Anda di halaman 1dari 25

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PADA NY.S (89 TAHUN) DENGAN BRONCHOPNEUMONIA


DI RUANG UGD RS. PANTIWILASA CITARUM SEMARANG

Disusun oleh :

Mintarsih 17084xx

Rosdiana Tanikwele 17084xx

Theresia Luturjali 17089xx

Veronika Setyorini 1708577

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbecak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi didalam bronchi dan meluas di parenkim paru yang berdekatan
disekitarnya. Penyebab bronchopneumonia adalah peradangan karena
infeksi bakteri, virus, jamur, dan lain – lain.

Peradangan yang terjadi pada paru – paru menyebabkan gangguan


pernafasan terutama proses ventilasi dan difusi oksigen. Keadaan ini dapat
menyebabkan kegawatan, terutama bila terjadi pada anak – anak dan lanjut
usia. Keluhan sesak nafas sebagai tanda adanya perubahan status pernafasan
kearah kegawatan.

Angka kejadian pada usia anak dan geriatric adalah yang tertinggi
pada kasus kegawatan dengan bronchopneumonia. Berdasarkan hal tersebut,
maka kami tertarik untuk mengulas lebih dalam kasus kegawatan pada
pasien dengan bronchopneumonia.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Mahasiswa dapat memahami bronchopneumonia
1.2.2 Mahasiwa dapat memahami dan menerapkan asuhan keperawatan
kegawatdaruratan dan kritis
1.3 Metode Penulisan
Dalam penulisan dan penelitian makalah ini menggunakan sumber
sumber yang ada seperti buku buku yang berada di perpustakaan, dengan
teknologi seperti internet

1.4 Sistematika Penulisan


Penulisan makalah terdiri dari empat BAB.BAB I meliputi latar
belakang, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan.BAB II
2
meliputi tinjauan teori tentang bronchopneumoniadan jurnal mengenai
kasus tersebut. BAB III meliputi kasus dan asuhan keperawatan
kegawatdaruratan dan kritis pada pasien bronchopneumonia

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran berbecak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi
didalam bronchi dan meluas di parenkim paru yang berdekatan disekitarnya.

Bronchopneumoni disebut juga pneumonia lobularis, yaitu radang paru-


paru yang di sebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan lain- lain.

Bronchopneumonia/ pneumonia lobaris merupakan radang paru yang


menyebabkan bronkhioli terminal. Bronkhioli terminal tersumbat oleh eksudat
yang berbentuk bercak- bercak., kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi
atau membentuk gabungan dan meluas ke parenkim paru.

Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran


pernafasan atas, demam, infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan
daya tahan tubuh.

2.2 Etiologi
Secara umum bronchopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang normal dan
sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernapasan
yang terdiri atas : refleks glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan sillia
yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dari sekresi humoral setempat.

Broncopneumonia dapat disebabkan oleh:


a. Bakteri : streptococcus, straphylococcus, influenza
b. Virus : legionella pneumonia, virus influenza
c. Jamur : aspergilus, candida albicons
d. Aspirasi makanan, sekresi oropharing/isi lambung ke dalam paru
e. Kongesti paru kronik
f. Flora normal, hidrokarbon.
2.3 Patofisiologi
Sebagian besar penyebab bronkopneumonia adalah mikroorganisme
(jamur, bakter, virus) dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti
hidrokarbon (minyak tanah, bensin dan sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya
isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnmya mikroorganisme akan masuk
melalui percikan ludah ( droplet) infasi ini akan masuk ke saluran pernapasan
atas dan menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan
peradangan, dimana saat terjadi peradangan ini tubuh akan menyesuaikan diri
sehingga timbulah gejala demam pada penderita.

Reaksi peradangan ini akan menimbulkan secret. Semakin lama secret


semakin menumpuk di bronkus sehingga aliran bronkus menjadi semakin
sempit dan pasien akan merasa sesak. Selain terkumpul di bronkus, lama
kelamaan secret akan sampai ke alveolus paru dan mengganggu system
pertukaran gas di paru.

Selain menginfeksi saluran napas, bakteri ini juga dapat menginfeksi


saluran cerna saat ia terbawa oleh darah. Bakteri ini akan membuat flora
normal dalam usus menjadi agen pathogen sehingga timbul masalah GI tract.

