Anda di halaman 1dari 33

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kecamatan Kejaksan memiliki potensi sumberdaya kelautan dan perikanan
yang cukup besar, namun demikian secara realita belum dapat dimanfaatkan
seutuhnya. Guna mengakselerasi pemanfaatan sumberdaya tersebut diperlukan
langkah nyata, terencana dan terarah dengan tahapan yang jelas dan dikemas
dalam fokus pembangunan kelautan dan perikanan yang berdaya saing untuk
kesejahteraan rakyat. Penyuluhan Perikanan adalah proses pembelajaran bagi
pelaku utama serta pelaku usaha perikanan agar mereka mau dan mampu
menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya,
serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup
(Sumber: Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006, Pasal 1).
Secara umum penyuluhan perikanan memiliki peran strategis dalam
pembangunan kelautan dan perikanan yang berkelanjutan, sebagai sistem
pendidikan non formal berperan dalam transformasi perilaku pelaku utama dan
pelaku usaha dalam pengembangan usaha kelautan dan perikanan yang lebih baik.
Penetrasi adopsi dan difusi inovasi teknologi akan ditransfer oleh penyuluh
perikanan kepada pelaku utama dan pelaku usaha melalui komunikasi secara dua
arah sehingga tercapai perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dapat mendorong peningkatan taraf hidup masyarakat kearah yang lebih baik.
Dalam menggerakkan sumberdaya manusia yang handal dan profesional
sebagai modal dasar pembangunan kelautan dan perikanan, penyuluhan perikanan
sebagai suatu pendidikan non formal memegang peran strategis bagi
berlangsungnya transformasi perilaku manusia yang terlibat dalam aktifitas
kelautan dan perikanan menuju kearah yang lebih baik.

1
Dalam rangka memberikan arah, pedoman dan alat pengendali
penyelenggaraan penyuluhan perikanan dan untuk melaksanakan ketentuan pasal
25 Undang Undang Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan, perlu disusun Programa Penyuluhan Perikanan.
Kegiatan penyusunan Programa Penyuluhan Perikanan ini dilakukan setiap tahun
yang memuat rencana penyuluhan tahun berikut dengan memperhatikan siklus
anggaran pada masing-masing tingkatan, mencakup pengorganisasian,
pengelolaan sumber daya sebagai dasar penyelenggaraan penyuluhan perikanan
serta harus dapat merespon aspirasi pelaku utama dan pelaku usaha di pedesaan
dengan memperhatikan keterpaduan dan sinergitas programa penyuluhan
perikanan.
Programa Penyuluhan Perikanan diharapkan dapat menghasilkan kegiatan
penyuluhan perikanan spesifik lokalita dan strategis, sehingga kegiatan-kegiatan
yang tercantum dalam Programa Penyuluhan Perikanan ini harus mampu
merespon kebutuhan para pelaku utama dan para pelaku usaha, serta dapat
memberikan dukungan terhadap program strategis pembangunan kelautan dan
perikanan Kecamatan Kejaksan. Programa Penyuluhan Perikanan Tahun 2018 ini
disusun oleh penyuluh perikanan, pelaku utama/pelaku usaha perikanan, dan tim
teknis yang terdiri dari perwakilan dinas/instansi yang menangani kelautan dan
perikanan dan/atau penyuluhan perikanan.
Programa Penyuluhan Perikanan Kecamatan Kejaksan ini merupakan sintesa
dari kondisi dan potensi sumberdaya baik sumberdaya alam, sumberdaya
manusia maupun sumberdaya penunjang lainnya, serta permasalahan yang
dihadapi dalam pembangunan perikanan, yang kemudian diformulasikan dalam
kegiatan untuk pemecahan masalah tersebut dengan mengacu kebutuhan sasaran
penyuluhan (pembudidaya ikan, nelayan, pengolah dan pemasar ikan, serta
masyarakat perikanan lainnya).
Mengingat pentingnya kegiatan penyuluhan perikanan maka Taruna Sekolah
Tinggi Perikanan Jurusan Penyuluhan Perikanan Bogor dirasa perlu melakukan
kegiatan mengidentifikasi potensi wilayah perikanan sebagai penyusunan RKPP
(rencana kerja penyuluhan perikanan) di Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon
Provinsi Jawa Barat.

2
1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan Tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan Rencana Kerja
Penyuluhan Perikanan dilaksanakan di Kecamatan Kejakasan Kota Cirebon
Provinsi Jawa Barat.
adalah sebagai berikut :
1) Mengetahui Potensi wilayah perikanan, Sumber daya Alam, Sumber daya
Manusia di Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon Provinsi Jawa Barat.
2) Menyusun Rencana Kerja Penyuluh Perikanan (RKPP) di Kecamatan
Kejaksan Kota Cirebon Provinsi Jawa Barat.

