Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata (Vaughan, 2005). Penyebab


katarak bermacam-macam diantaranya disebabkan karena proses penuaan, faktor
genetik, kelainan bawaan, penyakit metabolik seperti diabetes mellitus, darah tinggi,
merokok, alkohol, sinar ultraviolet, dan infeksi yang biasanya didapatkan karena
trauma pada mata (Chyntia et al., 2004).
Katarak senilis adalah katarak yang berkaitan dengan usia, penuruna
penglihatan, dengan karakteristik penebalan lensa yang terjadi secara terusmenerus
dan progresif (Victor et al., 2006).

2.1. Etioogi

Penyebab sebenarnya dari katarak senilis belum diketahuidan pada kasus-


kasus yang ditemukan biasanya bersifat familial, jadi sangat penting untuk dapat
mengetahui riwayat keluarga pasien secara jelas dan detail.

2.3. Epidemologi

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak tujuh belas


juta populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak dan dijangka
menjelang tahun 2020, angka ini akan meningkat menjadi empat puluh juta. Katarak
senilis merupakan bentuk katarak yang paling sering ditemukan. 90% dari seluruh
kasus katarak adalah katarak senilis. Sekitar 5 % dari golongan usia 70 tahun dan 10%
dari golongan usia 80 tahun harus menjalani operasi katarak.

2.4. Anatomi fisiologi


Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan.
Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan pada lensplate. Tebal sekitar 4 mm dan
diameternya 9 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh zonula (zonula Zinnii) yang
menghubungkan dengan korpus siliare. Disebelah anterior lensa terdapat humour
aquos dan disebelah posterior terdapat vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membran
semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis
epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan
bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa
lama-kelamaan menjadi kurang elastik.

4
5

Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit sekali
mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di
lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat
dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah
atau pun saraf di lensa
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan
serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang
terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke
retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi
sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian
mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya biasnya.
Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa untuk
memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan
pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang. Selain itu
juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata untuk
memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0- Dioptri.

2.5. Patofisiologi
Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum sepenuhnya
diketahui. Diduga adanya interaksi antara berbagai proses fisiologis berperan dalam
terjadinya katarak senilis dan belum sepenuhnya diketahui.
6

Komponen terbanyak dalam lensa adalah air dan protein. Dengan menjadi
tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat.
Lensa akan menjadi padat di bagian tengahnya, sehingga kemampuan fokus untuk
melihat benda dekat berkurang. Pada usia tua akan terjadi pembentukan lapisan
kortikal yang baru pada lensa’ yang mengakibatkan nukleus lensa terdesak dan
mengeras (sklerosis nuklear). Pada saat ini terjadi perubahan protein lensa yaitu
terbentukanya protein dengan berat molekul yang tinggi dan mengakibatkan
perubahan indeks refraksi lensa sehingga memantulkan sinar masuk dan mengurangi
transparansi lensa. Perubahan kimia ini juga diikut dengan pembentukan pigmen pada
nuklear lensa.
Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan pertambahan
usia lensa mata dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning keruh atau coklat
keruh. Proses ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan (pandangan kabur/buram)
pada seseorang. Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga
pupil berwarna putih dan abu-abu./ Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada
berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus. Fundus okuli menjadi
semakin sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa bahkan reaksi
fundus bisa hilang sama sekali. Miopia tinggi, merokok, konsumsi alkohol dan
paparan sinar UV yang tinggi menjadi faktor risiko perembangan katarak sinilis.

2.6. Klasifikasi katarak sinilis


Berdasarkan morfologinya katarak senilis dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Katarak Nuklear
Pada katarak Nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan menjadikan
nukleus lensa menjadi berwarna kuning dan opak. Katarak yang lokasinya terletak
pada bagian tengah lensa atau nukleus. Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras
(sklerosis), berubah dari jernih menjadi kuning sampai coklat. Progresivitasnya
lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling banyak terjadi. Pandangan jauh
lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan
baca dapat menjadi lebih baik.
2. Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks lensa serta
komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa. Katarak menyerang lapisan yang
mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun
7

dan progresivitasnya lambat, tetapi lebih cepat dibandingkan katarak nuklear.


Terdapat wedge-shape opacities/cortical spokes atau gambaran seperti ruji. Keluhan
yang biasa terjadi yaitu penglihatan jauh dan dekat terganggu, penglihatan merasa
silau.
3. Katarak Subkapsular Posterior
Pada katarak subkapsular posterior terjadi peningkatan opasitas pada bagian
lensa belakang secara perlahan. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan
progresivitasnya lebih cepat. Bentuk ini lebih sering menyerang orang dengan
diabetes, obesitas atau pemakaian steroid jangka panjang. Katarak ini menyebabkan
kesulitan membaca, silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang

2.7. Stadium Katarak sinilis


Katarak senile umumnya dibagi menjadi 4 stadium yaitu:
1. Stadium insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-
bercak yang membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di
antaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan posterior.
Kekeruhan ini pada awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan. Pada
stadium ini terdapat keluhan poliopia yang disebabkan oleh indeks refraksi
yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk
waktu yang lama.
2. Stadium imatur
Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum
mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang
jernih pada lensa. Terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya
tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke
depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi glaukoma sekunder.
Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau sahadaw test, maka akan terlihat
bayangn iris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+).
3. Stadium matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses
degenerasi yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama
hasil disintegrasi melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal.
8

Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali. Tidak terdapat
bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.
4. Stadium hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang
mengalami degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa
menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut
disertai kapsul yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat
keluar, maka korteks akan memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang
terbenam di korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni. Uji
bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif. Cairan / protein lensa yang
keluar dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena
di anggap sebagai benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan
glaukoma karena aliran melalui COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-
sel radang dan cairan / protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan
bola mata.
Perbedaan stadium katarak senilis .
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Normal Bertambah Normal Berkurang
Lensa (air masuk) (air+masa
lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Normal Dangkal Normal Dalam
Depan
Sudut Bilik Normal Sempit Normal Terbuka
Mata
Shadow Negatif Positif Negatif Pseudopos
Test
Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glauk
oma
9

2.8. Tanda dan gejala


Katarak didiagnosa melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang lengkap. Keluhan yang membawa pasien datang antara lain:
1. Pandangan kabur
Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang progresif atau
berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajuan dengan pin-
hole.
2. Penglihatan silau
Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau, dimana
tigkat kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras yang menurun
dengan latar belakang yang terang hingga merasa silau di siang hari atau merasa
silau terhadap lampu mobil yang berlawanan arah atau sumber cahaya lain yang
mirip pada malam hari. Keluhan ini sering kali muncul pada penderita katarak
kortikal.
3. Sensitifitas terhadap kontras
Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam
mengetahui perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda warna,
penerangan dan tempat. Cara ini akan lebih menjelaskan fungsi mata sebagai optik
dan uji ini diketahui lebih bagus daripada menggunakan bagan Snellen untuk
mengetahui kepastuian fungsi penglihatan; namun uji ini bukanlah indikator
spesifik hilangnya penglihatan yang disebabkan oleh adanya katarak.
4. Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri
lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang.
Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena
pasien ini mengalami penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan
dengan memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur menghilang dan
diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang
asimetris pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak dapat
dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.
5. Variasi Diurnal Penglihatan
Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan penglihatan
menurun pada siang hari atau keadaan terang dan membaik pada senja hari,
10

sebaliknya paenderita katarak kortikal perifer kadang-kadang mengeluhkan


pengelihatan lebih baik pada sinar terang dibanding pada sinar redup.
6. Distorsi
Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi tampak
tumpul atau bergelombang.
7. Halo
Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat
disekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada
penderita glaucoma.
8. Diplopia monokuler
Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari lensa
yang keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan dengan diplopia
binocular dengan cover test dan pin hole.
9. Perubahan persepsi warna
Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan perubahan
persepsi warna, yang akan digambarkan menjadi lebih kekuningan atau kecoklatan
dibanding warna sebenarnya.
10. Bintik hitam
Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak-gerak
pada lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada retina atau badan vitreous
yang sering bergerak-gerak

2.8. Manajemen Katarak


Indikasi operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok:
1. Indikasi Optik
Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan
tajam penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-hari,
maka operasi katarak bisa dilakukan.
2. Indikasi Medis
Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera,
bahkan jika prognosis kembalinya penglihatan kurang baik:
a) Katarak hipermatur
b) Glaukoma sekunder
c) Uveitis sekunder
11

d) Dislokasi/Subluksasio lensa
e) Benda asing intra-lentikuler
f) Retinopati diabetika
g) Ablasio retina
3. Indikasi Kosmetik
Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus
optikus, namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat diterima, misalnya
pada pasien muda, maka operasi katarak dapat dilakukan hanya untuk membuat
pupil tampak hitam meskipun pengelihatan tidak akan kembali.

2.9. Teknik-teknik pembedahan katarak


Penatalaksanaan utama katarak adalah dengan ekstraksi lensa melalui tindakan
bedah. Dua tipe utama teknik bedah adalah Intra Capsular Cataract
Extraction/Ekstraksi katarak Intra Kapsular (ICCE) dan Extra Capsular Cataract
Extraction/Ekstraksi katarak Ekstra Kapsular (ECCE). Di bawah ini adalah metode
yang umum digunakan pada operasi katarak, yaitu ICCE, ECCE dan
phacoemulsifikasi.
1. Operasi katarak intrakapsular/ Ekstraksi katarak intrakapsular
Metode yang mengangkat seluruh lensa bersama kapsulnya melalui
insisi limbus superior 140-160 derajat. Metode ini sekarang sudah jarang
digunakan. Masih dapat dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh atau
berdegenerasi atau mudah putus. Keuntungannya adalah tidak akan terjadi
katarak sekunder. Meskipun demikian, terdapat beberapa kerugian dan
komplikasi post operasi yang mengancam dengan teknik ICCE. Insisi limbus
superior yang lebih besar 160-180º dihubungkan dengan penyembuhan yang
lebih lambat, rehabilitasi tajam penglihatan yang lebih lambat, angka kejadian
astigmatisma yang lebih tinggi, inkarserata iris, dan lepasnya luka operasi.
Edema kornea juga dapat terjadi sebagai komplikasi intraoperatif dan
komplikasi dini.
2. Operasi katarak ekstrakapsular
Metode ini mengangkat isi lensa dengan memecah atau merobek
kapsul lensa anterior, sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar
melalui robekan tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak
muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi
12

lensa okuler posterior. Keuntungan dari metode ini adalah karena kapsul
posterior untuh maka dapat dimasukan lensa intraokuler ke dalam kamera
posterior serta insiden komplikasi paska operasi (ablasi retina dan edema
makula sistoid) lebih kecil jika dibandingkan metode intrakapsular. Penyulit
yang dapat terjadi yaitu dapat timbul katarak sekunder.
3. Fakoemulsifikasi
Merupakan modifikasi dari metode ekstrakapsular karena sama-sama
menyisakan kapsul bagian posterior. Insisi yang diperlukan sangat kecil yaitu
5 mm yang berguna untuk mempercepat kesembuhan paska operasi.
Kemudian kapsul anterior lensa dibuka. Dari lubang insisi yang kecil tersebut
dimasukan alat yang mampu mengeluarkan getaran ultrasonik yang mampu
memecah lensa menjadi kepingan-kepingan kecil, kemudian dilakukan
aspirasi. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik dan
kebanyakan katarak senilis. Namun kurang efektif untuk katarak senilis yang
padat.

2.10. Komplikasi Katarak


Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena
proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik.
1. Fakolitik
a) Pada lensa yang keruh terdapat lerusakan maka substansi lensa akan keluar
yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul
lensa.
b) Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan
bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi merabsorbsi
substansi lensa tersebut.
c) Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul
glaukoma.

2. Fakotopik
a) Berdasarkan posisi lensa
b) Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut kamera okuli
anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar
13

sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan


meningkat dan timbul glaukoma
3. Fakotoksik
a. Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata sendiri
(auto toksik)
b. Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang kemudian akan
menjadi glaukoma.

2.11. Persiapan Perioperatif


a. Menyetujui inform consent
b. 1 hari sebelum operasi, mata ditetesi homotropin 3x1 tetes
c. Mencukur bulu mata
d. Memeberikan salep antibiotik pada malam hari
e. Menganjurkan mandi dengan keramas sebelum operasi
f. Premedikasi dikamar operasi
g. Injeksi luminal dan mata dietetsi pantokain 2 tetes selama 15 menit

2.12. Diagnosa Keperawatan


a. Ansietas yang berhubungan dengan krisis situasional
b. Resio cidera yang berhubungan dengan pandangan kabur
c. Gangguan sensori penglihatan yang berhubungan dengan proses penyakit

Anda mungkin juga menyukai