2.4 Manifestasi Klinik


Biasanya didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas. Penyakit ini
umumnya timbul mendadak, suhu meningkat 39-40º C disertai menggigil,
napas sesak dan cepat, batuk-batuk yang non produktif “napas bunyi”
pemeriksaan paru saat perkusi redup, saat auskultasi suara napas ronchi basah
yang halus dan nyaring. Batuk pilek yang mungkin berat sampai terjadi
insufisiensi pernapasan dimulai dengan infeksi saluran bagian atas, penderita
batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia dan kesulitan menelan.

2
2.5 Pathway

2.6 Pengkajian Kegawatdaruratan


2.6.1. Keluhan utama
Pasien gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, disertai pernapasan
cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut.Kadang disertai
muntah dan atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan
muntah.

3
2.6.2. Pengkajian Primer
a. Airway : sumbatan jalan nafas yang terjadi karena penumpukan
secret di jalan nafas
b. Breathing : peningkatan frekuesi nafas, adanya dyspnea, batuk,
pernafan cuping hidung, retraks dinding dada
c. Circulation : sianosis sekitar mulut dan hidung, anemia pada
conjungtiva, capillary refill > 3 detik, perubahan nilai
analisa gas darah yang menunjukkan asidosis
respiratorik
d. Disability : kelemahan beraktivitas, kesadaran menurun karena
hipoksia jaringan
e. Eksposure/environtmeny/event: hipertermi, adanya infeksi saluran
pernafasan atas yang ditandai dengan batuk
2.6.3. Pengkajian Sekunder
a. Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
pernapasan bagian atas selama beberapa hari.Suhu tubuh dapat naik
sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena
demam yang tinggi.
b. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
c. Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
d. Anamnessa Singkat
Allergi : rhinitis merupakan efek alergi yang dapat
menyebabkan infekssi salurna nafas atas pemibu
bronchopneumonia
Medikasi : pengobatan terakhir untuk mengatasi infeksi
salurannnafas atas
Pain/Nyeri : nyeri pada dada karena tarikan otot pernafasan
mungkin muncul, nyeri pada ulu hati karena iritasi
lambung berkaitan dengan malaise
Last meal : penurunan nafsu makan mungkin terjadi

4
Event : kejadian infeksi saluran nafas di lingkungan sekitar
atau keadaan yang memungkinkan penurunan
imunitas tubuh
e. Pemeriksaan Head to Toe
Kepala : anemis pada conjungtiva, adanya pernafasan
cuping hidung, rhinitis, sianosis pada bibir
Paru – paru dan Jantung :
Inspeksi : adanya retraksi dinding dada. Pengembangan paru
yang tidak seimbang, frekuensi nafas meningkat >25
kali/menit, pernafasan cepat dan dangkal
Palpasi : peningkatan taktil fremitus, adanya takikardi
Perkusi : suara redup
Auskultasi : adanya suara nafas tambahan rochi, stridor
Ekstremitas : turgor kulit todak elastis, cailarry refiil > 3 detik,
sianosis, penurunan tonus otot, membram mukosa
kering akral hangat

2.7 Diagnosa Keperawatan


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan ketidakefektifan
batuk.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada
jaringan paru (perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis,
PaO2 menurun, sesak nafas.
c. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran nafas
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba panas.
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
suhu tubuh,kehilangan cairan karena berkeringat banyak, muntah atau
diare.

5
2.8 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1 Bersihan Jalan NOC: 1. Pastikan kebutuhan oral /
Nafas tidak efektif  Respiratory status : tracheal suctioning.
Ventilation 2. Berikan O2 ……l/mnt,
 Respiratory status : Airway metode………
patency 3. Anjurkan pasien untuk
 Aspiration Control istirahat dan napas dalam
Setelah dilakukan tindakan 4. Posisikan pasien untuk
keperawatan pasien memaksimalkan
menunjukkan keefektifan jalan ventilasi
nafas dibuktikan dengan 5. Lakukan fisioterapi dada
kriteria hasil : jika perlu
 Mendemonstrasikan batuk 6. Keluarkan sekret dengan
efektif dan suara nafas yang batuk atau suction
bersih, tidak ada sianosis dan 7. Auskultasi suara nafas,
dyspneu (mampu catat adanya suara
mengeluarkan sputum, tambahan
bernafas dengan mudah, 8. Berikan bronkodilator :
tidak ada pursed lips) 9. Monitor status
 Menunjukkan jalan nafas hemodinamik
yang paten (klien tidak 10. Berikan pelembab udara
merasa tercekik, irama nafas, Kassa basah NaCl
frekuensi pernafasan dalam Lembab
rentang normal, tidak ada 11. Berikan antibiotik :
suara nafas abnormal) 12. Atur intake untuk cairan
 Mampu mengidentifikasikan mengoptimalkan
dan mencegah faktor yang keseimbangan.
penyebab. 13. Monitor respirasi dan
status O2
 Saturasi O2 dalam batas
14. Pertahankan hidrasi yang
normal
adekuat untuk
 Foto thorak dalam batas
mengencerkan sekret
normal
15. Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang
penggunaan peralatan :
O2, Suction, Inhalasi.

