Anda di halaman 1dari 36

TUGAS AL-ISLAM dan KEMUHAMMADIYAHAN

SHALAT

DISUSUN OLEH :
 PERMATA NADIA DINDA (122017017)
 DIMAS AJI ALFARIZI (1220170018)
 PIASASI CANIA (122017019)
 DEDEN AGIL SANJAYA (122017020)
 WILDA ARDANELLA (122017024)
 M.ALFENDHO PUTRA (122017069)

DOSEN PEMBIMBING : Ir. ATIKA DEWI


PRODI : TEKNIK KIMIA
KELAS :A

TAHUN AJARAN 2017/2018


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kami panjatkan khadirat ALLAH SWT atas segala nikmat
yang telah dilimpahkannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
sebagaimana mestinya.
Penyelesaian makalah ini menjadi salah satu tugas dalam mata kuliah Al-
islam dan Kemuhammadiyahan. Oleh karena itu, penyusunan makalah ini
bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca tentang
beberapa hal yang dibahas dalam makalah ini.
Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing yang selalu
memperbanyak masukan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik
dan juga kepada teman-teman yang telah membantu dalam menyusun makalah
ini, meskipun namanya tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna arena keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan kami, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritikan dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan pada pembuatan makalah
selanjutnya.
Akhirnya kami sangat berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca, terutama bagi kami.
Wassalamualaikum.wr.wb.

Palembang, maret 2018

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar ...................................................................................................................... ii


Daftar Isi............................................................................................................................... iii
Bab 1 : Pendahuluan
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ......................................................................................................... 1
Bab 2 : Isi
I. SHALAT FARDLU
A. Pengertian ........................................................................................................ 2
B. Bacaan dan gerakan shalat ................................................................................. 2
C. Zikir dan doa ba’da shalat .................................................................................. 19
D. Hal-hal yang tidak di syari’atkan dalam shalat ................................................. 23
II. DASAR HUKUM, KEDUDUKAN, HIKMAH DAN ANCAMAN-ANCAMAN
MENINGGALKAN SHALAT FARDLU
A. Dasar Hukum Shalat ........................................................................................... 28
B. Kedudukan Shalat dalam Islam .......................................................................... 29
C. Hikmah-hikmah Shalat ....................................................................................... 30
D. Ancaman-ancaman meninggalkan Shalat .......................................................... 31
Bab 3 : Penutup
I. Kesimpulan ............................................................................................................... 32

Daftar pustaka ................................................................................................ 33

iii
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Kata Shalat secara Etimologis, berarti do’a. Adapun shalat secara Terminologis,
adalah seperangkat perkataan dan perbuatan yang dilakukan dengan beberapa syarat
tertentu dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Pengertian Shalat ini mencakup segala bentuk salat yang diawali dengan takbirt al-
ihram dan diakhi dengan salam. Digunakan kata shalat untuk ibadah ini, tidak jauh
berbeda dengan pengertian Etimologisnya. Sebab, di dalam shalat terkandung do’a-do’a
berupa permohonan, minta ampun, dan sebagainya.
Dalam Islam, Shalat menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi oleh
ibadah lainnya. Selain termasuk rukun islam, yang berarti tiang Agama, Shalat juga
termasuk Ibadah yang pertama diwajibkan Allah kepada Nabi Muhammad ketika Mi’raj.
Shalat harus didirikan dalam satu hari satu malam sebanyak lima kali, berjumlah
17 rakaat. Shalat tersebut merupakan wajib yang harus dilaksanakan tanpa kecuali bagi
muslim mukallaf baik sedang sehat maupun sakit. Selain shalat wajib ada juga shalat-
shalat sunah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari shalat ?
2. Bagaimana bacaan dan gerakan shalat?
3. Bagaimana bacaan zikir dan doa ba’da shalat?
4. Apa saja hal-hal yang tidak di syariatkan dalam shalat?
5. Apa dasar hukum shalat?
6. Bagaimana kedudukan shalat dalam islam?
7. Apa saja hikmah-hikmah shalat?
8. Apa saja ancaman-ancaman meninggalkan shalat?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari shalat
2. Untuk mengetahui bacaan dan gerakan shalat
3. Untuk mengetahui bacaan zikir dan doa ba’da shalat
4. Untuk mengetahui hal-hal yang tidak disyariatkan dalam shalat
5. Untuk mengetahui dasar hukum shalat
6. Untuk mengetahui kedudukan shalat dalam islam
7. Untuk mengetahui hikmah-hikmah shalat
8. Untuk mengetahui ancaman-ancaman meninggalkan shalat

1
BAB II
PEMBAHASAN
SHALAT

A. SHALAT FARDHU
1. Pengertian
Shalat menurut bahasa berarti do’a. Sedang menurut istilah syara’ ialah ibadah yang
terdiri dari perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir bagi Allah Ta’ala
dan disudahi dengan memberi salam. (Sabiq 1997:191)
2. Bacaan dan Gerakan Shalat
Berikut Urutan, Bacaan dan Gerakan Sholat dengan panduan urutan Berdasarkan
urutan 13 Rukun Sholat dan Hal-Hal Sunah yang menyertainya,

1. Niat

Rasulullah SAW bersabda,

ِ ‫إِنَّ َما األ َ ْع َما ُل بِالنِيَّا‬


‫ت‬
“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya.”

Ada beberapa tata cara dalam berniat.


 Mazhab Imam Abu Hanifah, Melafadzkan niat sunnah hukumnya untuk
membantu kesempurnaan niat di dalam hati.
 Mazhab Imam Malik bin Anas (Maliki), Niat shalat adalah syarat sah di dalam
shalat, sebaiknya niat tidak dilafadzkan kecuali ragu.
 Mazhab Syafi'i, Sunnah melafadzkan niat menjelang takbiratul ihram dan wajib
menentukan jenis shalat yang dilakukan.
 Mazhab Hanbali, Sunnah melafadzkan niat dengan lisan.
(bacaan niat sholat fardhu 5 waktu)

Lafaz niat sebelum takbiratul ikhram (jika dibaca) menurut para ulama
hanya untuk membantu mengkuatkan kesempurnaan niat (menuntun dan
menghadirkan hati) tetapi belum masuk kepada niat yang menjadi syarat sah dan
rukun sholat, karena sholat itu diawali dengan takbir dan diakhiri sengan salam.

2
Niat yang menjadi syarat sah dan rukun sholat ditetapkan dalam hati
pada saat mengucapkan takbir saat takbiratul ikhram yaitu dengan menetapkan
point-point : saya berniat sholat, jenis kewajiban sholat (fardhu atau sunah) dan
nama jenis sholat (Maghrib, Isya, Dhuha, Tahajud dsb).

2. Berdiri (bagi yang mampu) Menghadap Kiblat

Rasulullah SAW bersabda,

‫ فَإ ِ ْن لَ ْم ت َ ْست َِط ْع فَ َعلَى َج ْنب‬، ‫ فَإ ِ ْن لَ ْم ت َ ْست َِط ْع فَقَا ِعدًا‬، ‫ص ِل قَائِ ًما‬
َ

“Shalatlah dalam keadaan berdiri. Jika tidak mampu, kerjakanlah dalam keadaan
duduk. Jika tidak mampu lagi, maka kerjakanlah dengan tidur menyamping.

Posisi wajah menghadap kiblat dan pandangan mata (jangan memejamkan mata)
menuju tempat sujud.

Posisi badan berdiri tegak dan lurus menghadap kiblat.

Posisi kedua tangan masing-masing lurus (tidak kaku) berada disamping badan
hingga paha dengan jari terlepas (tidak mengepal).

Posisi kaki seimbang dengan lebar bahu (tidak terlalu rapat atau lebar) dan (saat
berjamaah) ujung tumit semua makmum sejajar sehingga shaf menjadi lurus dan
posisi sisi luar kaki dan bahu dirapatkan dengan jemaah yang berada disamping.

3
3. Takbiratul ikhram

Rasulullah SAW bersabda,

‫ير َوتَحْ ِليلُ َها الت َّ ْس ِلي ُم‬


ُ ِ‫ور َوتَحْ ِري ُم َها الت َّ ْكب‬ ُّ ‫صالَةِ ال‬
ُ ‫ط ُه‬ َّ ‫ِم ْفت َا ُح ال‬

“Pembuka shalat adalah thoharoh (bersuci). Yang mengharamkan dari hal-hal di


luar shalat adalah ucapan takbir. Sedangkan yang menghalalkannya kembali adalah
ucapan salam.

Mengangkat kedua tangan dengan ujung jari agak setinggi dan didepan posisi
telinga dengan kedua telapak tangan menghadap kiblat. Sebagian pendapat lainnya
mengangkat tangan dengan ujung jari agak setinggi dan didepan bahu dengan
kedua telapak tangan menghadap kiblat.

Boleh mengangkat tangan secara bersamaan mengucapkan Takbir, boleh


mengangkat tangan terlebih dahulu baru kemudian mengucapkan takbir, boleh pula
mengucapkan takbir terlebih dahulu baru kemudian mengangkat tangan.

