Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penghantaran obat melalui paru-paru merupakan rute yang potensial untuk
menghantarkanobat secara lokal ke paru-paru dan juga secara sistemik. Obat-obat yang
dihantarkan mencakup rentang terapi yang sangat luas meliputi antibiotik, antibodi, peptida,
protein, dan oligonukleida. Inhalasi adalah proses pengobatan dengan cara menghirup obat agar
dapat langsung masuk menuju paru-paru sebagai organsasaran. Sementara itu, nebulisasi adalah
suatu cara yang dilakukan untuk mengubah larutan atau suspensi obat menjadi uap agar dapat
dihirup melalui hidung dengan cara bernapas sebagaimana lazimnya. Pengubahan bentuk ini
dilakukan dengan menggunakan alat nebulizer.
Awalnya, terapi inhalasi diterapkan di India pada 4000 tahun yang lalu, dimana penderita
batuk menghirup daun Atropa belladona. Pada awal abad 19 ditemukan metode nebulisasi
cairan, suatu pengembangan metode baru dalam farmakoterapi. Pada tahun 1920-an adrenalin
diperkenalkan sebagai larutan nebulisasi. Tahun 1925 nebulisasi insulin diteliti untuk
penanganan penyakit diabetes, dilanjutkan tahun 1945 penggunaan penisilin untuk infeksi paru-
paru. Kemudian pada tahun 1950-an diperkenalkan penggunaan steroid untuk pengobatan asma
sehingga digunakan secara luas.
Pulmonary drug delivery system atau system penghantaran obat pulmonar (melalui
paruparu) memiliki keunggulan yaitu bekerja cepat dan langsung pada saluran pernapasan.
Metode ini biasanya digunakan dalam proses perawatan penyakit saluran pernafasan yang akut
maupun kronis, misalnya pada penyakit asma. Pada dasarnya permukaan paru-paru dapat dicapai
dengan mudah dalam satu kali pernapasan. Dalam penghantaran obat secara inhalasi, deposisi
(proses turunnya partikel obat ke paru-paru bagian bawah) partikel obat bergantung pada sifat
partikel dan cara pasien bernapas.

1
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas dari mata kuliah
biofarmasi dan tujuan umumnya untuk memberikan informasi terhadap pembaca khususnya
teman sejawat dalam perkembangan teknologi dan sediaan obat-obatan yang beredar dipasaran
mengenai pulmonary drug delivery system.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Sistem Pernapasan


Pernapasan adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk
metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut
dikeluarkan dari tubuh melalui paru.
Fungsi sistem pernapasan adalah untuk mengambil Oksigen dari atmosfer kedalam
sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali
ke atmosfer. Organ–organ respiratorik juga berfungsi dalam produksi wicara dan berperan
dalam keseimbanga asam basa, pertahanan tubuh melawan benda asing, dan pengaturan
hormonal tekanan darah.
Sistem pernapasan pada manusia mencakup dua hal, yakni saluran pernapasan dan
mekanisme pernapasan. Urutan saluran pernapasan adalah sebagai berikut: rongga hidung -
faring – laring - trakea - bronkus - paru-paru (bronkiolus dan alveolus).

2.2 Alat-alat Pernapasan pada manusia :


2.2.1 Alat Pernafasan Atas
1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis).
Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak
(kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir
berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain
itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel
kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai
banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.
Di dalam rongga hidung terjadi penyesuaian suhu dan kelembapan udara
sehingga udara yang masuk ke paru-paru tidak terlalu kering ataupun terlalu
lembap. Udara bebas tidak hanya mengandung oksigen saja, namun juga gas-
gas yang lain. Misalnya, karbon dioksida (CO2), belerang (S), dan nitrogen
(N2). Selain sebagai organ pernapasan, hidung juga merupakan indra pembau

3
yang sangat sensitif. Dengan kemampuan tersebut, manusia dapat terhindar dari
menghirup gas-gas yang beracun atau berbau busuk yang mungkin mengandung
bakteri dan bahan penyakit lainnya. Dari rongga hidung, udara selanjutnya akan
mengalir ke faring.
2. Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan
percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian
depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang.
Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat
terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan
menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara.
Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke
saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang
terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan,
bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan
gangguan kesehatan.

Gambar.Faring

4
3. Laring
Laring (tekak) adalah tempat terletaknya pita suara (pita vocalis).
Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan
terdengar sebagai suara. Laring berparan untuk pembentukan suara dan untuk
melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan. Laring dapat
tersumbat, antara lain oleh benda asing ( gumpalan makanan ), infeksi (
misalnya infeksi dan tumor).