2 Gangguan NOC: NIC :


Pertukaran gas  Respiratory Status : Gas 1. Posisikan pasien untuk
Berhubungan dengan exchange memaksimalkan
:ketidakseimbangan  Keseimbangan asam Basa, ventilasi
perfusi ventilasi, Elektrolit 2. Pasang mayo bila perlu
perubahan membran  Respiratory Status : 3. Lakukan fisioterapi dada
kapiler-alveolar ventilation jika perlu
 Vital Sign Status 4. Keluarkan sekret dengan
Setelah dilakukan tindakan batuk atau suction
keperawatan selama …. 5. Auskultasi suara nafas,
Gangguan pertukaran pasien catat adanya suara
teratasi dengan kriteria hasi: tambahan
 Mendemonstrasikan 6. Berikan bronkodilator ;
peningkatan ventilasi dan 7. Barikan pelembab udara
oksigenasi yang adekuat 8. Atur intake untuk cairan
 Memelihara kebersihan paru mengoptimalkan
paru dan bebas dari tanda keseimbangan.
tanda distress pernafasan 9. Monitor respirasi dan
 Mendemonstrasikan batuk status O2
efektif dan suara nafas yang 10. Catat pergerakan
bersih, tidak ada sianosis dan dada,amati kesimetrisan,
dyspneu (mampu penggunaan otot
mengeluarkan sputum, tambahan, retraksi otot
mampu bernafas dengan supraclavicular dan
mudah, tidak ada pursed lips) intercostal
 Tanda tanda vital dalam 11. Monitor suara nafas,
rentang normal seperti dengkur
 AGD dalam batas normal 12. Monitor pola nafas :
 Status neurologis dalam bradipena, takipenia,
batas normal kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
13. Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
14. Monitor TTV, AGD,
elektrolit dan ststus
mental
15. Observasi sianosis
khususnya membran
mukosa
16. Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang
persiapan tindakan dan
tujuan penggunaan alat
tambahan (O2, Suction,
Inhalasi)
17. Auskultasi bunyi
jantung, jumlah, irama
dan denyut jantung

3 Hipertermia NOC:Thermoregulasi NIC :


Berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu sesering
:penyakit/ trauma, keperawatan , pasien mungkin
peningkatan menunjukkan : 2. Monitor warna dan suhu
metabolisme,  Suhu tubuh dalam batas kulit
aktivitasyang normal dengan kreiteria 3. Monitor tekanan darah,
berlebih, dehidrasi hasil: nadi dan RR
 Suhu 36 – 37C 4. Monitor penurunan
 Nadi dan RR dalam rentang tingkat kesadaran
normal 5. Monitor WBC, Hb, dan
 Tidak ada perubahan warna Hct
kulit dan tidak ada pusing, 6. Monitor intake dan