Posisi rentang siku kedua tangan terbuka (untuk laki-laki) tidak terlalu sangat lebar
dan tidak terlalu rapat, untuk sholat berjamaah disesuaikan dengan menjaga rentang
siku agar tidak mengganggu jemaah disebelahnya, khusus wanita posisi rentang
siku lebih merapat.

4
Posisi antar jari saling merapat ada juga yang berpendapat tidak terlalu rapat dan
tidak terlalu renggang.

‫هللا أكبر‬

Allāhu akbar

"Allah Maha Besar"

Kemudian posisi tangan dalam keadaan bersidekap, yaitu telapak tangan kanan
(selalu berada diatas) memegang pergelangan atau setelah pergelangan tangan kiri.
Ada juga yang berpendapat sekedar berada diatasnya (tanpa memegang).

Posisi kedua tangan yang bersidekap berada diantara dada dan perut. Sebagian
ulama berpendapat berada di awal dada.

Kemudian disunahkan Membaca Doa Iftitah,

ً‫ص ْيال‬ ُ ‫اَهللُ أ َ ْكبَ ُر َكبِي ًْرا َو ْال َح ْمد ُ ِهللِ َكثِي ًْرا َو‬. ‫ض‬
ِ َ ‫س ْب َحانَ هللاِ بُ ْك َرة ً َوأ‬ َ ‫ت َواْأل َ ْر‬
ِ ‫س َم َاوا‬ ْ ‫ي ِللَّ ِذ‬
َ َ‫ي ف‬
َّ ‫ط َرال‬ َ ‫إِنِ ْى َو َّج ْهتُ َوجْ ِه‬
َ‫ َحنِ ْيفًا ُم ْس ِل ًما َو َما أَنَا ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِكيْن‬. َ‫ب ْالعَالَ ِميْن‬ِ ‫اي َو َم َماتِ ْي ِهللِ َر‬ ُ ُ‫صالَتِ ْي َون‬
َ َ‫س ِك ْي َو َمحْ ي‬ َ ‫إِ َّن‬. َ‫الَش َِريْكَ لَهُ َوبِذلِك‬
‫أ ُ ِم ْرتُ َوأَنَا ِمنَ ْال ُم ْس ِل ِم ْي‬

5
Allaahu Akbaru kabiiraw-walhamdu lillaahi katsiiran, wa subhaanallaahi bukrataw-
wa’ashiila. Innii wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas-samaawaati wal ardha haniifam-
muslimaw-wamaa anaa minal musyrikiina. Inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya
wa mamaatii lillaahi Rabbil ‘aalamiina. Laa syariikalahu wa bidzaalika umirtu wa
anaa minal muslimiin.

"Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya. Segala puji yang sebanyak-


banyaknya bagi Allah. Maha Suci Allah pada pagi dan petang hari. Aku
menghadapkan wajahku kepada Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi
dengan segenap kepatuhan dan kepasrahan diri, dan aku bukanlah termasuk orang-
orang yang menyekutukan-Nya. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan
matiku hanyalah kepunyaan Allah, Tuhan semesta alam, yang tiada satu pun sekutu
bagi-Nya. Dengan semua itulah aku diperintahkan dan aku adalah termasuk orang-
orang yang berserah diri (muslim)".

(Doa iftitah ada beberapa macam, bacaan diatas adalah salah satu yang sering
dipakai)

6
4. Membaca Al-fatihah

Rasulullah SAW bersabda,

ِ ‫صالَة َ ِل َم ْن لَ ْم يَ ْق َرأْ بِفَاتِ َح ِة ْال ِكتَا‬


‫ب‬ َ َ‫ال‬
“Tidak ada shalat (artinya tidak sah) orang yang tidak membaca Al Fatihah".
Dilakukan dalam keadaan berdiri setelah takbiratul Ikhram dengan tangan bersidekap.

Bacaan Surat Al Fatihah

َّ ‫الرحْ َٰ َم ِن‬
‫الر ِح ِيم‬ َّ ‫بِس ِْم‬
َّ ِ‫َّللا‬
Bismillahirrahmanirrahim
"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang"

َ‫ب ْالعَالَ ِمين‬


ِ ‫ْال َح ْمدُ ِ ََّلِلِ َر‬
Alhamdulillahi rabbil alamin
"Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam"

َّ ‫الرحْ َٰ َم ِن‬
‫الر ِحيم‬ َّ
Arrahmaanirrahiim
"Maha Pengasih lagi Maha Penyayang"

‫ين‬
ِ ‫َما ِل ِك َي ْو ِم ال ِد‬

Maaliki yaumiddiin

"Yang menguasai di Hari Pembalasan"

ُ‫إِيَّاكَ نَ ْعبُد ُ َو ِإيَّاكَ نَ ْستَ ِعين‬


Iyyaka nabudu waiyyaaka nastaiin

7
"Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan"

َ ‫ط ْال ُم ْستَ ِق‬


‫يم‬ َ ‫الص َرا‬
ِ ‫ا ْه ِدنَا‬
Ihdinashirratal mustaqim
"Tunjukilah kami jalan yang lurus"

ِ ‫ط الَّذِينَ أ َ ْنعَ ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم َغي ِْر ْال َم ْغضُو‬


َ‫ب َعلَ ْي ِه ْم َو َال الضَّا ِلين‬ َ ‫ص َرا‬
ِ
shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi alaihim waladhaalin
"(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan
(jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat"
Setelahnya disunahkan membaca surah Al-Qur'an lainnya.

Khusus saat shalat berjamaah

 Saat imam membaca Surat Alfatihah, makmum mendengarkan bacaan tersebut


(bukan membacanya juga pada saat bersamaan), barulah saat imam melafazkan
"Aamiin", makmum melafazkan "Aamiin" secara bersamaan. Kemudian saat
Imam membaca surah Al-Qur'an lainnya, barulah makmum membaca Surat
Alfatihah.
 Semua bacaan (kecuali lafaz "Aamiin") dalam shalat berjamaah, makmum
melafazkan dengan pelan, yaitu bukan hanya didalam hati, tetapi dibaca dengan
sangat pelan yang cukup terdengar oleh telinga masing-masing pembacanya.
 Makmum dilarang mendahului gerakan imam.

8
5. Ruku’ dengan tuma’ninah

Rasulullah SAW bersabda,

‫ار َك ْع َحتَّى ت َْط َمئِ َّن َرا ِكعًا‬


ْ ‫ث ُ َّم‬

“Kemudian ruku’lah dan thuma’ninahlah ketika ruku’.

Dilakukan setelah berdiri dan disunahkan mengucapkan takbir sambil mengangkat


kedua tangan sebelum ruku', lalu memulai ruku' dengan posisi membungkukkan badan
secara lurus seolah membentuk huruf "L Terbalik" dengan meletakkan telapak tangan
memegang persendian lutut dan disunahkan pula membaca,
‫ي ْالعَ ِظي ِْم َوبِ َح ْم ِد ِه‬
َ ِ‫س ْب َحانَ َرب‬
ُ

SUBHAANA RABBIYAL ‘ADZIIMI WA BIHAMDIH. (Dibaca 3 kali)

"Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung Dan Dengan Memuji-Nya."

Thumna'ninah adalah kondisi memberikan waktu jeda agar sholat dilakukan


secara tenang (tidak terburu-buru)

Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW yang pernah mengatakan pada orang yang jelek
shalatnya sehingga ia pun disuruh untuk mengulangi shalatnya,

‫صالَة ُ أَ َح ِد ُك ْم َحتَّى يُ ْس ِب َغ‬ ِ َ‫ض ُع َك َّف ْي ِه َعلَى ُر ْك َبت َ ْي ِه َحتَّى ت َْط َم ِئ َّن َمف‬
َ ‫اصلُهُ َوت َ ْست َْر ِخ‬
َ ‫ى …الَ تَ ِت ُّم‬ َ ‫ث ُ َّم يُ َك ِب ُر َف َي ْر َك ُع فَ َي‬

9
“Shalat tidaklah sempurna sampai salah seorang di antara kalian menyempurnakan
wudhu, kemudian bertakbir, lalu melakukan ruku’ dengan meletakkan telapak tangan
di lutut sampai persendian yang ada dalam keadaan thuma’ninah dan tenang.”

6. I’tidal dengan tuma’ninah

Rasulullah SAW bersabda,

ْ ‫ث ُ َّم‬
‫ارفَ ْع َحتَّى ت َ ْعت َ ِد َل قَائِ ًما‬

“Kemudian tegakkanlah badan (i’tidal) dan thuma’ninalah.

Dilakukan setelah ruku' dengan posisi kembali berdiri dengan posisi tangan lurus
kebawah, adapula yang melakukan sidekap (agar tangan tidak bergerak-gerak)

Disunahkan untuk mengangkat kedua tangan sambil mengucapkan,

ُ‫س ِم َع هللاُ ِل َم ْن َح ِمدَه‬


َ

SAMI'ALLAAHU LIMAN HAMIDAH

"Allah mendengar orang yang memuji-Nya"

Juga disunahkan setelahnya (masih dalam posisi i'tidal) membaca,

10
ِ ‫ت َو ِم ْل ُء اْالَ ْر‬
َ ‫ض َو ِم ْل ُء َما ِشئْتَ ِم ْن‬
ُ‫شيْئ بَ ْعد‬ َ ‫َربَّنَا لَكَ ْال َح ْمد ُ ِم ْل ُء الس‬
ِ ‫َّموا‬

RABBANAA LAKAL HAMDU MIL’US SAMAAWATI WA MIL'UL ARDHI WA


MIL 'UMAASYI'TA MIN SYAI'IN BA'DU.

