Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMEN SPEKTROSKOPI

PERCOBAAN I

PENENTUAN KADAR BESI (Fe) DALAM SAMPEL AIR LIMBAH

DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

OLEH:

NAMA : WAHYUNINGSIH

STAMBUK : F1C1 16 084

KELOMPOK : X (SEPULUH)

ASISTEN : ARINI SETIAWATI

LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan kota dan kemajuan industri yang semakin pesat memberi

pengaruh buruk terhadap lingkungan terutama lingkungan laut yang banyak

digunakan sebagai tempat pembuangan akhir berbagai jenis limbah, baik limbah

industri maupun limbah rumah tangga. Limbah yang masuk ke laut tersebut

mengandung berbagai macam polutan termasuk logam berat seperti timbal (Pb),

besi (Fe), kromium (Cr), kadmium (Cd) dan lain-lain. Logam ini pada mulanya

berada dalam konsentrasi kecil namun apabila limbah yang masuk semakin

banyak, maka secara perlahan-lahan logam-logam tersebut akan mengakibatkan

pencemaran terhadap lingkungan laut. Keberadaan logam terutama logam berat

dalam lingkungan laut dengan konsentrasi di atas normalnya, selain dapat

mempengaruhi kelangsungan hidup biota laut juga dapat menyebabkan perubahan

fungsi fisiologis dari logam itu terhadap mahluk hidup. Hal ini terjadi karena

logam berat mempunyai sifat komulatif, akibatnya dapat berada dalam mahluk

hidup dengan kosentrasi yang mematikan atau berefek kronis.

Kadar besi dalam sampel air dapat ditentukan dengan beberapa teknik,

salah satunya adalah teknik spektrofotometri. Teknik spektrofotometri adalah

teknik untuk mengukur serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan

berwarna pada panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan

monokromator prisma yang berfungsi untuk mengubah sinar polikromatis menjadi

sinar monokromatis sesuai dengan yang dibutuhkan. Keuntungan penggunaan


metode ini yaitu dapat menentukan kadar besi yang konsentrasinya sangat kecil.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan percobaan penentuan kadar besi

dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis untuk menentukan kadar

besi dalam sampel air sumur.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam percobaan Penentuan Kadar Besi (Fe) dalam

Sampel Air Limbah dengan Metode Spektrofotometer UV-Vis adalah bagaimana

menentukan kadar Fe(II) dalam sampel air sumur dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis?

C. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam percobaan Penentuan Kadar Besi (Fe)

dalam Sampel Air Limbah dengan Metode Spektrofotometer UV-Vis adalah

untuk menentukan kadar Fe(II) dalam sampel air sumur dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis.

D. Manfaat

Manfaat yang diperoleh pada percobaan Penentuan Kadar Besi (Fe) dalam

Sampel Air Limbah dengan Metode Spektrofotometer UV-Vis adalah dapat

menentukan kadar Fe(II) dalam sampel air sumur dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Spektrofotometri UV-Vis adalah salah satu teknik yang paling sering

digunakan dalam analisis farmasi. Spektofotometri UV-Vis melibatkan

pengukuran jumlah radiasi ultraviolet atau cahaya tampak yang diserap oleh zat

dalam larutan. Instrumen yang mengukur rasio, atau fungsi rasio, dari intensitas

dua berkas cahaya di wilayah UV-Visible disebut spektrofotometer UV-Vis

Dalam analisis kualitatif, senyawa organik dapat diidentifikasi dengan

menggunakan spektrofotometer, jika data yang tercatat tersedia dan analisis

spektrofotometri kuantitatif digunakan untuk memastikan jumlah spesies

molekuler yang menyerap radiasi. Teknik spektrofotometri sederhana, cepat,

cukup spesifik dan berlaku untuk sejumlah kecil senyawa. Hukum dasar yang

mengatur analisis spektrofotometri kuantitatif adalah hukum Lambert Beer

(Behera dkk., 2012).