2
merasa nyaman output
7. Berikan anti piretik:
8. Kelola Antibiotik
9. Berikan cairan intravena
10. Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
11. Tingkatkan sirkulasi
udara
12. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
13. Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
14. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
15. Monitor hidrasi seperti
turgor kulit, kelembaban
membran mukosa)
4 Defisit Volume NOC: NIC :
Cairan  Fluid balance 1. Pertahankan catatan
Berhubungan dengan:  Hydration intake dan output yang
Kehilangan volume  Nutritional Status : Food akurat
cairan secara aktif , and Fluid Intake 2. Monitor status hidrasi (
Kegagalan Setelah dilakukan tindakan kelembaban membran
mekanisme keperawatan selama….. defisit mukosa, nadi adekuat,
pengaturan volume cairan teratasi dengan tekanan darah ortostatik
kriteria hasil: ), jika diperlukan
 Mempertahankan urine 3. Monitor hasil lab yang
output sesuai dengan usia sesuai dengan retensi
dan BB, BJ urine normal, cairan (BUN , Hmt ,
 Tekanan darah, nadi, suhu osmolalitas urin,
tubuh dalam batas normal albumin, total protein )
 Tidak ada tanda tanda 4. Monitor vital sign setiap
dehidrasi, Elastisitas turgor 15menit – 1 jam
kulit baik, membran 5. Kolaborasi pemberian
mukosa lembab, tidak ada cairan IV
rasa haus yang berlebihan 6. Monitor status nutrisi
7. Berikan cairan oral
 Orientasi terhadap waktu
8. Berikan penggantian
dan tempat baik
nasogatrik sesuai output
 Jumlah dan irama
(50 – 100cc/jam)
pernapasan dalam batas
9. Dorong keluarga untuk
normal
membantu pasien makan
 Elektrolit, Hb, Hmt dalam 10. Kolaborasi dokter jika
batas normal
tanda cairan berlebih
 pH urin dalam batas normal muncul meburuk
 Intake oral dan intravena 11. Atur kemungkinan
adekuat tranfusi
12. Persiapan untuk tranfusi
13. Pasang kateter jika perlu
14. Monitor intake dan urin
output setiap 8 jam

3
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 89 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : tidak bekerja
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal/jam Masuk RS :5 September 2018/ 13.15
Tanggal/jam pengkajian :5 September 2018 / 13.20
No. Regester : 651881
Sumber daya : BPJS
Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. A
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : laki – laki
Pekerjaan : karyawan swasta
Hubungan dengan Pasien : anak

B. KEADAAN PASIEN SECARA UMUM


Pasien tampak lemah, gelisah, tampak sesak nafas.

C. KELUHAN UTAMA . ALASAN MASUK RS


P : sesak nafas dari pagi, batuk selama 2 hari, tidak mau makan
Q :RR: 26x/menit, SpO2: 93%, GCS : 14 (E:4, V:4, M:6), pasien gelisah
R : dada
S : skala 7 - 8
T :sesak nafas dari pagi hari (5 September 2018)

D. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway (jalan nafas) : tidak ada secret, ada reflek batuk tapi tidak
kuat/batuk tidak efektif.
2. Breathing (pernafasan) :dyspnea, nafas cepat dangkal. RR: 26x/menit,
SpO2 : 93%, adaretraksi dinding dada, nafas cuping hidung, perkusi paru
hipersonor, suara nafas tambahan ronchi pada lapang paru.
3. Circulation (sirkulasi): TD : 123/78 mmHg, HR: 160 x/menit, Suhu:
37,8oC, clubbing finger positif, capillary refill < 3 detik, conjungtiva an
anemis, turgor kulit tidak elastis, akral hangat, GDS: 129 mg/dL
4. Disability (pemeriksaan neurologi singkat): tingkat kesadaran :
somnolen, GCS:11 ( E3V3M5) kekuatan otot 5 5
5 5

