Anda di halaman 1dari 23

ASPEK HUKUM DALAM PEMBANGUNAN DAN PRIORITAS

PEMBANGUNAN NASIONAL

Bidang Jasa Kosntruksi merupakan bidang yang utama dalam melaksanakan


agenda pebangunan nasional. Jasa Konstruksi sebagai salah satu bidang dalam
sarana pembangunan, sudah sepatutnya diatur dan dilindungi secara hukum
agar terjadi situasi yang objektif dan kondusif dalam pelaksanaannya. Hal ini
telah sesuai dengan UU Nomor 18 Tahun 1999 beserta PP Nomor 28, 29, dan
30 Tahun 2000 serta peraturan perundang-undangan lain yang terkait.
Sebagaimana diketahui bahwa UU Nomor 18 Tahun 1999 ini menganut asas :
kejujuran dan keadilan, asas manfaat, asas keserasian, asas keseimbangan,
asas keterbukaan, asas kemitraan, keamanan dan keselamatan demi
kepentingan masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 2 UU Nomor 18 Tahun
1999).

Pada pelaksanaan Jasa Konstruksi harus memperhatikan beberapa aspek


hukum :

 Keperdataan ; menyangkut tentang sahnya suatu perjanjian yang


berkaitan dengan kontrak pekerjaan jasa konstruksi, yang memenuhi
legalitas perusahaan, perizinan, sertifikasi dan harus merupakan
kelengkapan hukum para pihak dalam perjanjian.
 Administrasi Negara; menyangkut tantanan administrasi yang harus
dilakukan dalam memenuhi proses pelaksanaan kontrak dan peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang konstruksi.
 Ketenagakerjaan : menyangkut tentang aturan ketenagakerjaaan
terhadap para pekerja pelaksana jasa konstruksi.
 Pidana : menyangkut tentang tidak adanya sesuatu unsur pekerjaan yang
menyangkut ranah pidana.

Mengenai hukum kontrak konstruksi merupakan hukum perikatan yang diatur


dalam Buku III KUH Perdata mulai dari Pasal 1233 sampai dengan Pasal 1864
KUH Perdata. Pada Pasal 1233 KUH Perdata disebutkan bahwa tiap-tiap
perikatan dilahirkan dari perjanjian persetujuan dan Undang-Undang. Serta
dalam suatu perjanjian dianut asas kebebasan dalam membuat perjanjian, hal ini
disimpulkan dari Pasal 1338 KUH Perdata yang menerangkan; segala perjanjian
yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya. Dimana sahnya suatu perjanjian adalah suatu perjanjian yang
memenuhi Pasal 1320 KUH Perdata, mengatur tentang empat syarat sahnya
suatu perjanjian yaitu :

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;


2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan ;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang diperkenankan.
5. Undang-Undang No.18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
6. PP No.28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa
Konstruksi
7. PP No.29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
8. PP No.30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa
Konstruksi
9. Kepres RI No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah berikut perubahannya
10. Kepmen KIMPRASWIL No.339/KPTS/M/2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah
11. Surat Edaran Menteri PU No.08/SE/M/2006 perihal Pengadaan Jasa
Konstruksi untuk Instansi Pemerintah Tahun Anggaran 2006
12. Peraturan Menteri PU No. 50/PRT/1991 tentang Perizinan Perwakilan
Perusahaan Jasa Konstruksi Asing
13. dan peraturan-peraturan lainnya

Aspek Hukum Pidana

Bilamana terjadi cidera janji terhadap kontrak, yakni tidak dipenuhinya isi kontrak,
maka mekanisme penyelesaiannya dapat ditempuh sebagaimana yang diatur
dalam isi kontrak karena kontrak berlaku sebagai undang-undang bagi para
pihak yang memembuatnya. Hal ini juga dapat dilihat pada UUJK pada bab X
yang mengatur tentang sanksi dimana pada pasal 43 ayat (1), (2), dan (3).

Yang secara prinsip isinya sebagaimana berikut, barang siapa yang


merencanakan, melaksanakan maupun mengawasi pekerjaan konstruksi yang
tidak memenuhi ketentuan keteknikan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan
konstruksi (saat berlangsungnya pekerjaan) atau kegagalan bangunan (setelah
bangunan diserahterimakan), maka akan dikenai sanksi pidana paling lama 5
(lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 5 % (lima persen)
untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan 10% (sepuluh persen) dari nilai
kontrak untuk perencanaan dan pengawasan, dari pasal ini dapat dilihat
penerapan Sanksi pidana tersebut merupakan pilihan dan merupakan jalan
terakhir bilamana terjadi kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan
bangunan karena ada pilihan lain yaitu denda.

