Anda di halaman 1dari 37

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada proses penambangan tambang bawah tanah terdapat bermacam-
macam cara untuk membuat lubang bukaan atau terowongan. Salah satunya
adalah dengan cara peledakan. Peledakan pada pembuatan terowongan adalah
pekerjaan melepas dan memecah batuan dengan menggunakan bahan peledak
sehingga didapatkan bentuk yang sesuai diinginkan dengan ukuran material
yang mudah diangkut dan dibuang dengan peralatan yang tersedia atau
peledakan pada proses penambangan pada tambang bawah tanah dilakukan
untuk melepaskan bijih dari batuan induknya ataupun untuk memperkecil
ukurannya untuk memudahkan pengangkutan kepermukaan.
Peledakan pada tambang bawah tanah berbeda dengan peledakan pada
tembang terbuka, perbedaannya yaitu pada peledakan tambang terbuka
dilakukan dengan dua atau lebih arah bidang bebas sedangkan pada peledakan
tambang bawah tanah hanya mempunyai satu arah bidang bebas.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dari pembuatan laporan ini agar dapat mengetahui metode apa
saja yang digunakan pada kegiatan penambangan bawah tanah.
1.2.2 Tujuan
1. Dapat mengetahui serta memahami faktor – faktor yang perlu
dipertimbangkan sebelum mendesain peledakan underground blasting.
2. Dapat menentukan fragmentasi bongkaran yang dihasilkan dari
underground blasting.

1
2

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Peledakan
Teknik Peledakan, dalam dunia pertambangan merupakan suatu kegiatan
pengecilan ukuran yang dilakukan pada batuan yang massive dengan cara
meledakan batuan tersebut. Peledakan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara
yang disesuaikan dengan kondisi batuan yang akan diledaka, jumlah batuan
yang akan diledakan,serta karakteristik dari batuaannya.

Sumber : Mahmudin, 2013


Gambar 2.1
Kegiatan peledakan

2.2 Geometri Peledakan


Dalam proses kegiatan pemboran, diperlukan penentuan lubang bor yang
harus dievakuasi dengan hati-hati agar kegiatan pemboran dapat menghasilkan
pola lubang yang optimum dan dapat disesuaikan dengan bahan peledak ayng
akan dipilih. Berikut adalah faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
mendesain peledakan :
1. Diameter lubang bor
2. Burden dan spasi
3. Type bahan peledak yang akan digunakan
Terletak perbedaan utama antara peledakan jenjang dan terowongan
yakni pada peledakan terowongan dilakukan dengan mengarah pada suatu
bidang bebas pada pola peledakan tersebut. Bidang tersebut adalah lubang

2
3

tembak yang berada di tengah dan tidak diisi bahan peledak sehingga berfungsi
sebagai bidang lemah. Sedangkan pada peledakan jenjang peledakan dapat
didesain menuju ke lebih dari satu bidang bebas.
Suatu operasi peledakan batuan akan mencapai hasil optimal apabila
perlengkapan dan peralatan yang dipakai sesuai dengan metode peledakan
yang diterapkan. Pada dasarnya sebelum mempelajari mengenai peralaan dan
perlengkapan peledakan maka harus diketahui perbedaan dari kedua hal
tersebut. Peralatan peledakan (Blasting equipment) merupakan suatu alat yang
dalam penggunaannya dapat digunakan berulang kali, misalnya blasting
machine, crimper dan sebagainya. Sedangkan perlengkapan peledakan hanya
dapat dipergunakan dalam satu kali proses peledakan dan atau tidak bisa
digunakan berulang kali.
2.3 Pola Pemboran Underground Blasting
Terdapat beberapa perbedaan dari pola pengeboran tambang terbuka
dan tambang bawah tanah, diantaranya yaitu :
Tabel 2.1
Perbedaan pemboran Surface dengan Undergorund Blasting
Faktor Tambang Bawah Tanah Tambang Terbuka
Luas area Terbatas, sesuai dimensi Lebih luas karena terdapat
bukaan luasnya dipengaruhi di permukaan bumi dan
oleh kestabilan bukaan dapat memilih area yang
tersebut cocok
Volume hasil Terbatas karena dibatasi luas Lebih besar bisa mencapai
peledakan permukaan bukaan, diameter ratusan ribu meter kubik
mata bor dan kedalaman per peledakan, sehingga
pengeboran dapat direncanakan target
yang besar
Suplai udara Tergantung pada system Tidak bermasalah karena
segar ventilasi yang baik dilakukan pada udara
terbuka
Keselamatan Kritis, diakibatkan oleh ruang Relative lebih aman karena
kerja yang terbatas, guguran batu seluruh pekerjaan
dari atap , tempat dilakukan pada area
penyelamatan diri terbatas terbuka
4

