Wa0025
Wa0025
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
2009
UROSEPSIS
I. Pengertian
II. Etiologi
Secara umum dikatakan urosepsis merupakan komplikasi dari beberapa
situasi antara lain (1) tindakan instrumentasi pada traktus genitourinaria (2)
abses renal (3) pielonefritis akut (4) Infeksi akibat obstruksi saluran kemih
atau pasien dengan gangguan kekebalan imunitas (5) bakteriuri akibat
pemasangan kateter pada obstruksi dan pasien dengan gangguan kekebalan
imunitas. Beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya urosepsis
selain dari faktor-faktor resiko diatas, penyebab lain dari urosepsis antara
lain.
1. Benign Prostat hiperplasia
2. Bladder Cancer
3. Chlamydia
4. Cystitis
6. Lansia
7. HIV / AIDS
9. Batu ginjal
V. Penatalaksanaan
Harus ada kerjasama antara ahli urologi dengan intensivist
Tindakan umum
1. Tegakkan diagnosis : gejala dan tanda serta laboratorium penunjang.
Singkirkan penyebab lain seperti hipovolemia, perdarahan, gangguan
jantung, anafilaktik dll.
2. Terapi antibiotika adekuat sesuai kultur darah dan urin serta fungsi
ginjal
3. Pemberian cairan intravena & agen vasoaktif (dopamin dan
dobutamin)
4. Pasang alat monitoring cairan : CVP atau Swan Ganz kateter,
kateter urin
5. Suplementasi O2 dengan atau tanpa ventilator
Tindakan khusus urologi :
1. Drainase semua obstruksi
2. Pengangkatan benda asing seperti kateter atau batu.3
VESIKOLITIASIS
I. Pengertian
Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat
defisiensi substansi tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam
urat meningkat atau ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat
yang secara normal mencegah terjadinya kristalisasi dalam urin (Smeltzer,
2002).
Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih akibat
penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara
tiba-tiba akan berhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri (Sjamsuhidajat
dan Wim de Jong, 1998).
II. Insidensi
Insidens batu saluran kemih di negara berkembang diperkirakan meningkat
sekitar 0,2% setiap tahunnya. Urolitiasis jarang ditemukan pada beberapa
daerah, seperti Greenland dan Jepang. Di beberapa negara berkembang, batu
buli-buli lebih sering ditemukan daripada batu saluran kemih bagian atas,
yang merupakan kebalikan dari negara maju. Perbedaan ini diduga
berhubungan dengan jenis makanan.
Batu saluran kemih jarang ditemukan pada suku Indian, Afrika,
Afroamerika, dan beberapa penduduk asli di daerah Mediterania. Hal ini
berhubungan dengan perbedaan geografis (batu lebih sering ditemukan pada
daerah yang panas dan kering) dan pola makan, serta faktor herediter. Hal ini
didukung dengan ditemukannya penderita berkulit putih lebih banyak
daripada yang bukan berkulit putih.
Secara umum, batu saluran kemih lebih banyak ditemukan pada pria
dibandingkan wanita, dengan rasio pria dibanding wanita 2-3:1. Batu yang
timbul akibat kelainan hormonal atau metabolik (seperti sistinuria,
hiperparatiroidisme) dan batu pada anak-anak, tidak ada perbedaan prevalensi
antara pria dan wanita. Batu yang disebabkan karena infeksi (batu struvit)
lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria
Sebagian besar batu saluran kemih muncul pada usia 20-49 tahun. Pasien
dengan batu multipel dan rekuren umumnya mengalami urolitiasis sejak masa
remaja atau pada usia 20-an. Serangan urolitiasis yang pertama kali, jarang
terjadi pada pasien dengan usia lebih dari 50 tahun.
III. Etiologi
Menurut Smeltzer bahwa, batu kandung kemih disebabkan infeksi, statis
urin dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan
metabolisme kalsium). Faktor- faktor yang mempengaruhi menurut
Soeparman (2001:378) batu kandung kemih (Vesikolitiasis) adalah
1. Hiperkalsiuria
Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena,
hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan
tinggi natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer,
sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.
2. Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air
kemih, khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe
I (lengkap atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan
masukan protein tinggi.
3. Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu
pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.
4. Penurunan jumlah air kemih
Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.