Gambar.Laring

1.2.2. Alat Pernafasan Bawah


1. Trakea
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian
di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan
kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga
bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke
saluran pernapasan.
2. Bronkus
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus
kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea,
hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus

5
yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna.
Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.

Gambar.Bronkus
3. Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian
samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh
diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan
(pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister)
yang terdiri atas 2 lobus.
Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura.
Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura
dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang
bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).

6
Gambar.paru-paru

Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan
pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari
plasma darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat
permeabel terhadap air dan zat-zat lain.
Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan
pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan
daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas.

7
Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan
diameter ± 1 mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus.
Bronkiolus ini memiliki gelembung-gelembung halus yang disebut alveolus.
Bronkiolus memiliki dinding yang tipis, tidak bertulang rawan, dan tidak
bersilia.
Gas memakai tekanannya sendiri sesuai dengan persentasenya dalam
campuran, terlepas dari keberadaan gas lain (hukum Dalton). Bronkiolus
tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan
di bagian ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian
distal kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung
udara (alveolus).
Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil
yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang
tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara
kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan.

Gambar alveolus
Alveolus adalah struktur anatomi yang memiliki bentuk berongga.
Terdapat pada parenkim paru-paru, yang merupakan ujung dari saluran
pernapasan, dimana kedua sisi merupakan tempat pertukaran udara dengan
darah. Alveolus merupakan anatomi yang hanya dimiliki oleh mamalia. Pada

8
vertebrata sistem pertukaran gas memiliki struktur yang berbeda. Membran
alveolaris adalah permukaan tempat terjadinya pertukaran gas. Darah yang
kaya karbon dioksida dipompa dari seluruh tubuh ke dalam pembuluh darah
alveolaris, dimana, melalui difusi, ia melepaskan karbon dioksida dan
menyerap oksigen.

2.3 Pulmonary Drug Delivery


Pulmonary drug delivery system atau system penghantaran obat pulmonar (melalui
paruparu) memiliki keunggulan yaitu bekerja cepat dan langsung pada saluran pernapasan.
Metode ini biasanya digunakan dalam proses perawatan penyakit saluran pernafasan yang
akut maupun kronis, misalnya pada penyakit asma. Pada dasarnya permukaan paru-paru
dapat dicapai dengan mudah dalam satu kali pernapasan. Dalam penghantaran obat secara
inhalasi, deposisi (proses turunnya partikel obat ke paru-paru bagian bawah) partikel obat
bergantung pada sifat partikel dan cara pasien bernapas.
Ada tiga jenis sistem penghantaran obat secara inhalasi yaitu Nebulizer, MDI
(metered dose inhaler) dan DPI (dry powder inhaler). Nebulizer berupa obat yang
dilarutkan atau disuspensikan ke dalam pelarut yang polar, umumnya air dan diubah
menjadi bentuk gas atau aerosol. Aerosol adalah dispersi suatu obat berupa cairan atau zat
padat dalam suatu gas. Nebulizer mengaerosolisasi larutan obat dalam air atau suspensi
obat dalam air. Alat yang digunakan dapat berupa jet nebulizer atau ultrasonic nebulizer.
Nebulizer bukanlah produk yang portable, tidak dapat dijinjing dan pemberian obatnya
membutuhkan waktu yang lama, minimal 15 menit. Nebulisasi terutama ditujukan untuk
anak-anak dan lansia penderita asma yang kesulitan menggunakan MDI atau DPI.
Biasanya digunakan di rumah sakit dan saat ini penggunaannya semakin berkurang.
2.3.1 MDI
MDI adalah alat terapi inhalasi dengan dosis yang terukur yang
disemprotkan dalam bentuk gas ke dalam mulut dan dihirup. Dalam
menyemprotkannya didorong menggunakan propelan. MDI mulai diperkenalkan
pada tahun 1956. Obat dalam MDI dapat berupa larutan atau suspensi dalam
propelan. Dapat ditambahkan eksipien khusus untuk meningkatkan stabilitas fisika
atau untuk meningkatkan kelarutan obat. Penggunaan MDI memerlukan teknik

