Anda di halaman 1dari 15

3.

1 Time Value Of Money vs Economic Value Of Time

3.1.1 Time Value Of Money


Time Valueof Money (TVM) adalah sebuah konsep penting dalam
pengelolaan keuangan. Hal ini dapat digunakan untuk membandingkan
alternatif investasi dan untuk memecahkan masalah yang melibatkan pinjaman,
sewa, tabungan, dan anuitas.
TVM didasarkan pada konsep bahwa nilai uang yang dimiliki saat ini
adalah lebih berharga daripada nilai uang yang akan di terima satu dolar di
masa depan. Uang yang dipegang saat ini bernilai lebih karena dapat
berinvestasi dan mendapatkan bunga.
Misalnya, berinvestasi 1 dolar selama satu tahun pada 6% bunga
tahunan dan mengumpulkan $ 1,06 pada akhir tahun ini. Bisa dikatakan bahwa
masa depan nilai 1 dolar adalah $ 1,06 diberi tingkat bunga 6% pada periode
satu tahun.
Konsep utama TVM adalah bahwa nilai uang penerimaan pembayaran
di masa depan dapat dikonversi ke nilai setara hari ini. Sebaliknya, Anda dapat
menentukan nilai uang yang akan tumbuh di masa depan.

Dapat dihitung nilai kelima jika diberi empat dari: Suku Bunga, Jumlah
Periode, Pembayaran, Present Value, dan Future Value.

A. Bunga
Bunga adalah biaya untuk meminjam uang, biasanya dinyatakan sebagai
persentase dari jumlah pinjaman selama jangka waktu tertentu. Bunga dapat
diklasifikasikan menjadi 2:

1. Bunga dihitung sama pada 1 periode waktu. (bunga flat)


2. Bunga dihitung setiap periode pada jumlah pinjaman yang asli
ditambah semua bunga yang belum dibayar terakumulasi hingga saat ini.
(bunga compound)
B. Jumlah Periode

1
Periode rata-spasi interval waktu. Setiap interval harus sesuai dengan
periode peracikan untuk satu atau jumlah periode pembayaran dalam suatu
anuitas.

C. Pembayaran
Merupakan aliran keluar masuk kas yang terdiri dari pendebetan atau
pengkreditan

D. PresentValue
Present Value adalah jumlah hari yang setara dengan pembayaran masa
depan, atau serangkaian pembayaran, yang telah diabaikan oleh tingkat bunga
yang sesuai.

Contoh :

Nilai masa sekarang untuk aliran kas tunggal

Misalkan proses pendiskontoan dilakukan 1 tahun 2x dengan tingkat


diskonto 10% per tahun berapa nilai sekarang aliran kas sebesar Rp 1.100 yang
akan kita terima 1 tahun mendatang? Berapa nilai sekarang aliran kas sebesar
Rp 1.610,5 yang akan kita terima 5 tahun mendatang?

PVo = FVn [1 + (r/k)]n . k


PV1 = 1.100 / [1 + (0,1 / 2)1 . 2 = 997,73
PV5 = 1.610,5 / [1 + (0,1 / 2)5×2 = 988,71
Ket :

PVo = Nilai sekarang

FVn = Nilai masa mendatang

r = tingkat diskonto

k = tingkat penggandaan

n = periode waktu

E. Future Value
Future Value adalah jumlah uang yang investasi dengan tetap, ditambah
bunga akan tumbuh oleh beberapa tanggal masa depan.

2
Contoh :
Nilai masa mendatang untuk aliran kas tunggal
Jika kita memperoleh uang Rp 1.000,- saat ini dan kemudian menginvestasikan
pada tabungan dengan tingkat bunga 10 %, berapa uang kita 1 tahun
mendatang?. Hal ini dapat bisa di hitung dengan rumus :

FV = PO + PO ( r )

= PO + ( 1 + r )

Ket :