3
II. PENYULUHAN PERIKANAN

2.1 Penyuluhan Perikanan


2.1.1 Pengertian Penyuluhan Perikanan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 19
Tahun 2008, penyuluhan perikanan adalah suatu rencana kegiatan pendayagunaan
segala sumberdaya penyuluhan perikanan diberbagai tingkat berdasarkan prinsip
kerjasama yang serasi, selaras dan terpadu antara pelaku utama, pelaku usaha
dengan pemerintah dan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat, dalam
rangka mewujudkan kondisi yang sebaik-baiknya bagi keberhasilan program
pembangunan perikanan. Penyuluhan perikanan juga dapat dipandang sebagai
suatu bentuk pendidikan untuk orang dewasa yang didalamnya terdapat
keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi iformasi secara sadar dengan
tujuan membantu sesama dan memberikan manfaat (Van Den Ban dan Hawkins,
1999). Melalui penyuluhan diharapkan dapat membuat seseorang dari tidak tahu
menjadi tahu, dan yang sudah tahu menjadi lebih tahu mengenai jalan yang harus
di tempuh dan arah yang harus ditujunya (Mardikanto, 2003).
2.1.2 Tujuan dan Fungsi Penyuluhan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 44 Tahun
2002, tujuan dan fungsi penyuluhan adalah sebagai berikut: meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan motivasi masyarakat khususnya nelayan,
pembudidaya, pengolah ikan, dan keluarganya, terutama dalam meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan.
2.1.3 Sasaran Penyuluhan
Sasaran penyuluhan perikanan menurut Suriatna (2007) antara lain: pihak
yang paling berhak memperoleh manfaat penyuluhan meliputi sasaran utama
penyuluhan yaitu pelaku utama dan pelaku usaha, pemangku kepentingan lainnya
yang meliputi kelompok atau lembaga pemerhati pertanian, perikanan, dan
kehutanan serta generasi muda dan tokoh masyarakat.
2.1.4 Peranan Penyuluh
Berdasarkan Departemen Kelautan dan Perikanan (2003), peran penyuluh
adalah sebagai Inovator, yaitu member atau menawarkan hal – hal yang baru yang
lebih baik bagi kehidupan sasaran. Motivator, yaitu sebagai pendorong dalam

4
menumbuh kembangkan semangat khalayak yang disuluh. Katalisator, yaitu
member kesempatan, membuka peluang bagi kemajuan kehidupan sasaran.
Fasilitator, yaitu berfungsi memberikan informasi teknologi, menjebatani nelayan
dengan lembaga – lembaga perikanan serta membantu nelayan memecahkan
masalah. Sedangkan tugas pokok penyuluh perikanan ialah melakukan kegiatan
penyuluhan perikanan yang meliputi persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan
pelaporan serta pengembangan penyuluhan perikanan.

2.2 Keragaan Penyuluhan


2.2.1 Perencanaan (persiapan) Penyuluhan
A. Pengertian dan Fungsi Perencanaan
Perencanaan menurut Roger A. Kaufmann (1972) merupakan proyeksi
tentang apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang baik, bernilai dan
memiliki elemen-elemen sebagai berikut: mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan,
memilih kebutuhan berdasarkan prioritas guna pengambilan keputusan, spesifikasi
tentang hasil yang perlu dicapai untuk tiap-tiap kebutuhan, identifikasi keperluan
untuk memenuhi kebutuhan yang dipilih guna menyelesaikan masalah, sebuah
urutan rangkaian hasil yang dicapai untuk memenuhi kebutuhan yang
diidentifikasi dan identifikasi strategis dan taktik altematif yang mungkin dapat
memenuhi kebutuhan termasuk menguraikan keuntungan dan kerugian setiap
perangkat strategis dan taktik.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 19
Tahun 2008, dalam tahap persiapan seorang penyuluh harus mengidentifikasi
potensi wilayah, ekosistern perairan, kebutuhan teknologi, pelaku utama, dan
pelaku usaha di bidang perikanan, hal ini meliputi kegiatan pengumpulan data
atau inforrnasi tentang potensi wilayah, ekosistern perairan, atau permasalahan
individu, kelornpok, maupun masyarakat perikanan. Selain itu penyuluh
perikanan juga menyusun rencana kerja penyuluh berbasis kebutuhan Pelaku
Utama dan Pelaku Usaha.

5
a. Tahap Penyusunan dan Penetapan Materi Perencanaan
Penetapan Materi Penyuluhan Perikanan adalah ilmu dan teknologi yang
terkandung dalam setiap kegiatan penyuluhan perikanan, dimana ilmu tersebut
bersifat teori sedangkan teknologi yang dimaksudkan bersifat praktis (A.G
Kartasapoetra, 1988).
Materi penyuluhan harus sesuai dengan dengan kebutuhan sasaran, dengan
demikian sasaran akan tertarik perhatiannya dan terangsang untuk
mempraktekkannya.

b. Pemilihan Media Penyuluhan Perikanan


Media adalah alat grafis photografis atau elektronik untuk menangkap,
memproses, dan menyusun kembali infomasi visual atau verbal. Media
penyuluhan memiliki 3 (tiga) fungsi utama apabila media tersebut digunakan
untuk perorangan, kelompok maupun massal yaitu fungsi memotivasi, fungsi
menyajikan informasi dan fungsi memberikan instruksi verbal (Suharyanto, W.D,
2010). Klasifikasi media penyuluhan untuk menggambarkan bahwa media yang
masuk kedalam klasifikasi tertentu memiliki ciri khusus yang berbeda dengan
kelompok media dari klasifikasi lain. Berikut adalah klasikfikasi media
penyuluhan: benda, media grafis, media Audio, media Proyeksi.
Menurut Suharyanto, W. D (2010) manfaat dari media penyuluhan adalah
sebagai berikut: media dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga
dapat memperlancar dan meningkatkan proses belajar, media dapat meningkatkan
dan mengarahkan perhatian sasaran sehingga dapat memotivasi, terjadinya
interaksi langsung dan memungkinkan sasaran untuk belajar sendiri sesuai dengan
kemampuannya, media dapat mengatasi keterbatasab indera, ruang dan waktu,
media dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada sasaran tentang
peristiwa- peristiwa dilingkunganya, memungkinkan terjadinya interaksi langsung
melalui kegiatan penyuluhan.