1. Center Cut
Merupakan salah satu pola pemboran dimana terdapat empat lubang
untuk batuan yang kekuatannya tidak terlalu keras atau enam lubang untuk
batuan yang keras dengan diameter yang sama dibor ke arah satu titik, sehingga
nantinya akan berbentuk seperti piramida. Dimana pada bagian puncak piramida
tersebut akan diletakan suatu bahan peledak kuat..

Sumber : Russell Noble, 2010


Gambar 2.1
Contoh Pola Pemboran Center Cut

2. Wedge Cut
Pola pemboran ini dilakukan dengan member setiap pasang ke arah satu
titik lubang bor antar pasangan sejajar, sehingga membentuk baji, tetapi pada
penggunaannya pola pemboran ini kurang efektif untuk meledakkan batuan yang
keras.

Sumber : Russell Noble, 2010


Gambar 2.2
Contoh PolaPemboran Wedge Cut
5

3. Drag Cut
Pola pemboran ini pada dasarnya hamper mirip dengan pola pemboran
wedge cut, dimana posisi bajinya terletak pada bagian lantai atau dinding bukaan
atau lubang. Pada dasarnya lubang dibor dibuat miring untuk membentuk
rongga di lantai ataupun dinding. Pola pemboran ini dapat digunakan pada
batuan dengan struktur perlapisan, seperti contohnya pada batuan serpih.
Lubang cut dibuat menyudut terhadap bidang perlapisan pada bidang tegak
lurus, sehingga batuan akan terbongkar menurut bidang perlapisan. Pola
Pemboran dengan tipa cut seperti ini cocok digunakan untuk terowongan
berukuran tetapi kecil dengan lebar 1.5 – 2 m.

Sumber : Russell Noble, 2010


Gambar 2.3
Contoh PolaPemboran Drag Cut

4. Burn Cut
Pola pemboran ini bisa disebut juga sebagai cylinder cut dimana pola ini
sangat cocok digunakan untuk batu yang keras seperti contohnya batupasir atau
bisa juga untuk batuan beku Terdapat beberapa ciridari pola ini, diantaranya
yaitu :
a. Lubang bor sejajar sehingga dapat mengebor lebih dalam.
b. Terdapatbeberapa lubang dikosongkan untuk tekana gaya..
c. Terdapat lubang kosong sebagai ruang terbuka tempat fragmentasi
batuan terlempar dari lubang yang bermuatan bahan peledak.
Berbeda dengan pola-pola pemboran sebelumnya dimana pada pola burn
cut ini terdapat beberapa lubang yang tidak diisi dengan bahan peledak yang
6

berfungsi sebagai bidang bebas terhadap lubang cut yang terisi. Lubang kosong
dapat dibuat lebih dari satu dengan ukuran yang lebih besar dari pada lubang cut
yang terisi.

Sumber : Russell Noble, 2010


Gambar 2.4
Contoh Pola Pemboran Burn Cut

Geometri pemboran membahas mengenai diameter dari lubang bor yang


dibuat untuk menjadi lubang tembak.
1. Diameter lubang ledak dibuat untuk menentukan diameter lubang tembak
tergantung dari volume massa batuan yang akan dibongkar, tinggi
jenjang, tingkat fragmentasi yang diinginkan, mesin bor yang
dipergunakan, dan kapasitas alat muat yang akan dipergunakan untuk
kegiatan pemuatan material hasil pembongkaran..Pada penentuan
diameter lubang ledak itu sendiri diharapkan jangan terlalu kecil, karena
faktor energi yang dihasilkan akn tidak sesuai dengan energy yang
dibutuhkan untuk meledakan material itu sendiri, tetapi apabila jika lubang
tembak terlalu besar maka lubang tembak tidak cukup untuk
menghasilkan fragmentasi yang baik. Hal seperti ini seharusnya diameter
lubang tembak yang kecil yang digunakan.
2. Kedalaman lubang tembak Kedalaman lubang tembak biasanya
disesuaikan dengan tinggi jenjang yang diterapkan. Dan untuk
mendapatkan lantai jenjang yang rata maka hendaknya kedalaman
lubang tembak harus lebih besar dari tinggi jenjang, yang manakelebihan
daripada kedalaman ini disebut dengan sub drilling.
7