"Wahai Tuhan Kami ! Hanya Untuk-Mu lah Segala Puji, Sepenuh Langit Dan Bumi Dan
Sepenuh Barang Yang Kau Kehendaki Sesudahnya".

(Doa i'tidal ada beberapa macam, bacaan diatas adalah salah satu yang sering dipakai)

Khusus saat shalat berjamaah

 Saat setelah imam melafazkan SAMI'ALLAAHU LIMAN HAMIDAH,


disunahkan makmum membaca RABBANAA WALAKAL HAMDU, lebih baik
lagi jika dilanjutkan secara lengkap

7. Sujud dengan tuma’ninah

Rasulullah SAW bersabda,

‫اجدًا‬
ِ ‫س‬َ ‫ث ُ َّم ا ْس ُجدْ َحتَّى ت َْط َمئِ َّن‬

“Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah ketika sujud".

Dilakukan setelah i'tidal (untuk sujud pertama) dengan posisi sujud dimana ada 7 bagian

11
anggota badan yang menempel pada alas sholat, yaitu (1) Muka (Dahi dan Hidung), (2,3)
Kedua telapak tangan, (4,5) Kedua lutut kaki, (6,7) Kedua Ujung kaki (sekitar jari
menempel pada alas sholat dan telapak kaki menghadap kebelakang).

Jangan sampai ada benda yang menempel pada kita (rambut, peci, sorban dan
sebagainya) yang menghalangi anggota badan yang wajib menempel pada alas
sholat, kecuali sudah terlepas (misal peci terjatuh sebelum sujud).
Rasulullah SAW bersabda,

‫ظم َعلَى ْال َج ْب َه ِة‬


ُ ‫س ْبعَ ِة أ َ ْع‬ َ َ‫َار بِيَ ِد ِه َعلَى أ َ ْن ِف ِه –أ ُ ِم ْرتُ أ َ ْن أ َ ْس ُجد‬
َ ‫علَى‬ َ ‫اف ْالقَدَ َمي ِْن‬
َ ‫–وأَش‬ ْ َ ‫الر ْكبَتَي ِْن َوأ‬
ِ ‫ط َر‬ ُّ ‫ َو‬، ‫َو ْاليَدَي ِْن‬

“Aku diperintahkan bersujud dengan tujuh bagian anggota badan: [1] Dahi (termasuk
juga hidung, beliau mengisyaratkan dengan tangannya), [2,3] telapak tangan kanan dan
kiri, [4,5] lutut kanan dan kiri, dan [6,7] ujung kaki kanan dan kiri. ”

Disunahkan mengucapkan takbir sebelum sujud, lalu saat sujud membaca,

‫ي ْاأل َ ْعلَى‬
َ ‫س ْب َحانَ َر ِب‬
ُ

Subhaana rabbiyal a’laa (3 kali)

“Maha Suci Tuhan Yang Maha Tinggi serta memujilah aku kepada-Nya”

Posisi rentang siku kedua tangan terbuka (untuk laki-laki) tidak terlalu sangat lebar dan
tidak terlalu rapat, untuk sholat berjamaah disesuaikan dengan menjaga rentang siku agar
tidak mengganggu jemaah disebelahnya, khusus wanita posisi rentang siku lebih
merapat.

Posisi antar jari saling merapat ada juga yang berpendapat tidak terlalu rapat dan tidak
terlalu renggang.

12
8. Duduk diantara dua sujud dengan tuma’ninah

Rasulullah SAW bersabda,

‫اجدًا‬
ِ ‫س‬َ ‫ ث ُ َّم ا ْس ُجدْ َحتَّى ت َْط َمئِ َّن‬، ‫سا‬
ً ‫ارفَ ْع َحتَّى ت َْط َمئِ َّن َجا ِل‬
ْ ‫ ث ُ َّم‬، ‫اجدًا‬
ِ ‫س‬َ ‫ث ُ َّم ا ْس ُجدْ َحتَّى ت َْط َمئِ َّن‬

“Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah ketika sujud. Lalu bangkitlah dari sujud dan
thuma’ninalah ketika duduk. Kemudian sujudlah kembali dan thuma’ninalah ketika
sujud.

Dilakukan setelah sujud pertama setiap raka'at dengan posisi duduk dimana badan
menduduki kedua kaki yang tertekuk kebelakang dan menempel pada alas sholat.

Posisi ujung kaki kiri terduduki oleh badan dan posisi ujung kaki kanan masih seperti
posisi saat sujud ,dimana bagian sekitar jari kaki kanan menempel pada alas sholat dan
telapak kaki kanan menghadap ke belakang.

Posisi telapak tangan ada diatas paha.

Disunahkan mengucapkan takbir sebelum "duduk diantara dua sujud", lalu membaca,

‫ي‬ ُ ‫ار ُز ْقنِ ْي َوا ْه ِدنِ ْي َو َعافِنِ ْي َواع‬


ْ ‫ْف َع ِن‬ ْ ‫ارفَ ْعنِ ْي َو‬ ْ ‫ب ا ْغ ِف ْر ِل ْي َو‬
ْ ‫ار َح ْمنِ ْي َواجْ ب ُْرنِ ْي َو‬ ِ ‫َر‬

13
ROBBIGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WARFA'NII WARZUQNII
WAHGDINII WA'AAFINII WA'FU 'ANNII

"Ya Allah,ampunilah dosaku,belas kasihinilah aku dan cukuplah segala kekuranganku


dan angkatlah derajatku dan berilah rezeki kepadaku,dan berilah aku petunjuk dan berilah
kesehatan padaku dan berilah ampunan kepadaku."

(Doa duduk diantara dua sujud ada beberapa macam, bacaan diatas adalah salah satu
yang sering dipakai)

 Kemudian diwajibkan melakukan sujud kedua dengan tata cara seperti


sujud pertama.
 Setelah sujud kedua, berdiri kembali (disunahkan duduk sebentar sebelum
berdiri dan membaca takbir saat berdiri).
 Mengulangi kembali tahapan-tahapan mulai dari membaca Surat Alfatihah
sampai sujud kedua sesuai jumlah raka'at.
 Khusus shalat berjamaah, imam tidak lagi mengencangkan suara bacaan
Surat Alfatihah setelah rakaat pertama dan kedua)

14
9. Duduk tasyahud (tahiyat) akhir

Rasulullah SAW bersabda,

...ِ‫صالَةِ فَ ْليَقُ ِل التَّ ِحيَّاتُ ِ ََّلِل‬


َّ ‫فَإِذَا قَعَدَ أ َ َحد ُ ُك ْم فِى ال‬

“Jika salah seorang antara kalian duduk (tasyahud) dalam shalat, maka ucapkanlah
“attahiyatu lillah …”

Dilakukan setelah sujud terakhir dengan posisi duduk dimana ujung kaki kiri
diselipkan dibawah ujung kaki kanan yang masih dalam posisi seperti posisi kaki kanan
saat sujud dan "duduk diantara dua sujud".

Badan agak condong kearah kanan dan telunjuk tangan kanan akan dalam posisi
menunjuk kedepan. (Ada beberapa pendapat mengenai kapan waktu menunjuk dan 'posisi
atau gerakan' jari tersebut)

Mazhab Syafi'i, telunjuk kanan akan dalam posisi menunjuk pada saat syahadat
dimana jari hanya menunjuk tanpa ada pergerakan lain. Disunahkan mengucapkan takbir
sebelum duduk tasyahud.

Khusus untuk sholat yang lebih dari 2 raka'at lakukan duduk tasyahud (tahiyat)
awal terlebih dahulu pada raka'at kedua, dengan tata cara :

15
 Posisi duduk sama seperti posisi duduk diantara dua sujud ditambah gerakan jari
kanan menunjuk
 Membaca bacaan seperti saat duduk tasyahut akhir.
 Kemudian berdiri kembali melanjutkan raka'at.

10. Membaca tasyahud akhir pada saat duduk tasyahud akhir

Bacaan tasyahud akhir (juga dibaca jika ada tasyahud awal),

ِ‫سالَ ُم َعلَ ْينَا َو َع َلى ِعبَا ِدهللا‬ َّ ‫ ال‬،ُ‫ي َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َركَاتُه‬ ُّ ‫سالَ ُم َعلَيْكَ اَيُّ َها النَّ ِب‬ َّ ‫صلَ َواتُ ال‬
َّ ‫ ال‬،ِ‫ط ِيبَاتُ ِهلل‬ َ َ‫اَلت َّ ِحيَّاتُ ْال ُمب‬
َّ ‫اركَاتُ ال‬
ُ‫س ْو ُل هللا‬ُ ‫ أ َ ْش َهد ُ ا َ ْن آل ِإلَهَ ِإالَّهللاُ َوا َ ْش َهد ُ أ َ َّن ُم َح َّمدًا َر‬، َ‫صا ِل ِحيْن‬ َّ ‫ال‬

ATTAHIYYAATUL MUBAAROKAATUSH SHOLAWAATUT


TOYYIBAATULILLAAH ASSALAAMU'ALAIKA AYYUHAN
NABIYYU WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUHU
ASSALAAMU'ALAINAA WA 'ALAA 'IBAADIL-LAAHISH-
SHOOLIHIINA. ASYHADU ANLAA ILAAHA IL-LALLOOH WA ASYHADU
ANNA MUHAMMADAR ROSUULULLAAH.