c. Penetapan Metode Penyuluhan Perikanan


Metode penyuluhan dapat diartikan sebagai cara-cara penyampaian materi
penyuluhan perikanan melaui media komunikasi oleh penyuluh kepada pelaku
utama dan pelaku usaha. Pendekatan penyuluhan secara langsung dapat
dilaksanakan dengan melakukan kunjunga lapangan (hamparan), kunjungan

6
rumah dan kunjungan kelompok, sedangkan metode pendekatan penyuluhan tidak
langsung hanya bisa dilakukan apabila ada perantara media penyuluhan misalnya
lewat radio (siaran pedesaan), bahan cetak (majalah, koran, poster dan Leaflet)
(Mochamad wekas H.P.Y dan Fitra Aditama, 2011).
Sifat metode pendekatan kepada sasaran, kegiatan penyuluhan dapat dibagi
kedalam 5 (lima) sifat, yaitu: persuasif artinya bahwa penyuluh perikanan dalam
melaksanakan tugasnya harus mampu meyakinkan khalayak yang disuluh,
sehingga mereka merasa tertarik terhadap hal-hal yang disampaikan, edukatif
artinya bahwa penyuluih perikanan harus bersikap dan berperilaku sebagai
pendidik yang dengan penuh kesabaran dan ketekunan membimbing masyarakat
komunikatif artinya bahwa penyuluh periakanan harus mampu berkomunikasi dan
menciptakan iklim seta suasana sedemikian rupa sehingga tercipta suatu
pembicaraan atau komunikasi yang bersifat akrab, terbuka dan timbal balik,
akomodatif artinya bahwa dengan diajukannya permasalahan-permasalahan
dibidang perikanan oleh masyarakat, penyuluh perikanan harus mampu
mengakomodasikan, menampung, dan memberikan jalan pemecahannya dengan
sikap dan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh khalayak yang
disuluh, fasilisatif artinya bahwa penyuluh perikanan harus mamapu
memanfaatkan jejaring kerja penyuluhan perikanan untuk menghubungkan
khalayak yang disuluh dengan pihak lain (Mochamad wekas H.P.Y dan Fitra
Aditama, 2011).
2.2.2 Penyelenggaraan penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan adalah cara atau teknik penyampaian materi
(isi pesan) penyuluhan pertanian/perikanan oleh penyuluh kepada
nelayan/pembudidaya beserta dengan keluarganya baik secara langsung maupun
secara tidak langsung, agar mereka menjadi mengerti, mau dan mampu
menerapkan inovasi baru (Poernomo, 2004).
2.2.3 Sarana dan Prasarana Penyuluhan
Untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan penyuluhan dan kinerja
penyuluh, diperlukan sarana dan prasana yang memadai agar penyuluhan dapat
diselenggarakan dengan efektif dan efisien. Pemerintah pusat, pemerintah daerah,
kelembagaan penyuluhan swasta, dan kelembagaan penyuluhan swadaya
menyediakan sarana dan prasarana penyuluhan sesuai dengan keperluan dan

7
disediakan oleh daerah masing – masing (Undang – Undang Republik Indonesia
No. 16 Tahun 2006).

2.2.4 Evaluasi Penyuluhan


Evaluasi adalah proses pengumpulan keterangan, identifikasi implikasi,
penentuan ukuran dan penilaian serta keputusan, dalam hubungannya dengan
perbaikan atau penyempurnaan perencanaan brikutnya demi tercapainya tujuan.
Evaluasi tidak hanya sekedar menilai tetapi harus berdasarkan keterangan atau
fakta menurut ukuran – ukuran yang objektif (Mardikanto, 2003).
Menurut Slamet (2003), maksud evaluasi pelaksanaan penyuluhan sebagai
berikut: untuk mengetahui apakah kegiatan yang sudah dilaksanakan tepat
menurut perhitungan yang menyangkut metode, media, materi, waktu, dan tempat
penyuluhan, untuk mengetahui apa yang menjadi kelemahan dalam setiap
kegiatan yang sudah dilaksanakan, hal apa yang harus diperbaiki, dan mana yang
dapat dilanjutkan, untuk menemukan kemungkinan adanya masalah baru yang
timbul selama pelaksanaan kegiatan, untuk mencari dan mengumpulkan data
bahan laporan dan pengajuan fakta untuk penyusunan program selanjutnya, secara
umum dimaksudkan untuk melihat apakah ada perubahan yang diharapkan pada
pihak petani sebagai sasaran, sesuai dengan tujuan penyuluhan perikanan baik
dalam bentuk tingkah laku maupun cara berusaha.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 19
Tahun 2008 tugas seorang penyuluh dalam pelaksanaan evaluasi penyuluhan
perikanan adalah:
 Melakukan evaluasi dan pelaporan hasil pelaksanaan penyuluhan
perikanan ( mendiskusikan hasil evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
penyuluhan perikanan) di kabupaten/ kota, dan kecamatan.

 Melakukan evaluasi dampak pelaksanaan penyuluhan perikanan


(mengumpulkan dan mengolah data bahan evaluasi, mendiskusikan
konsep hasil evaluasi) di kabupaten/ kota , dan kecamatan.

 Melakukan evaluasi penyuluhan spesifik lokasi yang terkait dengan


kebijakan pembangunan perikanan ( mengumpulkan dan mengolah data,
merumuskan laporan hasil evaluasi).

