Anda di halaman 1dari 9

1.

Teori tektonik lempeng adalah salah satu teori mengenai perubahan relief di
bumi. Teori berasal dari teori mengenai pergeseran benua. Benua- benua di
bumi adalah salah satu dari selimut yang ada di bumi. Selimut bumi atau
lithosfer membentuk lempengan- lempengan.
2. Berdasarkan proses pembentukannya, batuan dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yakni batuan beku, batuan sedimen, dan batuan malihan.
1) BATUAN BEKU
Batuan beku merupakan batuan keras yang terbentuk dari magma yang
keluar dari perut bumi dan membeku karena mengalami proses pendinginan.
Karena itu, batuan beku juga disebut sebagai bekuan. Batuan beku dapat
dibedakan berdasarkan tempat magma yang keluar membeku, yaitu sebagai
berikut.

a) Batuan Beku Dalam.


Batuan beku dalam atau batuan beku plutonik terbentuk karena
proses pembekuan magma di bawah permukaan bumi. Biasanya proses
pembentukan batuan ini terjadi secara lambat, sehingga biasanya
berbentuk kasar dan mengkristal atau holokristalin. Contohnya, magma
mengalir dan meresap ke dalam lapisan-lapisan bumi bagian dalam dan
membeku di situ. Contoh batuan beku dalam antara lain sienit, granit,
diorit, dan gabro.

b) Batuan Beku Luar.


Batuan beku luar atau batuan beku vulkanik terbentuk karena adanya
proses pembekuan magma pada permukaan bumi. Biasanya proses
pembentukan batuan ini terjadi secara cepat, sehingga bentuknya halus
dan tidak mengkristal atau kristalnya sangat halus. Contoh batuan beku
dalam antara lain obsidian, liparit, trachit, desit, andesit, dan basalt.
c) Batuan Beku Korok.
Batuan beku korok terbentuk karena proses penyusupan magma pada
celah-celah litosfer bagian atas dan kemudian membeku. Oleh
karenanya, posisi batuan beku korok biasanya dekat dengan permukaan
bumi. Batuan beku jenis ini juga mengkristal. Beberapa contoh batuan
beku korok antara lain porfir granit, porfir diorit, dan ordinit.

2) BATUAN SEDIMEN
Batuan sedimen terbentuk dari batuan beku atau zat padat yang
mengalami erosi di tempat tertentu kemudian mengendap dan menjadi keras.
Batuan sedimen biasanya berlapis-lapis secara mendatar. Di antara batuan ini,
seringkali ditemukan fosil-fosil. Batuan sedimen dapat dibagi berdasarkan
proses pembentukannya, yaitu sedimen klastis, kimiawi, dan organik.

3) BATUAN MALIHAN (BATUAN METAMORFOSIS).

Batuan malihan terbentuk dari batuan beku atau batuan sedimen yang
telah berubah wujud. Karena itu, batuan malihan disebut juga batuan
metamorfosis. Batuan malihan dapat dibagi berdasarkan proses
pembentukannya, yaitu sebagai berikut ; batuan malihan kontak, batuan
malihan dinamo, batuan malihan thermal-pneumatolik.
Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai pada batuan
sebagai produk dari gaya gaya yang bekerja pada batuan, yaitu: (1). Kekar
(fractures) dan Rekahan (cracks); (2). Perlipatan (folding); dan (3).
Patahan/Sesar (faulting, yaitu:

a. Kekar (Fractures)
Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat
suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami
pergeseran. Secara umum dicirikan oleh: a). Pemotongan bidang
perlapisan batuan; b). Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti
kalsit, kuarsa dsb; c) kenampakan breksiasi. Struktur kekar dapat
dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter retakan/rekahan serta
arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut.
b. Lipatan (Folds)
Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari
gaya tegasan sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula
membentuk lengkungan. Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan
dapat dibagi dua, yaitu lipatan sinklin dan lipatan antiklin. Lipatan
Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas, sedangkan
lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas Patahan/Sesar
(Faults)
c. Patahan/Sesar (faulting).
Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami
pergeseran. Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan,
rekahan dsb. Adapun di lapangan indikasi suatu sesar / patahan dapat
dikenal melalui : a) Gawir sesar atau bidang sesar; b). Breksiasi, gouge,
milonit, ; c). Deretanmata air; d). Sumber air panas; e). Penyimpangan /
pergeseran kedudukan lapisan; f) Gejala-gejala struktur minor seperti:
cermin sesar, gores garis, lipatan dsb.

