Anda di halaman 1dari 12

Gangguan Metabolisme Purin dan Lipid Menyebabkan Asam Urat dan Obesitas

Della Nabila
102016190 E3
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510
della.2016fk190@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Manusia mendapatkan energi dari makanan yang di konsumsinya setiap hari. Makanan yang
kita konsumsi seperti karbohidrat (terutama), lemak, dan protein nantinya akan di metabolisme
oleh tubuh untuk menghasilkan energi dan sebagian akan disimpan dalam tubuh. Bahan
makanan akan dicerna dan dipecah bentuk molekulnya menjadi bentuk yang lebih sederhana
di dalam sistem pencernaan lalu akan diserap masuk ke dalam sistem sirkulasi tubuh untuk
dimasukkan ke dalam sel-sel di jaringan dan akan menghasilkan energi untuk dapat
beraktifitas. Namun diperlukan pola makan yang seimbang. Jika makanan yang dikonsumsi
tubuh berlebihan, seperti lemak yang sulit untuk di rombak dalam tubuh, maka akan
menyebabkan obesitas. Metabolisme purin dalam tubuh juga bekerja sesuai kadar yang
dibutuhkan oleh tubuh. Jika terdapat penumpukan purin yang sulit di cerna, maka akan
menyebabkan asam urat (gangguan fungsi).
Kata Kunci : Metabolisme lemak, metabolisme purin, asam urat, pola makan.

Abstract
Humans get energy from food that is consumed every day. The foods we consume such as
carbohydrates (mainly), fats, and proteins will be metabolized by the body to produce energy
and some will be stored in the body. The ingredients of the food will be digested and broken
down into molecular form into a simpler form in the digestive system and then will be absorbed
into the body's circulatory system to be incorporated into the cells in the tissues and will
produce energy for the activity. But it takes a balanced diet. If the food consumed by the body
is excessive, such as fat that is difficult to break down in the body, it will cause obesity. The
purine metabolism in the body also works according to the level required by the body. If there
is a buildup of purine that is difficult to digest, it will cause uric acid (malfunction).
Keywords : lipid metabolic, purine metabolic, gout, dietary habit.
Pendahuluan
Di dalam sirkulasi tubuh terdapat berbagai macam metabolisme. Metabolisme di dalam
tubuh terjadi salah satunya ketika terdapat bahan makanan yang masuk ke dalam tubuh.
Metabolisme tersebut dibagi atas anabolisme (membangun) dan katabolisme (memecah).
Metabolisme yang terjadi dalam tubuh harus berbentuk satuan yang lebih kecil atau dasar
seperti glukosa ataupun triasilgliserol. Selain metabolisme dati bahan makanan, terdapat juga
metabolisme yang ada di struktur DNA dan RNA dalam tubuh, yaitu purin. Purin merupakan
suatu basa nitorgen yang terdapat di semua inti sel makhluk hidup, yang terdiri dari A
(Adenosin) dan G (Guanin). Terdapat banyak enzim yang membantu dalam metabolisme purin.
Namun, jika bahan makanan yang masuk ke tubuh berlebihan, maupun tidak terjaga
pola makannya, maka besar kemungkinan akan terjadi obesitas. Sama hal nya dengan purin,
jika enzim purin tidak bekerja dengan baik, ataupun terjadi penumpukan purin, besar
kemungkinan akan menyebabkan penyakit yaitu asam urat (gout). Tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana metabolisme dari lipid mulai dari glikolisis,
mengtahui bagaimanan metabolisme purin dan hubungannya dengan asam urat, dan untuk
mengetahui pola makan yang cocok untuk mengurangi obesitas.