5. Jenis cairan yang diminum
Minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel
dan jus anggur.
6. Hiperoksalouria
Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini
disebabkan oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium
intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan yang
mengganggu absorbsi garam empedu.
7. Ginjal Spongiosa Medula
Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik
(tidak dijumpai predisposisi metabolik).
8. Batu Asan Urat
Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan
hiperurikosuria (primer dan sekunder).
9. Batu Struvit
Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan
organisme yang memproduksi urease.Kandungan batu kemih kebayakan
terdiri dari :
1.75 % kalsium.
2.15 % batu tripe/batu struvit (Magnesium Amonium Fosfat).
3.6 % batu asam urat.
4.1-2 % sistin (cystine).
3. Mual dan muntah akibat kram yang bergelombang dan nyeri hebat.
4. Pancaran urin tiba-tiba berhenti dan keluar lagi pada perubahan posisi.
5. Pada anak nyeri miksi ditandai oleh kesakitan, menangis, menarik-
narik penisnya. Miksi kadang-kadang mengedan sering diikuti
defekasi atau prolapsus ani.
6. Hematuria, terjadi akibat trauma pada mukosa saluran kemih yang
disebabkan oleh batu. Kadang–kadang hematuria didapatkan dari
pemeriksaan urinalisis (hematuria mikroskopik), namun hematuria
sering juga dikeluhkan oleh pasien
7. Demam, jika terdapat demam harus dicurigai suatu urosepsis dan
merupakan suatu kedaruratan. Dalam hal ini harus secepatnya
ditentukan letak kelainan anatomik pada saluran kemih yang
mendasari timbulnya gejala ini dan harus segera dilakukan terapi
drainase dan pemberian antibiotika.
8. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-
vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat
tanda–tanda gagal ginjal, retensi urine dan menggigil (jika disertai de
ngan infeksi).
V. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi
pemeriksaan:
1. Urine
o pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting,
organisme dapat berbentuk batu magnesium amonium phosphat,
pH yang rendah menyebabkan pengendapan batu asam urat.
o Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita
dengan batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan
meningkat.
o Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi
dalam proses pembentukan batu saluran kemih.
o Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat
apakah terjadi hiperekskresi.
2. Darah
o Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
o Lekosit terjadi karena infeksi.
o Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
o Kalsium, fosfat dan asam urat.
3. Radiologis
o Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah
VI. Komplikasi
Beberapa komplikasi akibat vesikolititasis adalah sebagai berikut:
1. Hidronefrosis
2. Pielonefritis
3. Uremia
4. Gagal ginjal akut
Selain itu komplikasi yang disebabkan dari tindakan pengeluaran batu atau
Vesikolithotomi adalah sebagai berikut:
1. Sistem Pernafasan
Atelektasis bida terjadi jika ekspansi paru yang tidak adekuat karena
pengaruh analgetik, anestesi, dan posisi yang dimobilisasi yang
menyebabkan ekspansi tidak maksimal. Penumpukan sekret dapat
menyebabkan pnemunia, hipoksia terjadi karena tekanan oleh agens
analgetik dan anestesi serta bisa terjadi emboli pulmonal.
2. Sistem Sirkulasi
Dalam sistem peredaran darah bisa menyebabkan perdarahan karena
lepasnya jahitan atau lepasnya bekuan darah pada tempat insisi yang bisa
menyebabkan syok hipovolemik. Statis vena yang terjadi karena duduk
atau imobilisasi yang terlalu lama bisa terjadi tromboflebitis, statis vena
juga bisa menyebabkan trombus atau karena trauma pembuluh darah.
3. Sistem Gastrointestinal
Akibat efek anestesi dapat menyebabkan peristaltik usus menurun
sehingga bisa terjadi distensi abdomen dengan tanda dan gejala
meningkatnya lingkar perut dan terdengar bunyi timpani saat diperkusi.
Mual dan muntah serta konstipasi bisa terjadi karena belum normalnya
peristaltik usus.
4. Sistem Genitourinaria
Akibat pengaruh anestesi bisa menyebabkan aliran urin involunter karena
hilangnya tonus otot.