FV = Nilai Masa Mendatang


PO = Nilai Saat Ini
r = Tingkat Bunga
Jadi FV1 = 1.000 ( 1 + 0,1 )
= 1.100

3.1.2 Economic Value Of Time


Teori economic value of time dikembangkan pada abad ke-7 Masehi.
Pada saat digunakannya emas dan perak sebagai alat tukar. Logam ini diterima
sebagai alat tukar disebabkan nilai intrinsiknya, bukan karena mekanisme
untuk dikembangkan selama periode itu, sehingga hubungan debitur/kreditur
yang muncul bukan karena akibat transaksi dagang langsung, namun jelas
merupakan transaksi “permintaan uang”.
Landasan atau keadaan yang digunakan oleh ekonomi konvensional
yang ditolak dalam ekonomi Islam, yaitu keadaan al-ghunmubial-
ghurni (mendapatkan hasil tanpa memperhatikan resiko) dan alkharajbial-
dhaman (memperoleh hasil tanpa mengeluarkan suatu biaya).
Dalam pandangan Islam mengenai waktu, waktu bagi semua orang
adalah sama kuantitasnya, yaitu 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam sepekan.
Nilai waktu antara satu orang dengan orang lainnya, akan berbeda dari sisi
kualitasnya. Jadi faktor yang menentukan nilai waktu adalah bagaimana
seseorang memanfaatkan waktu itu. Semakin efektif (tepat guna) dan efisien
(tepat cara), maka akan semakin tinggi nilai waktunya.

3
Di dalam Islam, keuntungan bukan saja keuntungan di dunia, namun
yang dicari adalah keuntungan di dunia dan di akherat. Oleh karena itu,
pemanfaatan waktu itu bukan saja harus efektif dan efisien, namun harus juga
didasari dengan keimanan. Keimanan inilah yang akan mendatangkan
keuntungan di akhirat.
Dalam ekonomi Islam, penggunaan sejenis discountrate dalam
menentukan harga bai’ mu’ajjal (membayar tangguh) dapat digunakan. Hal ini
dibenarkan, karena :
1. Jual beli dan sewa menyewa adalah sektor riil yang menimbulkan economic
value added (nilai tambah ekonomis).
2. Tertahannya hak si penjual (uang pembayaran) yang telah melaksanakan
kewajiban (menyerahkan barang atau jasa), sehingga ia tidak dapat
melaksanakan kewajibannya kepada pihak lain.

Begitu pula penggunaan discountrate dalam menentukan nisbah bagi


hasil, dapat digunakan. Nisbah ini akan dikalikan dengan pendapatan aktual
(actual return), bukan dengan pendapatan yang diharapkan (excepted return).
Transaksi bagi hasil berbeda dengan transaksi jual beli atau transaksi sewa
menyewa, karena dalam transaksi bagi hasil hubungannya bukan antara penjual
dengan pembeli atau penyewa dengan yang menyewakan. Dalam transaksi bagi
hasil, yang ada adalah hubungan antara pemodal dengan yang
memproduktifkan modal tersebut. Jadi, tidak ada pihak yang telah
melaksanakan kewajiban namun masih tertahan haknya. Shâhibulmâl telah
melaksanakan kewajibannya, yaitu memeberikan sejumlah modal, yang
memproduktifkan (mudhârib) juga telah melaksanakan kewajibannya, yaitu
memproduktifkan modal tersebut. Hak bagi shâhibulmâl dan mudhârib adalah
berbagi hasil atas pendapatan atau keuntungan tersebut, sesuai kesepakatan
awal apakah bagi hasil itu akan dilakukan atas pendapatan atau keuntungan.
Ajaran Islam mendorong pemeluknya untuk selalu menginvestasikan
tabungannya. Di samping itu, dalam melakukan investasi tidak menuntut
secara pasti akan hasil yang akan datang. Hasil investasi di masa yang akan
datng sangat dipengaruhi berapa faktor, baik faktor yang dapat diprediksikan
maupun tidak. Faktor-faktor yang dapat diprediksikan atau dihitung

4
sebelumnya adalah: berapa banyaknya modal, berapa nisbah yang disepakati,
berapa kali modal dapat diputar. Sementara faktor efeknya tidak dapat dihitung
secara pasti atau sesuai dengan kejadian adalah return (perolehan usaha).
Berdasarkan hal di atas, maka dalam mekanisme investasi menurut
Islam, persoalan nilai waktu uang yang diformulasikan dalam bentuk bunga
adalah tidak dapat diterima. Dengan demikian, perlu dipikirkan bagaimana
formula pengganti yang seiring dengan nilai dan jiwa Islam. Hubungan
formula tersebut dapat ditemukan formula investasi menurut pandangan Islam
sebagai berikut :
Y= [(QxR)x v]+W

Ket :