9
tersendiri, dimana diperlukan koordinasi yang tepat antara tangan menekan alat
MDI (aktuasi) dan mulut menghirup obat.5 Cara penggunaan yang keliru dapat
menyebabkan hasil klinis yang tidak optimal. Teknik ini masih sering digunakan
secara tidak tepat oleh penderita asma sehingga perlu dilatih. Namun hal ini dapat
dikoreksi dengan penggunan spacer.
Spacer merupakan sebuah tube berukuran panjang antara 10 sampai 20 cm
yang disambungkan ke inhaler MDI. Spacer ini bertindak sebagai wadah pemegang
yang menjaga agar obat tidak terbang ke udara. Pada spacer, di bagian ujung yang
berdekatan dengan mulut terdapat katup yang menjaga agar obat tidak keluar dari
spacer kecuali bila dihisap. Katup tersebut akan terbuka bila pasien menghisap
spacer. Melepaskan obat ke wadah tersebut memungkinkan penderita asma untuk
menghirupnya lebih perlahan. Spacer juga akan memperbaiki penghantaran partikel
halus obat ke paru-paru hingga 22%, serta mengurangi jumlah obat yang tertinggal
di bagian belakang tenggorokan dan lidah.
2.3.2 DPI atau Inhalasi
Sementara DPI atau inhalasi serbuk kering yang diperkenalkan pada awal
tahun 1970-an adalah alat dengan obat dalam bentuk serbuk dihantarkan secara
lokal atau sistemik melalui rute paru-paru. Perkembangan DPI dimotivasi dengan
adanya keinginan besar mencari alternative pengganti MDI yang terkenal tidak
ramah lingkungan karena mengandung propelan CFC. Berbeda dengan MDI, DPI
dirancang dalam berbagai macam tipe. Semuanya bervariasi bergantung pada tipe
formulasi dan bentuk sediaan. DPI mengatasi kesulitan dalam penggunaan MDI
yang seringkali sukar menyelaraskan antara aktuasi alat inhalasi dan pernapasan.
Namun pada DPI diperlukan energi untuk menggerakkan serbuk mengikuti aliran
udara pernapasan dan memecah formula serbuk menjadi partikel kecil. Pada
penggunaan DPI diperlukan hirupan yang cukup kuat agar obat masuk ke saluran
pernapasan. Kinerja DPI tergantung dari teknik dan kemampuan pasien dalam
menghirup udara dan kecepatannnya.
DPI digolongkan berdasarkan disain dosis dan disain alat. Berdasarkan
disain dosis dibagi menjadi tiga kategori. Yang pertama single-dose DPI, secara
individual berisi kapsul yang mengandung satu dosis pengobatan. Kedua, multiple

10
unit-dose DPI mendispersikan dosis tunggal yang telah diukur dosisnya dalam
blister obat yang sudah diatur dari pabriknya. Yang ketiga, multiple-dose DPI,
dengan pengukuran dosis dari blister atau strip dari pabrik obat untuk
menghantarkan dosis ulangan.
1. Single-dose DPI dioperasikan dengan menggerakkan serbuk obat dari suatu
kapsul. Contohnya adalah Aerolizer dan Handihaler, keduanya untuk terapi
asma. Aerolizer digunakan untuk menghantarkan formoterol dan Handihaler
untuk menghantarkan tiotropium bromid Walaupun keduanya berbeda
konfigurasi, prinsip kerjanya sama. Dalam penggunaan single-dose DPI, setiap
kali digunakan pasien memasukkan kapsul dalam drug holder. Kemudian
pasien menghirup obat dari alat ini. Kekurangan single-dose DPI adalah
pemakaiannya membutuhkan waktu yang lama.
2. Multiple unit-dose adalah DPI yang mengandung 4 atau 8 delapan dosis serbuk
dalam satu disk. Dosis dijaga secara terpisah dalam blister aluminium sampai
sebelum dihirup.7 Salah satu contoh multiple unit-dose DPI adalah Diskhaler.
Digunakan untuk menghantarkan zanamivir untuk terapi infeksi yang
disebabkan oleh virus, yaitu wadah berbentuk melingkar yang mengandung
empat atau delapan obat. Masingmasing blister mempunyai mekanisme sendiri,
memungkinkan obat dapat dihisap melalui mulut. Ketika menggunakan
Diskhaler, alur pernapasan puncak pasien harus lebih besar dari 30 liter/menit
agar obat dapat mencapai paru-paru.
3. Multiple-dose DPI, mengukur dosis obat dari reservoir. Contoh yang paling
umum adalah Twisthaler, Flexhaler dan Diskus. Twisthaler mengandung bahan
aktif mometason furoat, sedangkan Flexhaler mengandung bahan aktif
budesonid, keduanya anti inflamasi, digunakan sebagai preventer pada
penderita asma. Diskus menghantarkan salmeterol, flutikason atau kombinasi
keduanya. Diskus mengandung 60 dosis dalam pengemas berupa strip.
Berdasarkan desain alat maka DPI dapat diklasifikasikan menjadi tiga
generasi. Yang termasuk dalam generasi pertama adalah single dose DPI yang
diaktivasi oleh pernapasan pasien seperti Spinhaler10 yang menghantarkan sodium
kromoglikat sebagai pengontrol asma (Gambar 1) dan Rotahaler. Penghantaran