2.4 Desain Peledakan Undergorund Blasting


1. Desain Guidelines
Desain ini digunakan dalam perencanaan peledakan pada tambang
bawah tanah yang dapat digambarkan secara geometris, yang dapat
terdiri dari Floor, Holes, Wall Holes, Cut Hole, Stopping Hole, dan Roof
Holes. sebelum mendesain peledakan tambang bawah tanah, bagian
bagian tersebut harus diperhitungkan terlebih dahulu dengan baik agar
dapat mengacu pada banyaknya serta besarnya diameter yang berfungsi
sebagai bidang lemah (Free Face).

Sumber : Russell Noble, 2010


Gambar 2.5
Bagian Bagian Abutment dalam Underground Blasting

2.4.1 Desain Square I


Sebelum penentuan posisi lubang ledak kotak pertama dapat
diilustrasikan sebagai berikut :
a = C – C jarak antara lubang ledak dengan Empty Hole (mm).
Ɵ= Diameter Empty Hole (mm).
Dalam kasus diatas ada beberapa hubungannya dengan Empty Hole
yang dapat dirumuskan seperti dibawah ini :
a1 = 1,5 D…………………………………...(2.1)
W1 = d √2………………............................(2.2)

Keterangan :
a = C – C jarak antara pusat Empty Hole dan pusat lubang ledak (mm).
8

D = Diameter khayal (mm).


W = Jarak antara lubang ledak (mm).

Sumber : Russell Noble, 2010


Gambar 2.6
Grafik Konsentrasi Pengisian Handak

2.4.2 Desain Square II


Dalam penentuan posisi lubang ledak kotak kedua dapat diilustrasikan
sebagai berikut :
B1 = W1.…….…………………….……………...(2.3)
a2 = 1,5 W1………………..……………………...(2.4)
W2 = 1,5 W1 √2…………………………………...(2.5)
Keterangan :
a = C – C jarak antara pusat Empty Hole dan pusat lubang ledak
(m).
W = Jarak antara lubang ledak (m).
B = Burden (m).
2.4.3 Desain Square III
Dalam penentuan posisi lubang ledak kotak ketiga dapat diilustrasikan
sebagai berikut :
B2 =W2 ………..………………….……………...(2.6)
a3 = 1,5 W2………………..……………………...(2.7)
W3 = 1,5 W2 √2…………………………………...(2.8)
Keterangan :
a = C – C jarak antara pusat Empty Hole dan pusat lubang ledak
(m).
9

W = Jarak antara lubang ledak (m).


B = Burden (m).
2.4.4 Desain Square IV
Dalam penentuan posisi lubang ledak kotak keempat dapat diilustrasikan
sebagai berikut :
B3 =W3 …………..………………….……………...(2.9)
a4 = 1,5 W3……..…………...……………….…...(2.10)
W4 = 1,5 W3 √2…………………………………...(2.11)
Keterangan :
a = C – C jarak antara pusat Empty Hole dan pusat lubang ledak
(m).
W = Jarak antara lubang ledak (m).
B = Burden (m).

2.5 Primer dan Sistem Rangkaian


Pembuatan primer maupun sistem rangkaian yang dipakai pada
peledakan terowongan sama halnya dengan pembuatan primer dan sisite
rangkaian yang dipakai pada surface blasting.

2.6 Fragmentasi
Fragmentasi (distribusi ukuran) batuan hasil peledakan merupakan salah
satu yang sangat penting dalam merencanakan suatu peledakan. Ukuran
fragmentasi yang direncanakan perlu disesuaikan dengan kemudahan dalam
pemuatan, pengangkutan serta ukuran yang diinginkan oleh pabrik pengolahan.
Untuk mendapatkan fragmentasi yang diinginkan, beberapa hal yang
berpengaruh adalah keserasian antara specific charge yang digunakan dan
urutan pengaturan delay. Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan
hubungan antara specific charge dan fragmentasi yang dihasilkan.
Tabel 2.2
Hubungan antara Specific Charge dan Fragmentasi
specific charge
0.24 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.85 1.0
(kg/m3)
Fragmentation
1 ½ (1/2)3 (1/2.5)3 (1/3)3 (1/4)3 (1/5)3 (1/6)3
(m3)
10

BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN

3.1 Tugas
1. Suatu development tambang bawah tanah dengan blasting untuk
membuat cross cut sepanjang 20 m, dimana ukuran abutment dengan
tinggi 10 m dengan lebat 8 m, panjang alat bor 3,5 m, persen kemajuan
85%. Jenis peledak yang digunakan untuk stopping hole dan floor hole
adalah dynamex dengan diameter 38 mm, sedangkan untuk meledakan
wall dan roof digunakan emulate 150 in paper catridge berdiameter 32
mm.
a. Hitung dan Gambarkan geometri peledakan dalam millimeter block
dengan skala 1:50 (A3)
b. Hitung kebutuhan bahan peledak untuk menyeledaikan cross cut
tersebut, dan berapa kali harus dilakukan peledakan.
c. Berapa ukuran fragmentasi batuannya.
2. Suatu development tambang bawah tanah melakukan pembuatan cross
cut dengan peledakan dengan panjang terowongan 25 m, dengan
kedalaman lubang ledak tiap peledakan 3 m dan asumsi kemajuan
terowongan 94%. Bahan peledak yang digunakan pada cut hole, stoping
hole, dan floor hole adalah emulate 150 in paper catridge dengan
diameter 36 mm, bahan peledak yang digunakan pada wall dan roof
adalah emulate 150 in plastic tube dengan diameter 33 mm.
a. Hitung dan Gambarkan geometri peledakan dalam millimeter block
dengan skala 1:50 (A3)
b. Hitung kebutuhan bahan peledak untuk menyeledaikan cross cut jika
ukuran abutment tinggi 4 m dan lebar 8 m
c. Berapa ukuran fragmentasi batuannya, dan berapa kali harus
dilakukan peledakan.
3.2 Pembahasan
1. Diketahui :

Cross Cut : 20 m
Abutment : tinggi : 10 m
11

Lebar : 8 m
Kedalaman Lubang : 3,5 m
Persen Kemajaun : 85 %
Dynamex : Diameter 38 mm
Emulate : Diameter 32 mm
Ditanya :
a. Hitung dan Gambarkan geometri peledakan dalam millimeter block
dengan skala 1:50 (A3)
b. Hitung kebutuhan bahan peledak untuk menyeledaikan cross cut
tersebut, dan berapa kali harus dilakukan peledakan.
c. Berapa ukuran fragmentasi batuannya.
Jawab :
a. Square 1
 D = d => 76 mm ( berdasarkan grafik di plot)
12

 a1 = 1,5 d
= 1,5 x 76 mm
= 114 mm = 0,114 m
 w1 = a1 √2
= 114 mm x √2
= 161,22 mm = 0,16122 m
 h0 = a1
= 0,114 m
 Ic = 0,24 kg/m ( berdasarkan grafik )
Q = Ic (H-Ho)
= 0,24 kg/m (3,5-0,114)m
= 0,8126
13

b. Square 2
 b1 = w1
= 161,22 mm = 0,16122 m
 a2 = 1,5 x w1
= 1,5 x 0,16122 m
= 0,24183 m
 w2 = a2 √2
= 0,24183 m x √2
= 0,341999 m
 h0 = 0,5 x B
= 0,5 x 0,16122 m
= 0,08061 m
 Ic = 0,2 (berdasarkan grafik )

 Q = Ic ( H-h0 )
= 0,2 (3,5 m – 0,08061 m )
= 0,6839 kg
c. Square 3
 b2 = w2
= 0,341999 m
 a3 = 1,5 x w2
= 1,5 x 0,341999 m
= 0,512985 m
 w3 = a3 √2
= 0,512985 m x √2
= 0,72547 m
14

 h0 = 0,5 x B2
= 0,5 x 0,341999 m
= 0,170999 m
 Ic = 0,4 (berdasarkan grafik )

 Q = Ic ( H-h0 )
= 0,4 kg/m (3,5 m – 0,170999 m )
= 1,3316 kg/m
Square 4
 b3 = w3
= 0,72547 meter
 a4 = 1,5 x w3
= 1,5 x 0,72547 m
= 1,0882 m
 w4 = a4 √2
= 1,0882 m x √2
= 1,5389 m
 h0 = 0,5 x B
= 0,5 x 0,72547 m
= 0,3627 meter
 Ic = 0,836 (berdasarkan grafik )
15