Y = Pendapatan

Q = Nisbah bagi hasil

R = Return usaha
v = Tingkat pemanfaatan harta

W= Harta yang ditanamkan

Kesimpulan dari kedua teori diatas yaitu secara sederhana uang


didefinisikan segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat bantu dalam
pertukaran. Secara hukum, uang adalah sesuatu yang dirumuskan oleh undang-
undang sebagai uang. Jadi segala sesuatu dapat diterima sebagai uang jika ada
aturan atau hukum yang menunjukkan bahwa sesuatu itu dapat digunakan
sebagai alat tukar.
Fungsi utama uang dalam teori ekonomi konvensional adalah:
1. Sebagai alat tukar (medium ofexchange) uang dapat digunakan sebagai alat
untuk mempermudah pertukaran.
2. Sebagai alat kesatuan hitung (Unit ofAccount) untuk menentukan nilai/harga
sejenis barang dan sebagai perbandingan harga satu barang dengan barang
lain.
3. Sebagai alat penyimpan/penimbun kekayaan (Store ofValue) dapat dalam
bentuk uang atau barang.

5
Ada beberapa teori yang digunakan untuk menjelaskan perilaku uang
dalam ekonomi konvensional, antara lain:
1. Teori Moneter Klasik. Teori permintaan uang klasik tercermin dalam teori
kuantitas uang. Keberadaan uang tidak dipengaruhi oleh suku bunga, tetapi
ditentukan oleh kecepatan perputaran uang tersebut.

2. Teori Keynes. Menurut Keynes, motif seseorang untuk memegang uang ada
tiga tujuan yaitu: Transaction Motive, Precautionary Motive (keperluan
berjaga-jaga) dan Speculative Motive. Motif transaksi dan berjaga-jaga
ditentukan oleh tingkat pendapatan, sedangkan motif spekulasi ditentukan
oleh tingkat suku bunga.
3. Konsep Time Valueof Money. Dua hal yang menjadi alasan munculnya
konsep ini adalah: presence of inflation dan preference present consumption
to future consumption.
Dalam ekonomi Islam, fungsi uang yang diakui hanya sebagai alat tukar
(medium of exchange) dan kesatuan hitung (unit of account). Uang itu sendiri
tidak memberikan kegunaan/manfaat, akan tetapi fungsi uanglah yang
memberikan kegunaan. Uang menjadi berguna jika ditukar dengan benda yang
nyata atau jika digunakan untuk membeli jasa. Oleh karena itu uang tidak bisa
menjadi komoditas/barang yang dapat diperdagangkan.
Dalam konsep ekonomi Islam uang adalah milik masyarakat (money is
goods public). Barang siapa yang menimbun uang atau dibiarkan tidak
produktif berarti mengurangi jumlah uang beredar yang dapat mengakibatkan
tidak jalannya perekonomian. Jika seseorang sengaja menumpuk uangnya tidak
dibelanjakan, sama artinya dengan menghalangi proses atau kelancaran jual
beli. Implikasinya proses pertukaran dalam perekonomian terhambat.
Disamping itu penumpukan uang/harta juga dapat mendorong manusia
cenderung pada sifat-sifat tidak baik seperti tamak, rakus dan malas beramal
(zakat, infak dan sadaqah). Sifat-sifat tidak baik ini juga mempunyai imbas
yang tidak baik terhadap kelangsungan perekonomian. Oleh karenanya Islam
melarang penumpukan / penimbunan harta, memonopoli kekayaan,
sebagaimana telah disebutkan dalam QS:at-Taubah/9: 34-35 berikut:

