Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............. .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

A.Latar Belakang...................................................................................................................... 1

B.Rumusan Masalah................................................................................................................. 2

C.Tujuan ................................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3

1.Pengertian Sintaksis .............................................................................................................. 3

2.Lingkup Cakupan Sintaksis ................................................................................................... 4

3.Hubungan Antara Frasa,Klausa,dan Kalimat ........................................................................ 4

4.Pengertian Frasa,Klausa,dan Kalimat.................................................................................... 5

5.Ciri-ciri Frasa,Klausa,dan Kalimat ........................................................................................ 8

6.Macam-Maacam Frasa,Klausa,dan Kalimat .......................................................................... 9

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 18

A.Kesimpulan ......................................................................................................................... 18

B.Saran ................................................................................................................................... 19

C.Daftar Pustaka..................................................................................................................... 20

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan
penuh kemudahan.Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu
tentang pendidikan bahasa indonesia bertema SINTAKSIS, yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagaisumber. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini memuat tentang “Arti
penting dalam menumbuhkan jiwa kesadaran”.
Yang sudah mulai terlupakan dizaman sekarang ini. Walaupun makalah ini mungkin
kurangsempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca. Penyusun
jugamengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Pendidikan bahasa indonesia yang
telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki banyak kekurangan. Penyusun mohon untuk saran
dan kritiknya.

Cirebon,20 September 2018.

ii
BAB I

PENDAHULUAAN

A. Latar Belakang

Masih banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham tentang makna dan hakikat

sintaksis. Padahal, penggunaanya begitu dekat dengan masyarakat Indonesia, yaitu berkisar

tentang kalimat bahasa Indonesia yang digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari.

Banyak permasalahan yang ada dalam mendalami penguasaan sintaksis dan hakikatnya. Perlu

pendalaman dan banyak mempraktekan dalam dunia kebahasaan. Karena ilmu sintaksis

sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Sebenarnya apa yang dimaksud dengan sintaksis itu? Sintaksis merupakan ilmu yang

mempelajari tentang tatabahasa. Sintaksis juga dapat dikatakan tata bahasa yang membahas

hubungan antarkata dalam tuturan.

Sintaksis merupakan cabang linguistik yang membicarakan hubungan antar kata dalam

tuturan (speech). Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frase, klausa

dan kalimat. Didalam makalah ini akan dibahas ketika pokok bahasan tersebut secara rinci.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, dapat diambil rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Apakah pengertian dari sintaksis?

2. Apa saja yang termasuk dalam sintaksis bahasa Indonesia?

3. Bagaimana hubungan antara frasa, klausa, dan kalimat?

4. Apakah yang dimaksud dengan frasa, klausa, dan kalimat?

5. Apa sajakah ciri-ciri dari frasa, klausa dan kalimat?

6. Apa sajakah macam-macam frasa, klausa dan kalimat dan beserta contohnya?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian sintaksis.

2. Mengetahui yang termasuk dalam sintaksis.

3. Mengetahui hubungan frasa, klausa dan kalimat.

4. Mengetahui pengertian frasa, klausa dan kalimat.

5. Mengetahui ciri-ciri frasa, klausa dan kalimat.

6. Mengetahui macam-macam frasa, klausa dan kalimat beserta contohnya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Sintaksis

a. Pengertian Secara Etimologi

Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ’dengan’ dan kata tattein

yang berarti ’menempatkan’. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama

kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Selain dari bahasa Yunani, sintaksis juga

berasal dari bahasa Belanda yaitu syntaxis. Sintaksis juga berasal dari bahasa Inggris yaitu

syntax. Istilah sintaksis (Belanda, Syntaxis) ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang

membicarakan tentang seluk beluk wacana , kaliamat, prase dan klausa.

b. Pengertian Sintaksis dari Berbagai Ahli

1) Menurut Gleason (1955) “Syntax maybe roughly defined as the principles of arrangement

of the construction (word) into large constructions of various kinds.” Artinya adalah sintaksis

mungkin dikaitkan dari definisi prinsip aransemen konstruksi (kata) ke dalam konstruksi

besar dari bermacam-macam variasi.

2) Robert (1964:1) yang berpendapat bahawa sintaksis adalah bidang tata bahasa yang

menelaah hubungan kata-kata dalam kalimat dan cara-cara menyusun kata-kata.Verhaar

mengatakan bahwa sintaksis adalah terdiri dari susunan subjek (s) predikat(p) objek (o) dan

keterangan yang merupakan tempat – tempat kosong yang tidak mempunyai arti apa – apa.