5. Sistem Integumen
Perawatan yang tidak memperhatikan kesterilan dapat menyebabkan
infeksi, buruknya fase penyembuhan luka dapat menyebabkan dehisens
luka dengan tanda dan gejala meningkatnya drainase dan penampakan
jaringan yang ada dibawahnya. Eviserasi luka/kelurnya organ dan
jaringan internal melalui insisi bisa terjadi jika ada dehisens luka serta
bisa terjadi pula surgical mump (parotitis).
6. Sistem Saraf
Bisa menimbulkan nyeri yang tidak dapat diatasi.
VII. Penatalaksanaan
Pengobatan konservatif diberikan spasmolitik untuk relaksasi otot
ureter, banyak minum dan olah raga, diuretika, analgetika, sedativ. Antibiotik
diberikan bila terdapat infeksi.
Operasi dilakukan untuk mengeluarkan batu ginjal, ureter dan buli-
buli yang tidak mungkin diharapkan dapat keluar sendiri (spontan), dan bila
fungsi ginjal masih baik. Jika fungsi ginjal telah buruk dilakukan nefrektomi.
Batu buli-buli yang besar dapat dipecahkan dengan litotripsi. Jika batu lebih
besar dari 4 cm, biasanya dilakukan vesikolitotomi (Seksio-Alta).
1. Mengatasi Simptom
Ajarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari
vesikolitiasis, berikan spasme analgetik atau inhibitor sintesis
prostaglandin, bila terjadi koliks ginjal dan tidak di kontra indikasikan
pasang kateter.
2. Pengambilan Batu
a Batu dapat keluar sendiri
Batu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika ukurannya
melebihi 6 mm.
b Vesikolithotomi.
c Pengangkatan Batu
1. Lithotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal
Prosedur non invasif yang digunakan untuk menghancurkan
batu. Litotriptor adalah alat yang digunakan untuk memecahkan batu
tersebut, tetapi alat ini hanya dapat memecahkan batu dalam batas
ukuran 3 cm ke bawah. Bila batu di atas ukuran ini dapat ditangani
dengan gelombang kejut atau sistolitotomi melalui sayatan prannenstiel.
Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang terkecil seperti pasir, sisa
batu tersebut dikeluarkan secara spontan.
3. Ureteroskopi
Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan
memasukkan alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat
dihancurkan dengan menggunakan laser, litotrips elektrohidraulik,
atau ultrasound kemudian diangkat.
Refluk intrarenal
Refluk vesiko ureter hipoksemia,peningkatan
Benda asing (kateter) Statis urin Menyebar ke
laktat,oliguria, gangguan
organ yang lain
kondisi mental.
Supersaturasi Pengendapan Epistaxy
Gangguan perfusi jaringan Nutrisi kurang
Gangguan keseimbangan ciran elektrolit dari
Kejenuhan Matrik Fosfat Zat-zat keluar Resiko cedera kebutuhan
komponen batu mukopolisakarida secara bersamaan tubuh
ginjal meningkat dan fosfat turun
Mikroprotein
Gangguan termoregulasi demam Mual muntah
menempel
Agregrasi kristal Kalsium & fosfor
>> daya kelarutan Gangguan eliminasi urin infeksi Nyeri
Penempelan kristal
2. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi
ginjal atau ureteral, inflamsi atau obstruksi mekanik.
Kriteria ;
- Pasien tampak rileks.
- Pasien mampu tidur/istirahat dengan tenang
- Tidak gelisah,tidak merintih
Rencana Asuhan Keperawatan
1. Catat lokasi,lamanya intensitas,penyebaran,perhatikan tanda-tanda non
verbal,misalnya merintih,mengaduh dan gelisahansietas.
R/: Evaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus
Kriteria Hasil:
1. Awasi tanda vital, evaluasi nadi, turgor kulit dan membran mukosa.
R/: Penurunan LFG.merangasang produksi renin, yg. Bekerja
meningkatkan TD.
Kriteria Hasil:
- Luka kering, tidak berbau
- TTV stabil
Rencana Asuhan Keperawatan
1.Observasi TTV
R/: Peningkatan suhu menunjukkan adanya infeksi pada daerah luka.
2.Rawat luka dengan tehnik septic aseptic
R/: Mencegah infeksi silang pada daerah luka operasi
Kriteria Hasil :
- Berpartisipasi dalam program pengobatan
- Menjalankan diet
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien, EGC, Jakarta.