Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

UROSEPSIS DAN VESIKOLITIASIS

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2009
UROSEPSIS

I. Pengertian

Sepsis yang disebabkan oleh dekomposisi dan absorpsi substansi yang


berasal dari saluran kemih sehingga terjadi bakteremia simtomatik yang
menyebabkan syok dan kematian akibat bakteri berasal dari traktus urinarius
yang merupakan komplikasi dari ISK (Johnson. CC, 1991).
Urosepsis adalah kondisi akut infeksi sistemik dalam darah yang
berkembang sekunder untuk infeksi saluran kemih (ISK), dan kemudian
beredar ke seluruh tubuh. Sebuah istilah awam bagi kondisi kritis ini adalah
keracunan darah karena infeksi dalam aliran darah.
Hasil penelitian menunjukkan 45 % anak perempuan dengan bakteriuria
timbul enuresis, sedangkan anak perempuan tanpa bakteriuria kejadian
enuresis 17 %. Penelitian lain mengatakan bahwa 15 % anak sekolah dengan
bakteriuria asimtomatis mengalami enuresis. Menurut Sugi, dibandingkan
pria, perempuan lebih rentan terinfeksi saluran kemih. Penyebabnya adalah
saluran uretra (saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan
luar tubuh) perempuan lebih pendek (sekitar 3-5 centi meter). Berbeda
dengan uretra pria yang panjang, sepanjang penisnya, sehingga kuman sulit
masuk. Namun beberapa penelitian menunjukkan risiko timbulnya ISK pada
anak yang tidak disirkumsisi.Kulup preputium merupakan tempat
penyimpanan organisme uropatogen. Anak laki-laki dengan kulup preputium
yang tidak disirkumsisi sepertiganya dijumpai pertumbuhan uropatogen
walaupun sudah diberi antibitiotik profilaksis. Bagaimanapun bakteriuria
asimtomatik kemungkinan berhubungan dengan abnormalitas saluran kemih
dan pada beberapa anak kemudian berkembang menjadi infeksi yang
simtomatik.

II. Etiologi
Secara umum dikatakan urosepsis merupakan komplikasi dari beberapa
situasi antara lain (1) tindakan instrumentasi pada traktus genitourinaria (2)
abses renal (3) pielonefritis akut (4) Infeksi akibat obstruksi saluran kemih
atau pasien dengan gangguan kekebalan imunitas (5) bakteriuri akibat
pemasangan kateter pada obstruksi dan pasien dengan gangguan kekebalan
imunitas. Beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya urosepsis
selain dari faktor-faktor resiko diatas, penyebab lain dari urosepsis antara
lain.
1. Benign Prostat hiperplasia

2. Bladder Cancer

3. Chlamydia

4. Cystitis

5. E-coli akibat keracunan makanan

6. Lansia

7. HIV / AIDS

8 Kondisi kekurangan immune

9. Batu ginjal

10. Multiple Sclerosis


III. Tanda & Gejala
Gejala urosepsis lebih sering diawali dengan adanya infeksi saluran kemih.
Infeksi saluran kemih yang simtomatik gejalanya bergantung pada umur
penderita dan lokalisasi infeksi di dalam saluran kemih. Pada yang
asimtomatik dapat dijumpai riwayat infeksi sebelumnya tetapi pada saat itu
tidak dijumpai keluhan yang menyebabkan penderita datang untuk berobat.
Beberapa gejala yang sering muncul pada urosepsis antara lain:
1.Sakit saat BAK
2. Sering BAK karena rasa ingin BAK terus-menerus
3. Sakit pinggang
4. Demam dan sakit pada sudut kostovertebral
5. Enuresis diurnal ataupun nokturnal
6. Sama seperti bakteraemia, tetapi menunjukkan kondisi yang lebih berat.
Bukti klinis infeksi ditambah bukti respon sistemik terhadap infeksi.
Respon sistemik ini dapat bermanifestasi 2 atau lebih kondisi berikut :

Temperatur > 38°C atau < 36°C

Denyut nadi > 90 kali / min

Frekuensi pernafasan > 20 kali /min or PaCO2 < 32 mmHg (< 4.3 kPa)

Leukosit > 12,000 sel/mm3, < 4,000 sel/mm3 atau 10% bentuk imatur
(batang).3
8. Pada fase yang parah dapat terjadi perdarahan akibat penurunan trombosit
9. Sepsis syndrome
Infeksi ditambah bukti gangguan perfusi organ berupa: hipoksemia;
peningkatan laktat; oliguria; gangguan kondisi mental.

