Aspek Hukum
Aspek Hukum
PEMBANGUNAN NASIONAL
Bilamana terjadi cidera janji terhadap kontrak, yakni tidak dipenuhinya isi kontrak,
maka mekanisme penyelesaiannya dapat ditempuh sebagaimana yang diatur
dalam isi kontrak karena kontrak berlaku sebagai undang-undang bagi para
pihak yang memembuatnya. Hal ini juga dapat dilihat pada UUJK pada bab X
yang mengatur tentang sanksi dimana pada pasal 43 ayat (1), (2), dan (3).
Dalam hal lain memungkin terjadinya bila tidak dipenuhinya suatu pekerjaan
sesuai dengan isi kontrak terutama merubah volume dan matrial memungkinkan
terjadinya unsur Tindak Pidana Penipuan dan Penggelapan, yaitu yang diatur
dalam ;
Pidana Korupsi ; persoalannya selama ini cidera janji selalu dikaitkan dengan
tindak pidana korupsi dalam hal kontrak kerja konstruksi untuk proyek yang
dibiayai uang negara baik itu APBD atau APBN dimana cidera janji selalu
dihubungkan dengan UU No. 31 Tahun 1999
Kemudian institusi yang berhak untuk menentukan kerugian Negara dapat dilihat
di UU No 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dalam
Pasal 10 ayat (1) UU BPK yang menyebutkan : BPK menilai dan atau
menetapkan jumlah kerugian negara yang diakibatkan perbuatan melawan
hukum baik sengaja maupun lalai yang dilakukan bendahara, pengelola
BUMN/BUMD, dan lembaga lain yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan
negara.
Jika BPK menemukan kerugian Negara tetapi tidak ditemukan unsur pidana
sebagaimana UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi jo UU No 20 Tahun 2001, maka aparat penyidik dapat memberlakukan
pasal 32 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 yaitu : Dalam hal penyidik menemukan
dan berpendapat bahwa satu atau lebih unsur tindak pidana korupsi tidak
terdapat cukup bukti, sedangkan secara nyata telah ada kerugian keuangan
negara, maka penyidik segera menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan
tersebut kepada Jaksa Pengacara Negara untuk dilakukan gugatan perdata atau
diserahkan kepada instansi yang dirugikan untuk mengajukan gugatan.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan apabila terjadi kerugian negara maka upaya
penuntutan tindak pidana korupsi bukan merupakan satu-satunya cara, akan
tetapi ada cara penyelesaian yang lain yaitu cara penyelesaian masalah melalui
gugatan perdata.
1. Peringatan tertulis
2. Penghentian sementara pekerjaan konstruksi
3. Pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi
4. Larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi dikenakan
bagi pengguna jasa.
5. Pembekuan Izin Usaha dan atau Profesi
6. Pencabutan Izin Usaha dan atau Profesi.
APBN
Belanja Negara,
1. belanja pegawai
2. belanja barang
3. belanja modal
4. pembayaran bunga utang
5. subsidi
6. belanja hibah
7. bantuan sosial
8. belanja lain-lain
b. Transfer ke daerah
1. Dana Perimbangan
2. Dana Bagi Hasil
3. Dana Alokasi Umum
4. Dana Alokasi Khusus
5. Dana Otonomi Khusus
6. Dana Penyesuaian
Pembiayaan.
Pembiayaan terdiri atas : pembiyaan dalam negeri dan pembiayaan luar negeri.
Keseimbangan Primer,
Surplus/Defisit Anggaran,
Prinsip-prinsip Dalam APBN
1. Prinsip Anggaran APBN
2. Prinsip Anggaran dinamis
3. Prinsip Anggaran Fungsional
JASA KONSTRUKSI
Pemahaman yang didukung etika profesi yang baik pada bidang tersebut akan
mempengaruhi tujuan yang akan mereka capai, bagaimana bangunan tersebut
dapat berdiri dengan kokoh. Jika sebaliknya saat pemahaman itu tidak dilakukan
akan berdampak negative pada produk yang akan dicapai. Contohnyapada
konteks ini semakin banyak dan kerap terjadi bangunan yang rubuh di saat
pembangunan maupun sudah berdiri. Mulai dari kegagalan dalam pembangunan
ruangan hingga keseluruhan bangunan. Kecelakaan tersebut juga memakan
korban jiwa sehingga menjadi sorotan semua pihak. Berkaca dari kecelakaan –
kecelakaaan yang terjadi bagaimana para konsultan dapat mematuhi dan
memahami hukum tersebut (Undang–Undang no 10 tahun 1999—UU Jasa
Konstruksi) akan sangat berpengaruh terhadap proses pembangunan.