Segala penghormatan yang berkat solat yang baik adalah untuk Allah. Sejahtera atas
engkau wahai Nabi dan rahmat Allah serta keberkatannya. Sejahtera ke atas kami dan
atas hamba-hamba Allah yang soleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah
dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad itu adalah utusan Allah.

16
11. Membaca shalawat Nabi pada saat duduk tasyahud akhir

Bacaan shalawat Nabi (hanya untuk tasyahud akhir),

‫ار ْك َعلَى‬ َ ‫سيِ ِدنَا اِب َْرا ِهي َْم َو َعلَى آ ِل‬
ِ َ‫سيِ ِدنَا اِب َْرا ِهي َْم َوب‬ َ ‫علَى‬ َ َ‫صلَّيْت‬ َ ‫سيِ ِدنَا ُم َح َّمد َو َعلَى آ ِل‬
َ ‫ َك َما‬،‫سيِ ِدنَا ُم َح َّمد‬ َ ‫علَى‬ َ ‫ص ِل‬ َ ‫اَلل ُه َّم‬
ٌ‫س ِي ِدنَا اِب َْرا ِهي َْم فِى ْال َعالَ ِميْنَ ِإنَّكَ َح ِم ْيدٌ َم ِج ْيد‬
َ ‫س ِي ِدنَا اِب َْرا ِهي َْم َو َعلَى آ ِل‬
َ ‫س ِي ِدنَا ُم َح َّمد َك َما بَ َر ْكتَ َعلَى‬
َ ‫س ِي ِدنَا ُم َح َّمد َو َعلَى آ ِل‬
َ

ALLOOHUMMA SHOLLI 'ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA 'ALAA


AALI SAYYIDINAA MUHAMMADIN. KAMAA
SHOL-LAITA 'ALAA SAYYIDINAA IBROOHIIMA WA 'ALAA AALI
SAYYIDINAA IBROOHIIMA WABAARIK 'ALAA
SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA 'ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMADIN
KAMAA BAAROKTA 'ALAA SAYYIDINAA
IBROOHIIMA WA 'ALAA AALI SAYYIDINAA IBROOHIIMA FIL 'AALAMIINA
INNAKA HAMIIDUN MAJIID

Ya Tuhan kami, selawatkanlah ke atas Nabi Muhammad dan ke atas keluarganya.


Sebagaimana Engkau selawatkan ke atas Ibrahim dan atas keluarga Ibrahim. Berkatilah
ke atas Muhammad dan atas keluarganya sebagaimana Engkau berkati ke atas Ibrahim
dan atas keluarga Ibrahim di dalam alam ini. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi
Maha Agung.

17
12. Mengucapkan Salam yang pertama.

Rasulullah SAW bersabda,

‫ير َوتَحْ ِليلُ َها التَّ ْس ِلي ُم‬


ُ ‫ور َوتَحْ ِري ُم َها الت َّ ْك ِب‬ ُّ ‫صالَةِ ال‬
ُ ‫ط ُه‬ َّ ‫ِم ْفت َا ُح ال‬

“Pembuka shalat adalah thoharoh (bersuci). Yang mengharamkan dari hal-hal di luar
shalat adalah ucapan takbir. Sedangkan yang menghalalkannya kembali adalah ucapan
salam. Dilakukan saat masih dalam posisi duduk tasyahud akhir setelah membaca
shalawat Nabi, wajah menoleh kearah kanan sambil mengucapkan,

ُ‫سالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َركَاتُه‬


َّ ‫اَل‬

ASSALAAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI (WABAROKAATUH)

Semoga keselamatan, rohmat dan berkah ALLAH selalu tercurah untuk kamu sekalian.

Disunahkan untuk mengulangi hal yang sama ke arah sebelah kiri

18
3. Dzikir dan Do’a Ba’da Shalat
a. Contoh-contoh Dzikir Rasulullah SAW

Diantara dzikir yang dilakukan oleh Rasulullah saw ba’da sholat ,dijelaskan oleh
Sayyid Sabiq dalam Fiqh Sunnah jilid I(1997:387-391),antara lain:
 Ketika menjelaskan hadis Yusairah, Al-Hafidz Ibn Hajar mengatakan,

‫ وهو اصطالح للعرب بوضع بعض األنامل على بعض عُقد األُنملة‬،‫ومعنى العقد المذكور في الحديث إحصاء العد‬
‫ وهللا أعلم‬،‫ والمئون واآلالف باليسار‬،‫ فاآلحاد والعشرات باليمين‬،‫األخرى‬

Makna kata ‘al-aqd’ (menghitung) yang disebutkan dalam hadis [pada kata: َ‫]وا ْع ِقدْن‬
َ
adalah menghitung jumlah dzikir. Ini merupakan istilah orang arab, yang bentuknya
dengan meletakkan salah satu ujung jari pada berbagai ruas jari yang lain. Satuan dan
puluhan dengan tangan kanan, sementara ratusan dan ribuan dengan tangan kiri. Allahu
a’lam. (Nataij Al-Afkar fi Takhrij Ahadits Al-Adzkar, 1/90).

 Sebagaimana hadist diterima Mud’z bin Jabal,katanya :


‫ أخذ وسلم عليه صلى رسول أن جبل بن معاذ عن‬،‫وقال بيده‬: (‫ يا‬،‫ إني وهللا معاذ‬،‫)ألحبك إني وهللا ألحبك‬،
‫فقال‬: (‫ يا أُوصيك‬،‫عن ال معاذ‬
َّ َ‫تقول صالة كل د ُبر في تَد‬: ‫ على أعني اللهم‬،‫ ذكرك‬،‫)عبادتك وحسن وشكرك‬

Dari Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu mengatakan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wasallam mengambil (meraih) tanganku dan berkata : wahai Mu’adz demi Allah,
sesungguhnya aku mencintaimu, sungguh aku mencintaimu. Kemudian beliau bersabda,
“Aku memberikanmu nasehat, wahai Mu’adz. janganlah engkau tinggalkan saat di
penghujung shalat (di akhir shalat) bacaan doa: Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa
syukrika wa husni ‘ibadatik (Ya Allah, tolonglah aku dalam berdzikir, bersyukur dan
beribadah yang baik pada-Mu).” [HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani]

 Hadist Abu Hurairah ,bahwa nabi Saw:


Barang siapa nyang membaca tasbih sebanyak 33 kali setiap akhir shalat ,lalu
membaca tahmid 33kali dan takbir 33 kali,hingga jumblahnya 99 kali ,kemudian untuk
mencukupkan seratus dibacanya Laila hailallah ,wahdahula syarikalah lahul mulku waa

19
lahul hamdu,wahuwa ‘ala kulli syaiinqadir maka diampunilah kesalahan-kesalahannya
,walau sebanyak buih lautan.(HR.Ahmad ,Bukhari, muslim dan Abu Daud).
b. Doa Ba’da shalat
1) Dasar hukum Berdo’a
Banyak kekurangan yang menjadi dasar dalam berdoa ini,baik didalam al-qur’an maupun
didalam hadist,antara lain:
a) Firman Allah surat al-Mukmin 60:

َ ‫خ ل ُ و َن‬
ِ َ ‫ج هَ ن َّ م َ د‬
‫اخ ِر ي َن‬ ِ ‫َو ق َ ا َل َر ب ُّ ك ُ م ُ ا د ْ ع ُو ن ِ ي أ َسْ ت َ ِج بْ ل َ ك ُ مْ ۚ إ ِ َّن ا ل َّ ذِ ي َن ي َ سْ ت َ كْ ب ِ ُر و َن ع َ ْن‬
ُ ْ ‫ع ب َ ا د َت ِ ي سَ ي َ د‬

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.


Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk
neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".

b) Surat Al-Baqarah 186:


ُ ‫ب ۖ أ ُ ِج ي‬
‫ب د َ عْ َو ة َ ال د َّاع ِ إ ِ ذ َ ا د َ ع َ ا ِن ۖ ف َ ل ْ ي َ سْ ت َ ِج ي ب ُوا لِ ي‬ ٌ ‫ع ب َ ا ِد ي ع َ ن ِ ي ف َ إ ِ ن ِ ي ق َ ِر ي‬ ِ ‫ك‬ َ َ ‫ ) َو إ ِ ذ َ ا س َ أ َل‬c
‫َو ل ْ ي ُ ْؤ ِم ن ُ وا ب ِ ي ل َ ع َ ل َّ هُ ْم ي َ ْر ش ُ د ُو َن‬

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),


bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-
Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran.

