FILSAFAT HUKUM
HUBUNGAN HUKUM DAN KEKUASAAN
Disusun oleh:
2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................
C. TUJUAN.............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. HUKUM.............................................................................................................
B. KEKUASAAN...................................................................................................
C. HUBUNGAN HUKUM DENGAN KEKUASAAN.......................................
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN...................................................................................................
B. SARAN...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Law is a system of standardized norms regulating human conduct, deliberalely established for
the purpose of social control. Law are interpreted and enforced by formal public (political)
authority, rather than by custom. (see also: cicil law, class law, criminal law).
Jika kita terjun ke dalam kenyataan kehidupan sehari-hari maka kita akan dapat benar-benar
menyaksikan hal-hal yang diuraikan pada bagian terdahulu,yaitu yang membicarakan tentang
hukum sebagai suatu institusi sosial. Di situ kita melihat, bahwa bekerjanya hukum itu memang
tidak dapat dilepaskan dari pelayanan yang di berikanya kepada masyarakat (di sekelilingnya).
Singkat kata, hukum itu tidak bekerja menurut ukuran dan pertimbanganya sendiri, melainkan
dengan memikirkan dan mempertimbangkan apa yang baik untuk di lakukannya bagi masyarakat.
menjalankan fungsi hukum, seperti misalnya sebagai kekuatan pengintegrasi atau pengkoordinasi
proses-proses dalam masyarakat. Kita bisa mengatakan,bahwa hukum tanpa kekuasaan akan
Secara singkat dapat dikatakan bahwa “Hukum tanpa kekuasaan adalah angan-angan,
kekuasaan tanpa hukum adalah kelaliman”.[1] Kekuasaan itu tidak tidak selalu menyertai
kekuatan dan sebaliknya. Ini disebabkan karena kekuasaan tidak selalu, bahkan sering tidak
bersumber pada kekuatan fisik. kekuasaan merupakan suatu unsur yang mutlak dalam suatu
masyarakat hukum dalam arti masyarakat yang diatur oleh dan berdasarkan hukum.[2]
B. Rumusan Masalah
Berdasrakan rumusan masalah di atas, adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
BAB II
PEMBAHASAN
A. HUKUM
Hukum merupakan peraturan-peraturan yang bersifat memaksa yang menentukan tingkah
laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yand dibuat oleh badan-badan resmi pemerintah,
dan pelanggaran terhadap peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan, berdasarkan penafsiran
kelembagaan. Dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan
masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan sosial
antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan
cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi
penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan politik serta cara
pandangan, namun pengertian itu dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu:
Pertama, hukum diartikan sebagai nilai-nilai. Misalnya Viktor Hugo yang mengartikan
hukum sebagai kebenaran dan keadilan. Grotiusmengemukakan bahwa hukum adalah suatu
aturan moral tindakan yang wajib yang merupakan sesuatu yang benar. Pembahasan hukum
dalam konteks nilai-nilai berarti memahami hukum secara filosofi karena nilai -nilai merupakan
definisi hukum dalam perspektif ini terlihat dalam pandangan Salmond yang mengatakan
“hukum merupakan kumpulan asas-asas yang diakui dan diterapkan oleh negara di dalam
peradilan”
Ketiga, hukum diartikan sebagai kaidah atau aturan tingkah laku dalam kehidupan
masyarakat. Vinogradoff mengartikan hukum sebagai seperangkat aturan yang diadakan dan
dilaksanakan oleh suatu masyarakat dengan menghormati kebijakan dan pelaksanaan kekuasaan
atas setiap manusia dan barang. Pengertian yang sama dikemukakan oleh Kantorowich, yang
berpendapat bahwa hukum adalah suatu kumpulan aturan sosial yang mengatur perilaku lahir dan
berdasarkan pertimbangan.
Menurut Prof. Subekti, SH., hukum itu mengabdi pada tujuan negara yaitu mencapai
kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya dengan cara menyelenggarakan keadilan. Keadilan itu
menuntut bahwa dalam keadaan yang sama tiap orang mendapat bagian yang sama pula.
Unsur-unsur hukum meliputi :
a) Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam bermasyarakat
b) Peraturan tersebut dibuat oleh badan yang berwenang
c) Peraturan itu secara umum bersifat memaksa
d) Sanksi dapat dikenakan bila melanggarnya sesuai dengan ketentuan atau perundang
hukum yang hidup di dalam masyarakat. Yang mengatur tingkah laku masyarakat, untuk
mewujudkan cita-cita dalam masyrakat, merupakan hasil karya masyarakat, dan merupakan
yang mengatur kehidupan rakyat, yang mencakup nilai, norma kebaikan yang diterima dan
B. KEKUASAAN
Kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain; artinya
kemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu atau kelompok. Kekuasaan juga
Kekuasaan tidak sama dengan wewenang, wewenang tanpa kekuasaan atau kekuasaan tanpa
wewenang akan menyebabkan konflik dalam organisasi. Secara umum ada dua bentuk
kekuasaan:
a. Kekuasaan pribadi, kekuasaan yang didapat dari para pengikut dan didasarkan pada
laku yang menyebabkan perubahan sikap atau tingkah laku orang lain atau kelompok.