8
2.2.5 Pembiayaan Penyuluhan
Undang – undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem
penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) mengemukakan untuk
menyelenggarakan penyuluhan yang efektif dan efisien diperlukan tersedianya
pembiayaan yang memadai untuk memenuhi biaya penyuluhan. Sumber
pembiayaan untuk penyuluhan disediakan melalui APBN, APBD baik provinsi
maupun kabupaten/kota, baik secara sektoral maupun lintas sektoral, maupun
sumber–sumber lain yang sah dan tidak mengikat. Penyuluhan yang
diselenggarakan oleh penyuluh swasta dan swadaya, pembiayaannya dapat
dibantu oleh pemerintah daerah. Dana penyelenggaran penyuluhan perikanan
disediakan oleh unit kerja masing–masing dan dapat bekerja sama atau dibantu
oleh unit kerja lain maupun organisasi swasta sesuai dengan kebutuhan dalam
rangka pelaksanaan dan pengembangan penyuluhan perikanan, dan sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku. Standar minimal biaya operasional meliputi:
perjalanan tetap, biaya perlengkapan (jas hujan, sepatu lapangan, pakaian kerja,
soil teskit), biaya percontohan dan demonstrasi plot (demplot), biaya penyusunan
materi penyuluhan, dan biaya penyusunan rencana kerja.

III. KEADAAN WILAYAH

III.1 Keadaan Umum Kecamatan Kejaksan

9
III.1.1 Sumber Daya Alam
Kecamatan Kejaksan berada di daerah tepian Laut Jawa. Luas Kecamatan
Kejaksan 3.61 km2 dan berada pada ketinggian 4 DPL/m di atas permukaan laut.
Secara umum Kecamatan Kejaksan dibatasi oleh:
Utara : Kabupaten Cirebon

Timur : Laut Jawa

Selatan : Kecamatan Lemahwungkuk

Barat : Kecamatan Kesambi

Gambar 1. Peta Kecamatan Kejaksan

. Secara Geofrafis Kecamatan Kejakan memiliki 4 Kelurahan yaitu


Kelurahan Kejaksan, Kebon Baru, Sukapura dan Kesenden. Suhu Udara rata –
rata di Kecamatan Kejaksan tertinggi mencapai 28,8°C terjadi pada bulan
September dan terendah pada bulan Februari yaitu 26,7°C. Curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan Januari yang mencapai ketinggian 705,8 mm selanjutnya pada
bulan Maret mencapai ketinggian 574,7 mm
III.1.2 Sumber Daya Manusia

10
Secara struktur kecamatan Kejaksan merupakan daerah perkotaan karena
letaknya yang berada di pusat kota Cirebon. Kecamatan Kejaksan terbagi menjadi
4 kelurahan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Administrasi Kecamatan Kejaksan
Jumlah Penduduk Sex Luas Padat/
No. Kelurahan
Laki-Laki Perempuan Total ratio (km²) km²
1 Kejaksan 4.473 4.876 9.349 91 0,67 13.954
2 Kebon Baru 4.234 4.323 8.557 97 0,80 10.696
3 Sukapura 7.041 7.328 14.369 96 0.89 16.145
4 Kesenden 6.120 6.327 12.447 96 1.25 9.958
Jumlah 21.868 22.854 44.722 95 3.61 12.388
Sumber: Kecamatan Kejaksan Dalam Angka (BPS), 2018

Mata pencaharian penduduk Kecamatan Kejaksan pada beberapa sektor


yaitu, pertanian,perikanan, kehutanan,peternakan pertambangan dan penggalian,
industri dan pendidikan, peternakan, perikanan, jasa dan perdagangan dan
Pegawai Negeri Sipil.
Data penduduk Kecamatan Kejaksan berdasarkan jenis mata pencaharian
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Penduduk Menurut Mata Pencaharian Kec. Kejaksan
No Kelurahan Kejaksan Kesenden Sukapura Kebon Baru
Pertanian,
1. Kehutanan dan 30 101 66 280
Perikanan
Jasa Keuangan,
2. Pendidikan, 357 328 721 557
Kesehatan
Pertambangan
3. 15 36 36 65
dan Penggalian
Industri dan
4. 197 127 249 196
Pengolahan
Sumber : Kecamatan Kejaksan Dalam Angka, Th. 2018

Dilihat dari segi Pendidikan, khususnya kualitas Sumber Daya Manusia


memiliki peran yang sangat penting dalam progesivitas suatu daerah. Hal ini
terkait erat dengan keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan.
SDM yang berkualitas merupakan modal utama bangsa dalam
menjalankan pembangunan. Sehingga diperlukan SDM yang memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi sehingga dapat mendukung produksi di bidang Kelautan

11
dan perikanan serta bidang lainnya yang juga sangat membutuhkan Sumber Daya
Manusia yang berkualitas sehingga suatu daerah perekonomiannya dikatakan
stabil. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diasumsikan
SDM orang yang bersangkutan akan semakin berkualitas. Berdasarkan data yang
diperoleh diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Kejaksan
dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Sarana Pendidikan dan Peribadatan Di Kec. Kejaksan


Sarana Pendidikan Sarana Ibadah
No. Kelurahan
TK SD SMP SMA MASJID GEREJA
1. Kejaksan 4 11 1 - 17 -
2. Kebon Baru 6 4 2 - 13 -
3. Sukapura 8 8 3 5 20 2
4. Kesenden 10 11 - 2 20 -
Sumber : Kecamatan Kejaksan Dalam Angka, Th. 2018

3.2 Potensi Perikanan di Kecamatan Kejaksan

Tabel 4. Data Kelompok Perikanan di Kecamatan Kejaksan


No Kelurahan Bidang Nama Kelompok Jumlah
Perikanan Anggota

1. Kesenden Penangkapan Bahari Sejahtera 18 Orang


Muara Laut 17 Orang
Sejati 17 Orang
Muara Laut 5 50 Orang
Baruna Satu 25 Orang
Pancer Laut 13 Orang
Kedung Pane 12 Orang