3. Pelapukan merupakan proses berubahnya batuan menjadi tanah secara


alamiah melalui proses kimia, fisika atau biologi. Pelapukan yang terjadi
secara alami ini terdiri atas berbagai macam jenis. Secara umum, jenis- jenis
pelapukan ini terdiri atas 3 macam, yaitu pelapukan fisika, kimia, dan biologi
atau organik. Penjelasan mengenai masing- masing jenis pelapukan ini adalah
sebagai berikut:
a) Pelapukan Fisika

Jenis pelapukan yang pertama adalah pelapukan fisika. Pelapukan fisika


merupakan pelapukan yang sering disebut sebagai pelapukan mekanik.
Pelapukan fisika adalah proses pelapukan dari batuan yang diakibatkan
adanya pengaruh faktor fisik pada batuan. Ada faktor utama yang paling
berperan dalam pelapukan ini. Faktor yang paling dominan tersebut adalah
suhu udara, tekanan, dan juga kristalisasi garam.

b) Pelapukan Kimia

Jenis pelapukan yang selanjutnya adalah pelapukan kimia. Pelapukan kimia


merupakan proses pelapukan yang diakibatkan perubahan struktur kimiawi
yang ada pada batuan melalui reaksi tertentu. Dalam pelapukan kimia ini,
reaksi yang terjadi pada proses pelapukan dibedakan menjadi tiga macam. 3
macam reaksi yang terjadi pada pelapukan kimia ini antara lain adalah
solution, hidrolisis, dan oksidasi.

c) Pelapukan Biologi atau Organik

Jenis pelapukan yang selanjutnya adalah pelapukan biologi atau pelapukan


organik. Pelapukan biologi merupakan jenis pelapukan batuan yang dilakukan
oleh organisme melalui aktivitasnya di sekitar lingkungan batuan tersebut
berada. Dengan kata lain pelapukan biologi ini terjadi karena disebabkan oleh
makhluk hidup. Pelapukan ini terjadi karena adanya peranan organisme-
organisme tertentu.

Adapun organisme- organisme yang berperan dalam pelapukan ini antara


lain berupa binatang, tumbuhan, jamur, bakteri, atau bahkan manusia. Proses
pelapukan biologi atau organik ini melibatkan 2 cara, yaitu cara biokimia dan
cara mekanis.

4. Jenis – jenis gerakan tanah


a. Lereng Puing ( Slope )

Lereng puing adalah batuan yang terlepas dan jatuh pertama setelah udara
membeku pada dinding gunung batu.
b. Longsoran Bukit ( Rock Fall )

Longsoran bukit adalah massa batuan yang terlepas dari posisinya melalui
celah-celah atau bidang lapisan.

c. Longsoran ( Land Stide )

Pada prinsipnya bergeser secara keseluruhan melalui satu bidang gelincir,


bidang gelincir cekung atau lebih.

d. Gerakan Tanah ( Earth Flow )

Gerakan tanah ini membentuk seperti lidah yang gerakan gerakanya lebih
cepat. Sehingga permukaannya tidak teratur dan pada permukaanya
seringkali penuh dengan air yang mengalir.

e. Aliran Lumpur ( Mud Flow )

Aliran ini hampir sama dengan gerakan tanah tapi mengandung lebih
banyak air. Contohnya banjir bandang.

f. Rayapan (Stil Creap )

Lapisan pelapukan yang terjadi perlahan-lahan menuruni lereng akibat


pembangkitan dan penyusutan bagian –bagian lempung. Penggelinciran
pada umunya terjadi pada waktu tujuan.

Cara penanggulangan
Secara prefentif ( Pencegahan )
1). Sistematisasi dari bentuk morfologi yaitu dengan cara :
a. Memperlandai lereng
b. Membuat undak – undak
c. Membuat penagkaran lereng dan tembok penahan.

2. Sistematids Hidrologi
a. Membuat Saluran-saluran/ drainase.
b. Membuat gorong- gorong
c. Membuat sumuran-sumuran.
d. Membuat cekdam
e. Membuat bangunan-bangunan penahan erosi air baik pada sungai, danau,
dan gelombang laut.

3. melakukan Konsolidasi bahan yang bergerak


Dengan cara kompaksii ( Pemadatan ) , membuat tiang-tiang pancang.
Sedimentasi kimia ( grouting ). Penanaman pada darah bergerak. Pemompaan
air tanah. Pemadatan pada daerah/retakan-retakan beton.

5. Proses Pembentukan Tanah


Proses pembentukan tanah yang berasal dari batuan-batuan besar dipengaruhi
oleh banyak faktor. Akan tetapi, secara umum proses ini melewati 4 tahapan besar,
yakni proses pelapukan batuan, pelunakan struktur, tumbuhnya tumbuhan perintis,
dan proses penyuburan. Berikut akan dijelaskan keempat proses terbentuknya tanah
tersebut.
1. Proses Pelapukan Batuan
Batuan yang berada di permukaan bumi karena pengaruh iklim lambat
laun mengalami proses pelapukan menjadi remahan-remahan kecil.
Proses pelapukan sendiri sebetulnya melibatkan banyak faktor lain,
sehingga ia dikelompokan menjadi 3 jenis, yaitu pelapukan kimiawi,
pelapukan fisik, dan pelapukan biologi.

