Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh
otot-otot perut pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna
spinalis di sebelah dorsal. Bagian atas abdomen berbatasan dengan
tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis berbatasan dengan
cavitas thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan sebelah
bawah dengan cavitas pelvis atau rongga panggul.
Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan
membran serosa yang dikenal dengan sebagai peritoneum
parietalis. Membran ini juga membungkus organ yang ada di
abdomen dan menjadi peritoneum visceralis.
Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem
organ, seperti sebagian besar organ sistem pencernaan, sistem
perkemihan. Berikut adalah organ yang dapat ditemukan di
abdomen: komponen dari saluran cerna: lambung (gaster), usus
halus, usus besar (kolon), caecum, umbai cacing atau appendix;
Organ pelengkap dai saluran cerna seperti: hati (hepar), kantung
empedu, dan pankreas; Organ saluran kemih seperti: ginjal, ureter,
dan kantung kemih (vesica urinaria); Organ lain seperti limpa (lien).
Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen
menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan dirongga
abdomen yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagian
keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera
yang sering berpa tindakan beda, misalnya pada obstruksi, perforasi
atau perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi jalan cerna dapat
menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga
perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit
karena adanya jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait.
2

Jejas pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau


trauma tajam. Pada trauma tumpul dengan velisitas rendah
(misalnya akibat tinju) biasanya menimbulkan kerusakan satu organ.
Sedangkan trauma tumpul velositas tinggi sering menimbulkan
kerusakan organ multipel.
Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang
untuk terkena injury yang bisa saja merusak keutuhan integritas kulit,
selama ini kita mungkin hanya mengenal luka robek atau luka
sayatan saja namun ternyata di luar itu masih banyak lagi
luka/trauma yang dapat terjadi pada daerah abdomen.
Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun.
Mortalitas biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari
pada trauma tusuk. Walaupun tehnik diagnostik baru sudah banyak
dipakai, misalnya Computed Tomografi, namun trauma tumpul
abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa dini
diperlukan untuk pengelolaan secara optimal.
Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-
trauma, gejala dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang
lambat sehingga memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi
untuk dapat menetapkan diagnosis.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum:
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
terstruktur keperawatan gawat darurat dan untuk memberikan
wawasan kepada mahasiswa/i tentang trauma abdomen dan
tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma
abdomen.
2. Tujuan khusus:
a. Untuk mengetahui definisi dari trauma abdomen.
b. Untuk mengetahui klasifikasi trauma abdomen.
c. Untuk mengetahui etiologi. trauma abdomen.
3

d. Untuk mengetahui patofisiologi trauma abdomen.


e. Untuk mengetahui manifestasi klinis trauma abdomen.
f. Untuk mengetahui komplikasi trauma abdomen.
g. Untuk mengetahui pemeriksaan medis trauma abdomen.
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan trauma abdomen.
i. Untuk mengetahui asuhan keperawatan trauma abdomen.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Trauma abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada
rongga abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada
isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal,
limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh
– pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen.
(Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 2000).
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis
atau emosional (Dorland, 2002).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat
berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau
tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat
terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada
penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula
dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada
organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi
sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan
gangguan faal berbagai organ (Sjamsuhidayat, 1997).
B. Klasifikasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
1. Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding
abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen, kemungkinan
terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak
dan masa darah dapat menyerupai tumor.
5

2. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus
rongga abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma
penetrasi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada
organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi
sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan
gangguan faal berbagai organ.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth &
Brunner (2002) terdiri dari:
a. Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti
adanya cedera pada dinding abdomen.
b. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan
diagnostik ahli bedah.
c. Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus
sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan hati harus
dieksplorasi.
C. Etiologi
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang
terjadi pada abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma
tumpul. Pada kecelakaan kendaraan bermotor, kecepatan,
deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang
menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau
benda tumpul lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka
tembak yang menyebabkan kerusakan yang besar didalam
abdomen. Selain luka tembak, trauma abdomen dapat juga
6

diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit


menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen.
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang
merusak, yaitu :
1. Paksaan /benda tumpul
Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam
rongga peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan
oleh jatuh, kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan
bermotor, cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan,
deselarasi, kompresi atau sabuk pengaman. Lebih dari 50%
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
2. Trauma tembus
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam
rongga peritoneum. Luka tembus pada abdomen disebabkan
oleh tusukan benda tajam atau luka tembak..
D. Patofisiologi
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh
manusia (akibat kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan
olahraga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma
merupakan hasil dari interaksi antara faktor–faktor fisik dari
kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi
berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk)
untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya
perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan
disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang
menghentikan tubuh juga penting.
Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari
jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk
kembali pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah
kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada
benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada
7

kedua keadaan tersebut. Beratnya trauma yang terjadi tergantung


kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati
ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan
dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap
permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra
abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme:
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan
hebat oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk
pengaman yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan
terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen
anterior dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
3. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat
menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler..
8