6
‫اس بِٱ ألبَ ِط ِل‬ِ َّ‫ان لَيَ أأ ُكلُونَ أَمأ َو َل ٱلن‬
ِ َ‫ٱلر أهب‬
ُّ ‫ار َو‬ِ َ‫۞يََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ َٰٓواْ ِإ َّن َكثِ ٗيرا ِمنَ أٱۡل َ أحب‬
‫ٱللِ فَبَ ِش أر ُهم‬ َ ‫ضةَ َو ََل يُن ِفقُونَ َها فِي‬
َّ ‫س ِبي ِل‬ َّ ‫َب َوٱ أل ِف‬
َ ‫ٱللِ َوٱلَّذِينَ يَ أكنِ ُزونَ ٱلذَّه‬ ‫س ِبي ِل َّ ه‬
َ ‫عن‬ َ َ‫صدُّون‬
ُ َ‫َوي‬
‫ور ُه أۖۡم َهذَا‬ ُ ‫َار َج َهنَّ َم فَت ُ أك َوى ِب َها ِجبَا ُه ُه أم َو ُجنُوبُ ُه أم َو‬
ُ ‫ظ ُه‬ َ ‫ يَ أو َم ي أُح َمى‬٣٤ ‫ب أ َ ِل ٖيم‬
ِ ‫علَ أي َها فِي ن‬ ٍ ‫ِب َعذَا‬
٣٥ َ‫َما َكن أَزت ُ أم ِۡلَنفُ ِس ُك أم فَذُوقُواْ َما ُكنت ُ أم ت أَكنِ ُزون‬
34. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar
dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan
harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia)
dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka,
(bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih
35. pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu
dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu
dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk
dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan
itu"
Di samping itu uang disimpan yang tidak dimanfatkan di sektor
produktif (idleasset) jumlahnya akan semakin berkurang karena adanya
kewajiban zakat bagi umat Islam. Oleh karena itu uang harus berputar (Money
as FlowConsept). Islam sangat menganjurkan bisnis/perdagangan, investasi di
sektor riil. Uang yang berputar untuk produksi akan dapat menimbulkan
kemakmuran dan kesehatan ekonomi masyarakat.
Inilah, maknanya ajaran Islam yang menganjurkan menggunakan
konsep Economic Value of Time. Artinya, waktulah yang memiliki nilai
ekonomi, bukan uang memiliki nilai waktu.1

3.2 Instrumen Moneter Islam

3.2.1 Pengertian Sistem Moneter dan Jenisnya


Kebijakan moneter adalah salah satu instrumen atau suatu sistem
penting untuk mengatur perekonomian suatu negera. Kebijakan moneter

1
http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/time-value-of-money-vs-economic-value-of-time/

7
adalah suatu cara yang di lakukan pemerintah untuk mengatur tingkat
peredaran uang dan tingkat suku bunga bank.

Kebijakan moneter sering kali di gunakan di negara Indonesia karna


perekonomian Indonesia yang mengalamai kirisis ekonomi diwaktu lalu,
kebijakan moneter memiliki 2 jenis kebijakan yaitu di antaranya Moneter
Ekspansif (Monetary Expansive Policy) atau biasa di sebut Moneter Longgar
(Easy Money Policy) yaitu kebijakan yang di lakukan untuk menambahkan
jumlah uang beredar dan dengan cara ini dapat mengatasi beberapa masalah
yaitu mengurangi pengangguran dan meningkatkan daya beli masayarakat
terhadap suatu barang/jasa, namun biasanya kebijakan ini di lakukan pada
saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Sedangkan Moneter
Kontraktif (Monetary Contractive Policy) atau biasa di sebut kebijakan uang
ketat (Tight Money Policy). Yaitu kebijakan yang di lakukan untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar untuk mengatasi inflasi dan salah satu
caranya yaitu meningkatkan tingkat suku bunga bank agar menarik minat
masayarakat untuk menyimpan uangnya.

Tujuan utama dari kebijakan moneter yaitu untuk mengatasi tingkat


inflasi yang tidak tepat sasaran serta jumlah peredaran uang yang terjadi,
dengan menggunakan system kebijakan moneter inilah yang dapat membantu
menjaga kestabilitasan perekonomian suatu negara. Selain itu juga untuk
mengatur harga yang tidak pernah tetap dan apabila harga suatu barang atau
jasa terus meninggkat maka hal itu dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi
masayarakat, masayarakat akan mengalami kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan sehari harinya dan gejala ekonomi ini lah yang dapat
menyebabkan inflasi.