11
obatnya terkait dengan ukuran partikel dan deaglomerasi obat dengan pembawa
(carrier) atau campuran obatcarrier yang dihantarkan oleh aliran inspirasi.
Kekurangan generasi pertama ini termasuk dosis tunggal, sehingga penggunaannya
membutuhkan waktu yang lama.

Gambar 1. Spinhaler, DPI generasi pertama

DPI generasi kedua menggunakan teknologi yang lebih baik, mencakup


multi-unit dose (pendispersian dosis individu yang sudah terukur di dalam blister,
disk, dimple, tube, dan strip dari pabriknya) dan multi-dose DPI (pengukuran dosis
dari reservoir serbuk). Semuanya mempunyai komponen esensial yang terdapat
pada alat tersebut seperti drug holder, air inlet, kompartemen deaglomerasi, dan
mouthpiece. DPI didesain sedemikian rupa agar dapat menginduksi turbulensi dan
tabrakan antar partikel yang mampu untuk menghasilkan pelepasan partikel obat
dari permukaan carrier atau deaglomerasi partikel bahan akktif dari partikel
pembawa besar yang teraglomerasi. Contoh generasi kedua ini adalah Diskhaler
(Gambar 2).

Gambar 2. Diskhaler, DPI generasi kedua dan bagian-bagiannya

12
DPI generasi ketiga dikenal juga sebagai alat DPI aktif, yang menggunakan
gas bertekanan atau impeller yang digerakkan oleh motor untuk mendispersikan
obat. Alat ini lebih rumit dalam perancangannya namun user-friendly. Karena
adanya sumber energi, presisi dosis dan produksi aerosol pada alat DPI aktif tidak
ber-gantung pada kekuatan pernapasan pasien. Contohnya Diskus (Gambar 3) dan
Accuhaler. Diskus mengan-dung 60 dosis dan penggunaan serta pengaturan
dosisnya lebih mudah daripada Rotahaler dan Diskhaler.

Gambar 3. Diskus, DPI generasi ketiga dan cara menggunakannya

Inhalasi pasif lazim digunakan pada terapi local (penghantaran obat ke


dalam saluran pernafasan), sedangkan mekanisme dispersi aktif digunakan untuk
obat yang ditujukan memberikan efek sistemik yang harus berpenetrasi lebih jauh
ke dalam paruparu. Efisiensi dari alat DPI yang diaktivasi oleh nafas bergantung
pada kekuatan pernapasan pasien, sedangkan dispersi serbuk pada DPI aktif
terbatas pada mekanisme fisik atau elektrik (getaran, gas bertekanan, kekuatan
tabrakan, dan impeller yang ada pada alat). DPI aktif sangat berguna terhadap
lansia. Contohnya Exubera dengan udara terkompresi untuk mengaerosolisasi
serbuk yang mengandung insulin.

13
2.3.3 Nebulizer
Nebulizer merupakan alat yang akan mengubah obat-obatan asma dari
bentuk cairan (liquid) menjadi aerosol, sehingga dapat dengan mudah dihirup ke
dalam paru-paru, seperti halnya bernapas biasa. Nebulizer biasanya cukup efektif
digunakan untuk balita dan anak kecil, atau untuk penderita asma yang kesulitan
menggunakan inhaler.
Banyak jenis obat-obatan asma yang bisa digunakan dengan nebulizer, baik
itu untuk menghadapi serangan asma ataupun untuk mengontrol gejala-gejala asma.
Jenis nebulizer ada yang berupa model rumahan/tabletop dan ada pula yang berupa
portable (menggunakan baterai), sehingga lebih mudah untuk dibawa.
Umumnya pasien asma tidak membutuhkan nebulizer. Metode lain yang
lebih umum adalah dengan menggunakan inhaler, dengan metode kerja yang
kurang lebih sama dengan nebulizer namun lebih mudah untuk digunakan.