Perizinan usaha jasa konstruksi sendiri telah diatur dalam Pasal 14 Peraturan
Pemerintah nomor 28 tahun 2000 yang menjelaskan tentang usaha dan peran
masyarakat jasa konstruksi (PP 28/2000). Lalu Peraturan Pemerintah nomor 4
tahun 2010 tentang perubahan atas pp28/2000(PP 4/2010) dan Keputusan
Menteri Permukiman dan Prasarana wilayah nomor 369/ KPTS/M/2001 yang
mengandung pedoman tentang pemberian izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional.
Suatu kontrak kerja konstruksi melingkupi beberapa uraian mengenai para pihak
yang akan dibagi diantara lain,(1) rumusan pekerjaan,(2) masa pertanggungan
pemeliharaan, (3) tenaga ahli,(4) hak dan kewajiban para pihak,(5) tata cara
pembayaran,(6) cidera janji,(7) penyelesaian perselisihan,(8) pemutusan kontrak
kerja konstruksi,(9)keadaan memaksa (force majeure), (10) kegagalan
bangunan,(11) perlindungan pekerja; (12) aspek lingkungan. Sehubungan
dengan kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan perencanaan, harus memuat
ketentuan tentang hak atas kekayaan intelektual.
Semua faktor diatas saling berkaitan berawal dari belah pihak yang melakukan
rumusan pekerjaan untuk mempermudah tahapan proses pengerjaan agar
terkoordinir dengan baik dan memiliki batasan yang jelas antar pihak yang
berperan. Masa pertanggungan atau masa pemeliharaan bertujuan untuk
pengelolaan yang akan dilakukan terhadap bangunan selama masa
pembangunan hingga bangunan berdiri dan selanjutnya. Tenaga ahli dalam hal
ini faktor tenaga ahli untuk memperlancar proses pengerjaan dan memperkecil
resiko kerja serta memperlancar pengerjaan. Poin keempat adalah hak dan
kewajiban para pihak yaitu tiap pihak yang bersangkutan memiliki hak dan
kewajiban dalam melaksanakan pekerjaan masing – masing.
Uraian mengenai rumusan pekerjaan meliputi lingkup kerja, nilai pekerjaan, dan
batasan waktu pelaksanaan. Rincian lingkup kerja ini meliputi:
(b) persyaratan administrasi, yakni prosedur yang harus dipenuhi oleh para pihak
dalam mengadakan interaksi
(c) persyaratan teknik, yakni ketentuan keteknikan yang wajib dipenuhi oleh
penyedia jasa
(e) laporan hasil pekerjaan konstruksi, yakni hasil kemajuan pekerjaan yang
dituangkan dalam bentuk dokumen tertulis. Sedangkan, nilai pekerjaan yakni
mencakup jumlah besaran biaya yang akan diterima oleh penyedia jasa untuk
pelaksanaan keseluruhan lingkup pekerjaan. Batasan waktu pelaksanaan adalah
jangka waktu untuk menyelesaikan keseluruhan lingkup pekerjaan termasuk
masa pemeliharaan.
Sebuah hukum memiliki sanksi – sanksi konkret seperti sanksi administratif yang
dapat dikenakan atas pelanggaran UU Jasa Konstruksi adalah berupa:
peringatan tertulis,
Proses jasa konstruksi mulai dari perencanaan desain dengan perhitungan yang
layak dengan produk gambar kerja yang ditujukan kepada owner dan para
pekerja bangunan. Dan material yang akan digunakan dala proses pebangunan
dengan RABnya Dalam prosesnya seringkali terjadi perubahan saat berada di
lapangan, Bukan karena disengaja melainkan faktor lingkungan, waktu, biaya
juga akan berpengaruh. Perubahan –perubahan tersebut merupakan respon
bijak dari para perancang. Tetapi ada juga perubahan yang dilakukan kurang
bijak contohnya berhubungan dengan biaya. Dalam penghematan biaya
seorang konsultan arsitek akan berusaha mencari solusi untuk meminimalisir
biaya pembangunan. Bentuk solusi tersebut bisa dalam pemilihan material dan
efisiensi elemen struktur . Bergantung pada solusi bijak yang digunakan
perancang.