3.2.2 Instrumen Kebijakan Moneter Konvensional


Instrument kebijakan moneter berguna untuk menjalankan kebijakan
moneter dalam mencapai tujuanya, bank sentral menggunakan instrument –
instrument kebijakan moneter seperti berikut :

8
 Kebijakan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) : sebuah
kebijakan dari BI untuk menambah atau mengurangi jumlah keuangan,
dengan cara menjual SBI atau menjual surat berharga dari pasar modal.
 Kebijakan Diskonto (Discount Policy): kebijakan yang mengatur tingkat
suku bunga untuk mencegah terjadinya inflasi yang melebihi target Bank
Sentral
 Kebijakan Cadangan Kas : adalah kebijakan yang mengatur nasabah yang
menabung pada bank umum dengan bentuk giro, tabungan, deposito,
sertifikat deposito, dan jenis tabungan lainnya. Didalam uang yang di
berikan nasabah tersebut terdapat sebuah persentase tertentu yang tidak
boleh diambil
 Kebijakan Kredit Ketat : kebijakan ini digunakan pada saat terjadinya
inflasi. Dengan cara orang yang mau meminjam uang harus memenuhi
persyaratan 5C, yaituCharacter, Capability, Collateral, Capital, dan
Condition of Economy
 Kebijakan Dorongan Moral (Moral Suasion) : kebijakan yang berisikan
sebuah pengumuman kepada seluruh bank umum untuk mengajak atau
melarang untuk memberikan pinjaman tabungan ataupun pinjaman
tabungan

3.2.3 Kebijakan Moneter dalam Perspektif Islam


Umer Capra menyebutkan tujuan utama dan fungsi kebijakan moneter
dalam kerangka ekonomi yang Islami adalah untuk mencapai :

a. Kesejehtaraan ekonomi yang diperluas dengan kesempatan kerja penuh


dan laju pertumbuhan ekonomi yang optimal.
b. Keadilan sosial ekonomi dan distribusi kekayaan, serta pendapatan yang
merata.
c. Stabilitas nilai mata uang untuk memungkinkan alat tukar sebagai suatu
unit yang dapat diandalkan, standar yang adil bagi pembayaran masa
depan, serta penyimpanan nilai yang stabil.

9
d. Mobilitas dana tabungan – investasi untuk pembangunan ekonomi dalam
suatu cara yang adil sehingga pengembalian keuntungan dapat dijamin
bagi semua pihak yang bersangkutan.
e. Memberikan semua bentuk pelayanan yang efektif yang secara normal
diharapkam dari sistem perbankan.

Penghapusan bunga dan penerapan LPS dalam sistem moneter dalam


islam akam membawa implikasi yang fundamental terhadap instrumen
kebijakan yang digunakan.

Tujuan kebijakan moneter islam tidak berbeda dengan tujuan kebijakan


moneter konvensional yaitu menjaga stabilitas, sehingga pertumbuhan
ekonomi yang merata yang diharapkan dapat tercapai. Stabilitas dalam nilai
uang tidak terlepas dari tujuan ketulusan dan keterbukaan dalam berhubungan
dengan manusia.

3.2.4 Instrument Kebijakan Moneter Islam


Adapun instrumen moneter syariah adalah hukum syariah. Hampir
semua instrumen moneter pelaksanaan kebijakan moneter konvensional
maupun surat berharga yang menjadi underlying-nya mengandung unsur
bunga. Oleh karena itu instrumen-instrumen konvensional yang mengandung
unsur bunga (bank rates, discount rate, open market operation dengan
sekuritas bunga yang ditetapkan didepan) tidak dapat digunakan pada
pelaksanaan kebijakan moneter berbasis Islam. Tetapi sejumlah instrumen
kebijakan moneter konvensional menurut sejumlah pakar ekonomi Islam
masih dapat digunakan untuk mengontrol uang dan kredit, seperti Reserve
Requirement, overall and selecting credit ceiling, moral suasion and change
in monetary base.

Dalam ekonomi Islam, tidak ada sistem bunga sehingga bank sentral
tidak dapat menerapkan kebijakan discount rate tersebut. Bank Sentral Islam
memerlukan instrumen yang bebas bunga untuk mengontrol kebijakan
ekonomi moneter dalam ekonomi Islam. Dalam hal ini, terdapat beberapa
instrumen bebas bunga yang dapat digunakan oleh bank sentral untuk

10
meningkatkan atau menurunkan uang beredar. Penghapusan sistem bunga,
tidak menghambat untuk mengontrol jumlah uang beredar dalam ekonomi.