Metabolisme Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Awal mula karbohidrat
masuk ke dalam akan berbentuk polisakarida. Namun, jika sudah di cerna di usus, karbohidrat
akan merubah dirinya menjadi satuan yang lebih kecil (monosakarida) yaitu glukosa. Glukosa
akan masuk ke dalam sel untuk diproses dan menghasilkan senyawa tinggi energi berupa ATP
dan panas, sehingga seseorang dapat melakukan aktivitasnya. Setiap badan sel dilitupi oleh
membran sel yang tersusun oleh dua bahan utama yaitu lipid dan protein. Lipid yang paling
melimpah pada membran sel adalah fosfolipid ganda yang dikenal sebagai lipid bilayer.1
Protein yang terpendam di antara membran fosfolipid (lipid bilayer) tersebut berfungsi
sebagai protein pembawa yang berperan dalam proses pemasukannya zat-zat dengan molekul
yang besar untuk menembus membran fosfolipid termasuk glukosa. Proses pemasukkan
glukosa dengan cara seperti ini dikenal dengan nama difusi terfasilitasi yang diawali dengan
perangsangan sel saraf oleh molekul neurotransmitter yang akan membuka saluran tersebut dan
melewatkan ion natrium bersamaan dengan glukosa ke dalam sel. Setelah berhasil masuk,
glukosa akan diproses melalui berbagai siklus yang akan menghasilkan energi.1
Selain itu, metabolisme ini dapat membentuk sebuah asam lemak yang nantinya dapat
menjadi awal dari terjadinya metabolisme lemak. Terdapat beberapa siklus metabolisme
glukosa dari mulai glikolisis sampai masuk ke dalam siklus asam sitrat dan menghasilkan
energi.

Glikolisis Embden Meyerhof

Glikolisis merupakan proses yang berlaku dalam keadaan anaerob untuk menukarkan
glukosa menjadi laktat. Proses ini terjadi di sitosol sel. Glukosa memasuki tahap glikolisis
melalui fosforilasi menjadi glukosa-6P dengan bantuan enzim heksokinase dengan
menggunakan ATP sebagai donor fosfat. Glukosa-6P yang sudah terbentuk kemudian akan
diubah isomernya menjadi fruktosa-6P oleh enzim isomerase. Reaksi ini kemudian diikuti
dengan fosforilasi lain yang diperankan oleh enzim fosfofruktokinase untuk membentuk
senyawa fruktosa 1,6-bifosfat. Senyawa tersebut kemudian akan dipecah oleh enzim aldolase
menjadi dua buah triosa fosfat yaitu gliseraldehid-3P dan DHAP (dihidroksiaseton fosfat).
DHAP sendiri sebenarnya memiliki isomer yang sama dengan gliseraldehid-3P, maka dari itu,
dengan adanya bantuan dari enzim isomerase, senyawa DHAP dapat diubah menjadi
gliseraldehid-3P juga yang akan sama-sama berlanjut ke dalam reaksi berikutnya2

Gambar 1. Glikolisis Embden Meyerhof2

Reaksi berikutnya adalah pembentukan senyawa 1,3-bifosfogliserat dari hasil oksidasi


kedua senyawa gliseraldehid-3P tadi dengan bantuan enzim gliseraldehid-3P dehidrogenase.
Reaksi tersebut juga akan membentuk 3 ATP untuk setiap gliseraldehid-3P yang dioksidasi,
sehingga reaksi ini mampu menghasilkan 6 ATP, akan tetapi reaksi pembentukan senyawa 1,3-
bifosfogliserat ini dapat terhambat dengan adanya inhibitor berupa iodoasetat. Reaksi
berikutnya adalah pembentukan senyawa 3-fosfogliserat yang memindahkan satu atom fosfat
dari senyawa sebelumnya dengan bantuan enzim fosfogliserat kinase. Satu atom fosfat yang
dipindahkan tersebut diarahkan ke ADP sehingga terjadilah fosforilasi tingkat substrat yang
menghasilkan 1 senyawa ATP. Senyawa 3-fosfogliserat kemudian akan mengalami isomerisasi
menjadi 2-fosfogliserat dengan bantuan enzim fosfogliserat mutase.2
Langkah berikutnya adalah dehidrasi (penghilangan unsur H2O) dari senyawa 2-
fosfogliserat oleh enzim enolase yang akan membentuk fosfoenolpiruvat, dan reaksi ini dapat
dihambat oleh sebuah inhibitor yang dikenal dengan nama fluorida. Tahapan berikutnya adalah
pemindahan atom fosfat dari senyawa fosfoenolpiruvat tersebut ke dalam ADP lain sehingga
akan kembali terbentuk 1 molekul ATP. Pemindahan atom fosfat tersebut dilakukan oleh enzim
piruvat kinase yang akan membentuk sebuah senyawa yang bernama (enol) piruvat. Senyawa
hasil bentukan tersebut kemudian akan secara spontan berubah menjadi (keto) piruvat untuk
dioksidasi ke dalam sikuls asam sitrat yang terjadi di mitokondria.2

Asetil Koenzim A (Asetil KoA)


Piruvat yang terhasilkan akan diangkut ke dalam mitokondria menggunakan bantuaan
simporter proton. Di dalam mitokondria, suatu kompleks multienzim yang terdapat pada
membran mitokondria akan mengubah piruvat menjadi asetil-KoA melalui proses
dekarbosilasi oksidatif.
Piruvat mengalami dekarboksilasi oleh enzim privuat dehidrogenase yang menjadi sebuah
cincin tiazol bernama tiamin fosfat yang memang terikat dengan enzim piruvat dehidrogenase
itu sendiri. Tiamin fosfat kemudian akan bereaksi dengan dihidrolipoil transasetilase
(lipoamida yang teroksidasi) untuk membentuk asetil lipoamida. Setelah itu, asetil lipoamida
akan bereaksi dengan koenzim A untuk membentuk senyawa asetil KoA, dan lipoamida akan
tereduksi untuk nanti dioksidasi kembali (oleh flavoprotein) dan menjadi dihidrolipoil
transasetilase lain yang akan kembali mengikat tiamin fosfat sehingga siklus ini berulang. Perlu
diketahui bahwa pembentukan senyawa tiamin fosfat memerlukan gugus tiamin yang adalah
vitamin B1, sehingga bila tiamin ini kurang dalam tubuh, maka besar kemungkinannya bahwa
metabolisme glukosa dalam tahap ini akan terganggu dan alih-alih akan membentuk asam
laktat dalam jumlah yang banyak (dapat mengancam nyawa karena dapat menurunkan pH
tubuh).1,2
Gambar 2. Lintasan oksidasi piruvat

Kerja daripada enzim yang mengawali serangkaian siklus ini yaitu piruvat dehidrogenase
juga ternyata memiliki regulasinya sendiri. Tidak selamanya enzim ini aktif bekerja (diaktifkan
oleh piruvat dehidrogenase fosfatase/PDH fosfatase), dan tidak selamanya juga enzim ini
inaktif (diinaktifkan oleh PDH kinase). Regulasinya diatur dari perbandingan ratio prodak yang
dihasilkan selama siklus ini berlangsung dengan jumlah substratnya. Sebagai contoh, bila kadar
asetil KoA (prodak) sudah lebih tinggi ketimbang koenzim A (substrat), maka PDH kinase
akan mengikatkan fosfat kepada enzim piruvat dehidrogenase itu sendiri sehingga bentuknya
menjadi inaktif. Tetapi bila yang terjadi adalah kebalikannya, seperti misalnya pada keadaan
puasa, maka kadar glukosa yang kita makan akan menurun sehingga substrat daripada reaksi
ini juga akan ikut menurun. Pada saat-saat seperti itulah enzim PDH fosfatase akan memutus
ikatan fosfat dengan piruvat dehidrogenase agar enzim tersebut menjadi aktif dan menjalankan
reaksinya.2

Siklus Asam Sitrat (SAS)


Siklus asam sitrat disebut juga siklus asam trikarboksilat atau siklus Krebs. Siklus ini
diawali dengan bergabungnya gugus asetil pada asetil KoA (S–KoA) dengan senyawa
oksaloasetat dan membentuk sitrat. Langkah-langkah berikutnya dalam keseluruhan siklus ini
adalah menguarikan sitrat kembali menjadi oksaloasetat untuk kembali berikatan dengan gugus
asetil dari asetil KoA lain.3
Langkah pertama siklus ini diawali dengan asetil KoA (memiliki 2 atom C) yang
menambahkan gugus asetilnya ke oksaloasetat (memiliki 4 atom C) dan menghasilkan sitrat
(memiliki 6 atom C). Reaksi ini juga dibantu dengan katalisis dari enzim sitrat sintase. Setelah
sitrat terbentuk, senyawa tersebut diubah isomernya menjadi senyawa lain yang bernama
isositrat dengan cara membuang satu molekul H2O dan penambahan molekul H2O lain. Reaksi
ini juga dibantu dengan sebuah enzim yaitu akonitase (perlu diketahui bahwa tahap ini dapat
dihambat dengan zat yang bernama fluoroasetat).3
Isositrat kemudian mengalami oksidasi dan mereduksi NAD+ menjadi NADH dan juga
melepaskan satu molekul CO2 (terjadi penghilangan 1 atom C pertama di tahap ini). Pada tahap
ini isositrat akan berubah menjadi senyawa yang bernama α-ketoglutarat, dan pada tahap ini
juga dihasilkan 3 molekul ATP pertama. Reaksi berikutnya adalah oksidasi senyawa α-
ketoglutarat menjadi senyawa suksinil KoA, dimana dalam rekasi ini, terjadi katalisis oleh
enzim α-ketoglutarat dehidrogenase dan menghasilkan 3 ATP serta molekul CO2 yang lain
(terjadi penghilangan 1 atom C kembali).