Dalam hal lain memungkin terjadinya bila tidak dipenuhinya suatu pekerjaan
sesuai dengan isi kontrak terutama merubah volume dan matrial memungkinkan
terjadinya unsur Tindak Pidana Penipuan dan Penggelapan, yaitu yang diatur
dalam ;

Pasal 378 KUHP (penipuan) ;


“ Barang siapa dengan maksud untuk mengantungkan diri sendiri atau orang lain
dengan melawan hokum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu,
dengan tipu muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakan
orang lain untuk menyerahkan sesuatu benda kepadanya, atau supaya memberi
hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan
pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun”.

Pasal 372 KUHP (penggelapan) ;


“ Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki suatu benda yag
seluruhnya atau sebagian milik orang lain, yang ada dalam kekuasaannya bukan
karena kejahatan, diancam karena penggelapan dengan pidana penjara paling
lama 4 (empat) tahun atau denda paling banyak Rp.900,-“

Pidana Korupsi ; persoalannya selama ini cidera janji selalu dikaitkan dengan
tindak pidana korupsi dalam hal kontrak kerja konstruksi untuk proyek yang
dibiayai uang negara baik itu APBD atau APBN dimana cidera janji selalu
dihubungkan dengan UU No. 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo UU No 20 Tahun 2001, Pasal


2 ayat (1) yang menjelaskan unsur-unsurnya adalah ;

1. Perbuatan melawan hukum;


2. Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi;
3. Merugikan keuangan Negara atau perekonomian;
4. Menyalahgunakan kekuasaan, kesempatan atas sarana yang ada
padanya karena jabatan dan kedudukannya dengan tujuan
menguntungkan diri sendiri atau orang lain.

Dalam kasus pidana korupsi unsur perbuatan melawan hukum sebagaimana


pasal tersebut harus dapat dibuktikan secara hukum formil apakah tindakan
seseorang dapat dikategorikan perbuatan melawan hukum sehingga dapat
memperkaya diri sendiri atau orang lain yang dapat menyebabkan kerugian
keuangan Negara dan perekonomian Negara.

Kemudian institusi yang berhak untuk menentukan kerugian Negara dapat dilihat
di UU No 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dalam
Pasal 10 ayat (1) UU BPK yang menyebutkan : BPK menilai dan atau
menetapkan jumlah kerugian negara yang diakibatkan perbuatan melawan
hukum baik sengaja maupun lalai yang dilakukan bendahara, pengelola
BUMN/BUMD, dan lembaga lain yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan
negara.

Jika BPK menemukan kerugian Negara tetapi tidak ditemukan unsur pidana
sebagaimana UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi jo UU No 20 Tahun 2001, maka aparat penyidik dapat memberlakukan
pasal 32 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 yaitu : Dalam hal penyidik menemukan
dan berpendapat bahwa satu atau lebih unsur tindak pidana korupsi tidak
terdapat cukup bukti, sedangkan secara nyata telah ada kerugian keuangan
negara, maka penyidik segera menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan
tersebut kepada Jaksa Pengacara Negara untuk dilakukan gugatan perdata atau
diserahkan kepada instansi yang dirugikan untuk mengajukan gugatan.

Pasal ini memberikan kesempatan terhadap gugatan perdata untuk perbuatan


hukum yang tidak memenuhi unsur tindakpidana korupsi, namun perbuatan
tersebut dapat dan / atau berpotensi menimbulkan kerugian negara.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan apabila terjadi kerugian negara maka upaya
penuntutan tindak pidana korupsi bukan merupakan satu-satunya cara, akan
tetapi ada cara penyelesaian yang lain yaitu cara penyelesaian masalah melalui
gugatan perdata.

Aspek Sanksi Administratif

Sanksi administratif yang dapat dikenakan atas pelanggaran Undang-Undang


Jasa Konstruksi yaitu ;

1. Peringatan tertulis
2. Penghentian sementara pekerjaan konstruksi
3. Pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi
4. Larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi dikenakan
bagi pengguna jasa.
5. Pembekuan Izin Usaha dan atau Profesi
6. Pencabutan Izin Usaha dan atau Profesi.
APBN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan


tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana
penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari -
31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban APBN setiap
tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.

APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan


negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan
pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan
nasional, mencapai stabitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas
pembangunan secara umum.

APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,


distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran
yang menjadi kewajiban negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan
dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk membiayai
pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.

 Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi


dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan, Dengan demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat
dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
 Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat
menjadi pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun
tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka
negara dapat membuat rencana-rencana untuk medukung pembelanjaan
tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan dianggarkan akan
membangun proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar. Maka,
pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek
tersebut agar bisa berjalan dengan lancar.
 Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman
untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian akan
mudah bagi rakyat untuk menilai apakah tindakan pemerintah
menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu dibenarkan atau
tidak.
 Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta
meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomian.
 Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
 Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi
alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian.

Secara garis besar struktur APBN adalah :

 Pendapatan Negara dan Hibah,

Pendapatan Negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai


penambah nilai kekayaan bersih. Pendapatan Negara terdiri atas
Penerimaan Perpajakan, Penerimaan Negara Bukan Pajak, dan
Penerimaan Hibah

 Belanja Negara,

Belanja Negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai


pengurang nilai kekayaan bersih. Besaran belanja negara dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain:

 asumsi dasar makro ekonomi;


 kebutuhan penyelenggaraan negara;
 kebijakan pembangunan;
 risiko (bencana alam, dampak kirisi global)
 kondisi dan kebijakan lainnya.

Belanja Negara terdiri atas Belanja Pemerintah Pusat, dan Transfer ke


Daerah :
a. Belanja pemerintahan pusat

Belanja pemerintah pusat menurut fungsi adalah :

1. fungsi pelayanan umum


2. fungsi pertahanan
3. fungsi ketertiban dan keamanan
4. fungsi ekonomi
5. fungsi lingkungan hidup
6. fungsi perumahan dan fasilitas umum
7. fungsi kesehatan
8. fungsi pariwisata
9. fungsi agama
10. fungsi pendidikan
11. fungsi perlindungan sosial

Belanja Pemerintah Pusat menurut jenis adalah

1. belanja pegawai
2. belanja barang
3. belanja modal
4. pembayaran bunga utang
5. subsidi
6. belanja hibah
7. bantuan sosial
8. belanja lain-lain

b. Transfer ke daerah

Rincian anggaran transfer ke daerah adalah :

1. Dana Perimbangan
2. Dana Bagi Hasil
3. Dana Alokasi Umum
4. Dana Alokasi Khusus
5. Dana Otonomi Khusus
6. Dana Penyesuaian

 Pembiayaan.

Besaran pembiayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1. asumsi dasar makro ekonomi;


2. kebijakan pembiayaan;
3. kondisi dan kebijakan lainnya.

Pembiayaan terdiri atas : pembiyaan dalam negeri dan pembiayaan luar negeri.

Pembiayaan Dalam Negeri meliputi :

 Pembiayaan perbankan dalam negeri


 Pembiayaan nonperbankan dalam negeri

1. Hasil pengelolaan aset


2. Surat berharga negara neto
3. Pinjaman dalam negeri neto
4. Dana investasi pemerintah
5. Kewajiban penjaminan

Pembiayaan Luar Negeri

Pembiayaan Luar Negeri meliputi :

1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program


dan Pinjaman Proyek
2. Penerusan pinjaman
3. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh
Tempo dan Moratorium.

 Keseimbangan Primer,
 Surplus/Defisit Anggaran,
 Prinsip-prinsip Dalam APBN
1. Prinsip Anggaran APBN
2. Prinsip Anggaran dinamis
3. Prinsip Anggaran Fungsional
JASA KONSTRUKSI

Peranan penting konstruksi dalam menunjang suatu pembangunan yang


berkelanjutan dan untuk mencapai pembangunan nasional. Untuk menjaga dan
menunjang peran tersebut setiap elemen kecil dari proses konstruksi dalam
proses pembangunan sudah didasari oleh hukum yang tertera pada undang-
undang, peraturan daerah dan hukum tertulis lainnya. Ketentuan yang mengikat
tersebut ditujukan untuk dua dari tiga elemen dalam proses pembengunan yaitu
konsultan dan kontraktor. Dengan adanya ketentuan – ketentuan yang mengikat
tersebut para konsultan dan kontraktor diharapkan memahami dan mengerti
sepenuhnya dasar-dasar hukum tersebut.

Pemahaman yang didukung etika profesi yang baik pada bidang tersebut akan
mempengaruhi tujuan yang akan mereka capai, bagaimana bangunan tersebut
dapat berdiri dengan kokoh. Jika sebaliknya saat pemahaman itu tidak dilakukan
akan berdampak negative pada produk yang akan dicapai. Contohnyapada
konteks ini semakin banyak dan kerap terjadi bangunan yang rubuh di saat
pembangunan maupun sudah berdiri. Mulai dari kegagalan dalam pembangunan
ruangan hingga keseluruhan bangunan. Kecelakaan tersebut juga memakan
korban jiwa sehingga menjadi sorotan semua pihak. Berkaca dari kecelakaan –
kecelakaaan yang terjadi bagaimana para konsultan dapat mematuhi dan
memahami hukum tersebut (Undang–Undang no 10 tahun 1999—UU Jasa
Konstruksi) akan sangat berpengaruh terhadap proses pembangunan.