 Q = Ic ( H-h0 )
= 0,836 kg/m (3,5 m – 0,3627 m )
= 0,62399 kg
 Mencari Stopping Hole
Grafik
Floor dan Stopping

 Floor Holes
Burden (m)
B=1xB
=1x1
=1
16

Spacing (s)
S = 1,1 x B
= 1,1 x 1
= 1,1
a. Bottom Charge
lb = 1,4 kg/m (berdasarkan grafik)
hb = 1/3 x H
= 1/3 x 3,5 m
= 1,16 m
Qb =lb x hb
= 1,4 kg/m x 1,16 m
= 1,62
b. Column Charge
Ic = 1,0 x Ib
= 1,0 x 1,4
= 1,4 kg/m
h0 = 0,2 x B
= 0,2 x 1
= 0,2
hc = H – hb – ho
= 3,5 m – 1,16 m – 0,2
= 2,14
Qc = Ic x hc
= 1,4 kg/m x 2,14
= 2,996

Qtot = Qb + Qc
= 1,624 + 2,996
= 4,62
 Stopping Upwards dan Horizontal
Burden (m)
B =1xB
=1x1
=1
17

Spacing (s)
S = 1,1 x B
= 1,1 x 1
= 1,1
a. Bottom Charge
lb = 1,4 kg/m (berdasarkan grafik)
hb = 1/3 x H
= 1/3 x 3,5 m
= 1,16 m
Qb =lb x hb
= 1,4 kg/m x 1,16 m
= 1,62
b. Column Charge
Ic = 0,5 x Ib
= 0,5 x 1,4
= 0,7 kg/m
h0 = 0,5 x B
= 0,5 x 1
= 0,5
hc = H – hb – ho
= 3,5 m – 1,16 m – 0,5
= 1,84

Qc = Ic x hc
= 0,7 kg/m x 1,84
= 1,3
Qtot = Qb + Qc
= 1,624 + 1,3
= 2,92
 Stopping Downwards
Burden (m)
B=1xB
=1x1
=1
18

Spacing (s)
S = 1,2 x B
= 1,2 x 1
= 1,2
a. Bottom Charge
lb = 1,4 kg/m (berdasarkan grafik)
hb = 1/3 x H
= 1/3 x 3,5 m
= 1,16 m
Qb =lb x hb
= 1,4 kg/m x 1,16 m
= 1,62
b. Column Charge
Ic = 0,5 x Ib
= 0,5 x 1,4
= 0,7 kg/m
h0 = 0,5 x B
= 0,5 x 1
= 0,5
hc = H – hb – ho
= 3,5 m – 1,16 m – 0,5
= 1,84
Qc = Ic x hc
= 0,7 kg/m x 1,84
= 1,3
Qtot = Qb + Qc
= 1,624 + 1,3
= 2,92
19

Grafik
Roof and Wall

 Wall Holes
Burden (m)
B = 0,9 x B
= 0,9 x 0,85
= 0,77
Spacing (s)
S = 1,1 x B
= 1,1 x 0,77
= 0,85
a. Bottom Charge
lb = 0,85 kg/m (berdasarkan grafik)
hb = 1/3 x H
= 1/3 x 3,5 m
= 1,16 m
Qb =lb x hb
= 0,85 kg/m x 1,16 m
= 0,986
20

c. Column Charge
Ic = 0,4 x Ib
= 0,4 x 0,85
= 0,34 kg/m
ho = 0,5 x B
= 0,5 x 0,85
= 0,43
hc = H – hb – ho
= 3,5 m – 1,16 m – 0,43
= 1,91
Qc = Ic x hc
= 0,34 kg/m x 1,91
= 0,65
Qtot = Qb + Qc
= 0,986 + 0,65
= 1,63

 Roof Holes
Burden (m)
B = 0,9 x B
= 0,9 x 0,85
= 0,77 m
Spacing (s)
S = 1,1 x B
= 1,1 x 0,77
= 0,85 m
a. Bottom Charge
lb = 0,85 kg/m (berdasarkan grafik)
hb = 1/6 x H
= 1/6 x 3,5 m
= 1,16 m
Qb =lb x hb
= 0,85 kg/m x 1,16 m
21

= 0,986
b. Column Charge
Ic = 0,3 x Ib
= 0,3 x 0,85
= 0,26 kg/m
ho = 0,5 x B
= 0,5 x 0,85
= 0,43
hc = H – hb – ho
= 3,5 m – 1,16 m – 0,43
= 1,91
Qc = Ic x hc
= 0,26 kg/m x 1,91
= 0,5