Kesenden Pengolahan Caruban 12 Orang


Grasulam 10 Orang
Ulam Sari 10 Orang
10 Orang
Mudin Agung

12
Kesenden Budidaya Budidaya Mulya 36 Orang
Rukun Makmur 10 Orang
Bangkit Jaya 10 Orang
Sutra Bahari 10 Orang
Purna Mina Lestari 10 Orang
Mulya Asih 10 Orang
Bandang jaya 10 Orang
Makmur Sejahtera 10 Orang
2. Kebon Pengolahan Putra Rosses 5 Orang
Baru

Sumber: Data Dinas Pangan Pertanian Kelautan dan Perikanan 2018

3.3. Sumber Daya Penyuluhan

Ketenagaan penyuluh perikanan yang ada di Kecamatan Kejaksan adalah


sebanyak 3 orang, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 5. Data Ketenagaan Penyuluh Perikanan

JENIS WILAYAH
NO. NAMA/ NIP
PENYULUH KERJA
1. Syarif Hidayat, S.Pi PNS Kec.Kejaksan
NIP:

2. Yulianti, S.Tr.Pi. PPB Kec. Kejaksan

3. Syifa Fadhilah Maulani PPB Kec. Kejaksan


Putri, S.Pi

3.4. Data Aktual dan Data Potensial


Tabel 6. Data Aktual & Data Potensial
DATA AKTUAL DATA POTENSIAL
Sumber Daya Alam Sumber Daya Alam

13
1. Bidang Budidaya Perikanan 1. Bidang Budidaya Perikanan
 Faktor cuaca (kemarau) mengakibatkan
 Jenis ikan yang dibudidayakan
minimnya ketersedian air yang cukup
dapat disesuaikan dengan kondisi
sehingga mempengaruhi usaha
dan cuaca di daerah setempat
budidaya perikanan
seperti komoditas ikan lele
 Luas lahan yang digunakan untuk usaha
sebagai alternative pada saat
budidaya perikanan masih kurang dan
musim kemarau.
belum dimanfaatkan secara optimal.
 Lahan budidaya perikanan dapat
 Tinggi harga pakan mempengaruhi
di alih fungsikan menjadi tambak
usaha budidaya perikanan
garam
 Budidaya dengan luas lahan yang
kurang dapat dilakukan dengan
sistem yumina bumina atau juga
budidaya menggunakan kolam
terpal untuk usaha budidaya
perikanan tawar, sementara untuk
budidaya perikanan payau dapat
dilakukan pemanfaatan pada luas
lahan yang sempit
 Terdapat alternatif berupa
penumbuhan pakan alami dan
pakan buatan yang harganya jauh
lebih murah di banding pakan
yang di produksi oleh pabrik.
2. Bidang Pengolahan Perikanan 2. Bidang Pengolahan Perikanan
 Bahan baku untuk usaha pengolahan  Bahan baku dapat diganti dengan
masih sangat terbatas hal ini ikan tangkapan yang di dapat pada
dipengaruhi oleh musim musim tertentu sehingga usaha
pengolahan tetap dapat produktif.

14
3. Bidang Penangkapan 3. Bidang Penangkapan
 Jalur/ wilayah penangkapan ikan tidak  Penggunaan GPS dapat membantu
menentu dan semakin jauh untuk penentuan wilayah
 Terjadinya pendangkalan di sekitar
penangkapan ikan
wilayah tempat kapal-kapal berlabuh  Pendangkalan dapat diatasi
dengan melakukan pengerukan di
sekitar wilayah kapal-kapal
berlabuh
Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia
1. Bidang Budidaya Perikanan 1. Bidang Budidaya Perikanan
 Terdapat beberapa pembudidaya pasif
 Adanya Koperasi mandiri
dikarenakan sumber modal yang
perikanan yang berfungsi sebagai
kurang.
penunjang dan pemasok serta
 Pemanfaatan fungsi kelompok belum
simpan pinjam kepada
sepenuhnya sebagai wadah informasi
pembudidaya.
dan wadah belajar

2. Bidang Pengolahan 2. Bidang Pengolahan


 Beberapa pengolah belum terbuka
 Inovasi diperlukan untuk
untuk menerima dan menerapkan
peningkatan usaha dan untuk
inovasi pada produk olahan perikanan.
meningkatkan keuntungan.
Inovasi dapat berupa
penganekaragaman hasil olahan
maupun inovasi dalam bentuk
kemasan.
3. Bidang Penangkapan 3. Bidang Penangkapan
 Nelayan belum mampu menerapkan
 Inovasi baru berupa penggunaan
inovasi dan teknologi baru untuk
GPS dan juga Fish Finder. Dapat
meningkatkan hasil tangkapan.
juga diakses pada hp berbasis
android.

Teknologi Teknologi

15
1. Bidang Budidaya Perikanan 1. Bidang Budidaya Perikanan
 Kolam yang terdapat di Kecamatan  Untuk meningkatkan produksi
Kejaksan sebagian besar bersifat kolam budidaya harus dibuat
Tradisonal. berupa semi intensif atau instensif.
 Teknik budidaya yang digunakan masih
 Budidaya dengan memperhatikan
bersifat tradisional dan belum
CPIB dan CBIB akan
berdasarkan CPIB dan CBIB.
meningkatkan hasil budidaya dan
juga keuntungan.