Jasa konstruksi merupakan salah satu rangkaian dalam proses pembangunan.


Secara umum jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan
pengerjaan konstruksi, layanan jasa pengerjaan konstruksi dan layanan jasa
pengawasan konstruksi. Melibatkan pihak penyedia dan pengguna jasa. Pihak
penyedi dapat berupa perseorangan, berkelompok, maupun badan usaha baik
yang diabeli badan hukum ataupun bukan badan usaha. Bentuk pihak penyedia
juga memiliki batasan masing – masing, pada penyedia perseorangan hanya
dapat melakukan pekerjaan konstruksi yang beresiko kecil dengan biaya minim
dan teknologi yang sederhana saja. Sedangkan pada pekerjaan konstruksi yang
beresiko besar, memiliki biaya besar dan teknologi tinggi hanya dilakukan
olehbadan usaha yang berbentuk perseroan terbatas.
Disamping itu hukum tertulis juga menaungi tentang perizinan, dimana Jasa
konstruksi juga memiliki landasan hukum perizinan. Penyedia jasa konstruksi
yang berbentuk badan usaha harus memenuhi ketentuan perizinan usaha di
bidang jasa konstruksi dan memiliki sertifikat, klasifikasi dan kualifikasi yang
dilakukan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) yang dimiliki
sang penyedia jasa untuk memastikan apaka penyedia tersebut sesuai dan
memadai dengan bidang pekerjaan yang ditangani.

Perizinan usaha jasa konstruksi sendiri telah diatur dalam Pasal 14 Peraturan
Pemerintah nomor 28 tahun 2000 yang menjelaskan tentang usaha dan peran
masyarakat jasa konstruksi (PP 28/2000). Lalu Peraturan Pemerintah nomor 4
tahun 2010 tentang perubahan atas pp28/2000(PP 4/2010) dan Keputusan
Menteri Permukiman dan Prasarana wilayah nomor 369/ KPTS/M/2001 yang
mengandung pedoman tentang pemberian izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional.

Setelah melakukan perizinan tahapan selanjutnya adalah melakukan pengaturan


kerja yang dengan tujuan agar semua pekerjaan terbagi dengan baik dengan
ketentuan yang tidak merugikan satu sama lain dalam memperlancar proses
pembangunan. Pengaturan hubungan kerja konstruksi antara pengguna jasa dan
penyedia jasa harus dituangkan dalam kontrak kerja konstruksi. Suatu kontrak
kerja konstruksi dibuat dalam bahasa Indonesia dan dalam hal kontrak kerja
konstruksi dengan pihak asing, maka dibuat dalam bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris.

Suatu kontrak kerja konstruksi melingkupi beberapa uraian mengenai para pihak
yang akan dibagi diantara lain,(1) rumusan pekerjaan,(2) masa pertanggungan
pemeliharaan, (3) tenaga ahli,(4) hak dan kewajiban para pihak,(5) tata cara
pembayaran,(6) cidera janji,(7) penyelesaian perselisihan,(8) pemutusan kontrak
kerja konstruksi,(9)keadaan memaksa (force majeure), (10) kegagalan
bangunan,(11) perlindungan pekerja; (12) aspek lingkungan. Sehubungan
dengan kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan perencanaan, harus memuat
ketentuan tentang hak atas kekayaan intelektual.

Semua faktor diatas saling berkaitan berawal dari belah pihak yang melakukan
rumusan pekerjaan untuk mempermudah tahapan proses pengerjaan agar
terkoordinir dengan baik dan memiliki batasan yang jelas antar pihak yang
berperan. Masa pertanggungan atau masa pemeliharaan bertujuan untuk
pengelolaan yang akan dilakukan terhadap bangunan selama masa
pembangunan hingga bangunan berdiri dan selanjutnya. Tenaga ahli dalam hal
ini faktor tenaga ahli untuk memperlancar proses pengerjaan dan memperkecil
resiko kerja serta memperlancar pengerjaan. Poin keempat adalah hak dan
kewajiban para pihak yaitu tiap pihak yang bersangkutan memiliki hak dan
kewajiban dalam melaksanakan pekerjaan masing – masing.