Pathway

Trauma paksa (jatuh, benda Trauma benda tajam (Pisau,


tumpul, kompresi dll) peluru, dll)

Gaya predisposisi trauma > elastisitas & Viskositas tubuh

Ketahanan jaringan tidak mampu mengkompensasi

Trauma Abdomen

Trauma Tajam Trauma Tumpul


Kerusakan Kerusakan organ Kerusakan Kompresi organ abdomen
Jaringan Kulit abdomen jaringan vaskuler
Perdarahan intra
Luka terbuka Perforasi lapisan Perdarahan abdomen
abdomen(Kontusio, Peningkatan TIA
Laserasi, jejas,
hematoma) Resiko Distensi Abdomen
Resiko kekurangan
infeksi volume cairan Mual/muntah

Nyeri akut
Syok Resiko ketidak
Hipovilemik seimbangan nutrisi
Kerusakan
integritas kulit
9

E. Manifestasi klinis
Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi
klinis menurut Sjamsuhidayat (1997), meliputi: nyeri tekan diatas
daerah abdomen, distensi abdomen, demam, anorexia, mual dan
muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh, nyeri spontan.
Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat
adanya:
1. Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen
2. Terjadi perdarahan intra abdominal.
3. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu
sehingga fungsi usus tidak normal dan biasanya akan
mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual, muntah, dan BAB
hitam (melena).
4. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam
setelah trauma.
5. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio
pada dinding abdomen.
Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:
6. Terdapat luka robekan pada abdomen.
7. Luka tusuk sampai menembus abdomen.
8. Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak
perdarahan/memperparah keadaan.
9. Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam
andomen.
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma
abdomen, yaitu :
1. Nyeri
2. Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat.
Nyeri dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat
nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
3. Darah dan cairan
10

4. Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium


yang disebabkan oleh iritasi.
5. Cairan atau udara dibawah diafragma
6. Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa.
Tanda ini ada saat pasien dalam posisi rekumben.
7. Mual dan muntah
8. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
9. Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal
shock hemoragi.
F. Komplikasi
Menurut smaltzer ( 2002), komplikasi dari trauma abdomen
adalah :
1. Hemoragi
2. Syok
3. Cedera
4. Infeksi
G. Pemeriksaan penunjang
1. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi
perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan
hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000 /mm
tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan
cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang
meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas
atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan
kemungkinan trauma pada hepar.
11

3. Plain abdomen foto tegak


Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum,
udara bebas retro perineal dekat duodenum, corpus alineum dan
perubahan gambaran usus.
4. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila
dijumpai hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan
adanya trauma pada saluran urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada
persangkaan trauma pada ginjal
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus
dalam rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL
inihanya alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi
(gold standard).
a. Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut:
1) Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
2) Trauma pada bagian bawah dari dada
3) Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
4) Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran
(obat, alkohol, cedera otak)
5) Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis
(sumsum tulang belakang)
6) Patah tulang pelvis
b. Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut:
1) Hamil
2) Pernah operasi abdominal
3) Operator tidak berpengalaman
4) Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
12

7. Ultrasonografi dan CT Scan


Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum
dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan retro
peritoneum.
Pemeriksaan khusus
a. Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat
berguna untuk menentukan adanya perdarahan dalam
rongga peritoneum. Lebih dari100.000 eritrosit /mm dalam
larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah
dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5
menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.
b. Pemeriksaan Laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk
mengetahui langsung sumber penyebabnya.
c. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-
sigmoidoskopi.
H. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer, (2002) penatalaksanaan adalah :
1. Abdominal paracentesis menentukan adanya perdarahan dalam
rongga peritonium, merupakan indikasi untuk laparotomi
2. Pemasangan NGT memeriksa cairan yang keluar dari lambung
pada trauma abdomen
3. Pemberian antibiotik mencegah infeksi
4. Pemberian antibiotika IV pada penderita trauma tembus atau
pada trauma tumpul bila ada persangkaan perlukaan intestinal.
5. Penderita dengan trauma tumpul yang terkesan adanya
perdarahan hebat yang meragukan kestabilan sirkulasi atau ada
tanda-tanda perlukaan abdomen lainnya memerlukan
pembedahan
13