2) Kaifat Berdzikir dan Berdoa


Adapun kaifat berdzikir yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW ,sebagai berikut:
a) Berdzikir dan berdoa dengan lafaz yang maa’tsur dari Nabi saw
b) Berdzikirlah dan berdoalah secara sendiri-sendiri dengan sir atau tidak
mengeraskan suara.(al-a’raf)

20
‫ج هْ ِر ِم َن ال ْ ق َ ْو ِل ب ِ ال ْ غ ُ د ُو ِ َو ْ‬
‫اآل صَ ا ِل َو َال‬ ‫ك ت َ ضَ ُّر ع ًا َو ِخ ي ف َ ة ً َو د ُو َن ال ْ َ‬ ‫ك فِي نَفْ ِ‬
‫س َ‬ ‫‪َ ) c‬و ا ذ ْ ك ُ ْر َر ب َّ َ‬
‫ت َك ُ ْن ِم َن ال ْ غ َا ف ِ ل ِ ي َن‬
‫‪Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa‬‬
‫‪takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan‬‬
‫‪janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.‬‬
‫‪c) Adapun urutan dzikir dan doa itu adalah sebagai berikut:‬‬
‫‪PERTAMA‬‬ ‫‪:Membaca Taawudz‬‬
‫‪KEDUA‬‬ ‫‪:Membaca Basmalah‬‬
‫‪KETIGA‬‬ ‫‪:Membaca Tahmid‬‬
‫‪KEEMPAT‬‬ ‫‪:Membaca Shalawat‬‬
‫‪KELIMA‬‬ ‫‪:Membaca Do’a lebih utama do’a yang terdapat pada Al-qur’an dan‬‬
‫‪Hadist.‬‬

‫‪3) Contoh-contoh Doa‬‬


‫‪Berikut ini adalah contoh doa setelah sholat:‬‬

‫الرحْ َم ِن هللاِ بِس ِْم‬ ‫ب ِ ََّلِلِ ْال َح ْمد ُ ِ‬


‫‪.‬الر ِحي ِْم َّ‬ ‫ئ نِعَ َمهُ ي َُوافِ ْى َح ْمدًا ْ‬
‫‪.‬العَالَ ِمينَ َر ِ‬ ‫ش ْك ُر َولَكَ ْال َح ْمد ُ يَ َ‬
‫ار َّبنَالَكَ ‪َ .‬م ِز ْيدَهُ َويُكَافِ ُ‬ ‫يَ ْنبَ ِغ ْى َك َما ال ُّ‬
‫ِل َجالَ ِل‬ ‫َوجْ ِهكَ‬ ‫َو َع ِظي ِْم‬ ‫س ْل َ‬
‫طانِكَ‬ ‫ُ‬
‫الل ُه َّم‬ ‫ص ِل‬
‫َ‬ ‫س ِل ْم‬
‫َو َ‬ ‫علَى‬
‫َ‬ ‫سيِ ِدنَا‬
‫َ‬ ‫ُم َح َّمد‬ ‫َو َعلى‬ ‫آ ِل‬ ‫سيِ ِدنَا‬
‫َ‬ ‫ُم َح َّمد‬ ‫َو‬ ‫ْال َح ْمد ُ‬ ‫ِ ََّلِلِ‬ ‫ب‬
‫َر ِ‬ ‫ْالعَالَ ِمينَ‬
‫اَلل ُه َّم‬ ‫ا ْغ ِف ْر ِل ْ‬
‫ى‬ ‫ى‬
‫َو ِل َوا ِلدَ َّ‬ ‫ار َح ْم ُه َما‬
‫َو ْ‬ ‫َك َما‬ ‫َربَّيَانِ ْى‬ ‫ص ِغي ًْرا‬
‫َ‬
‫س َبقُونَا الَّذِينَ َو ِ ِِل ْخ َوا ِننَا لَنَا ا ْغ ِف ْر َربَّنَا‬ ‫ان َ‬ ‫وف ِإنَّكَ َربَّنَا آ َ َمنُوا ِللَّذِينَ ِغ ًال قُلُو ِبنَا فِي تَجْ َع ْل َو َال ِب ْ ِ‬
‫اِلي َم ِ‬ ‫َر ِحي ٌم َر ُء ٌ‬
‫َر َّبنَا‬ ‫غ َال‬ ‫َهدَ ْيتَنَا ِإذْ َب ْعدَ قُلُو َبنَا ت ُ ِز ْ‬ ‫ِم ْن لَنَا َوهَبْ‬ ‫َرحْ َمةً لَدُ ْنكَ‬ ‫ِإ َّنكَ‬ ‫ْال َو َّهابُ أَ ْنتَ‬
‫سالَ َمةً نَ ْسئَلُكَ اِنَّا اَلل ُه َّم‬ ‫آلخ َرةِ َوالدُّ ْنيَا ال ِدي ِْن فِى َ‬ ‫س ِد فِى َو َعافِيَةً َواْ ِ‬ ‫ص َّحةً ْال َج َ‬
‫ق فِى َوبَ َركَةً ْال ِع ْل ِم فِى َو ِزيَادَة ً ْالبَدَ ِن فِى َو ِ‬
‫الر ْز ِ‬ ‫ِ‬
‫ت ِع ْندَ َو َرحْ َمةً ْال َم ْو ِ‬
‫ت قَ ْب َل َوت َْوبَةً‬ ‫ت بَ ْعدَ َو َم ْغ ِف َرة ً ْال َم ْو ِ‬ ‫ت فِ ْى َعلَ ْينَا َه ِو ْن اَلل ُه َّم ْ‬
‫‪.‬ال َم ْو ِ‬ ‫سك ََرا ِ‬ ‫ار ِمنَ َوالنَّ َجاة َ ْال َم ْو ِ‬
‫ت َ‬ ‫َو ْالعَ ْف َو النَّ ِ‬
‫ِع ْندَ‬ ‫ب‬
‫سا ِ‬ ‫ْال ِح َ‬
‫َربَّنَا‬ ‫هَبْ‬ ‫لَنَا‬ ‫ِم ْن‬ ‫أ َ ْز َو ِ‬
‫اجنَا‬ ‫َوذُ ِريَّا ِتنَا‬ ‫قُ َّرة َ‬ ‫أ َ ْعيُن‬ ‫َواجْ َع ْلنَا‬ ‫ِل ْل ُمتَّقِينَ‬ ‫ِإ َما ًما‬
‫َربَّنَا‬ ‫ت َ َقب َّْل‬ ‫ِمنَّا‬ ‫اِ َّنكَ‬ ‫ا َ ْنتَ‬ ‫الس َِّم ْي ُع‬ ‫ْال َع ِل ْي ُم‬ ‫َوتُبْ‬ ‫َعلَ ْينَا‬ ‫اِنَّكَ‬ ‫اَ ْنتَ‬ ‫الت َّ َّوابُ‬ ‫الر ِح ْي ُم‬
‫َّ‬
‫َربَّنَا‬ ‫أَ ِتنَا‬ ‫فِى‬ ‫الدُّ ْنيَا‬ ‫سنَةً‬
‫َح َ‬ ‫َوفِي‬ ‫اْأل َ ِخ َرةِ‬ ‫سنَةً‬
‫َح َ‬ ‫َو ِقنَا‬ ‫َعذَ َ‬
‫اب‬ ‫ار‬‫النَّ ِ‬
‫صلَّى‬ ‫ب ْالعَالَ ِميْنَ َو َعلى ُم َح َّمد َ‬
‫سيِ ِدنَا َعلى هللاُ َو َ‬ ‫سلَّ َم َو ْال َح ْمد ُ ِهللِ َر ِ‬
‫صحْ بِ ِه َو َ‬
‫آ ِل ِه َو َ‬

‫‪Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah,‬‬
‫‪Rabb semesta alam. Pujian yang sebanding dengan nikmat-nikmatNya dan menjamin‬‬

‫‪21‬‬
tambahannya. Wahai Tuhan kami, bagi-Mu-lah segala puji, dan bagi-Mu-lah segalah
syukur, sebagaimana layak bagi keluhuran zat-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu.

Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada penghulu kami, Nabi


Muhammad dan keluarganya. Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.

Ya Allah, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, sayangilah keduanya sebagaimana
mereka menyayangiku semenjak kecil.

Ya Allah, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu
dan janganlah Engkau biarkan ghill (dengki) dalam hati kami terhadap orang-orang yang
beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah
Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi
Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).

Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepadaMu kesejahteraan dalam agama, dunia


dan akhirat, keafiatan jasad, kesehatan badan, tambahan ilmu, keberkahan rezeki, taubat
sebelum datang maut, rahmat pada saat datang maut, dan ampunan setelah datang maut.
Ya Allah, mudahkanlah kami dalam menghadapi sakaratul maut, (berilah kami)
keselamatan dari api neraka, dan ampunan pada saat hisab.

Wahai Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami istri-istri dan keturunan-keturunan


sebagai penyejuk hati dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa.

Wahai Tuhan kami, perkenankanlah (permohonan) dari kami, sesungguhnya Engkau


Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui. Dan terimalah taubat kami, sesungguhnya
Engkau Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang.

Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat,
dan jagalah kami dari siksa api neraka

22
Semoga Allah memberikan rahmat dan kesejahteraan kepada penghulu kami, Nabi
Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.

4. Hal-hal yang Tidak di Syariatkan dalam Shalat

Perkara yang dilarang dalam shalat disebutkan dalam nash-nash syariat tentang
keharamannya atau kemakruhannya. Tetapi larangan-larangan ini (bila dilanggar) tidak
membatalkan shalat dan hanya mengurangi nilai pahalanya, diantaranya:

1. Bertolak pinggang dalam shalat.

Sabda Rasulullah saw.

‫ص ْلبُ ِفي‬
َّ ‫صلَّى قَا َل َهذَا ال‬
َ ‫ي فَلَ َّما‬ ِ ‫ي َعلَى خ‬
َّ َ‫َاص َرت‬ َ ‫ع َم َر فَ َو‬
َّ َ‫ض ْعتُ َيد‬ ِ ‫صلَّيْتُ ِإلَى َج ْن‬
ُ ‫ب اب ِْن‬ َ ‫ص ِبيح ْال َحنَ ِفي ِ قَا َل‬
َ ‫َع ْن ِز َيا ِد ب ِْن‬
=‫سلَّ َم يَ ْن َهى َع ْنهُ =رواه ابو داود والنسائي واحمد‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ َّ ‫سو ُل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫ص َالةِ َو َكانَ َر‬ َّ ‫ال‬

Diriwayatkan dari Ziyad bin Shubaih, ia berkata, “Aku pernah shalat di samping Ibnu
Umar radhiyallahu ‘anhuma dan aku letakkan kedua tangan-ku di atas pinggang. Setelah
shalat, ia berkata, ‘Ini salib dalam shalat, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melarangnya.’ [HR. Abu Dawud, An_Nasa’i, dan Ahmad, Hadits hasan]

2. Memandang ke langit.

Sabda Rasulullah saw.

‫صالَةِ إِلَى‬
َّ ‫اء فِي ال‬
ِ ‫ع‬َ ُّ‫ار ُه ْم ِع ْندَ الد‬
َ ‫ص‬َ ‫سلَّ َم قَا َل لَيَ ْنت َ ِهيَ َّن أ َ ْق َوا ٌم َع ْن َر ْف ِع ِه ْم أ َ ْب‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫َع ْن أَبِي ه َُري َْرة َ أ َ َّن َر‬
َّ ‫سو َل‬
َ ِ‫َّللا‬
=‫ار ُه ْم =رواه مسلم والنسائي واحمد‬
ُ ‫ص‬َ ‫طفَ َّن أ َ ْب‬
َ ‫اء أ َ ْو لَت ُ ْخ‬
ِ ‫س َم‬
َّ ‫ال‬

Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Hendaklah sekelompok orang
benar-benar menghentikan pandangan matanya yang terangkat ke langit ketika berdoa
dalam sholat atau atau benar-benar akan disilaukan pandangan mata mereka.” =HR.
Muslim, Nasa’i dan Ahmad=

23
3. Melihat sesuatu yang dapat melalaikan shalat.

Sabda Rasulullah saw.

‫شغَلَتْنِي أَع َْال ُم َه ِذ ِه اذْ َهبُوا بِ َها إِلَى أَبِي َج ْهم‬


َ ‫صة لَ َها أَع َْال ٌم فَقَا َل‬
َ ‫صلَّى فِي خ َِمي‬
َ ‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ ِ‫شةَ أ َ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬ َ ِ‫َع ْن َعائ‬
=‫َوأْتُونِي ِبأ َ ْن ِب َجا ِنيَّة =متفق عليه‬

Berdasarkan hadits dari Aisyah bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
shalat dengan mengenakan baju yang bercorak, maka beliau bersabda, “Corak pakaian ini
telah mengggangu shalatku. Bawahlah jubah ini kepada Abu Jahm, lalu ambilkan
untukku Anbajaniyah (baju kasar tanpa corak)nya.” [HR. Al_Bukhari dan Muslim]

4. Menoleh tanpa ada keperluan

Sabda Rasulullah saw.

َ ‫ش ْي‬
‫طانُ ِم ْن‬ ُ ‫س َي ْخت َ ِل‬
َّ ‫سهُ ال‬ ْ ‫ص َالةِ فَقَا َل ُه َو‬
ٌ ‫اختِ َال‬ ِ ‫ع ْن ِاال ْلتِفَا‬
َّ ‫ت فِي ال‬ َ ‫سلَّ َم‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫سأ َ ْلتُ َر‬
َّ ‫سو َل‬
َ ِ‫َّللا‬ ْ َ‫شةَ قَال‬
َ ‫ت‬ َ ِ‫َع ْن َعائ‬
=‫ص َال ِة ْال َع ْب ِد =رواه البخاري وابو داود والنسائي‬ َ

Berdasarkan riwayat dari Aisyah, ia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang menoleh dalam shalat, maka beliau menjawab:
Itulah ikhtilas (pencurian) yang dilakukan setan dari shalat seseorang hamba.” [HR.
Al_Bukhari, Abu Dawud, dan An_Nasa’i (III/8)]

Makna kata ikhtilas dalam hadits di atas adalah mengambil dengan cepat dan
tersembunyi saat si pemilik barang lengah. [Lihat Abu Malik Kamal bin As_Sayyid Salim,
Shahih Fiqih Sunnah, hal. 552]

5. Menjalin jari-jemari

Sabda Rasulullah saw.

َ ‫ضأ َ أَ َحدُ ُك ْم فِ ْي بَ ْيتِ ِه ث ُ َّم أَتَى ْال َمس ِْجدَ َكانَ فِ ْي‬
َّ ‫صالَة َحت‬
‫ى‬ َّ ‫ «إِذَا ت ََو‬:‫سلَّ َم‬ َ ‫ قَا َل أَبُو ْالقَا ِس ِم‬:َ‫َع ْن أَبِ ْي ه َُري َْرة َ قَال‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
.»‫ =رواه الحاكم= « هذا حديث صحيح على شرط الشيخين ولم يخرجاه‬.‫صابِ ِع ِه‬ َ َ ‫ َفالَ يَقُ ْل َه َكذَا » َو َشبَكَ بَيْنَ أ‬،‫يَ ْر ِج َع‬
‫ وهو صحيح على شرط مسلم‬. ‫وقد تابعه محمد بن عجالن عن المقبري‬

24
Berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Apabila salah seorang dari kalian berada di
rumahnya lalu ia pergi ke masjid, maka ia masih dikategorikan sebagai orang yang shalat
hingga ia kembali (ke rumahnya), dan janganlah melakukan seperti ini, seraya beliau
menjalinkan di antara jari-jari tangannya.” [HR. Al_Hakim dalam kitab Shahih
Al_Jami’. Hadits ini ada penguatnya yang tertera dalam kitab Musnad Ahmad
(III/42) dari Abu Sa’id]

Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra, ia berkata:

َ َ ‫س ِط ْال َمس ِْج ِد ُمحْ تَبِيًا ُمش َِبكٌ أ‬


َ ‫صابِعَهُ بَ ْع‬
‫ض َها فِي‬ ٌ ‫سلَّ َم فَإِذَا َر ُج ٌل َجا ِل‬
َ ‫س فِي َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫دَخ َْلنَا ْال َمس ِْجدَ َم َع َر‬
َّ ‫سو ِل‬
َ ِ‫َّللا‬
‫سو ُل‬ ُ ‫سلَّ َم فَ ْالتَفَتَ َر‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو ِل‬ َّ ‫سلَّ َم فَلَ ْم َي ْف ِط ْن‬
َ ‫الر ُج ُل ِ ِِلش‬
ُ ‫َارةِ َر‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َّ ‫سو ُل‬
َ ِ‫َّللا‬ َ ‫بَ ْعض فَأَش‬
ُ ‫َار ِإلَ ْي ِه َر‬
‫ان َو ِإ َّن أَ َحدَ ُك ْم‬
ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬َّ ‫س ِعيد فَقَا َل ِإذَا َكانَ أَ َحد ُ ُك ْم فِي ْال َمس ِْج ِد فَالَ يُش َِبك ََّن فَإ ِ َّن التَّ ْش ِبيكَ ِم ْن ال‬ َ ‫سلَّ َم ِإلَى أ َ ِبي‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ
َ ِ‫َّللا‬
=‫ام ِفي ْال َمس ِْج ِد َحتَّى َي ْخ ُر َج ِم ْنهُ =رواه احمد‬
َ َ‫صالَة َما د‬
َ ‫الَ َيزَ ا ُل ِفي‬

Suatu ketika kami masuk masjid bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba tampak ada
seseorang yang duduk bersandar pada sorbannya-biasa diikat dari punggung ke kaki
sambil mempersilangkan jari-jari tangannya, maka diberi isyarat oleh Nabi SAW, tapi ia
belum juga mengerti. Maka beliaupun lalu berpaling kepada Abu Sa’id lalu bersabda,
Bila salah seorang diantara kamu sedang dalam masjid, janganlah ia mempersilangkan
jari-jarinya, sebab itu adalah perbuatan setan. Dan seseorang itu berada dalam keadaan
shalat selama ia dalam masjid sampai keluar. =HR. Ahmad=

6. Membunyikan jari-jemari

Sabda Rasulullah saw.