Secara mendasar, terdapat beberapa instrumen kebijakan moneter dalam


ekonomi Islam, antara lain:

 Kebijakan Dorongan Moral (Moral Suasion) : kebijakan yang berisikan


sebuah pengumuman kepada seluruh bank umum untuk mengajak atau
melarang untuk memberikan pinjaman tabungan ataupun pinjaman
tabungan.
 Lending ratio : kebijakan untuk memberikan pinjaman, Lending Ratio
dalam hal ini yang artinya Qardhul Hasan (pinjaman kebaikan).
 Profit Sharing : Ratio bagi untung yang harus ditentukan sebelum
memulai bisnis. Bank Sentral menggunakan kebijakan dalam kebijakan
moneter. Dimana ketika bank sentral menaikan jumlah uang yang beredar,
maka keuntungan untuk nasabah juga ikut meningkat
 Islamic Sukuk : pemerintah mengeluarkan obligasi, dimana ketika inflasi
pemerintah akan mengeluarka sukuk lebih banya agar uang yang beredar
tereduksi. Jadi sukuk berguna untuk mengurangi atau menambah uang
yang beredar
 Government Instrument Certificate : merupakan pengganti sertifikat Bank
Indonesia yang dikarenakan SBI memiliki bunga dan itu sangat dilarang
dalam Bank Syariah
 Reserve Ratio : Adalah suatu presentase tertentu dari simpanan bank yang
harus dipegang oleh bank sentral, misalnya 5 %. Jika bank sentral ingin
mengontrol jumlah uang beredar, dapat menaikkan Reserve Ratio
misalnya dari 5 persen menjadi 20 % yang dampaknya sisa uang yang ada
pada komersial bank menjadi lebih sedikit, begitu sebaliknya.
 Refinance Ratio: Adalah sejumlah proporsi dari pinjaman bebas bunga.
Ketika refinance ratio meningkat, pembiayaan yang diberikan meningkat,
dan ketika refinance ratio turun, bank komersial harus hati-hati karena
mereka tidak di dorong untuk memberikan pinjaman.

11
Penjualan atau pembelian sertipikat bank sentral dalam kerangka
komersial, disebut sebagai Treasury Bills. Instrumen ini dikeluarkan oleh
Menteri Keuangan dan dijual oleh bank sentral kepada broker dalam jumlah
besar, dalam jangka pendek dan berbunga meskipun kecil. Treasury Bills ini
tidak bisa di terima dalam Islam, maka sebagai penggantinya diterbitkan
pemerintah dengan sistem bebas bunga, yang disebut GIC (Government
Instrument Certificate).

Instrument yang di perlukan dalam kebijakan moneter Islam diharapkan


tidak hanya akan membantu mengatur penawaran uang seirama terhadap
permintaan rill terhadap uang, tetapi juga memenuhi kebutuhan untuk
membiyayai defisit pemerintah yang benar-benar rill dan mencapai sasaran
sosioekonomi masyarakat Islam lainnya. Terdapat sejumlah elemen untuk
mengatur hal ini diantaranya (chapra, 2000):

1. Target pertumbuhan dalam M dan MO


2. Saham public terhadap deposito unjuk (uang giral)
3. Cadangan wajib resmi
4. Pembatas kredit
5. Alokasi kredit (pembiyayaan ) yang berorientasi kepada nilai
6. Instrumen factory (anjak piutang) yang baru populer tahun 1980-an telah
dikenal dengan nama al-hiwalah, hanya bedanya al-hiwalah tidak
menggunakan instrumen bunga.

3.2.5 Posisi Bank Sentral dalam Islam


Bank sentral di dalam sistem ekonomi konvensional berguna sebagai
lembaga yang bertanggung jawab mengatur kelancaran peredaran hingga
penyaluran mata uang. Bank sentral pertama kalinya dibuat pada saat
pembuatan mata uang kertas untuk menggantikan alat pembayaran
sebelumnya yaitu emas. Bank sentral berfungsi untuk menstabilkan nilai mata
uang dari inflasi.

Di dalam Islam, konsep bank sentral ini tidaklah digunakan dalam


perekonomian. Perekonomian Islam didasarkan pada rasa saling

12
menguntungkan antara dua pihak. Islam tidak memperbolehkan
menggunakan bunga dan hukumnya adalah riba. Perbedaan bank sentral
konvensional dengan bank sentral Islam yang secara syariah yaitu pada
penempatan posisi kedua bank itu berbeda. Didalam bank sentral Islam, bank
sentral Islam harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan prinsip dan ajaran
Islam serta menolak yang di larang oleh agama. Bank sentral konvensional
secara langsung membuat masalah seigniorage dan sekaligus mentransfer
property riil dari pinjaman masyarakat kepada pihak yang berkuasa
menjadikan ketidakadilan.