6. Prioritas utama adalah menghentikan perdarahan yang


berlangsung. Gumpalan kassa dapat menghentikan perdarahan
yang berasal dari daerah tertentu, tetapi yang lebih penting
adalah menemukan sumber perdarahan itu sendiri
7. Kontaminasi lebih lanjut oleh isi usus harus dicegah dengan
mengisolasikan bagian usus yang terperforasi tadi dengan
mengklem segera mungkin setelah perdarahan teratasi.
Sedangkan menurut (Hudak & Gallo, 2001).
penatalaksanaannya adalah :
1. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang
mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang
terjadi dilokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat
apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda
lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan
prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon, maka
segera buka dan bersihkan jalan napas.
a. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas
menggunakan teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan
kepala dan mengangkat dagu,periksa adakah benda asing
yang dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas,
muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.
b. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa
pernapasan dengan menggunakan cara ‘lihat – dengar –
rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah
ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan pemeriksaan
status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat
tidaknya pernapasan).
14

c. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan
korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan
napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi,
lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada
dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali kompresi
dada dan 2 kali bantuan napas).
d. Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul):
1) Stop makanan dan minuman
2) Imobilisasi
3) Kirim kerumah sakit
e. Penetrasi (trauma tajam)
1) Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda
tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya
tim medis.
2) Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan
melilitkan dengan kain kassa pada daerah antara pisau
untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah
luka.
3) Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ
tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam
tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut
dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
4) Imobilisasi pasien.
5) Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
6) Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan
menekang.
7) Kirim ke rumah sakit.
2. Hospital
a. Trauma penetrasi
15

Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding


abdomen, seorang ahli bedah yang berpengalaman akan
memeriksa lukanya secara lokal untuk menentukan dalamnya
luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk
dan luka keluar yang berdekatan.
b. Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan
kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk
menemukan adanya udara intra peritonium. Serta rontgen
abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru
atau adanya udara retro peritoneum.
c. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning Ini di lakukan
untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada
d. Uretrografi
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
e. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera
pada kandung kencing, contohnya pada:
1) Fraktur pelvis
2) Trauma non – penetrasi
3. Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit:
a. Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk
pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan
laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap,
potasium, glukosa, amilase.
b. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks antero
posterior dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus di
lakukan pada penderita dengan multi trauma, mungkin
berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retro
16

peritoneum atau udara bebas di bawah diafragma, yang


keduanya memerlukan laparotomi segera.
c. Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah
duodenum, kolon ascendensatau decendens dan dubur.
17

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA ABDOMEN

A. Pengkajian
Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan
singkat tetapi menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.
Pengkajian data dasar menurut Brunner & Suddart (2001), adalah :
1. Aktifitas/istirahat
a. Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas,
b. Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseim
Bangan cedera (trauma)
2. Sirkulasi
a. Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), polanapas
(hipoventilasi, hiperventilasi, dll).
3. Integritas ego
a. Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang
atau dramatis)
b. Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi.
4. Eliminasi
a. Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau
mengalami gangguan fungsi.
5. Makanan dan cairan
b. Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan
Selera makan.
c. Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.
6. Neurosensori.
a. Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo
b. Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma,
perubahan status mental,Kesulitan dalam menentukan posisi
tubuh.
7. Nyeri dan kenyamanan
18

a. Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan


lokasi yang berbeda, biasanya lama.
b. Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
8. Pernafasan
a. Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
9. Keamanan
b. Data Subyektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan.
c. Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif. Gangguan
rentang gerak.
B. Diagnosa keperawatan
1. DX 1: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
perdarahan
2. DX 2: Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau
luka penetrasi abdomen
3. DX 3: Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan
pembedahan, tidak adekuatnya pertahanan tubuh.
4. DX 4: Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake
yang kurang.
C. Perencanaan keperawatan

No.Dx Tujuan Rencana Rasionl


1. Tujuan: Setelah Mandiri
diberikan tindakan — Kaji tanda-tanda — untuk mengidentifikasi
keperawatan vital. defisit volume cairan.
diharapkan volume — mengidentifikasi
cairan tidak — Pantau cairan keadaan perdarahan,
mengalami parenteral dengan serta Penurunan
kekurangan. elektrolit, antibiotik sirkulasi volume
Kriteria hasil: dan vitamin cairan menyebabkan
kekeringan mukosa
dan pemekatan urin.
19