َ ‫صالَةَ قَا َل الَ أ ُ َّم َلكَ تَ ْق‬


‫ط ُع‬ َّ ‫ضيْتُ ال‬ َ َ ‫ب اب ِْن َعبَّاس فَفَقَ ْعتُ أ‬
َ َ‫صا ِب ِع ْي فَلَ َّما ق‬ َ ‫ش ْعبَةَ َم ْولَى اب ِْن َعبَّاس قَا َل‬
ِ ‫صلَيْتُ ِإلَى َج ْن‬ ُ ‫َع ْن‬
=‫صالَ ِة =رواه ابن ابي شيبة‬ َّ ‫صا ِب َعكَ َوأَ ْنتَ فِي ال‬
َ َ‫أ‬

Berdasarkan riwayat dari Syu’bah maula (pembantu) Ibnu Abbas ra, ia berkata, “Aku
pernah shalat di samping Ibnu Abbas, lalu aku membunyikan jari-jariku. Seusai shalat ia
berkata, ‘Semoga ibumu hilang.’ Apakah kamu membunyikan jari-jemarimu sementara
kamu sedang shalat?” [HR. Ibnu Abi Syaibah (II/334). Hadits hasan. Syaikh

25
Muhammad Nashiruddin Al_Albani menghasankannya dalam kitab Al_Irwa’
Al_Ghalil (II/99)]

7. Berselimut dengan kain dan meletakkan tangan di dalamnya

Berselimut dengan kain dan meletakkan tangan di dalamnya, lalu ruku’ dan sujud dalam
keadaan seperti ini – hal ini disebut dengan sadl.

=‫ص َالةِ =رواه ابو داود والترمذي‬ َّ ‫سلَّ َم نَ َهى َع ْن ال‬


َّ ‫سدْ ِل فِي ال‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫َع ْن أَبِي ه َُري َْرة َ أ َ َّن َر‬
َّ ‫سو َل‬
َ ِ‫َّللا‬

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam melarang sadl tersebut. [HR. Abu Dawud dan At_Tirmidzi dengan sanad yang
hasan]

Catatan: Sadl adalah melilitkan kain ke badan dan kedua tangan juga termasuk dalam
lilitan kain tersebut, lalu ruku’ dan sujud dalam keadaan seperti itu.

8. Menguap dalam shalat.

Menguap dalam shalat tidak boleh dibiarkan, tetapi wajib dicegah dan meletakkan tangan
pada mulut. Hal ini berdasarkan hadits:

‫ب أ َ َحد ُ ُك ْم فَ ْليَ ُردَّهُ َما‬


َ ‫ان فَإِذَا تَثَا َء‬
ِ ‫ط‬ َّ ‫سلَّ َم قَا َل التَّثَاؤُبُ ِم ْن ال‬
َ ‫ش ْي‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ ‫َّللاُ َع ْنهُ َع ْن النَّبِي‬
َّ ‫ي‬ ِ ‫َع ْن أَبِي ه َُري َْرة َ َر‬
َ ‫ض‬
=‫طانُ =متفق عليه‬ َ ‫ش ْي‬
َّ ‫ض ِحكَ ال‬َ ‫ع فَإ ِ َّن أَ َحدَ ُك ْم إِذَا قَا َل هَا‬ َ َ ‫ا ْست‬
َ ‫طا‬

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda, “Menguap (dalam shalat) berasal dari setan. Jika salah seorang di antara kalian
menguap, maka hendaklah ia menahannya semampunya. Maka sesungguhnya bila salah
seorang kalian mengatakan “Ha” tertawalah setan. [HR. Al_Bukhari, Muslim, dan
At_Tirmidzi. Adapun tambahan lafaz di atas tertera di dalam riwayat oleh
At_Tirmidzi]

9. Meludah ke arah kiblat atau ke sebelah kanan

26
Sabda Rasulullah saw.

ُ‫ي ك ََرا ِهيَتُه‬ َ ِ‫ي ِم ْنهُ ك ََرا ِه َيةٌ أ َ ْو ُرئ‬ َ ِ‫سلَّ َم َرأَى نُخَا َمةً فِي ْال ِق ْبلَ ِة فَ َح َّك َها ِبيَ ِد ِه َو ُرئ‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ي‬ َّ ‫َع ْن أَن َِس ب ِْن َما ِلك أ َ َّن النَّ ِب‬
‫َاجي َربَّهُ أ َ ْو َربُّهُ َب ْينَهُ َو َبيْنَ قِ ْب َلتِ ِه فَ َال َيب ُْزقَ َّن فِي قِ ْب َلتِ ِه َو َل ِك ْن‬ ِ ‫ص َالتِ ِه فَإِنَّ َما يُن‬
َ ‫ام فِي‬ َ َ‫علَ ْي ِه َوقَا َل ِإ َّن أ َ َحدَ ُك ْم ِإذَا ق‬
َ ُ‫ِلذَلِكَ َو ِشدَّتُه‬
=‫ضهُ َعلَى بَ ْعض قَا َل أ َ ْو يَ ْفعَ ُل َه َكذَا =متفق عليه‬
َ ‫ف ِردَائِ ِه فَ َبزَ قَ فِي ِه َو َردَّ بَ ْع‬ َ َ‫ار ِه أ َ ْو تَحْ تَ قَدَ ِم ِه ث ُ َّم أ َ َخذ‬
َ ‫ط َر‬ ِ ‫س‬َ َ‫َع ْن ي‬

Dari Anas bin Malik ra, bahwa Nabi saw, melihat dahak diarah kiblat (tembok masjid),
dia gosok pakai tangannya, terlihat dari sangat ketidak-sukaannya karena kejadian itu,
lalu ia bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian berdiri untuk mengerjakan shalat, ia
sedang bermunajat pada Tuhannya, atau Tuhannya berada di hadapannya yaitu kearah
kiblatnya. Oleh karena itu, janganlah meludah ke arah kiblatnya. Tetapi hendaklah ke
sebelah kiri atau ke bawah kaki sebelah kirinya. Kemudian ia mengambil ujung
pakaiannya lalu ia meludah disitu, lalu ia melipat pakaiannya dan menggosok-gosoknya.
Atau ia melakukannya begini”. [HR. Bukhariy dan Muslim]

10. Memejamkan mata ketika shalat

Apabila memejamkan mata dalam shalat dimaksudkan untuk mendekatkan diri ke


pada Allah, maka hal ini diharamkan, karena termasuk dalam perkara bid’ah (mengada-
ada dalam urusan agama). Apabila bukan itu maksudnya, maka hukumnya makruh,
karena menyelisihi sunnah Rasulullah saw.

Ibnu Qayyim Al_Jauziyah berkata, “Tidak ada petunjuk Rasulullah saw tentang
memejamkan mata ketika shalat… Dan yang dapat dijadikan sebagai dalil adalah beliau
mengulurkan tangannya dalam shalat Kusuf untuk mengambil setandan anggur tatkala
melihat surga. Demikian juga ketika beliau melihat neraka, yang di dalamnya terdapat
seorang wanita yang pernah memelihara seekor kucing, dan pemilik tongkat. Demikian
juga ketika beliau mengusir hewan yang hendak melintas di hadapan beliau….” [Lihat
Ibnul Qayyim Al_Jauziyah, Zadul Ma’ad (I/294)]

Semua hadits-hadits di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa beliau tidak
memejamkan kedua matanya pada saat mengerjakan shalat.

11. Menggeliat ketika shalat

27
Menggeliat dalam shalat hukumnyya makruh, kecuali sekedarnya karena memang
dibutuhkan. Alasannya karena menggeliat menunjukkan sikap yang tidak khusyu’ dalam
shalat.

=‫صالَة َ =رواه ابن ابي شيبة‬


َّ ‫ص ال‬ َّ ‫س ِع ْيد ٌ ْبنُ ُجبَيْر اَلت َّ َم‬
ُ ُ‫طي َي ْنق‬ َ ‫قَا َل‬

Dari Sa’id bin Jubair, ia berkata, “Menggeliat mengurangi pahala shalat.” [HR. Ibnu Abi
Syaibah (I/349)]

12. Tathbiq ketika ruku’

Tathbiq adalah menyatukan kedua telapak tangan lalu meletakkannya di antara


kedua lutut dan paha ketika ruku’. “Pada awalnya cara seperti ini disyariatkan, tetapi
kemudian dilarang.”