2. Proses pelunakan Sturktur Batuan


Batuan – batuan remah yang terbentuk dari proses pelapukan kemudian
mengalami pelunakan. Dalam hal ini, air dan udara memegang peranan
sangat besar. Kedua zat tersebut masuk dan merembes ke dalam sela-sela
remahan batuan untuk melunakan struktur batuan.
Selain membantu dalam proses pelunakan struktur batuan sehingga lebih
sesuai menjadi media tempat hidup, air dan udara juga mendorong calon
makhluk hidup dapat mulai tumbuh di permukaan. Akan tetapi,
organisme yang dapat berkembang pada tahapan proses pembentukan
tanah ini terbilag masih sangat terbatas, misalnya lumut dan mikroba.

3. Proses Tumbuhnya Tumbuhan Perintis


Setelah tahapan pelunakan struktur batuan selesai, proses pembentukan
tanah dilanjutkan dengan tumbuhnya beragam jenis tumbuhan perintis.
Tumbuhan-tumbuhan ini berukuran lebih besar dari lumut, sehingga
akar-akkar yang masuk ke dalam batuan yang telah lunak dapat
membantu memecah batuan tersebut. Selain itu, asam humus yang
mengalir dari bagian permukaan batuan membuat batuan yang berada di
bagian dalam dapat melapuk secara sempurna. Pada tahapan inilah proses
pelapukan biologi dimulai.
4. Proses Penyuburan
Ditahap ini, tanah yang terbentuk mulai mengalami proses pengayaan
bahan-bahan organi. Tanah yang awalnya hanya mengandung mineral-
mineral yang berasal dari proses pelapukan batuan akan bertambah subuh
dengan adanya pelapukan materi-materi yang berasal dari hewan dan
tumbuha yang mati di permukaanya.

6. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Gerakan tanah

Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi
batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi
penutup dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar
dapat dibedakan sebagai faktor alami dan manusia
Gangguan luar atau gangguan ulah manusia

(1). Pembebanan tambahan, terutama disebabkan oleh aktivitas manusia.

(2). Pemotongan tebing pada penambangan batu dilereng yang terjal.

(3). Penimbunan tanah urugan di daerah lereng.

(4). Kegagalan struktur dinding penahan tanah.

(5). Penggundulan hutan.

(6). Budidaya kolam ikan di atas lereng.

(7). Sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman.

(8). Pengembangan wilayah yang tidak diimbangi dengan kesadaran


masyarakat, sehingga tidak ditaati yang akhirnya merugikan sendiri.

(9). Sistem drainase daerah lereng yang tidak baik.

(10). Hilangnya tumbuhan penutup, dapat menyebabkan timbulnya alur pada


beberapa daerah tertentu. Erosi makin meningkat dan akhimya terjadi
gerakantanah.

Gangguan dalam atau gangguan alam

1. Kondisi geologi: batuan lapuk, kemiriringan lapisan, sisipan lapisan batu


lempung, struktur sesar dan kekar, gempa bumi, stratigrafi dan gunungapi.

2. Iklim: curah hujan yang tinggi.

3. Keadaan topografi: lereng yang curam.

4. Keadaan tata air: kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air,
erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.

5. Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misal tanah kritis.

6. Naiknya berat massa tanah batuan: masuknya air ke dalam tanah menye-
babkan terisinya rongga antarbutir sehingga massa tanah bertambah.
7. Pelindian bahan perekat, air mampu melarutkan bahan pengikat butir yang
membentuk batuan sedimen. Misalnya perekat dalam batupasir yang dilarutkan
air sehingga ikatannya hilang.

8. Naiknya muka airtanah: muka air dapat naik karena rembesan yang masuk
pada pori antar butir tanah. Tekanan air pori naik, sehingga kekuatan gesernya
turun.

9. Pengembangan tanah: rembesan air dapat menyebabkan tanah mengembang


terutama untuk tanah lempung tertentu, jika lempung semacam itu terdapat di
bawah lapisan lain.

10. Surut cepat; jika air dalam sungai atau waduk menurun terlalu cepat, maka
muka airtanah tidak dapat mengikuti kecepatan menurunnya muka air.

11. Pencairan sendiri dapat terjadi pada beberapa jenis tanah yang jenuh air,
seperti pasir halus lepas hila terkena getaran (dikarenakan gempa bumi, kereta
api dan sebagainya).

Anda mungkin juga menyukai