 Intake dan Deteksi dini


output memungkinkan terapi
seimbang pergantian cairan
 Turgor kulit baik segera.
 Perdarahan (-) — Kaji tetesan infus. — awasi tetesan untuk
mengidentifikasi
Kolaborasi : kebutuhan cairan.
— Berikan cairan — cara parenteral
parenteral sesuai membantu memenuhi
indikasi. kebutuhan nuitrisi
tubuh.
— Cairan parenteral ( — Mengganti cairan dan
IV line ) sesuai elektrolit secara
dengan umur. adekuat dan cepat.
— Pemberian tranfusi — menggantikan darah
darah. yang keluar.
2. Tujuan: setelah Mandiri
diberikan tindakan — Kaji karakteristik — Mengetahui tingkat
keperawatan nyeri. nyeri klien.
diharapkan nyeri — Beri posisi semi — Mengurngi kontraksi
dapat hilang atau fowler. abdomen
terkontrol. — Anjurkan tehnik — Membantu
Kriteria hasil: manajemen nyeri mengurangi rasa nyeri
 Skala nyeri 0 seperti distraksi dengan mengalihkan
 Ekspresi tenang — Managemant perhatian
lingkungan yang — lingkungan yang
nyaman. nyaman dapat
memberikan rasa
— Kolaborasi nyaman klien
pemberian analgetik
sesuai indikasi.
20

— analgetik membantu
mengurangi rasa
nyeri.
3. Tujuan: setelah Mandiri
diberikan tindakan — Kaji tanda-tanda — Mengidentifikasi
keperawatan infeksi. adanya resiko infeksi
diharapkan infeksi lebih dini.
tidak terjadi. — Kaji keadaan luka. — Keadaan luka yang
Kriteria hasil: diketahui lebih awal
 Tanda-tanda dapat mengurangi
infeksi (-) resiko infeksi.
 Leukosit 5000- — Kaji tanda-tanda — Suhu tubuh naik dapat
10.000 mm3 vital. di indikasikan adanya
proses infeksi.
— Menurunkan resiko
— Lakukan cuci terjadinya
tangan sebelum kontaminasi
kntak dengan mikroorganisme.
pasien. — Dengan pencukuran
— Lakukan pencukuran klien terhindar dari
pada area operasi infeksi post operasi
(perut kanan bawah — Teknik aseptik dapat
— Perawatan luka menurunkan resiko
dengan prinsip infeksi nosokomial
sterilisasi. — Antibiotik mencegah
— Kolaborasi adanya infeksi bakteri
pemberian antibiotik dari luar.
4. Tujuan: setelah Mandiri
diberikan tindakan — Keletihan berlanjut
keperawatan menurunkan
21

diharapkan nutrisi — Ajarkan dan bantu keinginan untuk


pasien terpenuhi klien untuk istirahat makan.
Kriteria hasil: sebelum makan — Adanya pembesaran
 Nafsu makan — Awasi pemasukan hepar dapat menekan
meningkat diet/jumlah kalori, saluran gastro
 BB Meningkat tawarkan makan intestinal dan
 Klien tidak lemah sedikit tapi sering menurunkan
dan tawarkan pagi kapasitasnya.
paling sering.
— Pertahankan — Akumulasi partikel
hygiene mulut yang makanan di mulut
baik sebelum makan dapat menambah
dan sesudah makan baru dan rasa tak
. sedap yang
menurunkan nafsu
makan.
— Anjurkan makan — Menurunkan rasa
pada posisi duduk penuh pada abdomen
tegak. dan dapat
meningkatkan
pemasukan.
— Berikan diit tinggi — Glukosa dalam
kalori, rendah lemak karbohidrat cukup
efektif untuk
pemenuhan energi,
sedangkan lemak sulit
untuk
diserap/dimetabolism
e sehingga akan
membebani hepar..
22

D. Evaluasi
Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien
dengan trauma abdomen diharapkan sebagai berikut:
1. Kebutuhan cairan terpenuhi.
2. nyeri dapat hilang atau terkontrol.
3. Tidak terjadinya infeksi
4. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
23

BAB IV
PENUTUP

A. Keimpulan
Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan langsung
pada rongga abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan
pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas,
ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar,
pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur
abdomen. Trauma abdomen disebabkan oleh Kecelakaan lalu lintas,
penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian
B. Saran
1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih
meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pada trauma
abdomen untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal
dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara
berkesinambungan.
2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya
dengan pengobatan karena bagaimanapun teraturnya
pengobatan tanpa perawatan yang sempurna maka
penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu
perlu adanya penjelasan pada klien dan keluarga mengenai
manfaat serta pentingnya kesehatan.
3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami
dan menerapkan asuhan keperawatan yang benar pada klien
dengan trauma abdomen.
24

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC


2. Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3.
Jakarta : EGC
3. Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius
FKUI : Jakarta
4. Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik.
Jakarta : EGC
5. Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai