Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah menciptakan saya dalam keadaan
mencintai agama-Nya dan berpegang pada syariat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
dan menyusun makalah Hukum Dagang mengenai “Hukum pengangkutan”.
Makalah ini tidak akan terbentuk suatu laporan yang baik dan benar jika tidak ada
orang-orang yang demikian sabar membantu dan membimbing saya, maka dari itu saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rahmi zubaedah., S.H M.H M.Kn. Selaku dosen mata kuliah Hukum Dagang.
2. Kedua orang tua saya yang senantiasa mendoakan saya dalam perkuliahan ini.
saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan ketidak
sempurnaan seperti yang diinginkan dan diharapkan. Oleh karena itu, saya berharap adanya
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca dan berbagai pihak demi kelengkapan
dan penyempurnaan segala kekurangan dari makalah ini, kritik dan saran terkait
penyempurnaan makalah ini bisa dikirimkan ke email saya yakni septianaputera@gmail.com
Dengan mengharapkan Ridho dari Allah SWT semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca umumnya dan bagi kami khususnya. Akhirnya, mudah-mudahan upaya kami
dalam membuat makalah ini dicatat oleh Allah SWT sebagai amal yang shaleh. Amin.
Penyusun,
Putra septiana
NPM: 1710631010159
Page | 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 2
BAB I ........................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 3
Latar belakang ................................................................................................................................. 3
Rumusan Masalah ........................................................................................................................... 5
Tujuan Penulisan ............................................................................................................................. 5
Batasan penulisan ........................................................................................................................... 5
BAB II ....................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6
A. Pengertian hukum pengangkutan........................................................................................... 6
B. jenis-jenis pengangkutan ........................................................................................................ 7
C. hukum perjanjian pengangkutan ........................................................................................ 8
D. Pengertian pengiriman barang ............................................................................................... 9
E. Subjek hukum pengiriman barang .......................................................................................... 9
F. Prosedur pengiriman barang .................................................................................................. 9
G. teori dan klasifikasi pengiriman barang ................................................................................ 10
BAB III .................................................................................................................................................... 11
PENUTUP ........................................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan............................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 12
Page | 2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pengangkutan di Indonesia memiliki peranan penting dalam memajukan dan
memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya pengangkutan dapat
memperlancar arus barang dari daerah produksi ke konsumen sehingga kebutuhan konsumen
dapat terpenuhi. Hal tersebut dapat terlihat pada perkembangan dewasa ini jasa pengangkutan
di Indonesia mulai menunjukkan kemajuan, terbukti dengan ditandainya banyaknya
perusahaan industri yang percaya untuk menggunakan jasa pengangkutan.
b. pengangkutan laut
c. pengangkutan Udara
Dari ketiga macam moda angkutan tersebut, pengangkutan melalui laut mempunyai
peran yang sangat besar dalam pengangkutan bagi Indonesia. Pengangkutan laut paling
banyak digunakan karena dapat memberikan keuntungan-keuntungan sebagai berikut3
a. Biaya angkutan lebih murah dibandingkan dengan alat angkut lainnya.
1
Purwosutjipto, pengertian pokok hukum dagang indonesia 3, hukum pengangkutan, Djambatan, Jakarta, 2003,
hal. 2
2
Ridwan Khairandy., SH, MH., Machsun tabroni., SH, M.HUM., Ery Arifuddin, SH, MH., Djohar santoso, SH,
SU., pengantar hukum dagang Indonesia jil. 1, Gamma Media, Yogyakarta, 1999, hal.196
3
Soekardono, hukum perkapalan Indonesia, Dian rakyat, Jakarta, 1969, hal. 12
Page | 3
Pengangkutan laut terjadi karena adanya suatu perjanjian antara kedua pihak, yaitu
pihak pemberi jasa pengangkutan dengan pemakai jasa. Dengan adanya perjanjian tersebut
menyebabkan suatu tanggung jawab bagi pengangkut yang terletak pada keamanan dan
keselamatan kapal serta muatannya terutama pada saat pelayaran atau selama dalam
pengangkutan sebagaimana yang tercantum pada pasal 468 KUHD.
Pada pengangkutan barang melalui laut ini dikenal beberapa macam dokumen yang
harus menyertainya, diantaranya yang sangat penting adalah konosemen (bill of lading)
dalam pasal 506 KUHD. Sedangkan, siapa yang berwenang mengeluarkan konosemen
terdapat dalam pasal 504 KUHD, yaitu si pengangkut, disamping itu nahkoda juga
berwenang mengeluarkan konosemen berdasarkan 505 KUHD.
Bill of Lading adalah surat yang diterbitkan oleh pengangkut (ocean carrier) kepada
Pengangkut (shipper) kepada siapa pengangkut (carrier) terikat kontrak untuk mengangkut
barang. Bill of Lading (B/L) merupakan suatu instrumen yang diterbitkan oleh pengangkut
kepada pihak yang menyuruh mengangkut yang berfungsi sebagai tanda terima untuk barang
yang dikapalkan, sebagai bukti dari perjanjian pengangkutan dan sebagai dokumen
kepemilikan barang. Mengacu kepada pengertian tersebut, salah satu fungsi B/L adalah
sebagai kontrak perjanjian antara pengirim dan pengangkut4
B/L merupakan dokumen yang sangat penting pada industri tranportasi atau distribusi
barang, pengangkutan barang melalui laut menggunakan Ocean Bill of Lading (OceanB/L)
dan pengangkutan barang melalui udara menggunakan Airway Bill of Lading (Air Way B/L)
sebagai dokumen yang melindungi barang yang diangkut. Halaman depan B/L memuat
semua yang terkait dengan informasi barang yang antara lain siapa Shipper (pengirim),
Consignee (penerima), Notify Party atau address of arrival notice to (siapa saja)
yang ditetapkan dalam L/C jika pembayaran menggunakan L/C, Carrier, nama kapal
yang mengangkut, tanggal keberangkatan, pelabuhan pemuatan, dan informasi-informasi
lainnya yang berkaitan dengan barang5
Perjanjian pengangkutan berupa B/L secara jelas telah mengatur risiko-risiko dan
dampaknya terhadap hak dan kewajiban serta pembatasan hak dan kewajiban para pihak.
Ketentuan-ketentuan dalam B/L menjadi acuan para pihak untuk melakukan dan atau
4
Ray August, Don Mayer, Michael Bixby, Internasional business law ed. 5, pearson education, Inc, New
Jersey, 2009, hal. 585
5
John Sinyal, Shipping, lembaga pendidikan dan pelatihan kepabeanan, 2005, hal. 20
Page | 4
untuk tidak melakukan sesuatu ketika terjadinya suatu kejadian atau risiko pengangkutan
laut terjadi.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari hukum pengangkutan itu?
2. Apa saja yang dapat dikategorikan sebagai pengangkutan?
3. Bagaimana hukum perjanjian pengangkutan?
4. Bagaimana pengertian, subjek hukum, prosedur, teori dan klasifikasi dalam
pengiriman barang?
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari hukum pengangkutan.
` 2. Mengetahui pengkatagorian hukum pengangkutan.
3. Mengetahui hukum perjanjian terkait dengan pengangkutan.
4. Mengetahui pengertian, subjek hukum, prosedur, teori dan klasifikasi dalam
pengiriman barang berdasarkan hukum pengangkutan.
Batasan penulisan
Saya selaku penyusun membatasi tulisan ini, hanya sebatas untuk ruang lingkup
hukum pengangkutan yang berlaku di negara kesatuan republic Indonesia.
Page | 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian hukum pengangkutan
Adapun tujuan dari pengangkutan adalah memindahkan barang atau orang dari suatu
tempat ke tempat yang lain dengan selamat yang dimana hal tersebut juga dimkasud untuk
meningkatnya daya guna dan nilai.
Pengertian pengangkutan sendiri tidak diatur dalam KUHD, tetapi mengenai hal ini
Abdul Kadir Muhammad merumuskan sebagai berikut :
6
Abdulkadir Muhammad, hukum pengangkutan darat laut dan udara, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 19
7
Purwosutjipto, H.M.N, pengertian pokok hukum dagang Indonesia, Djambatan, Jakarta, hal. 2
Page | 6
Dari beberapa definisi tersebut dapat diketahui berbagai aspek pengangkutan.