Qtot = Qb + Qc
= 0,986 + 0,5
= 1,5
Part Of The Burden Spacing Height Charge Concentration Stemming
Round (m) (m) Bottom Bottom Column
Charge (m)
(m) (kg/m) (kg/m)
Floor 1 1,1 1,16 1,4 1,4 0,2
Wall 0,77 0,85 1,16 0,85 0,34 0,43
Roof 0,77 0,85 1,16 0,85 0,26 0,43
Stopping
Upwards 1 1,1 1,16 1,4 0,7 0,5
Horizontal 1 1,1 1,16 1,4 0,7 0,5
Downwards
1 1,2 1,16 1,5 0,7 0,5

b. Kebutuhan bahan peledak


Square I = 0,68 kg x 4 = 2,72 kg
Square II = 0,41 kg x 8 = 3,28 kg
Square III = 0,8 kg x 4 = 3,2 kg
Square IV = 1,95 kg x 4 = 7,8 kg
22

Floor = 4,62 kg x 9 = 41,68 kg


Wall = 1,63 kg x 16 = 26,08 kg
Roof = 1,5 kg x 11 = 16,5 kg
Stopping = 2,92 kg x 93 = 271,56 kg
372,72 kg
Luas Abutment
πr2
= ( 8 x 10 ) m2 + ( )
2

3.14 x 42
= 80 m2 + ( )
2
= 105,12 m2
Volume Cross Cut
VA = Luas abutment x panjang cross cut
= 105,12 m2 x 20 m
= 2102,4 m3
VB = Luas abutment x kedalaman lubang bor
= 106,12 m2 x 3,5 m
= 367,92 m3
Kebutuhan peledakan
VA 2102,4 m3
= = = 5,71 = 6 kali peledakan
VB 367,92 m3
c. Mencari fragmentasi
Spesific Charge (SC)
Berat bahan peledak (kg)
SC =
Volume m3
372,72 kg/m
=
367,92 m3
= 1,01 kg/m3 = 1 kg/m3
Fragmentasi = (1/6)3

i. Diketahui :
Cross Cut : 25 m
Abutment : tinggi : 4 m
`Lebar : 8 m
23

Kedalaman Lubang :3m


Persen Kemajaun : 94 %
Emulate 150 in paper catridge : Diameter 36 mm
Emulate 150 in plastic tube : Diameter 33 mm
Ditanya :
a. Hitung dan Gambarkan geometri peledakan dalam millimeter block
dengan skala 1:50 (A3)
b. Hitung kebutuhan bahan peledak untuk menyeledaikan cross cut jika
ukuran abutment tinggi 4 m dan lebar 8 m
c. Berapa ukuran fragmentasi batuannya, dan berapa kali harus
dilakukan peledakan.
Jawab :
a. Square 1
 D = d => 102 mm ( berdasarkan grafik di plot)
= 102 √2
= 144,25 mm = 0,144 m

 c-c between hole : 217,6 mm = 0,217 m ( berdasarkan grafik)


24

 a1 = 1,5 d
= 1,5 x 144,25 mm
= 216,38 mm = 0,216 m
 w1 = a2 √2
= 216,38 mm x √2
= 306,007 mm = 0,306 m
 h0 =a
= 216,38 mm = 0,216 m
 Ic = 0,4 kg/m ( berdasarkan grafik )

 Q = Ic ( H – h0 )
25

= 0,4 kg/m (3 m – 0,216 m)


= 1,11 kg
Square 2
 b1 = w1
= 0,306 m
 a2 = 1,5 x w1
= 1,5 x 0,306 m
= 0,46 m
 w2 = a2 √2
= 0,46 m x √2
= 0,650 m
 h0 = 0,5 x B
= 0,5 x 0,306 m
= 0,15
 Ic = 0,38 (berdasarkan grafik )

 Q = Ic ( H-h0 )
= 0,38 (3 m – 0,15 m )
= 1,1 kg
Square 3
 b2 = w2
= 0,650 m
 a3 = 1,5 x w2
= 1,5 x 0,650 m
= 0,97 m
 w3 = a3 √2
= 0,97 m x √2
26

= 1,33 m
 h0 = 0,5 x B
= 0,5 x 0,650 m
= 0,32 m
 Ic = 0,63 (berdasarkan grafik )