5. Eksposure / Environment / Event: luka post operasi pasang AMP


(Austin More Protese) satu tahun lalu

E. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Riwayat Kesehatan Sekarang: keluarga pasien mengatakan Ny. S batuk
selama 2 hari, tidak mau minum obat, lemas dan sesak nafas pagi hari,
nafsu makan turun sejak 2 hari, semalam tidak tidur, menolak diajak ke
rumah sakit.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu: keluarga pasien mengatakan satu tahun
yang lalu Ny. S operasi pemasangan pen di sendi panggul kanan, sejak
pemasangan aktivitas menurun, lebih sering tiduran di kamar. Ny. S
sudah bisa berjalan dengan bantuan walker, sekitar 1 bulan sering batuk –
batuk kemudian hilang sendiri, tidak ada riwayat sakit darah tinggi dan
diabetes mellitus.
3. Riwayat kesehatan keluarga : keluarga pasien mengatakan tidak atahu
tentang riwayat sakit keluarga.
4. Anamnesa singkat :
5
Allergies : tidak ada alergi obat atau makanan
Medikasi :tidak minum obat apa pun
Nyeri : tidak ada
Terakhir kali makan :sarapan dengan bubur habis 2 sendok saja
Event of injury : sering batuk.
5. Pemeriksaan Head to Toe
 Kepala : rambut tidak rontok, mesochepal, tak ada luka, tak ada
lesi, wajah tak pucat
 Mata : reflek pupil +/+, pupil isokor, conjungtiva an anemis,
sclera an ikterik,
 Hidung : bersih, tak ada septum deviasi, tak ada keluaran secret,
nafas cuping hidung
 Mulut : mucosa bibir kering, tidak sianosis, mulut bersih, tidak
ada gigi
 Telinga : tak ada nyeri tekan belakang telinga
 Leher :tak ada edema, tak ada benjolan
 Dada Jantung :
Inspeksi : tak tampak ictus cordis
Palpasi : teraba ictus cordis pada ICS V mid clavicula
Perkusi : pekak, pembesaran batas jantung kiri ke ICS 6 axilaris
sinistra anterior
Auskultasi : BJ I – II tunggal, tak ada mur-mur, denyut reguler
 Dada Paru – Paru
Inspeksi : RR: 26 x/menit, pola nafas irregular,
Palpasi : taktil fremitus tak terkaji, pergerakan dada simetris, ada
retraksi dinding dada,
Perkusi : hipersonor
Auskultasi : suara nafas bronchial pada lapang paru, terdapat suara
tambahan ronchi kasarpada lapang paru.
 Abdoment
Inspeksi : perut datar, tak ada asites
6
Auskultasi : bising usus 15 x/menit
Palpasi : tak ada nyeri tekan, tak ada distensi kandung kemih
Perkusi : tympani
 Genetalia : bersih
 Anus : bersih, tak ada hemorrhoid
 Punggung : tak ada luka decubitus
 Ekstremitas atas dan bawah : tidak ada oedema, capillary refill <
3 detik, turgor kulit tidak elastis,tidak sianosis,bekas luka operasi di
panggul kanan, kekuatan otot 5 1
5 1

7
ANALISA DATA

No Tgl/jam DATA (Sign/symptom) Problem Etiologi TTD

1. 5/9/18 DS : keluarga pasien mengatakan Ny. Ketidakefektifan Sekresi yang Vero


13.20 S batuk selama 2 hari, tidak mau bersihan jalan tetahan
minum obat, lemas dan sesak nafas nafas
pagi hari, nafsu makan turun sejak 2
hari, semalam tidak tidur, menolak
diajak ke rumah sakit.
DO : tidak ada secret, ada reflek batuk
tapi tidak kuat/batuk tidak efektif,
pasien tampak lemah, gelisah,
dyspnea, nafas cepat dangkal. RR:
26x/menit, SpO2 : 93%, ada retraksi
dinding dada, nafas cuping hidung,
perkusi paru hipersonor, suara nafas
tambahan ronchi pada lapang paru, ,
GCS:14 ( E3V3M4), TD : 123/78
mmHg, HR: 160 x/menit, Suhu:
37,8oC

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS DIAGNOSA


NO TGL/ DIAGNOSA PRIORITAS
JAM
1 5 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas 1
/9/2018 berhubungan dengansekresi yang
13.20 tertahan
INTERVENSI KEPERAWATAN

Tgl/ No. Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi(NIC) Rasionnal TTD
jam DP
25/6/18 1 Setelah dilakukan tindakan NIC 1: Bantuan Ventilasi
keperawatan 1x30 menit di IGD
13.20 Vero
kepatenan jalan nafas terjaga Ny. S 1. Monitor tingkat kesadaran pasien  Hipoksia menyebabkan
adekuat dibuktikan dengan: penurunan kesadaran
NOC 1: Status Pernafasan: 2. Monitor status pernafasan pasien  Gangguan pola nafas ditandai
Ventilasi, meliputi frekuensi, irama, dengan status pernafasan pasien
NOC 2 : Respiratory status : kedalaman, suara nafas
Kepatenan jalan 3. Monitor saturasi oksigen  Oksigenasi tingkat perifer
nafas menunjukkan kecukupan
dengan kriteria hasil: kebutuhan oksigen tubuh
 Pasien tenang 4. Berikan posisi semifowler  Posisi tubuh mempengaruhi
 Frekuensi pernafasan : 16 – 20 ekspansi paru untuk
x/menit memaksimalkan ventilasi
 Irama nafas : regular 5. Kolaborasi medis pemberian O2 3  Gangguan ventilasi menyebabkan
 Hasil foto thorax: tak tampak liter/menit penurunan suplai oksigen tingkat
kesuraman pada paru – paru sel
 Suara nafas tambahan ronchi 6. Kolaborasi pemberian nebulizer  Penyempitan jalan nafas sebagai
berkurang atau hilang Combivent 1 resp, Pulmicort 1 resp, penyebab ketikaefektifan ventilasi
 Tak ada retraksi dinding dada Bisolvon 2cc (indikasi: mucolitik dan
bronchodilator)
 Tak ada penggunaan otot bantu
7. Kolaborasi pemeriksaan foto thorax  Suara ronchi menunjukkan
nafas
obstruksi saluran nafas atau
 Tak ada nafas cuping hidung
kolaps saluran nafas distal atau
 SpO2 : 95 – 100 % alveoli, gambaran foto thorax
 HR : 60 – 100 x/menit sebagai penega diagnose
8. Kolaborasi pemeriksaan laborato-  Infeksi saluran nafas distal
rium darah Hemoglobin, menyebabkan gangguan ventilasi,
Hematokrit, Leukosit, Trombosit, perubahan nilai leukosit darah
dan Elektrolit menunjukkan adanya infeksi