Kekuasaan tidak begitu saja diperoleh individu, ada 5 sumber kekuasaan menurut John
memberi penghargaan pada orang lain yang dipengaruhi untuk melaksanakan perintah.
dipengaruhi kalau tidak memenuhi perintah atau persyaratan. (teguran sampai hukuman).
c) Kekuasaan sah (legitimate power)
Kekuasaan formal yang diperoleh berdasarkan hukum atau aturan yang timbul dari
Kekuasaan yang didasarkan pada persepsi atau keyakinan bahwa pemberi pengaruh
mempunyai keahlian relevan atau pengetahuan khusus yang tidak dimiliki oleh orang yang
Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang didasarkan pada
indentifikasi pemberi pengaruh yang menjadi contoh atau panutan bagi yang dipengaruhi.
mengenai cara agar behasil dalam organisasi- dapat menjadi sumber kekuasan informal,
terutama bila sponsor menikmati kekuasaan yang cukup besar Kekuasaan adalah fakta
Hukum dan kekuasaan merupakan dua hal yang berbeda namun saling mempengaruhi satu
sama lain. Hukum adalah suatu sistem aturan-aturan tentang perilaku manusia. Sehingga hukum
tidak merujuk pada satu aturan tunggal, tapi bisa disebut sebagai kesatuan aturan yang
membentuk sebuah sistem. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu
kelompok untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau kelompok lain, sesuai dengan keinginan
perilaku. Bisa dibayangkan dampak apabila hukum dan kekuasaan saling berpengaruh. Di satu
sisi kekuasaan tanpa ada sistem aturan maka akan terjadi kompetisi seperti halnya yang terjadi di
alam.
Siapa yang kuat, maka dialah yang menang dan berhak melakukan apapun kepada siapa
saja. Sedangkan hukum tanpa ada kekuasaan di belakangnya, maka hukum tersebut akan
“mandul” dan tidak bisa diterima dengan baik oleh masyarakat. Hal ini karena masyarakat tidak
melakukan hal-hal yang di luar hukum yang telah dibuat dan di sisi lain pihak yang
mengeluarkan hukum tidak bisa melakukan paksaan ke masyarakat untuk mematuhi hukum.
Jadi, dapat dikatakan bahwa, kekuasaan perlu sebuah “kemasan” yang bisa memperebutkan
dan mempertahankan kekuasaan yaitu politik. Yang menjadi permasalahan adalah mana yang
menjadi hal yang mempengaruhi atau yang dipengaruhi. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa tidak bisa satu hal saja yang mempengaruhi hal yang dipengaruhi. Antara
hukum dan kekuasaan saling berpengaruh satu sama lain atau bisa disebut saling melengkapi.
Sehingga di satu sisi hukum yang dipengaruhi oleh kekuasaan begitu sebaliknya.
Namun tetap tidak dapat dipungkiri bahwa proporsi dari kekuasaan dalam mempengaruhi
hukum lebih berperan atau menyentuh ke ranah substansial dalam artian hukum dijadikan
dalam mempengaruhi kekuasaan hanya menyentuh ke ranah-ranah formil yang berarti hanya
mengatur bagaimana cara membagai dan menyelenggarakan kekuasaan seperti yang ada dalam
konstitusi.
rimba yang hanya berpihak kepada yang kuat dalam dimensi sosial. Disnilah hukum berperan
kekuasan. Hal tersebut bisa ditemui di konstitusi dimana konstitusi secara garis besar berisi
tentang Hak Asasi Manusia. Peran hukum dalam mengatur kekuasaan berada dalam lingkup
formil.
Kekuasaan yang diatur hukum merupakan untuk kepentingan masyarakat luas agar
masyarakat yang merupakan objek dari kekuasaan tidak menjadi korban dari kekuasaan.