 Q = Ic ( H-h0 )
= 0,63 (3 m – 0,32 m )
= 1,7 kg/m
Square 4
 b3 = w3
= 1,33 meter
 a4 = 1,5 x w3
= 1,5 x 1,33 m
= 1,99 m = 2 m
 w4 = a4 √2
= 2 m x √2
= 2,82 m
 h0 = 0,5 x B
= 0,5 x 1,33 m
= 0,67 meter
 Ic = 1,22 (berdasarkan grafik )
27

 Q = Ic ( H-h0 )
= 1,22 (3 m – 0,67 m )
= 2,8 kg
 Mencari Stopping Hole
Grafik
Floor dan Stopping

 Floor
Burden (m)
B = 1 x 0,95
= 1 x 0,95
28

= 0,95 m
Spacing (s)
S = 1,1 x B
= 1,1 x 0,95
= 1,045
a. Bottom Charge
lb = 1,21 kg/m (berdasarkan grafik)
hb = 1/3 x H
= 1/3 x 3 m
=1m
Qb =lb x hb
= 1,21 kg/m x 1 m
= 1,21
c. Column Charge
Ic = 1,0 x Ib
= 1,0 x 1,21
= 1,21 kg/m
h0 = 0,2 x B
= 0,2 x 0,95
= 0,2
hc = H – hb – ho
= 3 m – 1 m – 0,2
= 1,8
Qc = Ic x hc
= 1,21 kg/m x 1,8
= 2,18

Qtot = Qb + Qc
= 1,21 + 2,18
= 3,39
 Stopping Upwards dan Horizontal
Burden (m)
B = 1 x 0,95
= 1 x 0,95
29

= 0,95
Spacing (s)
S = 1,1 x B
= 1,1 x 0,95
= 1,05 m
a. Bottom Charge
lb = 1,21 kg/m (berdasarkan grafik)
hb = 1/3 x H
= 1/3 x 3 m
=1m
Qb =lb x hb
= 1,21 kg/m x 1 m
= 1,21 kg/m
b. Column Charge
Ic = 0,5 x Ib
= 0,5 x 1,21
= 0,605 kg/m
h0 = 0,5 x B
= 0,5 x 0,5
= 0,25
hc = H – hb – ho
= 3 - 1 m – 0,25
= 1,75

Qc = Ic x hc
= 0,605 kg/m x 0,25
= 0,2 kg/m
Qtot = Qb + Qc
= 1,21 kg/m + 0,2 kg/m
= 1,41 kg/m
 Stopping Downwards
Burden (m)
B = 1 x 0,95
= 1 x 0,95
30

= 0,95
Spacing (s)
S = 1,2 x B
= 1,2 x 0,95
= 1,14 m
a. Bottom Charge
lb = 1,21 kg/m (berdasarkan grafik)
hb = 1/3 x H
= 1/3 x 3 m
=1m
Qb =lb x hb
= 1,21 kg/m x 1 m
= 1,21 kg/m
b. Column Charge
Ic = 0,5 x Ib
= 0,5 x 1,21
= 0,605 kg/m
h0 = 0,5 x B
= 0,5 x 0,5
= 0,25

hc = H – hb – ho
= 3 - 1 m – 0,25
= 1,75
Qc = Ic x hc
= 0,605 kg/m x 0,25
= 0,2 kg/m
Qtot = Qb + Qc
= 1,21 kg/m + 0,2 kg/m
= 1,41 kg/m
Grafik
Roof and Wall
31

 Wall
Burden (m)
B = 0,9 x B
= 0,9 x 0,88
= 0,8

Spacing (s)
S = 1,1 x B
= 1,1 x 0,88
= 0,97
a. Bottom Charge
lb = 1,02 kg/m (berdasarkan grafik)
hb = 1/6 x H
= 1/6 x 3 m
= 0,5 m
Qb =lb x hb
= 1,02 kg/m x 0,5 m
= 0,51 kg/m
b. Column Charge
32

Ic = 0,4 x Ib
= 0,4 x 1,02 kg/m
= 0,408 kg/m
ho = 0,5 x B
= 0,5 x 0,8
= 0,4m
hc = H – hb – ho
= 3 m – 0,5 m – 0,4
= 2,1 m
Qc = Ic x hc
= 0,408 kg/m x 2,1
= 0,86 kg/m
Qtot = Qb + Qc
= 0,51 kg/m + 0,86 kg/m
= 1,37 kg/m
 Roof
Burden (m)
B = 0,9 x B
= 0,9 x 0,88
= 0,8 m
Spacing (s)
S = 1,1 x B
= 1,1 x 0,88
= 0,97 m
a. Bottom Charge
lb = 1,02 kg/m (berdasarkan grafik)
hb = 1/6 x H
= 1/6 x 3 m
= 0,5 m
Qb =lb x hb
= 1,02 kg/m x 0,5 m
= 0,51 kg/m
b. Column Charge
Ic = 0,3 x Ib
33

= 0,3 x 1,02 kg/m


= 0,31 kg/m
ho = 0,5 x B
= 0,5 x 0,88 m
= 0,4 m
hc = H – hb – ho
= 3 m – 0,5 m – 0,4 m
= 2,1 m
Qc = Ic x hc
= 0,31 kg/m x 2,1 m
= 0,651 kg/m
Qtot = Qb + Qc
= 0,51 kg/m + 0,651 kg/m
= 1,2 kg/m

Part Of The Burden Spacing Height Charge Concentration Stemming


Round (m) (m) Bottom Bottom Column
Charge (m)
(m) (kg/m) (kg/m)
Floor 0,95 1,045 1 1,21 1,21 0,2
Wall 0,8 0,97 0,5 1,02 0,408 0,4
Roof 0,8 0,97 0,5 1,02 0,31 0,4
Stopping
Upwards 0,95 1,05 1 1,21 0,605 0,25
Horizontal 0,95 1,05 1 1,21 0,605 0,25
Downwards
0,95 1,14 1 1,21 0,605 0,25

b.Kebutuhan bahan peledak


Square I = 1,11 kg x 4 = 4,44 kg
Square II = 1,1 kg x 4 = 4,4 kg
Square III = 1,7 kg x 4 = 6,8 kg
Square IV = 2,9 kg x 0 = 0 kg
Floor = 3,39 kg x 9 = 30,51 kg
Wall = 1,37 kg x 10 = 13,7 kg
Roof = 1,2 kg x 11 = 13,2 kg
34

Stopping = 1,41 kg x 54 = 76,14 kg


149,19 kg
Luas Abutment
πr2
= ( 8 x 4 ) m2 + ( )
2

3.14 x 42
= 32 m2 + ( )
2
= 57,12 m2
Volume Cross Cut
VA = Luas abutment x panjang cross cut
= 57,12 m2 x 25 m
= 1428 m3

VB = Luas abutment x kedalaman lubang bor


= 57,12m2 x 3 m
= 171,36 m3
Kebutuhan peledakan
VA 1428 m3
= = = 8,3 = 9 kali peledakan
VB 171,36 m3
c. Mencari fragmentasi
Spesific Charge (SC)
Berat bahan peledak (kg)
SC =
Volume m3
149,19 kg/m
=
171,36 m3
= 0,85 kg/m3
Fragmentasi = (1/5)3
35

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan dari tujuan yang telah dibuat dapat disimpulkan bahwa :


1. Dalam penentuan desain peledakan ada beberapa faktor faktor yang
harus diperhatikan sebelum melakukan suatu desain peledakan antara
36

lain yaitu : Kondisi formasi batuan, diameter lubang bor, burden dan spasi
dan type bahan peledak yang akan digunakan.
2. Fragmentasi batuan hasil peledakan merupakan salah satu yang sangat
penting dalam merencanakan suatu peledakan. Ukuran fragmentasi yang
direncanakan perlu disesuaikan dengan kemudahan dalam pemuatan,
pengangkutan serta ukuran yang diinginkan oleh pabrik pengolahan.
Untuk mendapatkan fragmentasi yang diinginkan, beberapa hal yang
berpengaruh adalah keserasian antara specific charge yang digunakan
dan urutan pengaturan delay.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Gurandil, The. 2011. “Metode Peledakan Pada Underground”.


thegurandil.blogspot.com. Diakses pada tanggal 17 Desember 2018.

2. PTBA, Wahyu. 2011. “Teknik Peledakan”. wahyuptba.blogspot.com.


Diakses pada tanggal 17 Desember 2018.

3. Russell, Noble. 2013 “Underground Blasting”. coresafety.org. Diakses


pada tanggal 17 Desember 2018.

4. Zongxian, Zhang, 2014 “Rock Blasting In Underground Blasting”.


researchgate.net. Diakses pada tanggal 17 Desember 2018.

Anda mungkin juga menyukai