Spektroskopi UV-Vis digunakan untuk mendapatkan spektrum absorbansi

senyawa dalam larutan atau sebagai padatan. Pengukuran secara spektroskopi

adalah mengukur absorbansi energi cahaya atau radiasi elektromagnetik, yang

menggerakkan elektron dari keadaan dasar ke keadaan tereksitasi pertama dari

senyawa atau material. Wilayah energi UV-visible untuk spektrum

elektromagnetik meliputi 1,5 - 6,2 eV yang berhubungan dengan kisaran panjang

gelombang 800-200 nm. Hukum Beer-Lambert adalah prinsip dibalik

spektroskopi absorbansi. Untuk panjang gelombang tunggal, A adalah absorbansi

(satuan kurang, biasanya dilihat sebagai satuan arb. atau unit arbitrary), adalah
absorptivitas molar senyawa atau molekul dalam larutan (M-1cm-1), b adalah

panjang lintasan kuvet atau pemegang sampel (biasanya 1 cm), dan c adalah

konsentrasi larutan (M) (Shah dkk., 2015).

Logam Fe merupakan logam essensial yang keberadaannya dalam jumlah

tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah berlebih

dapat menimbulkan efek racun. Tingginya kandungan logam Fe akan berdampak

terhadap kesehatan manusia diantaranya bisa menyebabkan keracunan (muntah),

kerusakan usus, penuaan dini hingga kematian mendadak, radang sendi, cacat

lahir, gusi berdarah, kanker, sirosis ginjal, sembelit, diabetes, diare, pusing,

mudah lelah, hepatitis, hipertensi, insomnia. Buangan industri yang mengandung

persenyawaan logam berat Fe bukan hanya bersifat toksik terhadap tumbuhan

tetapi juga terhadap hewan dan manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat

logam berat yang sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam

lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami sulit dihilangkan, dapat

terakumulasi dalam biota perairan termasuk kerang, ikan dan sedimen

(Supriyantini dan Hadi, 2015).

Pembentukan senyawa kompleks besi dapat dilakukan dengan

mengomplekskan besi terhadap senyawa pengompleks tertentu. Senyawa

pengompleks yang dapat digunakan diantaranya molybdenum, selenit,

difenilkarbazon, dan fenantrolin. Pengompleks yang akan digunakan dalam

penelitian ini yaitu 1,10-fenantrolin karena secara umum fenantrolin dapat

digunakan untuk pengompleks besi tanpa menggunakan zat pengadsorbsi dan

tidak memerlukan waktu yang lama. Pengompleksan besi dengan menggunakan


1,10-fenantrolin akan menghasilkan pewarnaan merah jingga, yang disebabkan

pembentukan kation kompleks [Fe(C12H8N2)3]2+. Selain itu dalam penentuan

larutan standar besi dengan 1,10-fenantrolin secara spektrofotometri absorbansi

tidak berubah dalam waktu tertentu. Warna merah jingga dari kompleks yang

dihasilkan ini stabil pada kisaran pH 2-9. Oleh karena itu penelitian dapat

dilakukan pada range pH asam maupun basa. Warna merah jingga terjadi pada

rentang 480 nm-560 nm sehingga dalam penelitian ini diukur dalam

spektrofotometer visible (Dianawati dan Djarot, 2013).

Senyawa kompleks pada logam juga dikenal sebagai kompleks koordinasi.

Kompleks logam adalah struktur yang terdiri dari atom pusat atau ion (logam)

yang terikat dengan anion (ligan). Senyawa yang mengandung kompleks

koordinasi disebut senyawa koordinasi. Senyawa yang mengandung logam

memiliki kemampuan untuk mengkoordinasikan ligan dalam konfigurasi tiga

dimensi. Keadaan oksidasi logam juga merupakan pertimbangan penting dalam

desain senyawa koordinasi, mengingat bahwa hal itu memungkinkan partisipasi

dalam kimia redoks biologis dan memainkan peran yang berpengaruh dalam dosis

optimal dan bioavailabilitas agen yang diberikan (Baile dkk., 2015).


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Percobaan Penentuan Kadar Besi (Fe) dalam Sampel Air Limbah dengan

Metode Spektrofotometer UV-Vis dilaksanakan pada hari Senin, 22 Oktober 2018

pukul 15.25-17.45 WITA dan bertempat di Laboratorium Kimia Fisika, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari.