3) Prof.Drs.M.Ramlan mengatakan bahwa sintaksis merupakan cabang ilmu bahasa

(linguistik) yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.

4) Prof.Dr.Suparman Herusantosa mengatakan bahwa sintaksis merupakan studi tentang

hubungan antara kata yang satu dengan kata yang lain.

Dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa sintaksis

3
merupakan bagian dari ilmu bahasa yang didalamnya mengkaji tentang kata dan kelompok

kata yang membentuk frasa, klausa, dan kalimat.

2. Lingkup Cakupan Sintaksis


a. Cakupan Sintaksis menurut Ramlan (1987:21) meliputi frasa, klausa, kalimat, dan wacana

b. Menurut Chaer (1994 : 219) satuan terkecil adalah kata, yang secara hierarkial menjadi

komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar yaitu frasa, klausa dan kalimat.

Sedangkan unsur penbentuk wacana adalah kalimat.

Berdasarkan pengertian sintaksis di atas, dalam tataran sintaksis kata merupakan satuan

terkecil, yang secara hierarkial menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih

besar yaitu frase. Maka di sini, kata, hanya dibicarakan sebgai satuan terkecil dalam sintaksis,

yaitu dalam hubungannya dengan unsur-unsur pembentuk satuan yang lebih besar, yaitu

frase, klausa, dan kalimat.

3. Hubungan antara Frasa, Klausa dan Kalimat

Dilihat dari bentuknya, kalimat dapat dirumuskan sebagai konstruksi sintaksis terbesar yang

terdiri atas dua kata atau lebih. Hubungan struktural antara kata dan kata, atau kelompok kata

dan kelompok kata yang lain, berbeda-beda. Sementara, kedudukan tiap kata atau kelompok

kata dalam kalimat itu berbeda-beda pula. Antara “kalimat” dan “kata” terdapat dua satuan

sintaksis antara, yaitu “klausa” dan “frasa”. Klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri

atas dua kata atau lebih yang mengandung unsur predikasi, sedangkan frasa adalah satuan

sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak mengandung unsur predikasi.

4
4. Pengertian Frasa, Klausa dan Kalimat

a. Pengertian Frasa

Frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih,

yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa (Cook, 1971: 91 ; Elson and Pickett, 1969: 73) atau

tidak melampaui batas subjek atau predikat (Ramlan, 1976: 50); dengan kata lain: sifatnya

tidak predikatif.

Venhaar (2001) menjelaskan bahwa frasa adalah kelompok kata yang merupakan bagian

fungsional dari tuturan yang lebih panjang.

Kentjono (1990) mendefinisikan frasa sebagai satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata

atau lebih dari dua kata yang tidak berciri klausa dan yang pada umumnya menjadi

pembentuk klausa.

Keraf (1991) menyatakan bahwa frasa merupakan suatu konstruksi yang terdiri atas dua kata

atau lebih yang membentuk suatu kesatuan.

Kridalaksana (1993) menegaskan bahwa frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang

sifatnya tidak predikatif; gabungan ini dapat rapat, dapat renggang.

Parera (1994) yang memberi batasan frasa sebagai suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh

dua kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah pola dasar kalimat maupun tidak.

Chaer (1998) menyatakan bahwa frasa merupakan gabungan dua kata atau lebih yang

merupakan satu kesatuan dan menjadi salah satu unsur atau fungsi kalimat (subjek, predikat,

objek, atau keterangan).

b. Pengertiaan Klausa

Ada beberapa definisi klausa menurut para ahli bahasa yakni sebagai berikut :

1. Menurut kridalaksana, klausa merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan kata,

5
minimal terdiri dari subjek dan predikat serta berpotensi menjadi kalimat.

2. Ramlan mengatakan bahwa klausa merupakan satuan gramatik yang terdiri atas S, P, (O),

(Pel), dan (K).

3. H. Alwi, klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih dan

mengandung unsur predikasi.

4. Klausa adalah satuan sintaksis yang bersifat predikatif. Artinya, didalam satuan atau

konstruksi itu terdapat sebuah predikat, bila dalam satuan itu tidak terdapat predikat, maka

satuan itu bukan sebuah klausa (Chaer,2009:150).

5. Menurut pendapat Arifin (2008:34) klausa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan

kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Klausa atau gabungan kata itu

berpotensi menjadi kalimat.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa klausa adalah gabungan dari

beberapa kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, boleh dilengkapi

(objek), (pelengkap), dan (keterangan).

c. Pengertian kalimat

Banyak ahli yang telah mengemukakan definisi atau pengertian kalimat. Beberapa di

antaranya akan penulis kemukakan sebagai berikut.

Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola

intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa. (Cook, 1971: 39-40; Elson and Pickett, 1969: 82).

Pakar bahasa di Indonesia, Alisjahbana (1978) menyatakan bahwa kalimat adalah satuan

kumpulan kata yang terkecil yang mengadung pikiran lengkap.

A.A.Fokker (1960:9), juga mengatakan: “kalimat ialah ucapan bahasa yang mempunyai arti

penuh dan turunnya suara menjadi cirinya sebagai batas keseluruhanya”.

Gorys Keraf (1978:156), dimana dikatakannya: “suatu bagian ujaran, yang didahului dan

6
diikuti oleh kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukan bahwa bagian ujaran itu sudah

lengkap disebut kalimat”.

Kridalaksana (1993) menegaskan bahwa kalimat adalah (i) satuan bahasa yang secara relatif

berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri atas

klausa; (ii) klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan preposisi yang

merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang membentuk satuan yang

bebas,; jawaban minimal, seruan, salam, dan sebagainya; dan (iii) konstruksi gramatikal yang

terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola tertentu, dan dapat berdiri sendiri

sebagai satu satuan.

Alwi (2001) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat

mengungkapkan pikiran yang utuh.

Ramlan (1981:6) mengatakan: “kalimat ialah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda

panjang yang disertai nada akhir turun atau naik”.

Parera (1978:10) mengatakan: “sebuah bentuk ketatabahasaan yang maksimal yang tidak

merupakan bagian dari sebuah konstruksi ketatabahasaan yang lebih besar dan lebih luas

adalah kalimat”.

Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap merupakan

definisi umum yang biasa dijumpai. Dalam kaitannya dengan satuan-satuan sintaksis yang

lebih kecil (kata,frase,dan klausa) bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari

konsituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjugsi bila diperlukan,

serta disertai dengan intonasi final.

7
5. Ciri-ciri Frasa, Klausa dan Kalimat

a. Ciri-ciri Frasa

Sesuai dengan definisi-definisi yang dikemukakan para ahli, maka dapat mengidentifikasi

frasa sebagai suatu satuan atau konstruksi yang berciri: (i) terdiri atas dua kata atau lebih

yang berhubungan dan membentuk suatu kesatuan, (ii) tidak bersifat predikatif, (iii) tidak

berciri klausa, (iv) merupakan unsur pembentuk klausa, dan (v) menempati salah satu unsur

atau fungsi dalam kalimat.

b. Ciri-ciri Klausa, yaitu:

1) terdiri atas S dan P baik disertai O, Pel, K maupun tidak,

2) unsur klausa berupa S dan P,

3) unsur utama klausa adalah P karena S dapat dilesapkan,

4) mempunyai rumus (S) P, (O) (Pel).

c. Ciri-ciri Kalimat

Berdasarkan definisi atau pengertian kalimat yang disampaikan para ahli, kita dapat

merumuskan ciri-ciri kalimat, yaitu sebagai berikut:

1) Sebagai satuan bahasa atau satuan gramatikal;

2) Terdiri atas satu kata atau lebih (tidak terbatas)/terdiri atas klausa;

3) Secara relatif dapat berdiri sendiri;

4) Memiliki atau mengandung pikiran yang lengkap;

5) Mempunyai pola intonasi akhir;

6) Dalam konvensi tulis, ditandai oleh awal huruf capital dan diakhiri tanda baca (tanda titik

untuk kalimat deklaratif, tanda tanya untuk kalimat interogatif, dan tanda seru untuk kalimat

interjektif).

8
6. Macam-macam Frasa, Klausa dan Kalimat

a. Jenis-jenis Frase

1) Frase endosentrik

Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Frase

endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:

a) Frase endosentrik yang koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsur-unsur yang setara,

ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur itu dihubungkan dengan kata penghubung.

Misalnya: kakek-nenek, pembinaan dan pengembangan, laki bini , belajar atau bekerja

b) Frase endosentrik yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-unsur yang tidak setara.

Karena itu, unsur-unsurnya tidak mungkin dihubungkan.