Gambar 3. Lintasan siklus asam sitrat

Suksinil KoA yang sudah terbentuk akan berubah menjadi senyawa suksinat (dikatalisis
oleh enzim suksinat tiokinase), dimana gugus koenzim A pada senyawa ini digantikan oleh
gugus fosfat inorganik yang ditransfer ke GDP dan akan membentuk GTP, suatu molekul yang
mirip dengan ATP dan dalam siklus ini digunakan untuk menghasilkan 1 ATP. Suksinat
kemudian akan dioksidasi menjadi fumarate yang dikatalsis oleh enzim suksinat dehirogenase
(reaksi ini menghasilkan 2 ATP). Perlu diketahui bahwa pada tahap ini, terdapat sebuah
inhibitor kompetitif yang dapat menghambat serangkaian reaksi di belakangnya yaitu malonat.
Langkah berikutnya adalah penambahan kembali satu molekul H2O ke dalam fumarat oleh
enzim fumarase dan merubahnya menjadi malat. Malat kemudian akan kembali dioksidasi
yang dibantu dengan enzim malat dehidrogenase, dan berubah menjadi oksaloasetat dengan 4
atom C yang akan kembali mengikat senyawa asetil KoA berikutnya sehingga siklus ini
berulang (pada tahap ini dihasilkan 3 ATP). Dari serangkaian siklus asam sitrat, dihasilkan 12
molekul ATP dan 2 molekul CO2 untuk satu kali putaran.3

Metabolisme Lipid
Meskipun asam lemak mengalami oksidasi menjadi asetil-KoA dan disintesis dari
asetil-KoA, namun oksidasi asam lemak bukan pembalikan sederhana dari biosintesis asam
lemak, tetapi merupakan proses yang sama sekali berbeda dan berlangsung di kompartemen
sel yang berbeda. Pemisahan oksidasi asam lemak di mitokondria dari biosintesis di sitosol
memungkinkan tiap proses dikendalikan secara individual, dan diintegrasikan sesuai
kebutuhan jaringan. Setiap tahap pada oksidasi asam lemak melibatkan turunan asil-KoA yang
dikatalisis oleh enzim-enzim yang berbeda, menggunakan NAD dan FAD sebagai koenzim,
dan menghasilkan ATP. Proses tersebut merupakan suatu proses aerob yang memerlukan
keberadaan oksigen.4
Asam lemak bebas (FFA) adalah asam lemak yang berada dalam keadaan tidak
teresterifikasi. Di plasma, FFA rantai-panjang berikatan dengan albumin, dan di sel asam-asam
ini melekat pada protein pengikat-asam lemak sehingga pada kenyataannya asam-asam lemak
ini tidak pernah benar-benar “bebas”. Asam lemak rantai-pendek lebih larut air dan terdapat
dalam bentuk asam tak terionisasi atau sebagai anion asam lemak.4
Asam lemak perlu diubah dahulu menjadi suatu zat antara aktif sebelum dapat
dikatabolisme. Reaksi ini adalah satu-satunya tahap dalam penguraian sempurna suatu asam
lemak yang memerlukan energi dari ATP. Dengan adanya ATP dan koenzim A, enzim
tiokinase mengatalisis perubahan asam lemak menjadi asam lemak aktif atau asil-KoA yang
menggunakan satu fosfat berenergi-tinggi disertai pembentukan AMP dan PPi. PPi dihidrolisis
oleh pirofosfatase anorganik disertai hilangnya fosfat berenergi-tinggi lainnya yang
memastikan bahwa seluruh reaksi berlangsung hingga selesai. Asil-KoA sintetase ditemukan
di retikulum endoplasma, peroksisom, serta di bagian dalam dan membran luar mitokondria.5
Karnitin tersebar luas dan terutamanya di otot. Asil-KoA rantai panjang tidak dapat
menembus membran dalam mitokondria. Namun, karnitin palmitoiltransferase-I, yang terdapat
di membran luar mitokondria, mengubah asil-KoA rantai panjang menjadi asilkarnitin yang
mampu menembus membran dalam dan memperoleh akses ke sistem oksidasi-b enzim.
Karnitin-asilkarnitin translokase bekerja sebagai pengangkut penukar di membran dalam
mitokondria. Asil karnitin diangkut masuk, dan disertai dengan pengangkutan keluar satu
molekul karnitin. Asil karnitin kemudian bereaksi dengan KoA yang dikatalisis oleh karnitin
palmitoiltransferase-II yang terletak di bagian dalam membran dalam. Asil-KoA terbentuk
kembali di matriks mitokondria dan karnitin dibebaskan.6
Pada oksidasi-b , terjadi pemutusan tiap dua karbon dari molekul asil-KoA-b yang
dimulai dari ujung karboksil. Unit dua karbon yang terbentuk adalah asetil-KoA. Jadi,
palmitoil-KoA menghasilkan delapan molekul asetil-KoA. Asam lemak dengan jumlah atom
karbon ganjil dioksidasi melalui jalur oksidasi-b, yang menghasilkan asetil-KoA sampai tersisa
sebuah residu tiga karbon (propionil-KoA). Senyawa ini diubah menjadi suksinil-KoA, suatu
konstituen siklus asam sitrat. Karena itu, residu propionil dari asam lemak rantai ganjil adalah
satu-satunya bagian asam lemak yang bersifat glukogenik.6