Dari kedua poin diatas jelas terlihat bahwa proses pembangunan tidak semudah
yang terlihat, banyak faktor yang mempengaruhi contohnya faktor dilapangan.
Pada poin pertama dimana kondisi cor yang belum mengering menunjukan
bahwa elemen struktur tersebut belum siap untuk digunakan, yang terjadi karena
faktor- faktor di lapangan seperti tekanan waktu dan kondisi cuaca. Pada poin
kedua deviasi antara gambar kerja dan proses di lapangan yang terjadi pada
elemen vertical kolom menunjukan permasalahan biaya. Bagaimana
mengefisiensikan elemen struktur untuk menghemat biaya dengan menjadikan
kolom langsing, dan ternyata tidak berjalan sesuai rencana.
Di sisi lain perkembangan pasar industri konstruksi tidak saja hanya dipengaruhi
oleh sektor ekonomi, akan tetapi juga dipengaruhi oleh perkembangan politik
baik di dalam negeri maupun di luar negeri terutama tingkat regional. Kebijakan
penerapan otonomi daerah pada tahun 2000 menyebabkan beralihnya
pengelolaan proyek-proyek dari pusat ke daerah-daerah. Konsumen yang
tadinya terkonsentrasi di Jakarta akan terbagi bagi ke daerah-daerah potensial.
Hal ini akan berpengaruh pada penerapan strategi meraih pangsa pasar dari
masing-masing pelaku jasa konstruksi. Selain otonomi daerah, saat ini kontraktor
nasional juga dihadapkan dengan era globalisasi yang ditandai dengan
diberlakukannya Asean Free Trade Area (AFTA) yang dimulai pada tahun 2003
yang menyebabkan kontraktor-kontraktor asing dapat dengan bebas ikut
bersaing memperebutkan proyek-proyek pada pasar konstruksi di Indonesia.
Dengan masuknya kontraktor-kontraktor asing tersebut di tengah belum pulihnya
kondisi pasar industri konstruksi saat ini, tentunya akan menyebabkan semakin
ketatnya persaingan di antara pelaku bisnis konstruksi di Indonesia.
Adanya Asean Free Trade Area (AFTA) menjadikan persaingan bisnis power
generation di Indonesia menjadi lebih ketat. Masuknya pemain-pemain besar
dengan kapasitas internasional seperti PT. Alstom Power Indonesia, Mitsubishi,
dll menjadikan pemain lokal di bisnis power generation bekerja lebih keras dalam
mendapatkan perhatian dan kepercayaan konsumen. Dalam era perdagangan
bebas seperti sekarang, kompetisi perusahaan menjadi lebih luas jangkauannya,
tidak hanya konsumen nasional yang akan melihat dan mengamati eksistensi PT.
DEN dalam industri power generation, tapi konsumen regional bahkan
internasional pun bisa melakukan hal yang sama.
PENDAHULUAN
Usaha-usaha untuk mewujudkan sebuah bangunan diawali dari tahap ide hingga
tahap pelaksanaan. Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi dari fase
perencanaan sampai dengan pelaksanaan dapat dikelompokkan menjadi tiga
pihak, yaitu: pihak pemilik proyek/owner/prinsipal/employer/client/bouwheer;
pihak perencana/designer dan pihak kontraktor/aannemer.
Orang/badan yang membiayai, merencanakan, dan melaksanakan bangunan
tersebut disebut unsure-unsur pelaksana pembangunan. Masing-masing unsur
tersebut mempunyai tugas, kewajiban, tanggungjawab, dan wewenang sesuai
dengan posisinya masing-masing. Dalam melaksanakan kegiatan perwujudan
bangunan, masing-masing pihak (sesuai dengan posisinya) saling berinteraksi
satu sama lain sesuai dengan hubungan kerja yang telah ditetapkan.