Poin kelima merupakan tata cara pembayaran merupakan tahapan proses


melakukan pembayaran jasa konstruksi. keenam merupakan faktor cidera janji
dibuatnya klausul yang muncul untuk antisipasi jika terjadi pengingkaran suatu
saat. Ketujuh adalah penyelesaian perselisihan adalah bentuk mediasi yang
akan dilakukan jika terjadi perselisihan antar pihak selama proses kerja. Poin
kedelapan adalah pemutusan kontrak kerja biasanya terjadi saat kedua belah
pihak sudah tidak dapat bekerja sama lagi maka mereka memiliki opsi untuk
melakukan putus kontrak demi kelanjutan proses pembangunan.

Poin kesembilan merupakan keadaan memaksa dimana dalam prosesnya dapat


terjadi hal-hal yang menyebabkan perubahan yang berdampak pada proses
pembangunan, yang biasa terjadi saat di lapangan. Poin kesepuluh adalah
kegagalan bangunan yang bisa saja terjadi akibat kesalahan prosedur
pembangunan. Lalu perlindungan pekerja merupakan poin wajib yang diterapkan
berkaitan dengan keselamatan dan perlindungan hukum dan kesehatan selama
proses pembangunan berjalan. Poin terakhir merupakan aspek lingkungan,
dimana kondisi lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap pembangunan,
dimana sebuah bangunan akan mencerminkan suatu lingkungan di sekitarnya.

Uraian mengenai rumusan pekerjaan meliputi lingkup kerja, nilai pekerjaan, dan
batasan waktu pelaksanaan. Rincian lingkup kerja ini meliputi:

(a) volume pekerjaan, yakni besaran pekerjaan yang harus dilaksanakan

(b) persyaratan administrasi, yakni prosedur yang harus dipenuhi oleh para pihak
dalam mengadakan interaksi
(c) persyaratan teknik, yakni ketentuan keteknikan yang wajib dipenuhi oleh
penyedia jasa

(d) pertanggungan atau jaminan yang merupakan bentuk perlindungan antara


lain untuk pelaksanaan pekerjaan, penerimaan uang muka, kecelakaan bagi
tenaga kerja dan masyarakat

(e) laporan hasil pekerjaan konstruksi, yakni hasil kemajuan pekerjaan yang
dituangkan dalam bentuk dokumen tertulis. Sedangkan, nilai pekerjaan yakni
mencakup jumlah besaran biaya yang akan diterima oleh penyedia jasa untuk
pelaksanaan keseluruhan lingkup pekerjaan. Batasan waktu pelaksanaan adalah
jangka waktu untuk menyelesaikan keseluruhan lingkup pekerjaan termasuk
masa pemeliharaan.

Setelah proses kontrak kerja ditujukan kepada peranan masyarakat, masyarakat


yang dimaksud merupakan masyarakat jasa konstruksi. Masyarakat juga
memiliki peran dalam suatu penyelenggaraan pekerjaan jasa konstruksi,
diantaranya untuk (1) melakukan pengawasan untuk mewujudkan tertib
pelaksanaan jasa konstruksi; (2) memperoleh penggantian yang layak atas
kerugian yang dialami secara langsung sebagai akibat penyelenggaraan
konstruksi; (3) menjaga ketertiban dan memenuhi ketentuan yang berlaku di
bidang pelaksanaan jasa konstruksi; (4) turut mencegah terjadinya pekerjaan
konstruksi yang membahayakan kepentingan umum.

Masyarakat jasa konstruksi merupakan bagian dari masyarakat yang mempunyai


kepentingan dan/atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha dan pekerjaan
jasa konstruksi. Masyarakat jasa konstruksi ini diselenggarakan melalui suatu
forum jasa konstruksi yang dilakukan oleh suatu lembaga yang independen dan
mandiri. Forum ini bersifat mandiri dan memiliki serta menjunjung tinggi kode etik
profesi. Peran masyarakat jasa konstruksi ini diatur lebih lanjut dalam PP 4/2010.

Disamping peran masyarakat jasa konstruksi Pemerintah juga memiliki peran


dalam penyelenggaraan suatu jasa konstruksi, yaitu melakukan pembinaan jasa
konstruksi dalam bentuk pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan.
Pengaturan yang dimaksud dilakukan dengan menerbitkan peraturan perundang-
undangan dan standar-standar teknis. Sedangkan pemberdayaan dilakukan
terhadap usaha jasa konstruksi dan masyarakat untuk menumbuhkembangkan
kesadaran akan hak, kewajiban, dan perannya dalam pelaksanaan jasa
konstruksi. Selanjutnya, mengenai pengawasan, dilakukan terhadap
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi untuk menjamin terwujudnya ketertiban
jasa konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pembinaan ini dapat dilakukan bersama-sama dengan masyarakat jasa
konstruksi. Pembinaan jasa konstruksi ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa
Konstruksi.