B. Alat Dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada Penentuan Kadar Besi (Fe) dalam Sampel

Air Limbah dengan Metode Spektrofotometer UV-Vis adalah Spektofotometer

UV-Vis, labu takar (25 mL dan 100 mL), gelas kimia 100 mL, botol semprot,

spatula, corong (Jasco V-630), labu takar (50 ml dan 100 mL), corong, gelas

kimia 100 mL, pipet ukur (1 mL, 5 mL dan 10 mL), pipet tetes dan batang

pengaduk.

2. Bahan

Bahan- bahan yang digunakan pada percobaan Penentuan Kadar Besi (Fe)

dalam Sampel Air Limbah dengan Metode Spektrofotometer UV-Vis adalah

garam feri amonium sulfat (Fe(NH4)2(SO4)2, larutan hidroksil alanin-HCl 5%,

larutan fenontralin 0,1%, natrium asetat (CH3COONa) 5%, akuades (H2O), asam

sulfat (H2SO4) 2 M dan sampel air sumur.


C. Prosedur Kerja

1. Pembuatan larutan baku Fe (II) 100 ppm

Garam Fe (NH4OH)2(SO4).6H2O

- ditimbang sebanyak 0,07 gram


- dimasukan ke dalam gelas kimia 100 mL
- dilarutkan dengan aquades
- diaduk hingga larut
- dituangkan ke dalam labu takar 100 mL
- ditambahkan 5 mL asam sulfat 2 M
- ditambahkan aquades hingga tanda tera
- dihomogenkan

Larutan dalam labu takar 100 mL


Larutan Fe (II) 100 ppm

2. Preparasi deret standar dan sampel

a. Preparasi larutan standar Fe (II) 1 ppm

Larutan Fe 100 mL

- dipepet sebanyak 0,2 mL


- dimasukkan dalam labu takar 25 mL
- ditambahkan 1 mL larutan hidroksilamin-
HCl 5%, 8 mL larutan Natrium Asetat 5%
dan 5 mL larutan 1,10-fenantrolin 0,1%
- ditambahkan aquades hingga tanda tera
- dihomogenkan
- didiamkan selama ±10 menit sebelum
pengukuran dilakukan

Larutan Fe (II) 1 ppm


b. Preparasi larutan standar Fe (II) 2 ppm

Larutan Fe 100 mL

- dipepet sebanyak 0,5 mL


- dimasukkan dalam labu takar 25 mL
- ditambahkan 1 mL larutan hidroksilamin-
HCl 5%, 8 mL larutan Natrium Asetat 5%
dan 5 mL larutan 1,10-fenantrolin 0,1%
- ditambahkan aquades hingga tanda
tera
- dihomogenkan
- didiamkan selama ±10 menit sebelum
pengukuran dilakukan
-
Larutan Fe (II) 2 ppm

c. Preparasi larutan standar Fe (II) 3 ppm

Larutan Fe 100 mL

- dipepet sebanyak 0,75 mL


- dimasukkan dalam labu takar 25 mL
- ditambahkan 1 mL larutan hidroksilamin-
HCl 5%, 8 mL larutan Natrium Asetat 5%
dan 5 mL larutan 1,10-fenantrolin 0,1%
- ditambahkan aquades hingga tanda tera
- dihomogenkan
- didiamkan selama ±10 menit sebelum
pengukuran dilakukan

Larutan Fe (II) 3 ppm


d. Preparasi larutan standar Fe (II) 4 ppm

Larutan Fe 100 mL

- dipepet sebanyak 0,1 mL


- dimasukkan dalam labu takar 25 mL
- ditambahkan 1 mL larutan hidroksilamin-
HCl 5%, 8 mL larutan Natrium Asetat 5%
dan 5 mL larutan 1,10-fenantrolin 0,1%
- ditambahkan aquades hingga tanda tera
- dihomogenkan
- didiamkan selama ±10 menit sebelum
pengukuran dilakukan

Larutan Fe (II) 4 ppm

e. Preparasi larutan standar Fe (II) 5 ppm

Larutan Fe 100 mL

- dipepet sebanyak 1,25 mL


- dimasukkan dalam labu takar 25 mL
- ditambahkan 1 mL larutan hidroksilamin-
HCl 5%, 8 mL larutan Natrium Asetat 5%
dan 5 mL larutan 1,10-fenantrolin 0,1%
- ditambahkan aquades hingga tanda tera
- dihomogenkan
- didiamkan selama ±10 menit sebelum
pengukuran dilakukan