Koordinasi dari berbagai pihak yang terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan
proyek konstruksi merupakan kunci utama untuk meraih kesuksesan sesuai
dengan tujuannya.
PENGGUNA JASA
-------------------------------------------
PENYEDIA JASA
KONSULTAN
Pihak/badan yang disebut sebagai konsultan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu: konsultan perencana dan konsultan pengawas. Konsultan perencana
dapat dipisahkan menjadi beberapa jenis berdasarkan spesialisasinya, yaitu:
konsultan yang menangani bidang arsitektur, bidang sipil, bidang mekanikal dan
elekrikal, dan alin sebagainya. Berbagai jenis bidang tersebut umumnya menjadi
satu kesatuan yang disebut sebagai konsultan perencana.
Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah orang/badan yang membuat perencanaan
bangunan secara lengkap baik bidang arsitektur, sipil, maupun bidang lain yang
melekat erat dan membentuk sebuah sistem bangunan. Konsultan perencana
dapat berupa perseorangan/perseorangan berbadan hukum/badan hukum yang
bergerak dalam bidang perencanaan pekerjaan bangunan.
Hak dan kewajiban konsultan perencana adalah:
1. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana,
rencana kerja, dan syarat-syarat, hitungan struktur, rencana anggaran biaya.
2. Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak
kontraktor tentang pelaksanaan pekarjaan.
3. Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal yang
kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja, dan syarat-syarat.
4. Membuat gambar revisi bila tejadi perubahan perencanaan.
5. Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah orang/badan yang ditunjuk pengguna jasa untuk
membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai dari
awal hingga berakhirnya pekerjaan pembangunan.
Hak dan kewajiban konsultan pengawas adalah:
1. Menyelesaikan pelaksanaan pekarjaan dalam waktu yang telah ditetapkan.
2. Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam
pelaksanaan pekerjaan.
3. Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan.
4. Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi
antar berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar.
5. Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta
menghindari pembengkakan biaya.
6. Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan agar dicapai
hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan dengan kualitas, kuantitas serta
waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan.
7. Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan kontraktor.
8. Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan yang
berlaku.
9. Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan).
10. Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan tambah atau
berkurangnya pekarjaan.
KONTRAKTOR
Kontraktor adalah orang/badan yang menerima pekerjaan dan
menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan biaya yang telah
ditetapkan berdasarkan gambar rencana dan peraturan dan syarat-syarat yang
ditetapkan. Kontraktor dapat berupa perusahaan perseorangan yang berbadan
hukum atau sebuah badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan
pekerjaan.
Hak dan kewajiban kontraktor adalah:
1. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan, dan
syarat-syarat, risalah penjelasan pekerjaan (aanvullings) dan syarat-syarat
tambahan yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa.
2. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan
pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa.
3. Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam peraturan
untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat.
4. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan dan
bulanan.
5. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikannya
sesuai dengan ketetapan yang berlaku.
HUBUANGAN KERJA
Hubungan tiga pihak yang terjadi antara pemilik proyek, konsultan, dan
kontraktor diatur sebagai berikut:
Konsultan dengan pemilik proyek, ikatan berdasarkan kontrak. Konsultan
memberikan layanan konsultasi di mana produk yang dihasilkan berupa gambar-
gambar rencana, peraturan, dan syarat-syarat; sedangkan pemilik proyek
memberikan biaya jasa atas konsultasi yang diberikan oleh konsultan.
Kontraktor dengan pemilik proyek, ikatan berdasarkan kontrak. Kontraktor
memberikan layanan jasa profesionalnya berupa bangunan sebagai realisasi dari
keinginan pemilik proyek yang dituangkan dalam gambar rencana, peraturan,
dan syarat-syarat oleh konsultan, sedangkan pemilik proyek memberikan biaya
jasa profesional kontraktor.
Konsultan dengan kontraktor, ikatan berdasarkan peraturan pelaksanaan.
Konsultan memberikan gambar rencana, peraturan, dan syarat-syarat, kontraktor
harus merealisasikan menjadi sebuah bangunan.