Dalam suatu penyelenggaraan usaha jasa konstruksi, terdapat kemungkinan


bahwa masyarakat mengalami kerugian sebagai akibat dari penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi tersebut. Karena itulah, masyarakat memiliki hak
mengajukan gugatan perwakilan. Yang dimaksud dengan hak mengajukan
gugatan perwakilan adalah hak kelompok kecil masyarakat untuk bertindak
mewakili masyarakat dalam jumlah besar yang dirugikan atas dasar kesamaan
permasalahan, faktor hukum dan ketentuan yang ditimbulkan karena kerugian
atau gangguan sebagai akibat dari kegiatan penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi.

Sebuah hukum memiliki sanksi – sanksi konkret seperti sanksi administratif yang
dapat dikenakan atas pelanggaran UU Jasa Konstruksi adalah berupa:

 peringatan tertulis,

 penghentian sementara pekerjaan konstruksi,

 pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi,

 larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi (khusus bagi


pengguna jasa),

 pembekuan izin usaha dan/atau profesi dan

 pencabutan izin usaha dan/atau profesi. Selain sanksi administratif


tersebut, penyelenggara pekerjaan konstruksi dapat dikenakan denda
paling banyak sebesar 10% (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak atau
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.
Contoh Kasus Jasa Konstruksi

Proses jasa konstruksi mulai dari perencanaan desain dengan perhitungan yang
layak dengan produk gambar kerja yang ditujukan kepada owner dan para
pekerja bangunan. Dan material yang akan digunakan dala proses pebangunan
dengan RABnya Dalam prosesnya seringkali terjadi perubahan saat berada di
lapangan, Bukan karena disengaja melainkan faktor lingkungan, waktu, biaya
juga akan berpengaruh. Perubahan –perubahan tersebut merupakan respon
bijak dari para perancang. Tetapi ada juga perubahan yang dilakukan kurang
bijak contohnya berhubungan dengan biaya. Dalam penghematan biaya
seorang konsultan arsitek akan berusaha mencari solusi untuk meminimalisir
biaya pembangunan. Bentuk solusi tersebut bisa dalam pemilihan material dan
efisiensi elemen struktur . Bergantung pada solusi bijak yang digunakan
perancang.

Keputusan yang diambil perancang tentang solusi tersebut akan berdampak


pada perubahan gambar kerja sangat dipertaruhkan dan dipertanggung
jawabkan. Disini juga terlihat fungsi pengawasan dari para penyedia. Dalam
proses pembangunan tekanan dari luar juga akan berdampak kepada keputusan
yang akan dibuat. Terkadang keputusan yang dibuat akibat tekanan
menyebabkan kurang perhitungan dan akan menimbulkan kerugian. Selain itu
tekanan waktu juga dapat mempengaruhi proses pembangunan. Contohnya ada
pada rubuhnya Ruko 3 lantai cendrawasih permai yang ada di kota samarinda.

Rubuhnya ruko di Kota Samarinda saat pembangunan dan memakan korban


jiwa. Bangunan Ruko Cendrawasih Permai berlokasi di jalan Ahmad Yani
kecamatan sungai Pinang Kota Samarinda runtuh. Ruko tiga lantai ini runtuh
karena proses konstruksi bangunan yang tidak sesuai dengan desain awal,
Perubahan tersebut dapat terlihat pada dua poin. Ditemukan Pondasi dan alat
penahan tanah tidak kuat menahan beban cor yang belum mengering. Lalu
perbedaan dimensi kolom antara gambar kerja dan di lapangan dimana besi
tulangan kolom di perkecil dan mengurangi campuran semen

Dari kedua poin diatas jelas terlihat bahwa proses pembangunan tidak semudah
yang terlihat, banyak faktor yang mempengaruhi contohnya faktor dilapangan.
Pada poin pertama dimana kondisi cor yang belum mengering menunjukan
bahwa elemen struktur tersebut belum siap untuk digunakan, yang terjadi karena
faktor- faktor di lapangan seperti tekanan waktu dan kondisi cuaca. Pada poin
kedua deviasi antara gambar kerja dan proses di lapangan yang terjadi pada
elemen vertical kolom menunjukan permasalahan biaya. Bagaimana
mengefisiensikan elemen struktur untuk menghemat biaya dengan menjadikan
kolom langsing, dan ternyata tidak berjalan sesuai rencana.

Disamping itu juga di temukan bahwa perancah yang digunakan sebagai


penahan pondasi merupakan perancah kayu murah yang dipastikan tidak dapat
menahan gaya lateral. Itu juga menjadi penyebab keruntuhan bangunan ini. Hal
ini menunjukan pengurangan biaya juga dilakukan pada tahap pemilihan material
dimana material tersebut berkualitas baik atau tidak. Fungsi ruang pada ruko
tersebut adalah sebagai toilet, yang biasa digunakan para pengunjung. Namun,
naasnya pada saat itu toilet tersebut rubuh dan menimpa 9 korban yang berada
tepat dibawah toilet tersebut meninggal dunia.

