Anda di halaman 1dari 5

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pada tahap ini, penulis membedakan kesenjangan antara diagnosa teoritis dengan yang ditemukan pada
kasus menurut Doenges, Marilynn E. (Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC,2000).

Dari Diagnosa menurut Doenges, Penulis mengemukakan bahwa diagnosa yang sesuai dengan kasus
yang dialami Tn.T, yaitu:

1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit)

2. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah)

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op.

Diagnosa keperawatan ini muncul karena kurangnya pengetahuan tentang perawatan dan penyakit
berhubungan dengan status kesehatan Tn.T. tentang batasan tolerasi aktifitas pasien.

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Dalam menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan Herniatomi, penulis membuat sesuai
dengan tujuan dan kriteria hasil, sehingga tujuan yang telah ditetapkan tercapai seperti perencanaan
yang terdapat pada kasus dan tidak berbanding terbalik dengan teoritis yang dikemukakan para ahli.

1. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit).

Rencana Keperawatan:

a. Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien.

b. Mengajarkan tehnik relaksasi.

c. Memberikan posisi semi fowler.

d. Memerikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa sakit.

e. Kolaborasi dalam pemberian terapi.

2. Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah)

Rencana Keperawatan:

a. Mengkaji pengalaman nyeri pasien, tentukan tingkat nyeri yang dialami.

b. Memantau keluhan nyeri.

c. Mengajarkan tehnik relaksasi.


d. Menganjurkan mobilisasi dini.

e. Kolaborasi dalam pemberian terapi.

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op.

Rencana Keperawatan:

a. Menjelaskan batasan aktifitas pasien sesuai kondisi

b. Meningkatkan aktifitas secara bertahap.

c. Merencanakan waktu istirahat sesuai jadwal.

d. Memotivasi peningkatan dan beri penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.

D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Pelaksanaan tindakan keperawatan mengacu pada perencanaan yang telah disusun dalam perencanaan
keperawatan. Pada tahap ini penulis melakukan tindakan berdasarkan prioritas masalah yang ditetapkan.
Semua intervensi yang direncanakan telah dilakukan, dalam melakukan implementasi, pasien dan
keluarga sangat antusias dalam membantu terlaksananya proses pelaksanaan, sehingga tercapainya
tujuan yang diharapkan.

Pada diagnosis nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit), telah dilakukan tindakan
keperawatan, yaitu: Mengkaji tanda-tanda nyeri pasien, mengajarkan tehnik relaksasi, memberikan
posisi semi fowler, memberikan informasi yang akurat untuk mengurangi rasa sakit, dan kolaborasi dalam
pemberian terapi.

Pada diagnosis nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah), telah dilakukan
tindakan keperawatan, yaitu: Mengkaji pengalaman nyeri pasien, dan menetukan tingkat nyeri yang
dialami, memantau keluhan nyeri, mengajarkan tehnik relaksasi, menganjurkan mobilisasi dini dan
kolaborasi dalam pemberian terapi.

Pada diagnosis Intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op, telah
dilakukan tindakan keperawatan, yaitu: Menjelaskan batasan aktifitas pasien sesuai kondisi,
meningkatkan aktifitas secara bertahap, merencanakan waktu istirahat sesuai jadwal, memotivasi
peningkatan dan memberi penghargaan pada kemajuan yang telah dicapai.
E. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari Asuhan Keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosa, perencanaan dan tindakan keperawatan. Pada tahap ini, penulis akan mengevaluasi hasil
tindakan yang telah dilakukan. Dari ketiga diagnosa tersebut, akan penulis paparkan penjelasan tentang
hasil evaluasi pada kasus Tn.T.

Diagnosa nyeri berhubungan dengan trauma jaringan (usus terjepit), masalah teratasi sebagian, karena
pasien mengatakan rasa nyeri telah berkurang pada luka insisi pembedahan. Hasil evaluasi: pasien
terlihat lebih rileks dan keluhan nyeri berkurang.

Diagnosa nyeri berhubungan dengan trauma jaringan post-op (insisi bedah) masalah sudah teratasi,
karena pada saat dilakukan perawatan, luka tampak luka bersih, tidak terdapat perdarahan dan
pembengkakan, serta daerah di sekitar luka operasi tidak terjadi kemerahan/infeksi, tanda-tanda vital
dalam batas normal. Hasil evaluasi: Skala nyeri sedang, keluhan nyeri berkurang, dan pasien dapat
istirahat dengan tenang.

Diagnosa intoleransi aktifitas berhubungan dengan respon tubuh akibat luka post-op, masalah telah
teratasi. Karena pada hari kedua setelah post-op pasien sudah mampu duduk dan melakukan aktifitas
eliminasi sendiri. Pada hari ketiga pelaksanaan asuhan keperawatan pasien sudah dapat berjalan dan
diizinkan untuk pulang. Hasil evaluasi: Pasien lebih rileks, dan keluhan nyeri 0.

BAB V

EVALUASI

A. KESIMPULAN

Setelah mendalami dengan teliti melalui pembandingan antara konsep medik dan konsep pemberian
asuhan keperawatan pada pasien Herniatomi dengan kenyataan kasus yang penulis hadapi, maka ada
beberapa hal yang dapat penulis simpulkan, diantaranya sebagai berikut.

Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang normal melalui sebuah
defek Kongenital atau yang didapat. Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan
isi abdomen (seperti Peritoneum, lemak, usus atau kandung kemih) memasuki defek tersebut, sehingga
timbul kantong berisikan materi abnormal. (dr. Jan Tambayong. Patofisiologi untuk Keperawatan.
Jakarta : EGC,2000.)

Penyebab penyakit Hernia dapat diakibatkan beberapa hal seperti :

1. Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko yang berhubungan
dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak dapat dicegah dengan cara
olahraga atau latihan-latihan.

2. Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena banyaknya lemak
yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan pengontrolan
berat badan.

3. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama pada daerah rahim dan
sekitarnya.

4. Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen.

5. Dan terlalu seringnya mengangkat beban berat.

Menurut Oswari E. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia,1993. Komplikasi yang dapat terjadi
dari Hernia Inguinalis adalah Hernia berulang, Kerusakan pada pasokan darah, testis dan saraf,
Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah, Luka pada usus (jika tidak hati-hati), Setelah
Herniografi dapat terjadi Hematoma, Fostes urin dan feses, Residip, dan Komplikasi lama merupakan
atropi testis karena lesi.

Melihat perkembangan penyakit Hernia dan masalah yang ditimbulkan, perlu deteksi dini untuk
mendapatkan tindakan yang tepat agar tidak terjadi komplikasi. Salah satu tindakan yang tepat adalah
pembedahan, karena pembedahan akan menyingkirkan atau mengurangi gejala dari komplikasi.

Lingkungan dan pola hidup serta aktifitas pasien juga mendukung timbulnya penyakit yang ada
hubungannya dengan resiko timbulnya Hernia. Ini diperlukan peningkatan pengetahuan tentang
penyakit, perawatan dan pengobatan kepada pasien untuk dapat membantu proses penyembuhan
penyakit.

Hernia kongenital disebabkan oleh penutupan struktural cacat atau yang berhubungan dengan
melemahnya otot-otot normal. Hernia diklasifikasikan menurut lokasi di mana mereka muncul. Sekitar
75% dari hernia terjadi di pangkal paha. Ini juga dikenal sebagai hernia inguinalis atau femoralis. Sekitar
10% adalah hernia ventral atau insisional dinding abdomen, 3% adalah Hernia umbilikalis. Jenis lain
dapat mencakup hiatus hernia dan diafragmatik Hernia.

Anda mungkin juga menyukai