Misalnya: perjalanan panjang, hari libur

Perjalanan, hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang secara distribusional sama dengan

seluruh frase dan secara semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya

merupakan atributif.

c) Frase endosentrik yang apositif: frase yang atributnya berupa aposisi/ keterangan

tambahan.

Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.

Dalam frase Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur yang satu, dalam hal ini unsur anak

Pak Saleh, sama dengan unsur lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh dapat

menggantikan unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut:

Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai

Susi, …., sangat pandai.

…., anak Pak Saleh sangat pandai.

Unsur Susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak Saleh merupakan aposisi (Ap).

9
2) Frase Eksosentrik

Frase eksosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya.

Misalnya: Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.

Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya. Ketidaksamaan

itu dapat dilihat dari jajaran berikut:

Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….

Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. Kelas

3) Frase Nominal, frase Verbal, frase Bilangan, frase Keterangan.

a) Frase Nominal: frase yang memiliki distributif yang sama dengan kata nominal.

Misalnya: baju baru, rumah sakit

Frase Verbal: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan golongan kata verbal.

Misalnya: akan berlayar

b) Frase Bilangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan.

Misalnya: dua butir telur, sepuluh keeping

c) Frase Keterangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata keterangan.

Misalnya: tadi pagi, besok sore

4) Frase Depan: frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda, diikuti oleh kata atau

frase sebagai aksinnya.

Misalnya: di halaman sekolah, dari desa

5) Frase Ambigu

Frase ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan keraguan atau mengaburkan

maksud kalimat. Makna ganda seperti itu disebut ambigu.

Misalnya: Perusahaan pakaian milik perancang busana wanita terkenal, tempat mamaku

bekerja, berbaik hati mau melunaskan semua tunggakan sekolahku. Frase perancang busana

wanita dapat menimbulkan pengertian ganda:

10
a) Perancang busana yang berjenis kelamin wanita.

b) Perancang yang menciptakan model busana untuk wanita.

b. Jenis-jenis klausa

Ada tiga dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan klausa

yaitu :

1) Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.

Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti

klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini klausa yang bisa tidak hadir adalah S,

sedangkan P sebagai unsur inti klausa selalu hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi

klausa berdasarkan struktur internnya, berikut klasifikasinya :

a) Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir. Klausa ini diklasifikasikan

lagi berdasarkan urutan S dan P.

b) Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S.

c) Klausa Tidak Lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam

klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan.

2) Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara

gramatik menegatifkan P.

Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum, dan jangan. Klasifikasi klausa

berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P menghasilkan :

a) Klausa Positif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P.

Contoh : Pasha seorang penyanyi terkenal.

b) Klausa Negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P.

Contoh : Pasha bukan seorang penyanyi terkenal.

11
3) Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.

Berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi :

a) Klausa Nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa nomina.

Contoh : Dia seorang sukarelawan.

b) Klausa Verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba.

Contoh : Dia membantu para korban banjir.

c) Klausa Adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa

adjektiva.

Contoh : Adiknya sangat gemuk.

d) Klausa Numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori numeralia.

Contoh : Anaknya lima ekor.

e) Klausa Preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa

preposisiona.

Contoh : Sepatu itu di bawah meja.

f) Klausa Pronomia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi ponomial.

Contoh : Hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah.

4) Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat

Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan atas :

a) Klausa Bebas ialah klausa yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor. Jadi,

klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi sebagai

predikat dalam klausa tersebut.

Contoh : Anak itu badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin.

b) Klausa terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor,

hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor.

Contoh : Semua murid sudah pulang kecuali yang dihukum.

12
5) Klasifikasi klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat.

Menurutnya klausa juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat.

a) Klausa Atasan ialah klausa yang tidak menduduki f ungsi sintaksis dari klausa yang lain.

Contoh : Ketika paman datang, kami sedang belajar.

b) Klausa Bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi unsur dari

klausa yang lain.

Contoh : Dia mengira bahwa hari ini akan hujan.

c. Jenis-jenis kalimat

1) Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti pembentukan kalimat

(subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah satu atau lebih unsur-unsur tambahan

(objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat

baru.

Kalimat Tunggal Susunan Pola Kalimat

Ayah merokok. S-P

Adik minum susu. S-P-O

Ibu menyimpan uang di dalam laci S-P-O-K

2) Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih.

Kalimat majemuk dapat terjadi dari:

a) Sebuah kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga

perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat baru, di samping pola yang sudah ada.

Misalnya: Anak itu membaca puisi. (kalimat tunggal)

Anak yang menyapu di perpustakaan itu sedang membaca puisi.

(subjek pada kalimat pertama diperluas)

13
b) Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru

mengandung dua atau lebih pola kalimat.

Misalnya: Susi menulis surat (kalimat tunggal I)

Bapak membaca koran (kalimat tunggal II)

Susi menulis surat dan Bapak membaca koran.

Berdasarkan sifat hubungannya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas kalimat majemuk

setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.

(1) Kalimat majemuk setara

Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang hubungan antara pola-pola

kalimatnya sederajat. Kalimat majemuk setara terdiri atas:

(a) Kalimat majemuk setara menggabungkan. Biasanya menggunakan kata-kata tugas: dan,

serta, lagipula, dan sebagainya.

Misalnya: Sisca anak yang baik lagi pula sangat pandai.

(b) Kalimat majemuk serta memilih. Biasanya memakai kata tugas: atau, baik, maupun.

Misalnya: Bapak minum teh atau Bapak makan nasi.

(c) Kalimat majemuk setara perlawanan. Biasanya memakai kata tugas: tetapi, melainkan.

Misalnya: Dia sangat rajin, tetapi adiknya sangat pemalas.

(2) Kalimat majemuk bertingkat

Kalimat majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal, bagian kalimat yang diperluas

sehingga membentuk kalimat baru yang disebut anak kalimat. Sedangkan kalimat asal

(bagian tetap) disebut induk kalimat. Ditinjau dari unsur kalimat yang mengalami perluasan

dikenal adanya:

(a) Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat penggati subjek.

Misalnya: Diakuinya hal itu

PS

14
Diakuinya bahwa ia yang memukul anak itu. anak kalimat pengganti subjek

(b) Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti predikat.

Misalnya: Katanyabegitu

Katanya bahwa ia tidak sengaja menjatuhkan gelas

itu. anak kalimat pengganti predikat

(c) Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti objek.

Misalnya: Mereka sudah mengetahui hal itu.

SPO

Mereka sudah mengetahui bahwa saya yang mengambilnya. anak kalimat pengganti objek.

(d) Kalimat majemuk bertingkat dengan anak kalimat pengganti keterangan.

Misalnya: Ayah pulang malam hari

SPK

Ayah pulang ketika kami makan malam. anak kalimat pengganti keterangan.

(3) Kalimat majemuk campuran

Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk hasil perluasan atau hasil gabungan

beberapa kalimat tunggal yang sekurang-kurangnya terdiri atas tiga pola kalimat.

Misalnya: Ketika ia duduk minum-minum, datang seorang pemuda berpakaian bagus, dan

menggunakan kendaraan roda empat.

Ketika ia duduk minum-minum

pola atasan

datang seorang pemuda berpakaian bagus

pola bawahan I

datang menggunakan kendaraan roda empat

pola bawahan II

3) Kalimat Inti, Luas, dan Transformasi

15
a) Kalimat inti

Kalimat inti adalah kalimat mayor yang hanya terdiri atas dua kata dan sekaligus menjadi inti

kalimat.

Ciri-ciri kalimat inti:

(1) Hanya terdiri atas dua kata

(2) Kedua kata itu sekaligus menjadi inti kalimat

(3) Tata urutannya adalah subjek mendahului predikat

(4) Intonasinya adalah intonasi ”berita yang netral”. Artinya: tidak boleh menyebabkan

perubahan atau pergeseran makna laksikalnya..

b) Kalimat luas

Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah diperluas dengan kata-kata baru sehingga tidak

hanya terdiri dari dua kata, tetapi lebih.

c) Kalimat transformasi

Kalimat transformasi merupakan kalimat inti yang sudah mengalami perubahan atas keempat

syarat di atas yang berarti mencakup juga kalimat luas. Namun, kalimat transformasi belum

tentu kalimat luas.

Contoh kalimat Inti, Luas, dan Transformasi

(1) Kalimat Inti. Contoh: Adik menangis.

(2) Kalimat Luas. Contoh: Radha, Arief, Shinta, Mamas, dan Mila sedang belajar dengan

serius, sewaktu pelajaran matematika.

(3) Kalimat transformasi. Contoh:

i) Dengan penambahan jumlah kata tanpa menambah jumlah inti, sekaligus juga adalah

kalimat luas: Adik menangis tersedu-sedu kemarin pagi.

ii) Dengan penambahan jumlah inti sekaligus juga adalah kalimat luas: Adik menangis dan

merengek kepada ayah untuk dibelikan komputer.