IV. Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan urinalisis dilakukan untuk menentukan dua parameter
penting ISK yaitu leukosit dan bakteri. Pemeriksaan rutin lainnya seperti
deskripsi warna, berat jenis dan pH, konsentrasi glukosa, protein, keton,
darah dan bilirubin tetap dilakukan
2. Pemeriksaan Mikroskopik Urin
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan untuk menentukan jumlah
leukosit dan bakteri dalam urin. Jumlah leukosit yang dianggap bermakna
adalah > 10 / lapang pandang besar (LPB). Apabila didapat leukosituri
yang bermakna, perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur.
3. Pemeriksaan Kultur Urin
Deteksi jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari
kultur urin masih merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah
koloni yang tumbuh > 105 koloni/ml urin, maka dapat dipastikan bahwa
bakteri yang tumbuh merupakan penyebab ISK. Sedangkan bila hanya
tumbuh koloni dengan jumlah < 103 koloni / ml urin, maka bakteri yang
tumbuh kemungkinan besar hanya merupakan kontaminasi flora normal
dari muara uretra

V. Penatalaksanaan
Harus ada kerjasama antara ahli urologi dengan intensivist
Tindakan umum
1. Tegakkan diagnosis : gejala dan tanda serta laboratorium penunjang.
Singkirkan penyebab lain seperti hipovolemia, perdarahan, gangguan
jantung, anafilaktik dll.
2. Terapi antibiotika adekuat sesuai kultur darah dan urin serta fungsi
ginjal
3. Pemberian cairan intravena & agen vasoaktif (dopamin dan
dobutamin)
4. Pasang alat monitoring cairan : CVP atau Swan Ganz kateter,
kateter urin
5. Suplementasi O2 dengan atau tanpa ventilator
Tindakan khusus urologi :
1. Drainase semua obstruksi
2. Pengangkatan benda asing seperti kateter atau batu.3

VESIKOLITIASIS

I. Pengertian
Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat
defisiensi substansi tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam
urat meningkat atau ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat
yang secara normal mencegah terjadinya kristalisasi dalam urin (Smeltzer,
2002).
Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih akibat
penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara
tiba-tiba akan berhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri (Sjamsuhidajat
dan Wim de Jong, 1998).
II. Insidensi
Insidens batu saluran kemih di negara berkembang diperkirakan meningkat
sekitar 0,2% setiap tahunnya. Urolitiasis jarang ditemukan pada beberapa
daerah, seperti Greenland dan Jepang. Di beberapa negara berkembang, batu
buli-buli lebih sering ditemukan daripada batu saluran kemih bagian atas,
yang merupakan kebalikan dari negara maju. Perbedaan ini diduga
berhubungan dengan jenis makanan.
Batu saluran kemih jarang ditemukan pada suku Indian, Afrika,
Afroamerika, dan beberapa penduduk asli di daerah Mediterania. Hal ini
berhubungan dengan perbedaan geografis (batu lebih sering ditemukan pada
daerah yang panas dan kering) dan pola makan, serta faktor herediter. Hal ini
didukung dengan ditemukannya penderita berkulit putih lebih banyak
daripada yang bukan berkulit putih.
Secara umum, batu saluran kemih lebih banyak ditemukan pada pria
dibandingkan wanita, dengan rasio pria dibanding wanita 2-3:1. Batu yang
timbul akibat kelainan hormonal atau metabolik (seperti sistinuria,
hiperparatiroidisme) dan batu pada anak-anak, tidak ada perbedaan prevalensi
antara pria dan wanita. Batu yang disebabkan karena infeksi (batu struvit)
lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria
Sebagian besar batu saluran kemih muncul pada usia 20-49 tahun. Pasien
dengan batu multipel dan rekuren umumnya mengalami urolitiasis sejak masa
remaja atau pada usia 20-an. Serangan urolitiasis yang pertama kali, jarang
terjadi pada pasien dengan usia lebih dari 50 tahun.