Di sisi lain perkembangan pasar industri konstruksi tidak saja hanya dipengaruhi
oleh sektor ekonomi, akan tetapi juga dipengaruhi oleh perkembangan politik
baik di dalam negeri maupun di luar negeri terutama tingkat regional. Kebijakan
penerapan otonomi daerah pada tahun 2000 menyebabkan beralihnya
pengelolaan proyek-proyek dari pusat ke daerah-daerah. Konsumen yang
tadinya terkonsentrasi di Jakarta akan terbagi bagi ke daerah-daerah potensial.
Hal ini akan berpengaruh pada penerapan strategi meraih pangsa pasar dari
masing-masing pelaku jasa konstruksi. Selain otonomi daerah, saat ini kontraktor
nasional juga dihadapkan dengan era globalisasi yang ditandai dengan
diberlakukannya Asean Free Trade Area (AFTA) yang dimulai pada tahun 2003
yang menyebabkan kontraktor-kontraktor asing dapat dengan bebas ikut
bersaing memperebutkan proyek-proyek pada pasar konstruksi di Indonesia.
Dengan masuknya kontraktor-kontraktor asing tersebut di tengah belum pulihnya
kondisi pasar industri konstruksi saat ini, tentunya akan menyebabkan semakin
ketatnya persaingan di antara pelaku bisnis konstruksi di Indonesia.

Adanya Asean Free Trade Area (AFTA) menjadikan persaingan bisnis power
generation di Indonesia menjadi lebih ketat. Masuknya pemain-pemain besar
dengan kapasitas internasional seperti PT. Alstom Power Indonesia, Mitsubishi,
dll menjadikan pemain lokal di bisnis power generation bekerja lebih keras dalam
mendapatkan perhatian dan kepercayaan konsumen. Dalam era perdagangan
bebas seperti sekarang, kompetisi perusahaan menjadi lebih luas jangkauannya,
tidak hanya konsumen nasional yang akan melihat dan mengamati eksistensi PT.
DEN dalam industri power generation, tapi konsumen regional bahkan
internasional pun bisa melakukan hal yang sama.

Karena persaingan-persaingan ketat tersebut menjadikan kontraktor di Indonesia


menjadi main tipu, dengan mengurangi kualitas pembangunan agar perusahaan
tersebut dapat mengambil keuntungan yang besar, tanpa memikirkan resiko
yang akan terjadi. Dari permasalahan-permasalahan tersebut, maka
diperlukannya pengamatan dan pengawasan di lapangan menjadi hal yang wajib
dilakukan. Karena tanpa pengawasan akan berdampak besar dalam
pembangunan dan tidak ada yang dapat bertanggung jawab akan hal ini. Jika
kita ingin pembangunan membaik maka dimulai dari diri kita dahulu untuk
memiliki rasa tanggung jawab atas setiap pekerjaan yang kita lakukan.
PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

PENDAHULUAN
Usaha-usaha untuk mewujudkan sebuah bangunan diawali dari tahap ide hingga
tahap pelaksanaan. Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi dari fase
perencanaan sampai dengan pelaksanaan dapat dikelompokkan menjadi tiga
pihak, yaitu: pihak pemilik proyek/owner/prinsipal/employer/client/bouwheer;
pihak perencana/designer dan pihak kontraktor/aannemer.
Orang/badan yang membiayai, merencanakan, dan melaksanakan bangunan
tersebut disebut unsure-unsur pelaksana pembangunan. Masing-masing unsur
tersebut mempunyai tugas, kewajiban, tanggungjawab, dan wewenang sesuai
dengan posisinya masing-masing. Dalam melaksanakan kegiatan perwujudan
bangunan, masing-masing pihak (sesuai dengan posisinya) saling berinteraksi
satu sama lain sesuai dengan hubungan kerja yang telah ditetapkan.
Koordinasi dari berbagai pihak yang terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan
proyek konstruksi merupakan kunci utama untuk meraih kesuksesan sesuai
dengan tujuannya.

PENGGUNA JASA
-------------------------------------------
PENYEDIA JASA

Gambar 4.1 Pihak yang terlibat dalam proyek kontruksi.