16
iii) Dengan perubahan kata urut kata. Contoh: Menangis adik.

iv) Dengan perubahan intonasi. Contoh: Adik menangis?

4) Kalimat Mayor dan Minor

a) Kalimat mayor

Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur inti.

Contoh: Amir mengambil buku itu.

Arif ada di laboratorium.

Kiki pergi ke Bandung.

Ibu segera pergi ke rumah sakit menengok paman, tetapi ayah menunggu kami di rumah Rati

karena kami masih berada di sekolah.

b) Kalimat Minor

Kalimat minor adalah kalimat yang hanya mengandung satu unsur inti atau unsur pusat.

Contoh: Diam!, Sudah siap?, Pergi!, Yang baru!

5) Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat berisikan gagasan pembicara atau penulis secara singka, jelas,

dan tepat.

Jelas : berarti mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.

Singkat : hemat dalam pemakaian atau pemilihan kata-kata.

Tepat : sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.

6) Kalimat Tidak Efektif

Kalimat tidak efektif adalah kalimat yang tidak memiliki atau mempunyai sifat-sifat yang

terdapat pada kalimat efektif.

Misal: Amara pergi ke sekolah, lantas amara pergi ke rumah temannya untuk belajar. (tidak

Efektif/Tidak Efisien)

Amara pergi ke sekolah, lantas kerumah temannya untuk belajar. (Efektif/Efisien).

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan sebelumnya, kita bisa mengetahui bahwa sintaksis adalah cabang

yang membicarakan kalimat dengan segala bentuk dan unsur-unsur pembentuknya.

Tiga kajian sintaksis yakni frase, klausa, dan kalimat.

Salah satu definisi sintaksis menurut para ahli yaitu ilmu yang mempelajari hubungan

antara kata atau frase atau klausa atau kalimat yang satu dengan kata atau frase

(clause atau kalimat yang lain atau tegasnya mempelajari seluk-beluk frase, klause,

kalimat dan wacana (Ramlan. 1985:21)

Salah satu kajian sintaksis yaitu kalimat yang merupakan alat interaksi dan

kelengkapan pesan atau isi yang akan disampaikan, didefinisikan sebagai susunan

kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Sedangkan dalam kaitannya

dengan satuan-satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase, dan klausa), kalimat

adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa

klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi

final.

Kalimat juga merupakan satuan bahasa yang terdiri dari dua kata atau lebih yang

mengandung satu pengertian dan mempunyai pola intonasi akhir serta bagian ujaran

yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan, serta memiliki fungsi-fungsi gramatikal.

18
B. Saran

Demikianlah makalah yang telah kelompok kami susun. Kami berharap makalah ini berguna

sebagaimana mestinya dan dapat diterima dengan baik. Tapi, sebagai manusia biasa yang

tidak luput dari kekurangan, kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun

sehingga kami sebagai pemakalah dapat memperbaiki kekurangan dan mempertahankan

kelebihan yang ada pada makalah kami. Terima kasih.

19
DAFTAR PUSTAKA

Irwan. 2011. Frase, Klausa, Kalimat. Diakses

dari http://irwansipetualang.blogspot.com/2011/10/frase-klausa-dan kalimat.html pada

tanggal 11 September 2014.

Widyartono, Didin. 2008. Frase, Klausa, dan Kalimat. Diakses

dari http://endonesa.wordpress.com/bahasan-bahasa/frase-klausa-dan-kalimat/ pada tanggal

11 September 2014.

Hidayah, Fatkhul. 2012. Perbedaan Frasa, Klausa dan Kalimat. Diakses

dari http://fatkhulhidayah.wordpress.com/2012/10/08/perbedaan-frase-klausa-dan-

kalimat/pada tanggal 11 September 2014.

Setiawan, Ardi. 2013. Sintaksis Tata Bahasa Pengertian. Diakses

dari http://ardisetiawan1989.blogspot.com/2013/09/sintaksis-tata-bahasa-pengertian.htmlpada

tanggal 11 September 2014.

Anggara, Dyanteza. 2014. Frase, Klausa dan Kalimat. Diakses

dari http://dyantezaanggara27.blogspot.com/2014/01/frase-klausa-dan-kalimat.html pada

tanggal 11 September 2014.

20

Anda mungkin juga menyukai