3.2.6 Manajemen Moneter Islam


Dasar pemikiran ini adalah terciptanya stabilitas permintaan uang dan
mengarahkan pemerintahan uang tersebut kepada tujuan yang penting dan
produktif sehingga, setiap instrument yang akan mengarahkan kepada
instabilitas dan pengalokasian sumber dana yang tidak produktif akan di
tinggalkan. Sesuai dengan ajaran Islam, manajemen moneter yang efisien dan
adil tidak berdasarkan pada mekanisme bunga, melainkan dengan
menggunakan instrumen utama yaitu:

1. Value Judgement yang dapat menciptakan suasana yang memungkinkan


alokasi dan distribusi sumber yang sesuai dengan ajaran Islam. Pada
dasarnya sumber daya merupakan amanah dari Allah yang
pemanfaatannya dilakukan secara efisien dan efektif. Berdasarkan nilai-
nilai Islam, permintaan uang harus dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan dasar dan investasi yang produktif bukan untuk konsumsi yang
berlebihan, pengeluaran-pengeluaran non produktif dan spekulatif.
2. Kelembagaan yang berkaitan dengan kegiatan social ekonomi dan politik
yang salah satunya dapat menciptakan mekanisme harga yang dapat
meningkatkan efisiensi dalam pemanfaatan sumber.
3. Mekanisme lembaga perantara keuangan yang beroperasi berdasarkan
sistem bagi hasil (profit dan loss sharing). Dalam system ini permintaan
uang akan dialokasikan dengan syarat hanya untuk proyek-proyek yang
bermanfaat dan hanya kepada debitur yang mampu mengelola proyek

13
secara efisien. Dengan persyaratan tersebut diharapkan dapat
meminimalisasikan permintaan uang untuk pemanfaatan tidak berguna,
non produktif dan spekulatif. Selain itu dapat menciptakan masyarakat
yang memiliki jiwa kewirausahaan sekalipun dari golongan miskin.
Karena wirausahawan dapat menghasilkan output, perluasan kesempatan
kerja dan pemenuhan kebutuhan dasar.

Untuk menciptakan keseimbangan antara money demand dan money


supply banyak pendekatan praktis yang dapat digunakan untuk
memperkirakan permintaan uang yang konsisten dengan realisasi pencapaian
tujuan sosio ekonomi dengan kerangka stabilitas harga dan kemudian
memantapkan rentangan target pertumbuhan penawaran uang yang akan
membantu tercapainya kecukupan permintaan ini secara memungkinkan.
Pentargetan moneter sebanding dengan perputaran uang yang dapat
diprediksikan secara nalar pada periode yang tepat.

3.2.7 Perbedaan Kebijakan Ekonomi Konvensional dan Ekonomi


Syariah
Hampir semua instrument kebijakan moneter dalam pelaksanaan
kebijakan moneter konvensional maupun surat berharga yang menjadi acuan
itu semua mengandung unsur bunga. Oleh sebab itu semua instrumen
konvensional yang mengandung unsur bunga tidak di gunakan dalam
kebijakan moneter syariah. Tetapi ada beberapa kebijakan moneter
konvensional yang masih dapat digunakan dalam kebijakan moneter syariah
untuk mengontrol uang dan kredit, seperti Reserve Requirement, overall and
selecting credit ceiling, moral suasion and change in monetary base.

Dalam ekonomi islam, tidak mengenal sistem bunga sehingga Bank


Sentral memerlukan instrument kebijakan moneter yang bebas dari bunga
untuk mengontrol kebijakan moneter dalam ekonomi islam. Penghapusan

14
sistem bunga oleh bank sentral untuk kebijakan ekonomi islam tidak
menghambat untuk mengontrol jumlah uang yang beredar dalam ekonomi.2

Bacaan:
http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/time-value-of-money-vs-economic-value-of-
time/
http://www.syariahfinance.com/opini/573-sistem-ekonomi-moneter-dalam-
perspektif-islam.html

2
Rizki Nugroho dan Arditya Farid dalam http://www.syariahfinance.com/opini/573-
sistem-ekonomi-moneter-dalam-perspektif-islam.html

15

Anda mungkin juga menyukai