ْ ‫ي فَقَا َل ِلي أَبِي ا‬


َ‫ض ِربْ بِ َكفَّيْكَ َعلَى ُر ْكبَتَيْك‬ َّ َ ‫ي بَيْنَ ُر ْكبَت‬َّ َ‫ب أَبِي قَا َل َو َجعَ ْلتُ يَد‬ ِ ‫صلَّيْتُ إِلَى َج ْن‬
َ ‫س ْعد قَا َل‬ َ ‫ب ب ِْن‬
ِ َ‫صع‬ ْ ‫َع ْن ُم‬
‫ب =متفق‬ ُّ ‫ف َعلَى‬
ِ ‫الر َك‬ َ ‫ي َوقَا َل إِنَّا نُ ِهينَا َع ْن َهذَا َوأ ُ ِم ْرنَا أ َ ْن نَض ِْر‬
ِ ‫ب بِ ْاأل َ ُك‬ َّ َ‫ب يَد‬ َ َ‫قَا َل ث ُ َّم فَعَ ْلتُ ذَلِكَ َم َّرة ً أ ُ ْخ َرى ف‬
َ ‫ض َر‬
=‫عليه‬

Diriwayatkan dari Mush’ab bin Sa’ad, ia berkata, “Aku shalat di samping ayahku lalu aku
letakkan kedua tanganku di antara kedua lututku, maka ayahku berkata kepadaku,
‘Letakkan kedua telapak tanganmu di atas kedua lututmu.’ Pada kali lain aku ulangi cara
tersebut, dan ayahku langsung memukul tanganku seraya berkata, ‘Kami dilarang
melakukan cara seperti ini, dan kami diperintahkan untuk meletakkan kedua telapak
tangan di atas lutut’.” (HR. Muttafaqun ‘Alaihi).

B. Dasar Hukum Kedudukan dan Hikmah Shalat Fardlu serta Ancaman


Meninggalkannya
1. Dasar Hukum Shalat
Dasar hukum dalam al-qur’an tentang shalat sangat banyak, diantaranya :
 QS.al Baqarah (2) : 43
“ Dan dirikanlah sholat, tunaikan zakat dan rukunlah beserta orang-orang
yang rukuk.”

28
 QS. Al baqarah (2): 45
“ dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
(mengerjakan) sholat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”

 QS. At-taubah (9): 11


“ Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka
(mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama.”
 HR. Bukhari
“ Dari malik bin Huwairits ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : shalatlah
kamu sebagaimana aku melakukan shalat.”
2. Kedudukan Shalat dalam Islam
a) Sebagai Arkanul Islam
“Islam itu dibangun atas lima perkara, persaksian bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya,
Mendirikan shalat. Memberikan zakat, haji ke Baitullah dan puasa bulan
Ramadhan”. (HR. Bukhari Muslim)
b) Sebagai Pilar (tiang) Agama
Sabda Nabi saw :
“ Pokok urusan ialah islam, sedang tiangnya ialah shalat dan puncaknya
adalah berjuang di jalan Allah”.
c) Sebagai Pembeda Antara Orang Islam dan Kafir
“ Telah bersabda Rasulullah SAW : batas di antara seseorang dengan
kekafiran itu ialah meninggalkan shalat”. (HR. ahmad Muslim, Abu Daud,
Turmuzi dan ibnu Majjah).
d) Sebagai Ibadah yang Pertama Dihisab
“ Amalan yang mula-mula dihisab dari seseorang hamba pada hari kiamat
ialah shalat. Jika ia baik, baiklah keseluruhan amalnya , sebaliknya jika
jelek, jeleklah pula semua amalannya”.
e) Rukun islam yang paling utama setelah dua kalimat syahadat adalah
shalat.

29
f) Shalat diwajibkan tanpa perantara Jibril ‘alaihis salam. Tetapi Nabi
Muhammad SAW sendiri yang langsung mendapatkan perintah shalat
ketika beliau melakukan Isra’ dan Mi’raj.
g) Allah membuka amalan seorang muslim dengan shalat dan mengakhirinya
pula dengan shalat. Ini juga menunjukkan ditekankannya amalan shalat.

3. Hikmah-hikmah Sholat
Sesungguhnya banyak sekali hikmah-hikmah yang terkandung didalam ibadah
sholat tetapi dalam kesempatan ini hanya kami berikan beberapa contoh saja, yaitu:
 Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
Dan sesungguhnya Dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar
Sebagaimana firman Allah :
‫ال صَّ َال ة َ ت َ ن ْ هَ َٰى ع َ ِن ال ْ ف َ ْح ش َ ا ِء َو ال ْ مُ ن ْ ك َ ِر ۗ َو ل َ ذِ كْ ُر َّللاَّ ِ أ َ كْ ب َ ُر‬
“mengingat Allah itu adalah lebih utama”.( al-Ankabut: 45 )
 Dapat dijadikan sarana memohon pertolongan dari Allah
Sebagaimana firman Allah :
ِ ‫ي َ ا أ َ ي ُّ هَ ا ا ل َّ ِذ ي َن آ َم ن ُ وا ا سْ ت َ ِع ي ن ُ وا ب ِ ال صَّ ب ِْر َو ال صَّ َال ة‬
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu”. ( al-baqarah: 153)
 Dapat mengingat Allah
Sebagaimana firman Allah :
“ Dirikanlah sholat untuk mengingat Allah “ ‫أقيم الصالة لذكر‬
Dapat menghapuskan dosa
Sabda Nabi saw :

َ ‫ قَالُوا الَ يُ ْب ِقى ِم ْن دَ َر ِن ِه‬. » ‫ َما تَقُو ُل ذَلِكَ يُ ْب ِقى ِم ْن دَ َر ِن ِه‬، ‫سا‬
‫ش ْيئًا‬ ً ‫ َي ْغت َ ِس ُل ِفي ِه ُك َّل َي ْوم َخ ْم‬، ‫ب أَ َح ِد ُك ْم‬
ِ ‫أ َ َرأ َ ْيت ُ ْم لَ ْو أَ َّن نَ َه ًرا ِب َبا‬
َ ‫َّللاُ بِ َها ْال َخ‬
» ‫طايَا‬ َّ ‫ يَ ْم ُحو‬، ‫ت ْال َخ ْم ِس‬ ِ ‫صلَ َوا‬ َّ ‫ قَا َل « فَذَلِكَ ِمثْ ُل ال‬.

“Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah seorang di antara
kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali, apakah akan tersisa
kotorannya walau sedikit?” Para sahabat menjawab, “Tidak akan tersisa sedikit pun

30
kotorannya.” Beliau berkata, “Maka begitulah perumpamaan shalat lima waktu,
dengannya Allah menghapuskan dosa.” (HR. Bukhari no. 528 dan Muslim no. 667)

4. Ancaman-ancaman Meninggalkan shalat


Adapun bagi orang-orang yanng meninggalkan shalat itu akan mendapatkan
sanksi atau ancaman, antara lain :
 Dimasukan kedalam neraka Wail
َ ‫( ِل ْل ُم‬4) َ‫ص َالتِ ِه ْم َع ْن ُه ْم الَّذِين‬
‫ص ِلينَ فَ َو ْي ٌل‬ َ َ‫سا ُهون‬
َ

“Maka Neraka Wail-lah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya.” [QS Al Ma’un: 4-5]
 Pada hari kiamat ia akan dikelompokkan bersama Karun dan Fir'aun.
Sabda Nabi saw, dari Abdullah bin Amar bin Ash, tentang shalat :
(‫ يوم ونجاة وبرهانا ً نورا ً له كانت عليها حافظ من‬،‫ وال برهان وال نور له يكن لم عليها يحافظ لم ومن القيامة‬،‫نجاة‬
‫ يوم وحشر‬-‫)خلف بن وأبي وقارون وهامان فرعون مع القيامة‬
" Barang siapa memeliharanya, maka ia akan beroleh cahaya bukti keterangan dan
kebebasan di hari kiamat, dan siapa-siapa yang tidak mengindahkannya, maka ia tidak
akan beroleh cahayanya, bukti keteranagan dan kebebasan,sedang dihari kiamat ia akan
bersama Karun, Fir'aun, Haman dan Ubai bin Khalf".(HR. Ahmad, Thabrani dan ibnu
Hibban).

31
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan

1. Secara bahasa shalat berarti doa. Sedangkan menurut istilah shalat adalah
menyembah Allah dengan beberapa perkataan dan perbuatan yang di awali
dengan takbiratul ikhram dan di akhiri dengan salam serta wajib melakukannya
pada waktu-waktu yang telah ditentukan.
2. Terdapat banyak sekali keutamaan shalat, salah satunya adalah shalat akan
menjadikan beban permasalahan yang dihadapi manusia dalam kehidupannya
terasa lebih ringan.
3. Dalam ibadah shalat terdapat pesan pendidikan yang dapat dirasakan bagi yang
dapat merasakan kenikmatan ibadah shalat.
4. Dalam ibadah shalat terdapat pesan pendidikan yang dapat dirasakan bagi yang
dapat merasakan kenikmatan ibadah shalat.
5. Melaksanakan shalat fardhu harus dengan ikhlas dan setulus hati, tidak ada unsur
paksaan dariorang lain, karena shalat fardhu hukumnya adalah wajib.

32
Daftar Pustaka

http://sajadalife.com/index.php/sholat/184-cara-urutan-bacaan-dan gerakan-sholat
tim penyusun.2017.Al-Islam dan Kemuhammadiyahan 2,4,6.
Palembang:Universitas Muhammadiyah Palembang

33

Anda mungkin juga menyukai