Menurut Abdul Kadir Muhammad dalam definisi pengangkutan aspek-aspeknya
meliputi :
B. jenis-jenis pengangkutan
8
Abdulkadir Muhammad, hukum pengangkutan darat laut dan udara, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 19-
20
Page | 7
3. Peraturan Khusus lainnya misal Undang-undang No 3 Tahun
1965 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya,
Undang-undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
Pengangkutan Laut diatur dalam:
1. KUHD, Buku 2, Bab V tentang perjanjian carter kapal
2. KUHD, Buku 2, Bab Va tentang pengangkutan barang-barang
3. KUHD, Buku 2,Bab Vb tentang pengangkutan orang
4. Undang-undang No 17 Tahun 2008 Tentang pelayaran
Pengangkutan Udara diatur dalam:
1. S.1939-100 bsd Undang-undang No 83 Tahun 1958
2. Undang-undang No 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
Menurut Pasal 1313 KUH Perdata perjanjian adalah perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dari peristiwa ini,
timbulah suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang disebut perikatan yang di
dalamya terdapat hak dan kewajiban masing-masing pihak. Perjanjian adalah sumber
perikatan, perikatan yang berasal dari perjanjian dikehendaki oleh dua orang atau dua pihak
yang membuat perjanjian, sedangkan perikatan yang lahir dari undang-undang dibuat atas
dasar kehendak yang berhubungan dengan perbuatan manusia yang terdiri dari dua pihak.9
9
Suharnoko, hukum perjanjian, prenada media, Jakarta, 2004, hal. 117
10
Purwosutjipto, H.M.N, pengertian pokok hukum dagang Indonesia, Djambatan, Jakarta, hal. 3
Page | 8
Untuk itu perjanjian pengangkutan ialah suatu perjanjian dimana satu pihak
menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari satu ke lain tempat,
sedangkan pihak yang lainnya menyanggupi akan membayar ongkosnya11
Secara umum pengiriman barang adalah segala upaya yang diselenggarakan atau
dilaksanakan secara sendiri atau secara bersama – sama dalam suatu organisasi untuk
memberikan pelayanan secara efektif dan efisien. Di Indonesia jasa pengiriman barang / jasa
ekspedisi sangatlah penting karena luas daerah indonesia dan terdiri dari banyak pulau. Maka
jasa ekspedisi / pengiriman barang sangat mendukung efektif dan efisien waktu.
Subyek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban hukum. Subyek hukum
pengiriman barang (ekspedisi) adalah pendukung hak dan kewajiban dalam hubungan hukum
pengiriman barang, mereka itu adalah pengirim, ekspeditur, pengangkut, dan penerima.
Pihak-pihak yang berkepentingan ada yang secara langsung terikat dalam perjanjian
ekspedisi, seperti pengirim dan pengangkut. Ada juga pihak yang tidak terikat secara
langsung dalam perjanjian pengirima barang, karena bukan pihak dalam perjanjian melainkan
bertindak atas nama atau bentuk kepentingan pengirim atau sebagai pihak ketiga yang demi
kepentingan pengirim, seperti penerima yang memperoleh hak dalam perjanjian pengirima
barang12
11
R.Subekti , Aneka Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal. 69
12
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat, Laut, dan Udara, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,
1991, hal.33
Page | 9
2. Pengecekan Barang Kiriman
Setelah barang-barang di packing atau disusun menurut lokasi tujuan. Barang-
barang tersebut harus di cek ulang kembali.
3. Penghantaran Barang Kiriman
Pekerjaan pencatatan, pengepakan dan pengecekan barang-barang selesai
dikerjakan. Maka barang tersebut dibawa oleh kendaraan yang telah disediakan pihak
ekspedisi untuk dikirimkan ketempat tujuan. Ini dilakukan melalui transportasi baik
darat maupun udara, sesuai dengan jangkauan dari kiriman tersebut.
4. Pengecekan Barang di Lokasi Pengiriman
Sesampainya barang di lokasi pengiriman, barang tersebut harus dicek ulang.
Tujuannya yaitu untuk melihat kembali barang yang dibawa.
Page | 10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Didalam hukum pengangkutan arti kata dari pengangkutan itu sendiri adalah
artinya mengangkat atau membawa dan membawa atau mengirimkan.
Pengangkutan artinya pembawaan barang atau orang, pemuatan dan
pengiriman barang atau orang, barang atau orang yang diangkat. Jadi dalam
pengertian pengangkutan itu tersimpul suatu proses kegiatan atau gerakan dari
suatu tempat ke tempat lain. Adapun tujuan dari pengangkutan adalah
memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan
selamat yang dimana hal tersebut juga dimkasud untuk meningkatnya daya
guna dan nilai.
Dasar hukum perjanjian dalam pengangkutan sendiri itu terdapat di Pasal 1313
KUH Perdata
Pada pengangkutan barang melalui laut ini dikenal beberapa macam dokumen
yang harus menyertainya, diantaranya adalah konosemen (bill of lading)
dalam pasal 506 KUHD. Sedangkan, siapa yang berwenang mengeluarkan
konosemen (pasal 504 KUHD), adalah si pengangkut, disamping itu nahkoda
juga berwenang mengeluarkan konosemen berdasarkan 505 KUHD.
Prosedur pengiriman barang antara lain:
Pengepakan Barang Kiriman
Pengecekan Barang Kiriman
Penghantaran Barang Kiriman
Pengecekan Barang di Lokasi Pengiriman
Page | 11
DAFTAR PUSTAKA
Referensi pendukung:
https://blog.ruangguru.com/pengertian-dan-cara-penulisan-daftar-pustaka
Page | 12