Selain sebagai kepentingan masyarakat, hukum dalam mempengaruhi kekuasaan juga berguna
sebagai aturan bermain pihak-pihak yang ingin berkuasa atau merebut kekuasaan. Aturan
tersebut berguna sebagai cara main yang fair yang bisa mngkoordinir semua pihak yang
terlibat dalam kekuasaan. Hukum dalam hal ini tidsak hanya mengatur masyarakat tetapi juga
Eksistensi hukum tanpa ada kekuasaan yang melatarbelakanginya membuat hukum menjadi
mandul. Oleh karena itu perlunya suatu kekuasaan yang melatarbelakangi hukum. Muncul
pertanyaan bagaimana kekuasaan yang hanya dipegang oleh segelintir orang bisa dipercaya
untuk mempengaruhi hukum yang bertujuan untuk mengatur masyarakat. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut maka bisa didekati dengan metode konseptual bukan empiris karena
secara empiris kebanyakan hukum hanya digunakan untuk melegalkan kepentingan penguasa
saja.
Kekuasaan diperlukan oleh karena hukum bersifat memaksa. Tanpa adanya kekuasaan,
teratur suatu masyarakat, makin berkurang diperlukan dukungan kekuasaan. Hukum itu
sendiri sebenarnya juga adalah kekuasaan. Hukum merupakan salah satu sumber kekuasaan.
Selain itu hukum pun merupakan pembatas bagi kekuasaan, oleh karena kekuasaan itu
mempunyai sifat yang buruk, yaitu selalu merangsang pemegangnya untuk ingin memiliki
Pertama, hukum adalah kekuasaan itu sendiri Menurut Lessalle. Dari sudut kekuasaan,
aturan-aturan hukum yang tertuang dalam konstitusi suatu negara merupakan deskripsi
antara lembaga-lembaga negara. Hakekat hukum dalam konteks kekuasaan menurut Karl
Olivercona antara lain daripada “kekuatan yang terorganisasi”, dimana hukum adalah
dan bersifat hirarkis, kekuasaan tertinggi adalah kedaulatan, yaitu kekuasaan negara
secara definitif untuk memastikan aturan-aturan kelakuan dalam wilayahnya, dan tidak
ada pihak, baik di dalam maupun di luar negeri, yang harus dimintai ijin untuk
menetapkan atau melakukan sesuatu. Kedaulatan adalah hak kekuasaan mutlak, tertinggi,
tak terbatas, tak tergantung, dan tak terkecuali. Hak dapat pula diartikan sebagai
dilindungi oleh hukum dari orang lain, baik dengan sukarela maupun dengan paksaan.
Hukum ada karena kuasa yang sah dan sebaliknya perbuatan penguasa diatur oleh
hukum yang dibuatnya. Namun apabila terjadi pertentangan maka energi hukum sering
kalah kuat dengan energi kekuasaan. Akibatnya model hukum akan melahirkan hukum
yang bersifat konservatif dan ortodok. Sebaliknya dalam kekuasaan yang demokratifakan
melahirkan hukum yang bersifat responsif dan populis. Adapun yang dapat dijadikan
catatan, yaitu:
a) Hukum yang bersifat imperatif tetapi realitasnya tidak semua taat sehingga
batas-batas kekuasaaan.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Hukum dan kekuasaan adalah bahwa kekuasaan merupakan suatu unsur yang mutlak dalam
suatu masyarakat hukum dalam arti masyarakat yang diatur oleh dan berdasarkan hukum.
2. Kekuasaan adalah fenomena yang beraneka ragam bentuknya dan banyak macam sumbernya.
3. Hubungan hukum dan kekuasan dalam masyarakat dengan demikian dapat kita simpulkan
bahwa hukum memerlukan kekuasaan bagi pelaksanaannya, sebaliknya kekuasaan itu sendiri
ditentukan batas-batasnya oleh hukum. Secara teoritis hubungan antara hukum dan kekuasaan
memang sangat erat kaitannya, di mana hubungan antara hukum dan kekuasaan yaitu sebagai
das sollen hukum determinan atas kekuasaan karena setiap kekuasaan harus tunduk pada
aturan-aturan hukum:
Hukum merupakan produk kekuasaan, karena hukum merupakan resultante-resulatante
penguasa yang dibentuk tidak lain sebagai kristalisasi dari kehendak penguasa;
Hukum dan kekuasaan dalam konteks penegakan hukum di mana jelas bahwa hukum dan
kekuasaan kepada seseorang atau suatu pihak dalam suatu bidang tertentu. Kekuasaan itu
juga bersumber pada hukum yaitu ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur pemberian
wewenang tadi.
B. Saran
Adapun saran kami, antara lain sebagai berikut:
1. Semoga semakin banyak literatur yang membahas tentang hukum serta kekuasaan demi
http://blogperadilan.blogspot.com/2011/05/filsafat-hukum-hukum-dan-
http://indriindriyanii.blogspot.com/2012/11/hukum-dan-kekuasaan.html
http://samardi.wordpress.com/2011/11/01/hubungan-hukum-dan-kekuasaan/
http://lanlanrisdiana.blogspot.com/2013/02/makalah-hubungan-hukum-dan-kekuasaan.html