14
BAB III
PEMBAHASAN

DPI dikenal sebagai alat yang user-friendly. Dari ketiga tipe pulmonary drug delivery
system, DPI yang paling disukai. DPI telah menjadi pilihan utama di negara-negara Eropa. DPI
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan MDI dan Nebulizer. Keunggulan DPI antara lain
penggunaannya layaknya bernapas biasa sehingga tidak dibutuhkan koordinasi antara penekanan
alat dengan pernapasan, formulanya lebih stabil daripada MDI dan Nebulizer, kemasannya kecil
sehingga mudah dibawa, penggunaannya cepat dan ramah lingkungan. Namun memiliki
kekurangan yaitu stabilitasnya dipengaruhi kelembaban, rentang dosisnya terbatas dan
efisiensinya bergantung pada aliran pernapasan pasien.
Karakteristik DPI yang ideal sangat penting untuk reliabilitas alat, efektivitas klinis, dan
penerimaan pasien. Karakter yang diharapkan meliputi 9 poin berikut. 1) Alat yang mudah
digunakan, mudah untuk dibawa, memiliki dosis ganda, melindungi obat dari kelembaban dan
mempunyai indikator dosis yang tersisa secara audiovisual. 2) Penghantaran dosis yang akurat
dan seragam meskipun dengan laju pernapasan yang berbeda. 3) Penghantaran dosis yang
konsisten selama masa pakai inhaler. 4) Mempunyai ukuran partikel yang optimal untuk
penghantaran obat ke paru-paru. 5) Cocok untuk berbagai macam bahan aktif dan berbagai
macam dosis. 6) Adesi yang minimum antara formulasi obat dan alat DPI. 7) Kestabilan produk
di dalam alat DPI. 8) Hemat (Cost effectiveness). 9) Memiliki mekanisme feedback untuk
menyampaikan informasi kepada pasien mengenai pemberian dosis. Sayangnya, hingga saat ini
belum satu pun DPI memenuhi karakteristik ideal tersebut.
Untuk semua sediaan inhalasi dosis yang diterima oleh pasien bergantung pada empat
faktor yang saling berkaitan, yaitu profil dari formulasi obat, terutama sifat alir serbuk, ukuran
partikel, dan interaksi obat-carrier; kinerja alat inhaler, termasuk pembentukan aerosol dan
penghantarannya; teknik inhalasi yang benar untuk deposisi obat di paru-paru; dan laju
pernapasan.
Ada dua pendekatan untuk meningkatkan kinerja DPI yaitu membuat serbuk yang lebih
baik dan mengembangkan alat DPI yang lebih baik. Serbuk DPIk yang baik memiliki ukuran
partikel serbuk yang seragam, variasi dosis yang kecil, sifat alir yang bagus dan stabilitas fisika

15
serbuk dalam alat DPI yang memadai. Dengan rekayasa partikel diharapkan terjadi penurunan
diameter aerodinamik, penurunan densitas partikel, perubahan bentuk yang semakin bulat dan
terbentuknya permukaan yang kasar.
Dispersi dari serbuk aerosol juga dipengaruhi oleh diameter geometris partikel yang pada
umumnya berkaitan dengan efisiensi deposisi di paru. Sejumlah teknik alternatif dapat digunakan
meliputi spray drying yang terspesialisasi, kristalisasi dengan ultrasound, dan teknologi fluid
superkritis. Kini tersedia teknik partikel terbaru yang dapat meningkatkan dispersi serbuk, yaitu
dengan membuat partikel yang sangat porous dengan diameter geometris yang besar namun
dengan diameter aerodinamik yang kecil. Suatu produk DPI yang baik memiliki FPF (fine
particle fraction) dan ED yang tinggi, konsistensi dosis dan keseragaman dosis yang tinggi. FPF
merupakan fraksi partikel halus dan dosis yang dihasilkan dari DPI. Distribusi ukuran partikel
sebaiknya yang relatif sempit dan siap untuk diaerosolisasi oleh gaya dispersi aerodinamik yang
relatif rendah. Serbuk kering untuk inhalasi diformulasi dalam bentuk aglomerat longgar dari
partikel obat yang sudah termikronisasi dengan ukuran partikel aerodinamik kurang dari 5 μm,
atau dalam bentuk campuran interaktif dengan partikel obat termikronisasi yang menempel pada
permukaan pembawa yang ukurannya lebih besar. Penghantaran obat untuk saluran pernafasan
dengan partikel yang berukuran 2-5 μm menghasilkan manfaat yang optimal, sedangkan untuk
menghasilkan efek sistemik, dibutuhkan partikel yang berukuran kurang dari 2 μm. Menghirup
sejumlah besar serbuk dapat menyebabkan batuk, sehingga dosis diatur kurang dari 10-20 mg.
Untuk memastikan bahan aktif mencapai area paruparu yang lebih dalam ada dua hal
yang dapat dilakukan. Pertama dengan menggabungkan antara partikel obat yang kecil dengan
suatu pembawa yang lebih besar, sehingga efisiensi inhalasi meningkat. 6 Bahan pembawa yang
digunakan adalah laktosa,17,18 glukosa dan manitol. Ukuran partikel pembawa dengan diameter
antara 50 dan 200 μm memastikan serbuk dapat memiliki sifat alir yang baik. Untuk mencapai
bagian paru-paru yang lebih dalam, partikel obat yang kecil harus mampu melepaskan diri dari
pembawa. Agar dapat melepaskan diri dari pembawa dengan optimal dibutuhkan keseimbangan
gaya adesi dan kohesi yang seimbang dalam formula DPI.
Kemungkinan kedua membentuk agglomerat partikel obat yang lebih besar yang sering
disebut dengan soft pellet, yang bertujuan untuk mengatasi masalah sifat alir. Soft pellet ini akan
terdispersi ketika dikeluarkan dari inhaler untuk memastikan obat mencapai paru-paru yang lebih
dalam.