9. Kolaborasi resusitasi cairan RL 20  Resiko hipertermi mungkin


tpm terjadi pada infeksi, kecukupan
caiaran dan elektrolit mencegah
peningkatan suhu tubuh

10. Kolaborasi pemberian sedasi bila  Cemas meningkatkan kebutuhan


pasien berontak atau gelisah oksigen tubuh

10
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO TGL/ IMPLEMENTASI TTD/ EVALUASI TTD/
DP JAM NAMA NAMA
1 5/9/18 5/9/18 jam 16.00 Vero
13.25 Memberikan posisi semi fowler Echa S : pasien tidur
Respon: pasien tampak masih sesak nafas dan O:
gelisah  Frekuensi pernafasan : 22 x/menit
 Irama nafas : regular
13.25 Memberikan terapi Oksigen 3 liter/menit dengan Echa  Hasil foto thorax: bronchopneumonia e.c
binasal canul atelektasis
Respon : pasien gelisah, tampak sesak nafas, SpO2:  Suara nafas tambahan ronchi
98%, RR : 24x/menit  Tak ada retraksi dinding dada
 Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
13.45 Melakukan kolaborasi foto thorax Dian  Tak ada nafas cuping hidung
Respon : gambaran bronchopneumonia e.c
 SpO2 : 98 %
athelektasis
 HR : 82 x/menit
14.45 Memberikan obat nebulizer Combivent 1 resp, A : tujuan belum tercapai
Vero
Pulmicort 1 resp, Bisolvon 2cc P : lanjutkan intervensi, tambah intervensi:
Respon : obat masuk, pasien gelisah dan berontak 11. kolaborasi perawatan lanjut dengan
dokter spesialis penyakit dalam
15.30 Memasang infus RL 20 tpm di metacarpal sinistra Vero
dengan IV cath no 22
Respon : infus terpasang, menetes lancar

15.30 Memberikan obat Fortanes 5 mg per IV Mintarsih


Respon : obat masuk, pasien tidur

15.30 Melakukan perekaman EKG Vero


Respon : Sinus Rhytm
15.45 Mengobservasi keadaan umum dan status pernafasan Mintarsih
pasien
Respon :pasien tidur, RR: 22x/menit, SpO2: 98%,
TD: 116/78 mmHg, HR: 82 x/menit, tak ada stridor,
ada suara nafas ronchi, pola nafas regular.

