihatan. Tapi ses akan memberikan
Nn. R cara untuk mengatasinya agar
sembuh. Nn. R maukan ?
PS : mau ses
P : Ada 4 cara untuk mengatasinya dan ses
akan mengajarkan cara yang pertama yaitu
dengan menghardik. Kalau Nn. R melihat
bayangan itu lagi, Nn. R harus mengatakan
“Pergi, kamu tidak nyata” sambil menutup
mata. Apa Nn. R sudah mengerti ?
PS : iya, saya mengerti ses
P : kalau begitu coba ulangi yang saya
katakan tadi sambil mempragakannya
PS : “pergi, kamu tidak nyata” (sambil
menutup mata)
P : Bagus, sekarang Nn. R sudah mengerti
cara menghardik jika bayangan-bayangan
itu datang lagi. Bagaimana perasaan Nn. R
sekarang setelah mengetahui bagaimana
cara menghardik halusinasi?
10.00 PS : saya senang ses
P : kalau begitu Nn. R bisa
mempraktekkannya dalam jadwal kegiatan
Nn. R yang akan di buat oleh perawat
PS : Iya ses
Fase Terminasi
P : Sepertinya waktu kita sudah habis yah,
nanti kita lanjutkan sebentar dan ses akan
mengajarkan Nn. R cara yang kedua. Nn.
R bisa jam 10 sebentar ?
PS : iya ses
P : maunya dimana diluar atau di dalam
sini ?
PS : disini saja ses
P : baiklah kalau begitu kita ketemuan
ditempat ini pada jam 10 yah. Sampai
ketemu sebentar
SP 2
Bina hubungan saling percaya dengan
pasien
Fase Orientasi
P : selamat siang Nn. R
PS : selamat siang ses
P : bagaimana perasaan hari ini ? apakah
Nn. R masih melihat bayangan itu? Sesuai
dengan janji kita tadi, kita akan
berbincang-bincang sedikit yah. Mau Nn.
R berapa lama ?
PS : iya ses, 20 menit
P : maunya dimana ? disini saja atau di
tempat lain?
PS : disini saja
Fase Kerja
P : cara yang kedua untuk mengontrol
halusinasi yaitu dengan
Rabu, 19 Juni bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi
2013 kalau Nn. R melihat bayangan lagi Nn. R
08.00 bisa bercakap-cakap dengan orang lain
seperti “tolong saya melihat bayangan,
mari kita berakap-cakap”. Nn. R mengerti
kan ?
PS : iya ses
P : coba Nn. R ulagi apa yang ses katakan
tadi?
PS : (mengulangi sambil
memperagakannya)
P : bagus, ternyata Nn. R mampu
melakukannya.
Fase Terminasi
P : bagaimana perasaan Nn. R setelahm
saat latihan tadi?
PS : senang ses
P : bagaimana kalau latihan bercakap-
cakap kita masukkan dalam daftar kegiatan
harian ? maunya jam berapa ?
PS : Jam 8 dan jam 6 sore ses
P : baiklah kalau begitu, Nn. R juga bisa
mempragakan saat melihat bayangan itu
lagi
PS : iya ses
P : sepertinya waktu kita sudah selesai,
nanti ses datang besok pagi lagi untuk
mengajarkan cara yang ketiga. Kita jumpa
disini lagi jam 8 yah
PS : iya ses
P : kalau begitu ses permisi dulu, sampai
bertemu besok lagi
SP 3
Bina hubungan saling percaya.
Fase Orientasi
P : selamat pagi Nn. R, masih ingat dengan
saya ?
PS : selamat pagi ses, iya ses Titie
P : bagaimana perasaan hari ini ? Apakah
Nn. R masih melihat bayangan ?
PS : iya ses
Kamis, 20 Juni P : apakah Nn. R sudah pakai 2 cara yang
2013 kita latih sebelumnya ?
08.00 PS : iya ses
P : bagus, kalau begitu sesuai janji kita
kemarin kita akan belajar cara yang ketiga
yaitu kegiatan terjadwal. Mau dimana kita
bicara ?
PS : disini saja ses
P : mau berapa lama ? bagaimana kalau 30
menit ?
PS : iya ses
Fase Kerja
P : apa saja kegiatan yang bisa Nn. R
lakukan ?
PS : mandi, menyanyi, ibadah, bermain
bersama, makan,
P : wah banyak sekali kegiatannya yah.
Bagaimana kalau kita latih 2 kegiatan hari
ini ? sekarang Nn. R menyanyi setelah itu
berdoa yah. Nn. R bisa kan ?
PS : iya ses, (sambil memperagakan)
P : bagus sekali ternyata Nn. R bisa
memperagakannya. Kegiatan ini bisa Nn.
R lakukan agar mencegah bayangan
tersebut muncul.
PS : iya ses
Fase terminasi
P : bagaimana perasaan Nn. R setelah
bercakap-cakap cara yang ketiga ?
PS : senang ses
P : wah bagus! Coba sebutkan 3 cara yang
sudah kita belajar untuk mencegah
bayangan tersebut.
PS : menyebutkan (menghardik, bercakap-
cakap dengan orang lain, melakukan
kegiatan yang sudah terjadwal)
P : bagus sekali! Mari kita masukkan
2.
dalam kegiatan jadwal harian Nn. R yahh.
Bagaimana kalau besok kita belajar cara
keempat cara mencegah halusinasi yaitu
dengan menggunakan obat yang baik.
Bagaimana kalau jam 8 ?
PS : iya ses
P : kita bertemu disini lagi yah, sampai
jumpa besok lagi yah
SP4
Membina hubungan saling percaya dengan
pasien
Fase Orientasi
P : selamat pagi Nn. R
PS : selamat pagi ses
P : bagaimana perasaan Nn. R hari ini ?
apakah bayangannya masih muncul lagi ?
apakah Nn. R memakai ketiga cara yang
kita diskusikan pada hari sebelumnya ?
Rabu, 19 Juni PS : iya ses
2013 P : apakah pagi ini Nn. R sudah minum
14.00 obat ?
PS : sudah ses
P : oh bagus! Bagaimana kalau kita
mendiskusikan obat-obat yang Nn. R
minum ? kita akan mendiskusikan 20
menit saja yah di tempat ini
PS : iya ses
Fase Kerja
P : Nn. R minum obat sangatlah
penting supaya bayangan yangNn. R
lihat dan mengganggu selama ini tidak
muncul lagi. Berapa macam obat yang
diminum?
PS : ada 4 ses
P : iya warna yang putih (THP) 2 kali
sehari jamnya 7 pagi dan 7
malam, gunanya untuk rileks dan tidak
kaku. Sedangkan yang merah jambu
(HLP) 2 kali sehari jamnya sama gunanya
untuk pikiran biar tenang dan yang kuning
untuk daya tahan tubuh biar Nn. R tidak
sakit.
PS : iya ses
P : Kalau bayangan sudah hilang obatnya
tidak boleh diberhentikan. Nanti
dikonsultasikan dengan dokter, sebab
kalau putus obat, Nn. R akan kambuh dan
sulit mengembalikan kekeadaan yang
semula.
PS : iya ses
P : Kalau obat habis Nn. R bsia minta ke
dokter untuk mendapatkan obat lagi. Nn. R
harus minum obat teratur dengan cara yang
benar. Yaitu diminum sesudah makan dan
tepat jamnya.
PS : iya ses
P : bagaimana perasaan Nn. R setelah kita
bercakap-cakap tentang obat?
PS : senang ses
P : Sudah berapa cara yang kita latih untuk
mencegahbayangannya?
PS : sudah 4 ses
P : bagus ternyata Nn. R masih ingat. Mari
kita masukan jadwal minum obat pada
kegiatan harian Nn. R .
PS : iya ses
P : kalau begitu ses permisi dulu yah
karena waktu kita sudah habis. Nanti kita
bertemu lagi lain waktu. Selamat siang Nn.
R

Kamis, 20 Juni
2013 SP1
08.30 Bina hubungan saling percaya dengan pasien
Fase Orientasi
P: Selamat Pagi. Kenalkan nama
saya Christiany Porongmahasiswa
Poltekkes Jurusan Keperawatan yang
praktek di RS ini selama 3 hari mulai dari
hari ini sampai tanggal 20 Juni
2013. Nama Nona siapa ? Senang
dipanggil sapa ?
PS : Pagi, suster. Nama saya Rina nama
panggilan Rina.
P : Bagaimana perasaan R saat ini ? R sudah
mandi dan gosok gigi ?
PS : sudah mandi jam 5 dan belum sikat gigi,
tidak ada sikat gigi
P : baiklah bagaimana kalau kita berbincang-
bincang tentang kebersihan diri tujuannya
untuk R dapat mengetahui jenis-jenis
kebersihan diri, sehingga tidak terserang
penyakit. Pertama yaitu mandi. Sebelum
diajarkan Berapa lama kita berbicara ? 20
menit ya ? Mau dimana ? disini aja ya di
ruang tengah. Setuju ?
PS : setuju Suster.
Fase Kerja
P : Berapa kali R mandi dalam sehari?
Menurut R apa kegunaannya mandi ?
Menurut R apa manfaatnya kalau kita
menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-
tanda orang yang tidak merawat diri
dengan baik seperti apa ya ?
PS : 1 hari sekali, kadang tidak gosok gigi,
alasannya tidak ada sikat gigi, agar gigi
bersih mulut bau.
P : Kalau kita tidak teratur menjaga
kebersihan diri terutama gigi masalah apa
menurut R yang bisa muncul ?
PS : gigi ompong.
P :Betul sekali, jadi, suster disini akan
mengajarkan cara gosok gigi yang benar
sesuai janji kita 20 menit. Baiklah caranya
.Pertama, kumur-kumur dengan air bersih.
Lalu oleskan pasta gigi ke sikat gigi.
Gosok gigi dengan sikat gigi dari atas ke
bawah beberapa kali, lalu gosok kesisi
depan gigi sampai kebelakang gigi, depan
gigi dan bagian dalam gigi, tengah-tengah
gigi juga. Lalu buang busa atau cairan dari
gosok gigi tadi. Dan terakhir kumur-kumur
2-3x. Apa R bisa mengerti? Coba di
praktekkan kembali ?
PS : R dapat mempraktekkan kembali.
P : Bagus, baiklah kegiatan menggosok gigi
kita masukkan ke jadwal kegiatan
harian,setelah makan pagi dan makan siang
jam 8 pagi dan jam 2 siang. Setuju ?
PS : iya suster.
Fase Terminasi
P : bagaimana perasaan R saat berbincang-
bincang tadi, coba R jelaskan dan
mempraktekkan kembali cara menggosok
gigi dengan benar. R dapat melakukannya
dengan baik, baiklah pertemuan kita
sampai disini. Besok kita akan berbincang-
bincang lagi tentang jadwal yang telah kita
buat dan mempraktekkan perawatan diri
yang kedua dan ketiga yaitu
berdandan/berhias dengan gunting kuku.
PS : iya ses
P : berapa lama R punya waktu untuk
berbincang-bincang dengan saya besok?
Bagaimana kalau 20 menit saja?”
di mana R mau berbincang-bincang
dengan saya besok?
PS : disini saja ses
P : Ya sudah... bagaimana kalau besok kita
melakukannya di ruangan tengah ini lagi
?selamat pagi sampai jumpa besok.
SP 2
Membina hubungan saling percaya dengan
pasien.
Fase orientasi
P :Selamat Pagi R masih ingat dengan
saya?
PS : Masih suster Titie
P : Benar, Bagaimana perasaannya hari ini ?
masih ingat dengan yang kemarin
R lakukan? sesuai dengan janji kita
kemarin, hari ini R akan melakukan
perawatan diri yang kedua yaitu
berdandan/berhias sesuai dengan
kesepakatan kita kemarin, kita akan
melakukannya selama 20 menit,
kesepakatan kita kemarin Kita akan
melakukannya di ruang tengah, Agar tubuh
tetap terawat apakah setuju ?
PS : Setuju Suster.
Fase Kerja
P : Sebelum kita lanjut , coba R perlihatkan
kepada saya bagaimana cara menggosok
gigi sesuai yang kemarin dijelaskan dan
dipraktekkan ?
PS : pasien dapat mempraktekkan dengan benar
P : Hebat, R dapat melakukannya dengan baik...
sekarang, mari kita mempraktekkannya
perawatan diri yang kedua
berdandan/berhias. Caranya siapkan sisir,
bedak, dan kaca.sisir rambut, kemudian
mulai berdandan sesuai yang dinginkan.
Ketiga menggunting kuku kaki, caranya
siapkan alat gunting kuku, kemudian
gunting kuku dari ibu jari samapi jari
kelinci. bagaimana masih bisa ???
PS : R dapat mempraktekkannya meskipun
masih malu.
P : Bagus... R dapat mempraktekkan dengan
baik..bagaimana kalau kegiatan di
masukkan kedalam jadwal kegiatan
harian?apabila kuku R mulai panjang.
PS : iya ses
Fase Terminasi
P : Bagaimana perasaan setelah kita berbincang-
bincang tadi?
Apa-apa perawatan yang telah dilakukan ?
PS : iya suster, menggosok gigi,
berdandan/berhias dan menggunting kuku.
P : bagus, nah R sudah dapat mempraktekkan 3
perawatan diri yang telah diajarkan,
Baiklah... pertemuan hari ini kita
akhiri. Nanti kita bertemu lagi di lain
waktu karena ses sudah selesai praktek
disini yah

Anda mungkin juga menyukai