III. Etiologi
Menurut Smeltzer bahwa, batu kandung kemih disebabkan infeksi, statis
urin dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan
metabolisme kalsium). Faktor- faktor yang mempengaruhi menurut
Soeparman (2001:378) batu kandung kemih (Vesikolitiasis) adalah
1. Hiperkalsiuria
Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena,
hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan
tinggi natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer,
sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.
2. Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air
kemih, khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe
I (lengkap atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan
masukan protein tinggi.
3. Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu
pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.
4. Penurunan jumlah air kemih
Dikarenakan masukan cairan yang sedikit.
5. Jenis cairan yang diminum
Minuman yang banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel
dan jus anggur.
6. Hiperoksalouria
Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini
disebabkan oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium
intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan yang
mengganggu absorbsi garam empedu.
7. Ginjal Spongiosa Medula
Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium idiopatik
(tidak dijumpai predisposisi metabolik).
8. Batu Asan Urat
Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah, dan
hiperurikosuria (primer dan sekunder).
9. Batu Struvit
Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih dengan
organisme yang memproduksi urease.Kandungan batu kemih kebayakan
terdiri dari :
1.75 % kalsium.
2.15 % batu tripe/batu struvit (Magnesium Amonium Fosfat).
3.6 % batu asam urat.
4.1-2 % sistin (cystine).

IV. Tanda dan Gejala


Keluhan yang timbul tergantung pada posisi atau letak batu, besar
batu dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang dirasakan pasien adalah :
1. Rasa nyeri waktu miksi (disuria, stranguria).
2. Nyeri pada pinggang, merupakan keluhan yang paling sering
dirasakan pasien. Nyeri dapat berupa nyeri kolik (nyeri yang terjadi
karena aktivitas meningkatnya peristaltik otot polos sistem kalises
atau ureter dalam usaha mengeluarkan batu dari saluran kemih)
ataupun bukan kolik (nyeri akibat peregangan kapsul ginjal karena
terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal). Batu yang terletak di
sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai nyeri pada saat
kencing atau sering kencing.

3. Mual dan muntah akibat kram yang bergelombang dan nyeri hebat.
4. Pancaran urin tiba-tiba berhenti dan keluar lagi pada perubahan posisi.
5. Pada anak nyeri miksi ditandai oleh kesakitan, menangis, menarik-
narik penisnya. Miksi kadang-kadang mengedan sering diikuti
defekasi atau prolapsus ani.
6. Hematuria, terjadi akibat trauma pada mukosa saluran kemih yang
disebabkan oleh batu. Kadang–kadang hematuria didapatkan dari
pemeriksaan urinalisis (hematuria mikroskopik), namun hematuria
sering juga dikeluhkan oleh pasien
7. Demam, jika terdapat demam harus dicurigai suatu urosepsis dan
merupakan suatu kedaruratan. Dalam hal ini harus secepatnya
ditentukan letak kelainan anatomik pada saluran kemih yang
mendasari timbulnya gejala ini dan harus segera dilakukan terapi
drainase dan pemberian antibiotika.
8. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-
vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat
tanda–tanda gagal ginjal, retensi urine dan menggigil (jika disertai de
ngan infeksi).

V. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi
pemeriksaan:
1. Urine
o pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting,
organisme dapat berbentuk batu magnesium amonium phosphat,
pH yang rendah menyebabkan pengendapan batu asam urat.
o Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita
dengan batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan
meningkat.
o Biakan Urin : Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi
dalam proses pembentukan batu saluran kemih.
o Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat
apakah terjadi hiperekskresi.
2. Darah
o Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
o Lekosit terjadi karena infeksi.
o Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
o Kalsium, fosfat dan asam urat.
3. Radiologis
o Foto BNO/IVP untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah

terjadi bendungan atau tidak.


o Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada
keadaan ini dapat dilakukan retrogad pielografi atau dilanjutkan
dengan antegrad pielografi tidak memberikan informasi yang
memadai.
4. USG (Ultra Sono Grafi)
Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.
5. Riwayat Keluarga
Untuk mengetahui apakah ada anggota keluarga yang menderita batu
saluran kemih, jika ada untuk mengetahui pencegahan, pengobatan yang
telah dilakukan, cara mengambilan batu, dan analisa jenis batu.

VI. Komplikasi
Beberapa komplikasi akibat vesikolititasis adalah sebagai berikut:

1. Hidronefrosis
2. Pielonefritis
3. Uremia
4. Gagal ginjal akut

Selain itu komplikasi yang disebabkan dari tindakan pengeluaran batu atau
Vesikolithotomi adalah sebagai berikut:
1. Sistem Pernafasan
Atelektasis bida terjadi jika ekspansi paru yang tidak adekuat karena
pengaruh analgetik, anestesi, dan posisi yang dimobilisasi yang
menyebabkan ekspansi tidak maksimal. Penumpukan sekret dapat
menyebabkan pnemunia, hipoksia terjadi karena tekanan oleh agens
analgetik dan anestesi serta bisa terjadi emboli pulmonal.
2. Sistem Sirkulasi
Dalam sistem peredaran darah bisa menyebabkan perdarahan karena
lepasnya jahitan atau lepasnya bekuan darah pada tempat insisi yang bisa
menyebabkan syok hipovolemik. Statis vena yang terjadi karena duduk
atau imobilisasi yang terlalu lama bisa terjadi tromboflebitis, statis vena
juga bisa menyebabkan trombus atau karena trauma pembuluh darah.
3. Sistem Gastrointestinal
Akibat efek anestesi dapat menyebabkan peristaltik usus menurun
sehingga bisa terjadi distensi abdomen dengan tanda dan gejala
meningkatnya lingkar perut dan terdengar bunyi timpani saat diperkusi.
Mual dan muntah serta konstipasi bisa terjadi karena belum normalnya
peristaltik usus.
4. Sistem Genitourinaria
Akibat pengaruh anestesi bisa menyebabkan aliran urin involunter karena
hilangnya tonus otot.
5. Sistem Integumen
Perawatan yang tidak memperhatikan kesterilan dapat menyebabkan
infeksi, buruknya fase penyembuhan luka dapat menyebabkan dehisens
luka dengan tanda dan gejala meningkatnya drainase dan penampakan
jaringan yang ada dibawahnya. Eviserasi luka/kelurnya organ dan
jaringan internal melalui insisi bisa terjadi jika ada dehisens luka serta
bisa terjadi pula surgical mump (parotitis).
6. Sistem Saraf
Bisa menimbulkan nyeri yang tidak dapat diatasi.

VII. Penatalaksanaan
Pengobatan konservatif diberikan spasmolitik untuk relaksasi otot
ureter, banyak minum dan olah raga, diuretika, analgetika, sedativ. Antibiotik
diberikan bila terdapat infeksi.
Operasi dilakukan untuk mengeluarkan batu ginjal, ureter dan buli-
buli yang tidak mungkin diharapkan dapat keluar sendiri (spontan), dan bila
fungsi ginjal masih baik. Jika fungsi ginjal telah buruk dilakukan nefrektomi.
Batu buli-buli yang besar dapat dipecahkan dengan litotripsi. Jika batu lebih
besar dari 4 cm, biasanya dilakukan vesikolitotomi (Seksio-Alta).

Menurut Soeparman pengobatan dapat dilakukan dengan :

1. Mengatasi Simptom
Ajarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari
vesikolitiasis, berikan spasme analgetik atau inhibitor sintesis
prostaglandin, bila terjadi koliks ginjal dan tidak di kontra indikasikan
pasang kateter.