Gambar 4. Asam lemak dari SAS

Metabolisme Purin dan Asam Urat


Purin merupakan basa nitrogen yang menjadi penyusun utama DNA dan RNA. Purin
mempunyai 2 cincin basa nitrogen yaitu A (Adenosin) dan G (Guanin). Tanpa adanya basa-
basa nitrogen tersebut, fungsi DNA maupun RNA tidak akan terbentuk dan tidak akan terjadi
sintesis protein di ribosa sel sehingga proliferasi sel tidak akan terjadi.
Cincin purin memiliki proses yang sangat sistemik mulai dari terbentuk ribosa 5-fosfat
sampaiterjadi pembntukan IMP. Pertama dalam pembentukan purin adalah sintesis dari
senyawa yang bernama 5’-fosforibosil-1-pirofosfat (PRPP). Sintesis PRPP dari ATP dan
ribosa-5P dikatalisis oleh enzim PRPP sintetase, dimana enzim ini diaktivasi oleh fosfat
inorganik (Pi) dan dihambat oleh prodak akhir dari reaksi ini sendiri yaitu nukleotida purin.6,7
Sintesis senyawa 5’-fosforibosilamin dari PRPP memerlukan glutamin dan ion Mg2+. Gugus
amida dari glutamin digantikan oleh gugus pirofosfat yang menempel pada karbon 1 PRPP,
dan reaksi ini dibantu dengan enzim amidotransferase. Proses ini merupakan tahap pertama
dari biosintesis nukleotida purin dan laju reaksinya juga diatur oleh konsentrasi substrat
glutamin dan PRPP di dalam sel. Sembilan tahap berikutnya dalam biosintesis nukleotida purin
ini mengarah pada sintesis IMP (Inosin-5-monofosfat), dan keseluruhan dari jalur ini
membutuhkan 4 molekul ATP dan juga dua molekul N10-formiltetrahidrofolat (pada siklus 4
dan 10).7
Selanjutnya adalah mengubah senyawa IMP (contohnya hipoxantin) yang sudah
terbentuk tersebut menjadi dua senyawa purin yaitu AMP dan GMP. Kedua jalur pembentukan
ini membutuhkan energi juga enzim yang berbeda tergantung dari apa produk yang ingin
dihasilkan. Bila IMP ingin diubah menjadi AMP, maka enzim yang berperan adalah
adenilosuksinat sintetase, dan bila GMP adalah prodak yang diharapkan, maka enzim yang
berperan adalah IMP dehidrogenase. Langkah awal dari pembentukan AMP adalah sintesis
dari senyawa adenilosuksinat yang memerlukan asam aspartate maupun GTP agar reaksinya
dapat berjalan, sementara tahap pertama dari terbentuknya GMP adalah sintesis daripada
senyawa xantosin monofosfat, dan reaksi ini membutuhkan H2O maupun NAD+. Jika AMP
dan GMP sudah berada pada jumlah yang cukup, maka sintesis purin ini akan berhenti pada