Larutan Fe (II) 5 ppm


f. Preparasi sampel

Sampel air sumur

- dipepet sebanyak 5 mL
- dimasukkan dalam labu takar 25 mL
- ditambahkan 1 mL larutan hidroksilamin-
HCl 5%, 8 mL larutan Natrium Asetat 5%
dan 5 mL larutan 1,10-fenantrolin 0,1%
- ditambahkan aquades hingga tanda
tera
- dihomogenkan

Larutan sampel

3. Pembuatan larutan blanko

8 mL CH3COONa 5% 5 mL 1,10-fenantrolin 1 mL Hidroksilamin-HCL


0,1% 5%

- dimasukkan dalam labu ukur 25 mL


- ditambahkan akuades sampai tanda tera
dikocok hingga homogen

Hasil pengamatan

4. Penentuan panjang gelombang maksimum

Larutsn standar 3 ppm

- dimasukkan kedalam kuvet


- diukur absorban oada panjang
gelombang 400-600 nm dengan jarak
rentan 10 nm
- dicatat
- dicatat adsorbans pada setiap panjang
gelombang yang dianalisis
Hasil Pengamata
Hasil pengamatan

5. Pengukuran deret standar dan sampel

Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan


standar 1 ppm standar 2 ppm standar 3 ppm standar 4 ppm standar 5 ppm

- diukur masing-masing larutan pada panjang


gelombang maksimum
- dicatat absorbansi masing-masing larutan
- dibuat kurva kalibrasi

Hasil pengamatan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Data Pengamatan

No. Konsentrasi larutan besi (ppm) Absorban (A)


1. 1 0,142
2. 2 0,282
3. 3 0,314
4. 4 0,378
5. 5 0,431
6. Larutan sampel 0,355

2. Grafik

Grafik hubungan konsentrasi Vs Absorban

0.5
y = 0,067x + 0,107
Absorbans (Abs)

0.4 R² = 0,940

0.3

0.2 Absorbans
Linear (Absorbans)
0.1

0
0 2 4 6
Konsentrasi (ppm)

3. Analisis Data

Berdasarkan pada grafik hubungan konsentrasi dan absorbansi didapatkan

persamaan garis, y = 0,067x + 0,107 sehingga konsentrasi Fe (II) dapat dihitung

sebagai berikut :
 Sampel air sumur

y = 0,067x + 0,107v

dengan mensubtitusi nilai absorbansi larutan sampel pada variabel y maka,

y = ax +b

y = 0,067x + 0,107

0.355 = 0,067x + 0,107

y-b
x=
a

0,355 - 0,107
x=
0,067

x = 3,701 ppm

Jadi, kadar besi dalam larutan sampel air sumur adalah 3,701 ppm.

B. Pembahasan

Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu metode analisis yang

memiliki prinsip spektrofotometri dan merupakan proses pengukuran dalam

tahapan analisis. Metode Spektrofotometri Ultra-violet dan Sinar Tampak

berdasarkan pada hukum Lambert Beer. Hukum tersebut menyatakan bahwa

jumlah radiasi cahaya Tampak, Ultra-violet dan cahaya-cahaya lain yang diserap

atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi eksponen dari

konsentrasi zat dan tebal larutan.

Percobaan yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui kadar besi

Fe(II) dalam sampel air sumur dengan teknik spektrofotometri UV-Vis. Syarat

analisis dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis adalah sampel yang


dianalisis harus dapat membentuk kompleks yang bersifat stabil. Sehingga pada

penetuan kadar besi dalam air ditambahkan hidroksilamin-HCl 5% yang bertujuan

untuk mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. Besi dalam keadaan Fe2+ akan lebih stabil

dibandingkan besi Fe3+. Selain itu, syarat analisis dengan spektofotometer Uv-Vis

adalah larutan yang digunakan harus larutan berwarna agar absorbansinya dapat

diukur.

Tahap awal dari percobaan ini adalah mengukur absorbansi dari larutan

besi (II) yang direaksikan dengan larutan fenantrolin dan natrium asetat. Larutan

besi dibuat dengan konsentrasi yang berbeda-beda yakni larutan besi (II) dengan

kosentrasi 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, dan 5 ppm. Larutan tersebut divariasikan

guna mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap absorban yang dihasilkan.