2. Pengambilan Batu
a Batu dapat keluar sendiri
Batu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika ukurannya
melebihi 6 mm.
b Vesikolithotomi.
c Pengangkatan Batu
1. Lithotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal
Prosedur non invasif yang digunakan untuk menghancurkan
batu. Litotriptor adalah alat yang digunakan untuk memecahkan batu
tersebut, tetapi alat ini hanya dapat memecahkan batu dalam batas
ukuran 3 cm ke bawah. Bila batu di atas ukuran ini dapat ditangani
dengan gelombang kejut atau sistolitotomi melalui sayatan prannenstiel.
Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang terkecil seperti pasir, sisa
batu tersebut dikeluarkan secara spontan.

2. Metode endourologi pengangkatan batu


Bidang endourologi mengabungkan ketrampilan ahli radiologi
mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Batu diangkat
dengan forseps atau jarring, tergantung dari ukurannya. Selain itu alat
ultrasound dapat dimasukkan ke selang nefrostomi disertai gelombang
ultrasonik untuk menghancurkan batu.

3. Ureteroskopi
Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan
memasukkan alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat
dihancurkan dengan menggunakan laser, litotrips elektrohidraulik,
atau ultrasound kemudian diangkat.

d Pencegahan (batu kalsium kronik-kalsium oksalat)


1. Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)
2. Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentuk batu yaitu sitrat (kalium
sitrat 20 mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis atau lemon malam
hari), dan bila batu tunggal dengan meningkatkan masukan cairan dan
pemeriksaan berkala pembentukan batu baru.
3. Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari masukan
soft drinks, kurangi masukan protein (sebesar 1 g/Kg BB /hari),
membatasi masukan natrium, diet rendah natrium (80-100 meq/hari),
dan masukan kalsium.
4. Pemberian obat
Untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat, disesuaikan
kelainan metabolik yang ada.
VIII. Patofisiologi

infeksi Flora usus Tipe usopatogenik Kolonisasi di perineal


dan uretra anterior
Kelainana bawaan/ cidera
Penyempitan saluran kemih Sistitis Pielonefritis akut Urosepsis bakteremia

Batu dan tumor di


saluran kemih Parut ginjal Sepsis syndrome
Sumbatan saluran kemih Aliran darah

Refluk intrarenal
Refluk vesiko ureter hipoksemia,peningkatan
Benda asing (kateter) Statis urin Menyebar ke
laktat,oliguria, gangguan
organ yang lain
kondisi mental.
Supersaturasi Pengendapan Epistaxy
Gangguan perfusi jaringan Nutrisi kurang
Gangguan keseimbangan ciran elektrolit dari
Kejenuhan Matrik Fosfat Zat-zat keluar Resiko cedera kebutuhan
komponen batu mukopolisakarida secara bersamaan tubuh
ginjal meningkat dan fosfat turun
Mikroprotein
Gangguan termoregulasi demam Mual muntah
menempel
Agregrasi kristal Kalsium & fosfor
>> daya kelarutan Gangguan eliminasi urin infeksi Nyeri
Penempelan kristal

Aliran tidak lancar Sumbatan Gangguan rasa


nyaman
Lewati uretra Batu Sumbatan

Lukai uretra hematuria Cemas


IX. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d Nyeri akut b/d peningkatan


frekuensi/dorongan kontraksi uroteral,trauma jaringan, pembentukan
oedema, iskemia seluler.

2. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi
ginjal atau ureteral, inflamsi atau obstruksi mekanik.

3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d mual muntal,


diuresis paska obstruksi.

4. Kerusakan jaringan integritas kulit b/d luka bekas operasi

5. Kurang pengetahuan tentang diet, kebutuhan pengobatan b/d tidak


mengenal sumber informasi.

X. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d Nyeri akut b/d peningkatan


frekuensi/dorongan kontraksi uroteral,trauma jaringan,
pembentukan oedema, iskemia seluler.
Tujuan: Nyeri hilang dengan spasme terkontrol.