2. Bidang Pengolahan . Bidang Pengolahan


 Diversifikasi produk olahan hasil
 Diversifikasi hasil perikanan dapat
perikanan masih sangat sedikit
meningkatkan keuntungan dan
juga dapat memperpanjang waktu
penyimpanan produk perikanan.
 Diversifikasi produk olahan hasil
perikanan dapat di tingkatkan lagi.
3. Bidang Penangkapan 3. Bidang Penangkapan
 Beberapa Nelayan masih menggunakan
 Penggunaan alat tangkap ramah
alat tangkap yang tidak ramah
lingkungan bertujuan untuk
lingkungan dan belum menggunakan
menjaga agar sumber daya ikan di
teknologi modern
laut tetap lestari. Selain itu
penggunaan teknologi moderen
seperti Fish finder dan Gps akan
membantu mengetahui lokasi
tempat ikan berkumpul sehingga
mempersingkat waktu.

16
Ekonomi Ekonomi
Sumber modal yang kurang sehingga  Adanya Koperasi mandiri
banyak pembudidaya, pengolah serta perikanan yang berfungsi sebagai
nelayan yang pasif. penunjang dan pemasok serta
simpan pinjam kepada pelaku
usaha.
 Adanya lembaga keuangan milik
pemerintah dan swasta sebagai
penyedia layanan keuangan
Layanan Pendukung Layanan Pendukung
Kurangnya bantuan sarana penunjang
Sarana penunjang diberikan kepada
untuk pembudidaya, pengolah dan nelayan
pelaku utama yang memiliki
kelompok usaha perikanan yang aktif

Sumber: Data Primer, 2018

IV. PENETAPAN MASALAH

Berdasarkan hasil dari perumusan data aktual dan data potensial di Kecamatan
Kejaksan, maka diperoleh hasil berupa masalah umum dan masalah khusus yang
dapat dijelaskan sebagai berikut :

MASALAH TEKNIS

Produktivitas
rendah

Tidak mengetahui inovasi Penguasaan teknologi


terbaru masih kurang optimal
17
Kurangnya pengetahuan Kurangnya pengetahuan
tentang inovasi dan tentang teknologi
keterampilan sehingga menyebabkan produksi
produksi rendah berkurang

Gambar 2. Bagan Masalah Teknis

MASALAH SOSIAL

Pelaku utama belum memanfaatkan


kelompok sebagai wadah belajar dan
bertukar informasi

Pelaku Utama belum Kurangnya kerja sama


sepenuhnya memahami antar pelaku utama
manfaat dan fungsi
berkelompok

Gambar 3. Bagan Masalah Sosial

18
MASALAH EKONOMI

Kurangnya permodalan

Akses terhadap lembaga


keuangan terbatas

Produksi berkurang

Gambar 4. Bagan Masalah Ekonomi

4.1 Masalah Perilaku


Rincian permasalahan perilaku yang dihadapi para pelaku utama atau pelaku
usaha perikanan adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Penetapan Permasalahan Perilaku Pada Sasaran Penyuluhan

No Bidang Masalah Umum Masalah Khusus

19
1 a. Bidang a. Teknik Budidaya a. Pelaku utama belum seluruhnya
budidaya Perikanan menguasai teknik pembenihan ikan
perikanan dan budidaya ikan yang baik
sesuai dengan kaidah CPIB dan
CBIB yang dimulai dari aspek
teknis sampai aspek biosecurity.
b. Masih ditemukan tata kelola kolam
yang masih belum rapi dan teratur
sesuai CPIB dan CBIB
c. Tingginya harga pakan pabrikan
menyebabkan produktivitas
menurun.
d. Kurangnya pengetahuan
pembudidaya untuk menumbuhkan
pakan alami sebagai alternatif
pengganti pakan buatan.
b. Bidang b. Pengolahan hasil a. Bahan baku musiman
Pengolahan perikanan menyebabkan produk olahan
tidak dapat di produksi setiap
saat.
b. Diversifikasi produk olahan
perikanan masih sangat
minim/sedikit

c. Bidang c. Penangkapan a. Penggunaan alat tangkap yang


Penangkapan tidak ramah lingkungan seperti
garok.
b. Nelayan belum mampu
menerapkan inovasi dan teknologi
baru untuk meningkatkan hasil
tangkapan.
2. Kelembagaan Dinamika Kelompok Pelaku utama belum seluruhnya
memanfaatkan kelompok sebagai
tempat bertukar informasi dan juga
wadah belajar.

3. Ekonomi Permodalaan Akses pelaku utama terhadap


lembaga keuangan masih terbatas
untuk pengembangan usaha

20
4.2 Masalah Non Perilaku

Permasalahan non perilaku yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha
perikanan sebagai berikut :

Tabel 8. Penetapan Masalah Non Perilaku


No Bidang Masalah Umum Masalah Khusus

1. Budidaya Bantuan sarana dan Kelompok perikanan


perikanan prasaran belum tepat membutuhkan bantuan sarana dan
sasaran. prasarana untuk mengembangkan
usaha budidaya yang di miliki

2. Pengolahan Belum seluruhnya Kelompok perikanan


hasil perikanan kelompok pengolah membutuhkan bantuan sarana dan
menerima bantuan berupa prasarana untuk mengembangkan
sarana dan prasaran. usaha Pengolahan hasil perikanan
yang dimiliki.

3. Penangkapan Belum seluruhnya Kelompok perikanan


kelompok nelayan membutuhkan bantuan sarana dan
menerima bantuan berupa prasaran untuk mengembangkan
sarana dan prasaranan usaha penangkapan yang dimiliki.