Larutan besi ditambahkan fenantrolin sebab dalam keadan dasar larutan besi tidak

berwarna sehingga agar terbentuk senyawa kompleks yang berwarna dapat

dilakukan dengan penambahan larutan fenantrolin. Sedangkan penambahahan

natrium asetat bertujuan untuk mempertahankan pH larutan. Setiap kali

pengukuran aborbansi, alat spektrofotometri UV-Vis yang digunakan dinolkan

dengan larutan blanko. Larutan blanko yang digunakan adalah akuades yang

bertujuan sebagai pembanding. Dimasukannya larutan blanko ke dalam

spektrofotometri UV-Vis pada setiap pengukuran absorbansi dimaksudkan agar

yang terukur nantinya hanya absorbansi atau penyerapan zat yang diinginkan.

Dari hasil pengukuran absorbansi larutan besi (II) dengan konsentrasi yang

berbeda pada panjang gelombang 400 nm diperoleh absorbansi larutan besi (II)

untuk masing-masing konsentrasi dari 1 ppm hingga 5 ppm yaitu 0,142 A, 0,282
A, 0,314 A, 0,378 A dan 0,431 A. Setelah diketahui absorbansi dan panjang

gelombangnya maka dilakukan preparasi sampel air sumur.

Preparasi sampel air sumur bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

kandungan besi yang terdapat dalam sampel. Hasil pegukuran diperoleh

absorbansi larutan sampel sebesar 0,355 A. Untuk mengetahui kadar besi dalam

sampel dapat dilakukan dengan membuat grafik hubungan antara absorbansi dan

konsetrasi dari larutan standar. Dari grafik yang dibuat didapatkan persamaan

garis y = 0,067x + 0,107 dari persamaan garis tersebut dapat dihitung kadar Fe

dalam sampel. Berdasarkan analisis data diperoleh kadar besi dalam sampel

tersebut sebanyak 3,071 ppm. Standar atau kadar besi maksimum yang

diperbolehkan dalam air minum adalah 0,3 ppm. Sementara kadar besi sampel

yang diuji mengandung logam besi sebesar 3,701 ppm. Hal ini menunjukkan

bahwa air tersebut tidak layak untuk dikonsumsi karena kadar besinya terlalu

besar.
V. KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa

konsentrasi besi dalam air dapat ditentukan dengan mengukur spektrum serapan

dari masing-masing larutan standar dengan menggunakan spektrofotometer UV-

Vis dan membandingkan absorbansinya dengan air yang akan ditentukan

konsentrsi besinya. Kadar besi dalam sampel adalah 3,701 ppm yang berarti air

tersebut tidak layak untuk dikonsumsi.


DAFTAR PUSTAKA

Baile, M.B., Kolhe, N.S., Deotarse, P.P., Jain A.S., and Kulkarni, A.A., 2015,
Metal Ion Complex Potential Anticancer Drug a Review, International
Journal of Pharma, 4(8).

Behera, S., Subhajit G., Fahad A., Saayak S. and Sritoma B., 2012, UV-Visible
Spectrophotometric Method Development and Validation of Assay of
Paracetamol Tablet Formulation, Journal of Analytical & Bioanalytical
Techniques, 3(6).

Dianawati S. dan Djarot K.S., 2013, Studi Gangguan Ag(I) dalam Analisa Besi
dengan Pengompleks 1,10-Fenantrolin pada pH 4,5 secara
Spektrofotometri UV-Vis, Jurnal Sains Dan Seni Pomits, 2(2).

Shah, R.S., Rajashri B.P., and Pranit P.P., 2015, International Journal of
Institutional Pharmacy and Life Sciences, International Journal of
Institutional Pharmacy and Life Sciences, 5(5).

Supriyantini, E. dan Hadi E., 2015, Kandungan Logam Berat Besi (Fe) pada Air,
Sedimen, dan Kerang Hijau (Perna viridis) Di Perairan Tanjung Emas
Semarang, Jurnal Kelautan Tropis, 18(1).

Anda mungkin juga menyukai