Kriteria ;
- Pasien tampak rileks.
- Pasien mampu tidur/istirahat dengan tenang
- Tidak gelisah,tidak merintih
Rencana Asuhan Keperawatan
1. Catat lokasi,lamanya intensitas,penyebaran,perhatikan tanda-tanda non
verbal,misalnya merintih,mengaduh dan gelisahansietas.
R/: Evaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus

2. Berikan tindakan nyaman,misalnya pijatan punggung,ciptakan


lingkungan yang tenang.
R/: Meningkatkan relaksasi,menurunkan tegangan otot

3. Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus


R/: Mengarahkan kembali perhatiandan membantu dalam relaksasi otot.
4. Bantu dengan ambulasi sering s/d indikasi tingkatkan pemasukan cairan
sedikitnya 3-4 lt/hariatau s/d indikasi.
R/: Meningkatkan lewatnya batu,mencegah stasis urine,mencegah
pembentukan batu selanjutnya.

5. Bantu dengan ambulasi sering s/d indikasi tingkatkan pemasukan cairan


sedikitnya 3-4 lt/hariatau s/d indikasi.
R/: Meningkatkan lewatnya batu,mencegah stasis urine,mencegah
pembentukan batu selanjutnya.

6. Berikan kompres hangat pada punggung


R/: Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri dan juga kompres hangat
dapat meningkatkan vasodilatasi pembuluh darah.

7.Berikan obat sesuai dengan indikasi narkotik, antispasmodic,


kortikosteroid
R/: Dipakai selama episode akut,untuk menurunkan kolik ureter dan
relaksasi otot, menurunkan refleks spasme sehingga mengurangi nyeri dan
kolik, menurunkan edema jaringan sehingga membantu gerakan batu.

2. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu,


iritasi ginjal atau ureteral, inflamsi atau obstruksi mekanik.

Tujuan: Perubahan eliminasi urine tidak terjadi

Kriteria Hasil:

- Haematuria tidak ada.


- Piuria tidak terjadi
- Rasa terbakar tidak ada
- Dorongan ingin berkemih terus berkurangi

Rencana Asuhan Keperawatan

1. Awasi pemasukan dan pengeluaran serta karakteristik urine


R/: Evaluasi fungsi ginjal dgn.memerhatikan tanda-tanda komplikasi
misalnya infeksi,atau perdarahan.
2. Tentukan pola berkemih normal.
R/: Kalkulus dpt.menyebabkan eksitabiliats saraf,yg.menyebabkan
kebutuhan sensasi berkemih segera.

3. Dorong meningkatkan pemasukan cairan


R/: Membilas bakteri,darah.dan debris,membantu lewatnya batu.

4. Observasi keluhan kandung kemih,palpasi dan perhatikan output,dan


edema.
R/: Retensi urine,menyebabkan distensi jaringan.,potensial resiko infeksi
dan GGK.

5.Obserevasi perubahan status mental, prilaku atau tingkat kesadaran.


R/: Ketidakseimbangan elektrolit dpt.menjadi toksik pada SSP.

6. Kolaborasi monitoring pemeriksaan lab,BUN.kreatinin


R/: Peninggian BUN,indikasi disfungsi ginjal.

7.Ambil urine untuk kultur dan sensitivitas


R/: Evaluasi adanya ISK.atau penyebab komplikasi

8. Berikan obat sesuai dengan program


- Alupurinol
- Amonium Klorida, Kalium ,atau Natrium fosfat
- Antibiotik
- Pertahankan patensi kateter
R/: - Meningkatkan pH.urine menurunkan pembentukan batu asam

- Menurunkan pembentukan batu fosfat


- Adanya ISK potensuial pembentukan batu.
- Mencegah retensi,dan komplikasi.

3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d mual muntal,


diuresis paska obstruksi

Tujuan : Keseimbangan cairan adekuat

Kriteria : - Intake dan output seimbang


- Tanda vital stabil (TD 120/80 mmHg. Nadi 60-100, RR16-20,
suhu 36.5°-37°C)
- Membran mukosa lembab
- Turgor kulit baik

Rencana Asuhan Keperawatan

1. Awasi tanda vital, evaluasi nadi, turgor kulit dan membran mukosa.
R/: Penurunan LFG.merangasang produksi renin, yg. Bekerja
meningkatkan TD.

2. Catat insiden muntah, diare, perhatikan karakteristik, dan frekuensi.


R/: Mengesampingkan kejadian abdominal lain.

3.Tingkatkan pemasukan cairan 3-4 lt / hari dalam toleransi jantung.


R/: Mempertahankan keseimbangan cairan dan homeostasis.

4. Timbang berat badan tiap hari


R/: Peningkatan BB.yang cepat,waspada retensi

5.Kolaborasi awasi Hb,Ht,elektrolit, berikan cairan IV


R/: Mengkaji hidrasi, kebutuhan intervensi, mempertahankan volume
sirkulasi

6.Berikan diet tepat,cairan jernih,makanan lembut s/d toleransi


R/: Mempertahnakan keseimbangan nutruisi.

7. Berikan obat s/d indikasi antiemetik


R/: Menurunkan mual muntah

4. Kerusakan jaringan integritas kulit b/d luka bekas operasi

Tujuan: Integritas kulit terjaga

Kriteria Hasil:
- Luka kering, tidak berbau
- TTV stabil
Rencana Asuhan Keperawatan
1.Observasi TTV
R/: Peningkatan suhu menunjukkan adanya infeksi pada daerah luka.
2.Rawat luka dengan tehnik septic aseptic
R/: Mencegah infeksi silang pada daerah luka operasi

3.berikan posisi nyaman


R/: Posisi yang benar dapat menurunkan rasa nyeri pada klien akibat
peregangan daerah luka.

4.Ajarkan tehnik relaksasi distraksi


R/: Relaksasi dan distraksi dapat menurunkan ketegangan klien dan juga
dapat menurunkan kecemasan klien

5. Kurang pengetahuan tentang diet, kebutuhan pengobatan b/d tidak


mengenal sumber informasi

Tujuan: Pasien dapat memahami tentang diet,dan program pengobatan

Kriteria Hasil :
- Berpartisipasi dalam program pengobatan
- Menjalankan diet

Rencana Asuhan Keperawatan

1.Kaji ulang proswes penyakit dan harapan masa datang


R/: Memberikan pengetahuan dasar,membuat pilihan berdasarkan
informasi

2.Kaji ulang program diet, sesuai dengan indikasi


R/: Pemahaman diet,memberikan kesempatan untuk memilih sesuai dgn.
Informasi,mencegah kekambuhan.

3.Diskusikan tentang pemberian diet rendah purin,


R/: Menurunkan pemasukan oral thd.prekursor asam urat

4.Diskusikan program obat-obatan ,hindfari obat yang dijual bebas dan


baca labelnya.
R/:Obat yang diberikan untuk mengasamkan urin,atau
mengalkalikan,menghindari produk kontraindikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Bahdarsyam. 2003. Spektrum bakteriologik pada berbagai jenis batu Saluran


kemih bagian atas. www.medlibrary_usu.com. Diakses tanggal 27
November 2009

Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,


EGC, Jakarta.

Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien, EGC, Jakarta.

Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep


Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.

Purnomo, BB. 2003. Dasar-dasar Urologi ed. 2. Sagung Seto. Jakarta

Rufaizal. 2007. Asuhan Keperawatan Vesikolithiasis. www.rufaizal blog.com.


diakses tanggal 27 November 2009

Subianto, Teguh. 2008. Asuhan Keperawatan Vesikolithiasis.www.medzone.com.


Diakses tanggal 27 November 2009

Cooper, Robert. Urosepsis definition, sign and symptom. Diagnostics. http://


yourtotalhealth.com/bloodstream-infection-from-uti-urosepsis.html. diakses
tanggal 27 November 2009

Shaffer. 2007. Urinary Tract Infection. http://www.livestrong.com/article/23329-


signs-urosepsis/. Diakses tanggal 27 November 2009

Anda mungkin juga menyukai