16
Semua DPI dipengaruhi kelembaban yang dapat menyebabkan serbuk menggumpal dan
mengurangi deagregasi partikel. Oleh karena itu serbuk harus dijaga tetap kering. Kapsul dan
blister melindungi serbuk kering DPI lebih baik daripada wadah yang mengandung DPI multiple
dose. Kelembaban memiliki pengaruh yang kuat terhadap konduktivitas muatan listrik pada
permukaan partikel. Kelembaban pada udara meningkatkan konduktivitas sehingga memaksa
terjadinya pelepasan gas. Muatan elektrostatik dan kelembaban berpengaruh pada FPF.
Peningkatan kelembaban pada awalnya menyebabkan penurunan gaya adesi, tetapi kemudian
meningkat dengan naiknya kelembaban. Pada kelembaban rendah, penurunan gaya adesi
kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya gaya elektrostatik.
Menurut Zhou et al., faktor yang sangat penting dalam kinerja DPI adalah sifat alir dan
deaglomerasi serbuk yang baik. Morton et al. meneliti factor terkait pengubahan formulasi
serbuk. Gaya yang terlibat dalam proses produksi menyebabkan interaksi antar partikel dalam
aglomerat dan juga mendorong bermainnya suatu aturan dalam proses deaglomerasi Teknologi
superkritikal diterapkan untuk meningkatkan sifat permukaan bahan aktif. Partikel dengan pori-
pori yang besar mengurangi gaya interpartikulat karena densitas mereka yang rendah, struktur
permukaan yang tidak teratur dan atau energi bebas permukaan yang diperkecil. Dalam
pendekatan yang berbeda, partikel porous yang lebih kecil telah digunakan untuk meningkatkan
deaglomerasi dan deposisi paru-paru.
Untuk optimasi ukuran partikel diperlukan teknik analisis permukaan partikel yang juga
sangat penting dalam formulasi DPI. Ada beberapa metode analisis yang dapat digunakan, yaitu
atomic force microscopy (AFM), micro and nanothermal analysis (MTA), IGC (inverse gas
chromatography) dan XPS (Xray photoelectron spectroscopy).
AFM diaplikasikan dalam teknik analisis mikroskopik, karakteristik struktur permukaan,
morfologi, kekuatan adesi, interaksi antar partikel obat serta interaksi obat dan pembawa. MTA
digunakan untuk memastikan komposisi, morfologi, dan analisis termal. Selain itu untuk
membedakan antara substansi obat dan eksipien dalam dispersi padat. Alat ini dapat juga untuk
mengevaluasi multikomponen system dan informasi yang disajikan dalam tiga dimensi. IGC
merupakan salah satu teknik analisis kromatografi. Elusidasi atau penentuan pada rentang
fisikokimia yang besar termasuk energi permukaan, parameter kelarutan, profil energetik
heterogenitas, koefisien difusi dan fungsi partikel pada permukaan padat materi dapat dilakukan

17
dengan IGC. Sedangkan XPS berupa teknik spektroskopik kuantitas, memastikan komposisi dari
aerosol serbuk kering untuk inhalasi, formula empirik, bentuk kimia dan elektronik.
Optimasi formula obat seringkali bergantung pada jenis alat yang digunakan. Oleh karena
itu, kombinasi obat-inhaler pada umumnya dianggap sebagai sesuatu yang unik yang perlu
didemonstrasikan kinerja dan efektivitasnya secara invitro dan invivo. Efektivitas klinis DPI juga
dipengaruhi oleh factor obat seperti potensi, farmakokinetik, keamanan dan efektivitas, faktor
pasien (seperti keparahan penyakit dan usia), teknik inhalasi, dan kepatuhan.
Tiap kali aktualisasi, alat DPI menghasilkan dosis tunggal. Dalam DPI yang pasif energi
untuk memecah pengemas dosis dan energi untuk masuk ke aliran pernapasan hanya dengan
mengandalkan aliran udara pernapasan. DPI yang aktif menggunakan tenaga baterai atau energi
mekanis yang tersimpan untuk mendukung pecahnya pengemas agar melepaskan satu dosis obat.
Hancurnya pengemas obat dan penyerapan secara kolektif disebut fluidisasi serbuk dari DPI.
Sekali serbuk difluidisasi, aliran pernapasan membawa keluar dari alat dan masuk ke paru-paru.
Saat ini sedang dikembangkan DPI baru. DPI aktif mengatasi ketergantungannya
terhadap aliran inspirasi dengan menerapkan beberapa teknik seperti mengaktivasi alat dengan
gas yang bertekanan, menggunakan vibrator frekuensi tinggi, dan motor bertenaga baterai. Alat
ini menggunakan energi tersimpan untuk aerosolisasi serbuk dengan harapan dapat
mengeliminasi ketergantungan pemencaran dosis obat dan distribusi ukuran partikel.
Kondisi yang ideal untuk suatu device inhaler adalah sebagai berikut. Penggunaannya
sederhana terutama bagi pasien anak-anak dan lansia. Suatu unit inhalasi sebaiknya memiliki
mekanisme kontrol. Baik mekanisme pelepasan bahan aktif maupun deposisinya dalam saluran
pernapasan cukup tinggi dan reprodusibel. Ada kebutuhan penghitungan baik untuk dosis
maupun pernapasan yang tepat. Untuk alasan kompatibilitas dengan lingkungan, harus bebas
propelan dan dapat diisi ulang (refillable). Selain itu harus sesuai pedoman GINA yang
merepresentasikan persyaratan perawatan minimal.

18
Contoh Obat

Brand:: Boehringer Ingelheim

Product Code:: G

Komposisi: Fenoterol HBr

Indikasi: Terapi simtomatik (hanya bersifat menghilangkan gejala, tidak


menghilangkan/menyembuhkan penyebab utamanya) episode asma akut.
Pencegahan asma yang dipicu oleh olah raga. Terapi simtomatik asma
bronkhial & kondisi lain yang disertai dengan penyempitan saluran
pernafasan yang bersifat reversibel seperti bronkhitis obstruktif kronis.

Dosis: Dewasa (termasuk usia lanjut) dan anak > 12 tahun Episode asma akut : 0.5
mL (10 tetes). Pada kasus berat, pemberian dosis lebih tinggi : 1-1.25 mL
(20-25 tetes), mungkin diperlukan. Untuk pencegahan asma yang dipicu
oleh aktivitas fisik : 0.5 mL (10 tetes)tiap kali pemberian sampai dengan 4
kali/hari. Untuk asma bronkial dan kondisi lainnya yang disertai
penyempitan saluran nafas reversibel : jika diperlukan pengulangan dosis
0.5 mL (10 tetes)/kali sampai dengan 4 kali/hari. Anak 6-12 tahun episode
asma akut : 0.25-5 mL (5-10 tetes). Pada kasus berat, dapat diberikan
sampai dengan 1 mL (20 tetes). Untuk pencegahan asma yang dipicu oleh
aktivitas fisik : 0.5 mL (10 tetes)/kali, sampai 4 kali/hari. Untuk asma
bronkial dan kondisi lainnya yang disertai penyempitan saluran nafas
reversibel : jika diperlukan pengulangan dosis : 0.5 mL (10 tetes)/kali,
sampai 4 kali/hari. Anak < 6 tahun (Berat badan < 22 kg) : 50 mcg/kg berat
badan/dosis atau 5-10 tetes/dosis, diberikan sampai dengan 3 kali/hari.

Kontra Indikasi: Kardiomiopati obstruktif hipertrofik, takiaritmia.

Perhatian: Diabetes melitus yang tidak terkontrol, infark miokardial yang baru saja
terjadi dan atau kelainan parah jantung organik atau pembuluh darah,
hipertiroidisme, sesak nafas akut yang semakin memburuk, trimester
pertama kehamilan dan menyusui, feokromositoma. Penggunaan regular

19
jangka panjang memerlukan evaluasi ulang untuk tambahan obat-obat anti
radang. Monitor kadar kaliu serum. Larutan inhalasi : Tirotoksikosis,
insufisiensi miokard, angina, disaritmia, hipertensi, stenosis aorta
subvalvular hipertrofi.

Efek Samping: Gemetar halus otot rangka, gugup, takikardia, pusing, berdebar atau sakit
kepala, iritasi lokal mual, muntah, berkeringat, otot lemah, mialgia, kram
otot. Hipokalemia serius padat diakibatkan oleh terapi agonis β₂.

Interaksi Obat: β-adrenergik, antikolinergik, dan derivat xantin dapat mempertinggi efek
Berotec. Penurunan efek yang sangat potensial dapat terjadi selama
pemakaian bersama β-bloker. Perhatian harus diberikan jika digunakan
bersama dengan MAOI (penghambat mono amin oksidase) atau
antidepresan trisiklis. Inhalasi dari anestesi hidrokarbon terhalogenasi dapat
meningkatkan kerentanan terhadap efek kardio vaskular oleh agonis-β.

Bagi Anda yang menderita asma kronik dan sering menderita serangan asma mendadak
mungkin sudah akrab dengan pereda sesak saat serangan asma berikut : inhaler. Inhaler didesain
sedemikian rupa supaya obat dalam bentuk aerosol dapat dihirup lewat mulut. Tujuannya agar
sesak dapat diredakan segera. Obat akan langsung bekerja pada bronkus atau saluran nafas yang
tersumbat/menyempit sehingga mengurangi efek samping dibandingkan dengan obat yang
digunakan dengan diminum.
Berikut adalah bagian-bagian dari inhaler :

20
Jenis merek obat inhaler yang beredar di pasaran Indonesia yaitu Berotec, Atrovent,
Meptin Air, Meptin Swinghaler, Seretide, Spiriva Respimat, danVentolin.
Cara menggunakan inhaler :
1. Bukalah penutup ujung inhaler lalu kocok inhaler dengan kuat.
2. Genggam inhaler seperti contoh pada gambar. Tarik dan hembuskan nafas secara
perlahan.
3. Pegang inhaler di depan mulut dengan kepala agak menengadah.Tempatkan ujung inhaler
di dalam mulut di atas lidah dan tutup inhaler dengan bibir Anda. Mulailah menarik
nafas perlahan dan tekan inhaler 1 kali bersamaan dengan menarik nafas perlahan
sedalam-dalamnya.
4. Tahan nafas Anda selama 10 detik atau selama mungkin yang Anda sanggup, sebelum
menghembuskan nafas perlahan untuk memastikan seluruh obat masuk ke saluran nafas.
5. Jika dokter menyarankan lebih dari 1 kali pemakaian inhaler, maka tunggulah 1 menit
sebelum kembali mengocok inhaler dan mengulangi langkah pada poin 2,3,dan 4.
6. Setelah selesai, berkumurlah dahulu dengan air hangat.
7. Cuci dan bersihkan ujung inhaler dengan air hangat tiap hari.

21
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari tiga jenis pulmonary drug delivery system, DPI paling banyak dikembangkan karena
memiliki banyak keunggulan dibandingkan MDI dan Nebulizer. Pengembangan DPI mengarah
ke dua fokus yaitu memformulasi serbuk yang lebih baik dan mengembangkan alat DPI yang
lebih baik. Perkembangan terbaru DPI adalah DPI aktif yang user friendly yang menggunakan
energi tersimpan untuk aerosolisasi serbuk kering.

22
DAFTAR PUSTAKA

http:///pulmonary/ANATOMI%20SISTEM%20PERNAFASAN.htm
http://humanrespiration.blogspot.com/
http://informasiobatrsudcibabat.wordpress.com/2012/08/27/bagaimana-cara-menggunakan-
inhaler-yang-benar/
http://medguides.medicines.org.uk/ai/ai1008/diskhaler.htm
http://tokoalkes.com/blog/yang-dimaksud-nebulizer-adalah
http://www.apotikantar.com/berotec_larutan_inhalasi
http://www.asthma.ca/adults/treatment/diskhaler.php
http://www.asthmameds.ca/diskus.php
http://www.authorstream.com/Presentation/jantungku-127932-cara-pemberian-obat-rute-
absorbsi-efek-samping-distribusi-education-ppt-powerpoint/
http://www.mikesouth.org.au/Asthma_devices/ MDIs.php

23

Anda mungkin juga menyukai