tahap amidotransferase.7,8
Pembentukan asam urat dimulai dengan metabolisme dari DNA dan RNA menjadi
Adenosine dan Guanosin dan juga melalui basa purin hipoxantin, xantin, dan guanin.
Hipoxantin berasal dari metabolism adenosin. Hipoxantin kemudian di metabolisme menjadi
xanthine, sedangkan guanosin di metabolisme menjadi xantin. Kemudian xanthine dari hasil
metabolisme hipoxantin dan guanosin di metabolisme dengan bantuan enzim xanthine oxidase
menjadi asam urat. Keberadaan enzim xanthine oxidase sangat penting dalam metabolism
purin, karena mengubah hipoksantin menjadi xanthine, dan kemudian xanthine menjadi asam
urat.
Hubungan Purin dengan Pembentukan Asam Urat
Asam Urat adalah senyawa hasil metabolisme purin. Senyawa ini sukar larut dan
mudah mengendap jika kadarnya meningkat. Asam urat di dalam darah berasal dari
metabolisme protein yang berinti purin. Bila kita makan banyak protein dengan inti purin
seperti usus dan hati maka produksi asam urat akan meningkat. Apabila kadar asam urat dalam
darah tinggi maka kurangi makan protein yang berinti purin seperti jeroan, daging, ikan sarden,
kacang-kacangan serta biji-bijian. Selain enzim xanthine oxidase, pada metabolism purin
terlibat juga enzim Hypoxanthine-Guanin Phosphoribosyl Transferase yang biasa disebut
HGPRT. Enzim ini berperan dalam mengubah purin menjadi nukleotida purin agar dapat
digunakan kembali sebagai penyusun DNA dan RNA. Jika enzim ini mengalami defisiensi,
maka peran enzim purin menjadi berkurang. Akibatnya purin dalam tubuh dapat meningkat.
Purin yang tidak dimetabolisme oleh enzim HGPRT akan dimetabolisme oleh enzim
xanthine oxidase menjadi asam urat. Pada akhirnya, kandungan asam urat dalam tubuh
meningkat atau tubuh dalam bentuk asam urat. Sekitar dua per tiga asam urat yang sudah
terbentuk di dalam tubuh secara alami akan dikeluarkan bersama urin melalui ginjal.7,8
Agar asam urat tidak mengkristal dan mudah dikeluarkan lewat urin maka urin harus
diberi suasana alkalis. Itulah sebabnya minum bicnat (natrium bikarbonat) atau soda sangat
membantu pengeluaran asam urat. Kristal urat akan larut dalam suasana alkalis. Proses
pengubahan purin menjadi asam urat melibatkan enzim xantin oxidase. Enzim ini berfungsi
membuang kelebihan purin dalam bentuk asam urat.8

Pola Makan
Ukuran makanan yang sering dikonsumsi remaja antara lain, seperti camilan asin,
kentang goreng ataupun gorengan lainnya, sereal sepat saji, makanan ringan, dan sebagainya.
Remaja kebanyakan sudah jarang mengonsumsi makanan-makanan sehat seperti buah, sayur,
maupun susu yang direkomendasikan. Mereka lebih mengonsumsi gula tambahan, lemak, dan
lemak jenuh dengan jumlah berlebih. Makanan-makanan rendah nutrien tersebut menghasilkan
30% asupan enrgi harian pada anak-anak usia 8-18 tahun. Namun makanan tersebut tergolong
kurang sehat.
Remaja juga memiliki asupan gula tambahan yang paling tinggi di antara kelompok
usia lainnya; sekitar 40% gula tambahan dikonsumsi dari minuman ringan berkarbonasi (soda).
Bila terlalu sering mengkonsumsi soda, maka seorang remaja akan mengalami berat badan
berlebih karena mendapat asupan energi yang lebih banyak ketimbang seorang remaja yang
memiliki berat badan normal. Selain itu, kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji juga
dapat melambungkan angka energi yang seharusnya dalam angka cukup. Remaja yang
mengkonsumsi makanan cepat saji hingga tiga kali dalam seminggu akan memperoleh asupan
energi sekitar 40% daripada remaja yang tidak mengkonsumsi makanan cepat saji. Konsumsi
makanan atau minuman yang tinggi gula menyebabkan kualitas diet yang buruk. Dan remaja
yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas) cenderung memiliki pola konsumsi diet yang
buruk.9
Obesitas merupakan masalah populer pada kalangan anak-anak sampai dewasa,
terutama pada remaja. Peningkatan berat badan berlebih (obesitas) pada remaja disebabkan
oleh peralihan dari diet (makan) sayur menjadi diet lemak dan karbohidrat sederhana, serta
berkurangnya pengeluaran energi melalui aktivitas fisik menyebabkan penumpukan lemak.
Untuk mencegah terjadinya obesitas, maka dianjurkan untuk memakan makanan yang
mengandung serat, tidak memakan makanan yang mengandung gula maupun lemak dengan
berlebih. Selain itu, aktivitas fisik, seperti olahraga juga sangat dianjurkan bagi penderita
obesitas, karena dapat meng-oksidasi lemak yang ada di tubuh lebih cepat dan tidak terjadi
penumpukan lemak kembali.9

Kesimpulan
Metabolisme lipid terjadi karena di sintesis dan mengalami oksidasi dari Asetil KoA.
Asetil KoA berasal dari piruvat, dan piruvat berasal dari proses glikolisis. Asetil KoA jika
membentuk energi akan diubah menjadi sitrat melalui siklus asam sitrat dan menghasilkan
ATP. Namun jika tidak membentuk energi, dia akan keluar dalam bentuk sitrat, namun dengan
cara mengeluarkan oksaloasetat lalu menjadi asetil koA kembali dan terjadilah pemecahan
lemak. Selain itu, glukosa sendiri bisa membentuk banyak senyawa lain seperti misalnya lemak
maupun purin. Sintesis lemak dari glukosa yang dikenal dengan nama lipogenesis terutama
terjadi di hati, sementara purin dapat disintesis melalui pembentukan triosa fosfat dari siklus
glikolisis. Menurut skenario, pria tersebut mempunyai kadar asam urat di dalam darahnya
melebihi batas normal: 10 mg/dl (seharusnya < 7 mg/dl), dikarenakan terjadinya penumpukan
purin dan xanthine, yaitu hasil dari hipoxanthine dengan bantuan enzim xanthine oksidase
mengalami gangguan karena adanya inhibitor kompetitifnya yang melawan hipoxanthine.
Serta anak tersebut juga mengalami obesitas, karena kadar kolesterol dalam darah jauh lebih
tinggi dari batas normal. Hal ini disebabkan terjadinya penumpukan lemak dalam tubuhnya
serta pola makan berlebihan yang tidak sehat dan juga bergizi, seperti yang mengandung
minyak.
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia: Dari sel ke sistem. 8th ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC 2013.
2. Murray R, Bender D, Botham K, Kennelly P, Rodwell V, Weil PA. Biokimia harper.
29th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC 2012.
3. Campbell NA, Reece JB, Urry LA, et al. Biologi. 8th ed. Jakarta: Penerbit Erlangga
2010.
4. Mustofa S. Metabolisme lipid. Diakses dari www.unila.ac.id pada tanggal 17 Oktober
2017.
5. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia kedokteran dasar. Jakarta: EGC; 2010.
6. Limanto A. Buku ajar metabolisme lipid. Jakarta: Kedokteran UKRIDA; 2017.
7. Champe PC, Harvey RA, Ferrier DR. Biokimia ulasan bergambar. 3rd ed. Jakarta:
Penerbut Buku Kedokteran EGC; 2005.
8. Timotius KH. Buku ajar purin dan pirimidin. Jakarta: Kedokteran UKRIDA; 2017.
9. Sharlin J, Edelstein S. Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC 2015;h.118.

Anda mungkin juga menyukai