V. PENETAPAN TUJUAN

5.1 Penetapan Tujuan


Perumusan tujuan sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor
: PER 13/MEN/2011 Tentang Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan
Perikanan pada BAB IV Pasal 10 tentang programa penyuluhan perikanan disusun
melalui tahapan :
a. Perumusan keadaan
b. Penetapan masalah
c. Penetapan tujuan

21
d. Penetapan cara mencapai tujuan
e. Rencana monitoring dan evaluasi
f. Revisi programa penyuluhan perikanan
Penetapan tujuan dapat dilihat dibawah ini.
Tabel 9. Penetapan Tujuan

No Bidang Tujuan Umum Tujuan Khusus


1. Budidaya Meningkatkan PKS a. Meningkatkan PKS pelaku utama
Perikanan (pengetahuan, tentang budidaya ikan air tawar yang
sesuai dengan kaidah CPIB dan
keterampilan, dan sikap)
CBIB
pelaku utama tentang b. Meningkatkan PKS pelaku utama
teknik budidaya ikan air dalam melakukan tata kelola kolam
sesuai dengan kaidah CPIB dan
tawar yang baik CBIB
c. Meningkatkan PKS pelaku utama
untuk menumbuhkan pakan alami
dan membuat pakan mandiri
2. Pengolahan Meningkatkan PKS a. Meningkatkan PKS pelaku utama
Hasil Perikanan (pengetahuan, tentang diversifikasi produk olahan
perikanan
ketrampilan, dan sikap) b. Meningkatkan PKS pelaku utama
pelaku utama tentang untuk menerapkan inovasi terhadap
inovasi dalam produk olahan perikanan

melakukan olahan hasil


perikanan

3. Penangkapan Meningkatkan PKS a. Meningkatkan PKS pelaku utama


(pengetahuan, dalam penggunaan alat tangkap yang
ramah lingkungan.
ketrampilan dan sikap) b. Meningkatkan PKS pelaku utama
pelaku utama tentang dalam inovasi penggunaan teknologi
inovasi dan teknologi untuk mempermudah penangkapan
ikan seperti penggunaan GPS dan
dalam penangkapan ikan Fish Finder
4. Aspek Meningkatkan PKS a. Meningkatkan PKS tentang fungsi
Kelembagaan (pengetahuan, dan manfaat tergabung dalam wadah
kelompok perikanan.
ketrampilan dan sikap) b. Membangun komunikasi dua arah
pelaku utama tentang dalam kelompok sehingga terwujud
dinamika kelompok. dinamika kelompok yang baik dalam

22
kegiatan kelompok

5. Ekonomi Meningkatkan PKS Meningkatkan PKS pelaku utama


(pengetahuan, untuk mengakses bantuan permodalan
dari lembaga keuangan dan stakeholder
ketrampilan dan sikap)
terkait.
pelaku utama tentang
mengakses permodalan

Tabel 10. Uji Prioritas Masalah


No Akar Nilai Skor (1-3) Jmlh Prioritas
masalah Kegiatan
Gawat Mendesak Penyebaran

1. Pembudiaya
belum
memahami
2 2 3 7 1
teknik budidaya
sesuai kaidah
CPIB dan CBIB

2. Pembudidaya 2 2 2 6 2
belum
sepenuhnya

23
menguasai
penumbuhan
pakan alami
dan pembuatan
pakan mandiri

3. Diversifikasi
produk olahan
masih sangat
2 2 2 6 2
terbatas

4. Inovasi
terhadap produk
olahan masih
sangat terbatas 1 1 1 3 1

5. Nelayan masih
banyak yang
menggunakan
alat tangkap
yang tidak
ramah 3 3 3 9 1
lingkungan

6. Penggunaan
teknologi untuk
penangkapan 1 1 2 4 2
ikan masih
terbatas

7. Kurangnya
pemahaman
pelaku usaha
2 2 2 6 1
tentang
pentingnya
berkelompok.

8. Akses terhadap 1 1 2 4 3
lembaga
keuangan masih

24
sangat terbatas.

Keterangan:
a. Gawat :
Maksudnya merupakan besar/ kecilnya akibat atau kerugian bagi pelaku
utama. ( 1 = tidak gawat, 2 = cukup gawat, 3 = sangat gawat)
b. Mendesak
Adanya ketersediaan waktu bagi pemecahan masalah tertentu. Bila masalah
tersebut tidak dapat ditunda lagi berarti semakin mendesak. ( 1 = tidak
mendesak, 2 = cukup mendesak, 3 = sangat mendesak)
c. Penyebaran
Merata atau hanya parsial saja masalah tersebut muncul, semakin
merata berarti penyebarannya semakin tinggi. ( 1 = tidak merata, 2 =
parsial, 3 = sangat merata)

25
Penangg
Volu Wak Sumber Pelaksan Piha
No Masalah Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Lokasi Biaya ung
me tu Biaya a terka
jawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
NELAYAN

Memberikan Meningkatkan PKS


Penggunaan alat Penyul
informasi (pengetahuan, Ceramah, Kec. Koor
1. tangkap yang tidak Nelayan 2 kali April Swadaya Penyuluh Perikan
tentang jenis keterampilan, sikap). Diskusi Kejaksan penyuluh
ramah lingkungan DPPKP
alat tangkap

Nelayan belum Penyul


sepenuhnya mau Perikan
Pelatihan cara Meningkatkan PKS
menerima inovasi Ceramah, Kec. Koor DPPKP
2. menjaga (pengetahuan, sikap, Nelayan 2 kali April Swadaya Penyuluh
dan juga teknologi Diskusi Kejaksan penyuluh
keamanan keterampilan)
baru untuk
penangkapan ikan