16.00 Memindahkan pasien ke ruang Gardenia Vero


Respon : pasien stabil

12
BAB IV
PEMBAHASAN

Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola


penyebaran berbecak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronchi
dan meluas di parenkim paru yang berdekatan disekitarnya.Gambaran penyebaran
bercak infeksi dapat dilihat dari foto thorax. Pada kasus Ny. S hasil foto thorax
menunjukkan gambaran bronchopneumonia dengan adanya atelectasis. Berdasarkan
hasil pengkajian, factor usia, penurunan imunitas tubuh, dan kurangnya kativitas
tubuh menjadi factor resiko bronchopneumonia. Bakteri atau virus penyebab infeksi
saluran nafas menyerang tubuh yang rentan karena penurunan imunitas.
(Bennete,2013)
Adanya keluhan batuk dan riwayat sering batuk pada pasien menjadi tanda dan
gejala adanya infeksi saluran nafas atas. Infeksi menyebar ke saluran bawah dan
menyebabkan peningkatan mucus yang terjadi pada broncus dan alveoli
mempengaruhi proses ventilasi, difusi, dan perfusi yang menyebabkan hipoksemia,
sebagai kompensasi tubuh maka peningkatan frekuensi dan usaha nafas dilakukan
untuk mencukupi oksigen sel, sehingga keluhan sesak nafas terjadi pada pasien,
penurunan saturasi oksigen perifer sebagai indicator hipoksia perifer. Peningkatan
usaha nafas menjadi factor stressor, sehingga pada Ny. S tampak
gelisah.Kemampuan batuk efektif berhubungan dengan factor usia pada Ny. S
menyebbakan mucus pada saluran nafas tidak dapat keluar, sehingga tertumpuk pada
bronkus dan bronkiolus yang memunculkan bunyi ronchi kasar pada auskultasi.
Berdasarkan data pengkajian yang didapatkan, masalah ketidakefektifan
bersihan nafas berhubungan dengan sekresi yang tertahan menjadi prioritas
utama.Pada pemeriksaan penunjuang foto thorak mendukung diagnose keperawatan
ini, karena gambaran bronchitis karena adanya atelectasis.
Masalah ketidakefektifan bersihan jalan dapat menjadi kegagalan nafas apabila
tidak ditangani dengan segera, sehingga intervensi bantuan ventilasi
diberikan.Tindakan pemberian oksigen menjadi tindakan pertama untuk memenuhi
kebutuhan oksigen jaringan, dengan harapan pemenuhan oksigenasi jaringan.
Pemberian posisi semifowler dilakukan untuk memaksimalkan ekspansi paru pada
proses ventilasi. Pengawasan pada status pernafasan pasien perlu dilakukan secara
intensif.
Suara nafas tambahan yang muncul pada auskultasi paru adalah ronchi, sebagai
penanda adanya obstruksi pada jalan nafas karena penyempitan baik oleh mucus
maupun ketegangan otot pernafasan.Kolaborasi pemberian nebulizer yang terdiri dari
obat mucolytic dan bronchodilator diberikan, dengan tujuan saluran nafas menjadi
longgar, dan penumpukan secret dapat berkurang dengan bantuan reflek batuk dari
pasien.
Tindakan bantuan ventilasi dilakukan evaluasi untuk mengetahui
perkembangan status pernafasan pasien. Pada Ny. S, setelah dilakukan semua
implementasi keperawatan, status pernafasan mengalami perbaikan. Bersadarkan
hasil evaluasi pasien dapat tidur nyenyak, nafas regular meskipun frekuensi masih
cukup tinggi yaitu 22 x/menit, kebutuhan oksigen tercukupi dengan nilai SpO2 98%
dengan bantuan oksigen binasal canul 3 liter/menit.

14
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbecak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi didalam bronchi dan meluas di parenkim paru yang berdekatan
disekitarnya. Penyebab bronchopneumonia adalah infeksi bakteri, virus,
jamur, dan lain – lain yang melemahkan imunitas tubuh. Peradangan yang
terjadi pada saluran pernafasan akan mempengaruhi proses ventilasi, difusi,
dan perfusi oksigen. Sesak nafas menjadi tanda utama gangguan pernafasan.
Kasus kegawatan yang muncul pada kasus Ny. S adalah
ketidakefektifan bersihan nafas berhubungan dengan secret yang tertahan,
sehingga tindakan keperawatan diberikan untuk meningkatkan status
pernafasan pada proses ventilasi. Intervensi untuk meningkatkan proses
ventilasi antara lain adalah pemberian oksigen, pemberian posisi
semifowler, dan pemberian obat nebulizer.
Setelah dilakukan implementasi, status pernafasan pada Ny. S
mengalami perbaikan dengan penurunan frekuensi nafas mendekati normal,
tak ada keluhan sesak nafas, peningkatan SpO2.

5.2 Saran
Penatalaksanaan kegawatadaruratan pada gangguan pernafasan kasus
bronchopneumonia harus dilkakukan dengan cepat dan tepat untuk
mencegah gagal nafas yang mungkin terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Bennet, John Nicholas. 2013. http://emedicine.medscape.com/article/967822-


overview.

Hidayat, A.Aziz Alimul.2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:


Salemba Medika

Nanda. 2017. Diagnosis Keperawatan-Definisi dan Klasifikasi 2017. Jakarta:


EGC

Smeltzer SC, Bare B.G. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol. 1.
Jakarta: EGC.

Dongoes, Marilynn,E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai