Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh:
Putra Septiana
Universitas Singaperbangsa Karawang
Menarik untuk dibahas mengenai bagaimana peta perpolitikan di Indonesia menghadapi era
revolusi industri 4.0 namun, sebelum membahas itu saya sedikit tertarik membahas tentang
perjalanan revolusi industri dari masa ke masa. Di mulai dari revolusi industri 1.0 yang
merupakan sebuah langkah besar perkembangan industry dengan diawali penemuan mesin
uap tahun 1698, tata kelola pemerintah masa ini adalah menekankan kepada markets
governance sebab kuncinya ada pada tenaga kerja.
Diikuti oleh perkembangan selanjutnya yaitu revolusi industry 2.0 yang diawali pemanfaatan
sumber daya energy listrik, pada era ini proses manajerial digalakkan sehingga tercipta tata
kelola yang hierarkis, serta revolusi industry 3.0 yang ditandai oleh pengembangan semi
konduktor otomatisasi industry yang memakai tata kelola kolaborasi dan jaringan. Lalu
bagaimana dengan revolusi industry 4.0 ? saya sedikit mengutip perkataan dalam tulisan
ketua umum partai persatuan pembangunan (PPP) Romahurmuzy
Pada minggu, 8 april 2018 bahwa dampak dengan “adanya revolusi industry 4.0 akan
menciptakan aneka bisnis baru di Indonesia dari mulai start up booming, virtual reality,
artificial intelligence, big data, quantum computing.” Ia juga lanjut mengatakan bahwa
“penciptaan lapangan kerja secara besar-besaran merupakan salah satu kunci dari adanya
revolusi industry baru ini”.
1
Kemenristekdikti ini merupakan bentuk dari keterbukaan pemerintah (open government)
yang berbasis digital sebagai masa depan tata kelola pemerintah Indonesia.
Tata kelola jenis ini merupakan suatu pembaharuan (upgrading) dari system tata kelola yang
lama yaitu public managements. Inti dari tata kelola keterbukaan pemerintah ialah gagasan
tentang transparansi, partisipasi dan akuntabilitas.
Hal ini guna memastikan setiap inovasi yang dikembangkan bisa memberikan nilai lebih pada
kualitas pelayanan, menyamakan visi dan lingkungan internal serta diimbangi dengan
kemampuan merespon pergerakan cepat perubahan lingkungan eksternal pada era revolusi
industry 4.0 ini.
2
Namun hanya saja belum berjalan secara optimal karena belum melibatkan lembaga-lembaga
lain. Diharapkan pemerintah dapat menggalakkan link and match ini tidak hanya melibatkan
kementerian pendidikan dan kementerian industry tetapi juga melibatkan secara sinergis
lembaga-lembaga pemerintah terkait lainnya seperti Bappenas, kementerian BUMN,
kementerian ketenagakerjaan, serta kementerian riset teknologi dan pendidikan tinggi.
Saat ini bila dapat berkaca pada Global Competitiveness Report 2017, posisi daya saing
Indonesia dalam menghadapi revolusi industry 4.0 ini berada pada peringkat ke-36 dari 100
negara. mengutip sedikit perkataan dari menteri perindustrian airlangga hartanto pada acara
sosialisasi roadmap implementasi industry 4.0 di Jakarta (30/4) “walaupun telah naik sebesar
5 peringkat di banding tahun sebelumnya, tetapi perlu terus dilakukan perubahan secara
sistematis dan strategis untuk berkompetisi (menghadapi era revolusi industry 4.0)”
Sebagai penutup, mengutip sedikit pandangan Klaus schwab yang ia tulis dalam the fourth
industrial revolution what it means and how respond “ketika dunia fisik, digital dan biologis
terus menyatu, teknologi dan platform baru akan semakin memungkinkan warga negara
untuk terlibat dalam pemerintahan, menyuarakan pendapat mereka, mengkoordinasikan
upaya mereka, dan menghindari pengawasan otoritas public”