Penyul
Kurangnya Sosialisasi Perikan
Meningkatkan PKS
pemahaman nelayan tentang Kec. Koor DPPKP
5. (pengetahuan, Nelayan Diskusi 2 kali April Swadaya Penyuluh
tentang pentingnya pentingnya Kejaksan Penyuluh
keterampilan, sikap)
berkelompok berkelompok

5.3 Penyusunan Rencana Kerja Penyuluhan Perikanan

41
Tabel 11. Rencana Kerja Penyuluhan Perikanan

42
42
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
BUDIDAYA IKAN
Pelatihan Meningkatkan PKS
Pembudiaya belum
teknik (pengetahuan,
memahami teknis Ceramah, Penyu
budidaya keterampilan, sikap) Pembudi Kec. Koor
1. budidaya ikan sesuai Temu 2 kali Februari Swadaya Penyuluh Perika
ikan sesuai pembudidaya dalam daya Kejaksan penyuluh
CPIB dan CBIB lapang DPPK
kaidah CPIB persiapan wadah
dan CBIB budidaya.
Pelatihan Penyu
Meningkatkan PKS
Pembudidaya belum cara Perika
(pengetahuan, sikap,
sepenuhnya penumbuhan Ceramah, DPPK
keterampilan)
memehami cara pakan alami Pembudi Demcar Kec. Koor
2. pembudidaya 2 kali Februari Swadaya Penyuluh
penumbuhan pakan dan daya Temu Kejaksan penyuluh
penumbuhan pakan
alami dan pembuatan pembuatan lapang
alami dan pembuatan
pakan mandiri pakan
pakan mandiri
mandiri
Pembudidaya minim Penyu
Meningkatkan PKS
pengetahuan akan Perika
(Pengetahuan,
teknologi budidaya Sosialisasi DPPK
Keterampilan, sikap)
modern dan adanya teknologi Pembudi Kec. Koor
3. pembudidaya agar Sosialisasi 2 kali Februari Swadaya Penyuluh
rasa takut akan dan inofasi daya Kejaksan Penyuluh
lebih terbuka dan
kegagalan dalam baru
menerima teknologi
penerapan teknologi
baru
yang baru.
Kurangnya Meningkatkan PKS Penyu
Sosialisasi
pemahaman Mengubah sikap Perika
tentang Pembudi Kec. Koor
4.. pembudidaya tentang pembudidaya tentang Diskusi 2 kali Februari Swadaya Penyuluh DPPK
pentingnya daya Kejaksan Penyuluh
pentingnya pentingnya
berkelompok
berkelompok berkelompok

43
44
Penangg
Volum Wak Sumber Pelaksan Piha
No Masalah Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Lokasi Biaya ung
e tu Biaya a terk
jawab
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
PENGOLAH IKAN
Meningkatkan PKS
Pelatihan (pengetahuan,
Diversifikasi produk keterampilan, sikap)
tentang Penyu
olahan masih sangat pengolah untuk Kec. Koor
1. diversifikasi Pengolah Demcar 2 kali Maret Swadaya Penyuluh Perika
terbatas diversifikasi produk Kejaksan penyuluh
produk olahan DPPK
perikanan olahan

Meningkatkan PKS
Pelatihan Penyu
Inovasi terhadap (pengetahuan, sikap,
tentang Perika
produk olahan keterampilan) Kec. Koor
2. inovasi produk Pengolah Demcar 2 kali Maret Swadaya Penyuluh DPPK
perikanan masih pengolah tentang Kejaksan penyuluh
olahan
sangat terbatas inovasi produk
perikanan
olahan

Penyu
Perika
Kurangnya Meningkatkan PKS DPPK
Sosialisasi
pemahaman Mengubah sikap
tentang Kec. Koor
4.. pengolah tentang pengolah tentang Pengolah Diskusi 2 kali Maret Swadaya Penyuluh
pentingnya Kejaksan Penyuluh
pentingnya pentingnya
berkelompok
berkelompok berkelompok

45
VI. MONITORING DAN EVALUASI

Programa penyuluhan ini mulai disusun dengan memperhatikan hasil


evaluasi programa penyuluhan tahun sebelumnya. Evaluasi yang dilakukan
dimaksudkan untuk melihat kembali apakah suatu programa atau kegiatan telah
dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang diharapkan. Dari
kegiatan evaluasi tersebut diketahui hal-hal yang telah dicapai, kegiatan programa
akan diteruskan, atau direvisi, atau bahkan diganti sama sekali.
Monitoring dan evaluasi programa penyuluhan ini didasarkan pada:
a. Keberhasilan pada tingkat perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan
keterampilan) sasaran penyuluhan perikanan meliputi aspek Teknis,Sosial,
Ekonomi
b. Perbaikan program, sarana, prosedur, pengorganisasi pelaku utama/pelaku
usaha perikanan dan pelaksanaan penyuluhan perikanan; dan
c. Penyempurnaan kebijakan penyuluhan perikanan.

44
VII PENUTUP

Dengan disusun dan disahkannya Programa Penyuluhan Perikanan


Kecamatan Kejaksan ini, diharapkan dapat dijadikan acuan bagi penyelenggaraan
penyuluhan kelautan dan perikanan Kelurahan dalam rangka perencanaan,
pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan penyuluhan kelautan dan
perikanan. Besar harapan kami programa ini dijadikan acuan dalam penyusunan
Programa Tahunan bagi para Penyuluh Perikanan Tahun 2019 dalam mendukung
pembangunan kelautan dan perikanan, serta sebagai bahan perencanaan
penyusunan anggaran tahun 2019.

Cirebon, November 2018

Tim Penyusun

45

Anda mungkin juga menyukai