PEMILIK PROYEK
Pemilik proyek atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah orang/badan yang
memiliki proyek dan memberikan pekerjaan atau menyuruh memberikan
pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan yang membayar biaya pekerjaan
tersebut. Pengguna jasa dapat berupa perseorangan, badan/lembaga/instansi
pemerintah maupun swasta.
Hak dan kewajiban pengguna jasa adalah:
1. Menunjuk prenyedia jasa (konsultan dan kontraktor).
2. Meminta laporan secara periodic mengenai pelaksanaan pekerjaan yang telah
dilakukan oleh penyedia jasa.
3. Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh
pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
4. Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
5. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa
sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah bangunan.
6. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan dengan
cara menempatkan waktu atau menunjuk suatu badan atau orang untuk
bertindak atas nama pemilik.
7. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).
8. Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh
penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang dikehendaki.

Wewenang pemberi tugas adalah:


1. Memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing kontraktor.
2. Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara memberitahukan
secara tertulis kepada kontraktor jika telah terjadi hal-hal di luar kontrak yang
ditetapkan.

KONSULTAN
Pihak/badan yang disebut sebagai konsultan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu: konsultan perencana dan konsultan pengawas. Konsultan perencana
dapat dipisahkan menjadi beberapa jenis berdasarkan spesialisasinya, yaitu:
konsultan yang menangani bidang arsitektur, bidang sipil, bidang mekanikal dan
elekrikal, dan alin sebagainya. Berbagai jenis bidang tersebut umumnya menjadi
satu kesatuan yang disebut sebagai konsultan perencana.

Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah orang/badan yang membuat perencanaan
bangunan secara lengkap baik bidang arsitektur, sipil, maupun bidang lain yang
melekat erat dan membentuk sebuah sistem bangunan. Konsultan perencana
dapat berupa perseorangan/perseorangan berbadan hukum/badan hukum yang
bergerak dalam bidang perencanaan pekerjaan bangunan.
Hak dan kewajiban konsultan perencana adalah:
1. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana,
rencana kerja, dan syarat-syarat, hitungan struktur, rencana anggaran biaya.
2. Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak
kontraktor tentang pelaksanaan pekarjaan.
3. Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal yang
kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja, dan syarat-syarat.
4. Membuat gambar revisi bila tejadi perubahan perencanaan.
5. Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.

Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah orang/badan yang ditunjuk pengguna jasa untuk
membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai dari
awal hingga berakhirnya pekerjaan pembangunan.
Hak dan kewajiban konsultan pengawas adalah:
1. Menyelesaikan pelaksanaan pekarjaan dalam waktu yang telah ditetapkan.
2. Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam
pelaksanaan pekerjaan.
3. Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan.
4. Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi
antar berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar.
5. Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta
menghindari pembengkakan biaya.
6. Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan agar dicapai
hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan dengan kualitas, kuantitas serta
waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan.
7. Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan kontraktor.
8. Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan yang
berlaku.
9. Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan).
10. Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan tambah atau
berkurangnya pekarjaan.

KONTRAKTOR
Kontraktor adalah orang/badan yang menerima pekerjaan dan
menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan biaya yang telah
ditetapkan berdasarkan gambar rencana dan peraturan dan syarat-syarat yang
ditetapkan. Kontraktor dapat berupa perusahaan perseorangan yang berbadan
hukum atau sebuah badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan
pekerjaan.
Hak dan kewajiban kontraktor adalah:
1. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan, dan
syarat-syarat, risalah penjelasan pekerjaan (aanvullings) dan syarat-syarat
tambahan yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa.
2. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan
pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa.
3. Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam peraturan
untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat.
4. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan dan
bulanan.
5. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikannya
sesuai dengan ketetapan yang berlaku.

HUBUANGAN KERJA

Hubungan tiga pihak yang terjadi antara pemilik proyek, konsultan, dan
kontraktor diatur sebagai berikut:
Konsultan dengan pemilik proyek, ikatan berdasarkan kontrak. Konsultan
memberikan layanan konsultasi di mana produk yang dihasilkan berupa gambar-
gambar rencana, peraturan, dan syarat-syarat; sedangkan pemilik proyek
memberikan biaya jasa atas konsultasi yang diberikan oleh konsultan.
Kontraktor dengan pemilik proyek, ikatan berdasarkan kontrak. Kontraktor
memberikan layanan jasa profesionalnya berupa bangunan sebagai realisasi dari
keinginan pemilik proyek yang dituangkan dalam gambar rencana, peraturan,
dan syarat-syarat oleh konsultan, sedangkan pemilik proyek memberikan biaya
jasa profesional kontraktor.
Konsultan dengan kontraktor, ikatan berdasarkan peraturan pelaksanaan.
Konsultan memberikan gambar rencana, peraturan, dan syarat-syarat, kontraktor
harus merealisasikan menjadi sebuah bangunan.

Anda mungkin juga menyukai