Anda di halaman 1dari 6

KEGIATAN X

PENGARUH SUHU LINGKUNGAN DAN SUHU TUBUH

A. Tujuan Praktikum
Dapat melakukan pengukuran suhu tubuh homeoterm dan mengamati pengaruh
suhu lingkungan terhadap suhu tubuh manusia.
B. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan:
1. Termometer batang
2. Termometer badan
3. Plastik
4. Mangkuk plastik
b. Bahan yang digunakan:
1. Katak
2. Air hangat
3. Air dingin/es
C. Cara Kerja
1. Meletakkan termometer ke dalam mulut katak selama ± 5 menit, kemudian
mengamati skalanya dan mencatatnya.
2. Memasukkan katak ke dalam tabung Erlemeyer 1 L yang telah terisi air
dingin ¾ volumenya kemudian mengamati suhu tubuhnya setelah 5 menit
direndam.
3. Mengulangi langkah kedua dengan menggunakan air hangat.

D. Hasil Praktikum
A. Katak
Katak T Normal T air dingin katak T air panas katak
katak (°C) (°C) (°C)

1 24 17 34
B. Manusia
No Nama T Normal T air dingin T air panas
(°C) (°C) (°C)

1. Ananda Bela Yustisia 36,7 37,1 37,1

2. Septi Wulandari 36,1 3,5 36,6

3. Voni Santi Ullo 36,7 36,7 37,1


Total 109,5 77,3 110,8
Rata-rata 36,5 25,7 36,9

E. Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk melakukan pengukuran suhu tubuh
homeoterm dan mengamati pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh
manusia. Dalam praktikum ini suhu yang digunakan sebagai sampel adalah suhu
katak dan suhu manusia. Katak mewakili hewan poikiloterm dan manusia
mewakili homeoterm. Berdasarkan kemampuannya untuk mempertahankan suhu
tubuh, hewan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu poikiloterm dan
homoiterm.
Hewan poikiloterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di
lingkungan luar untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan
dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit. Hewan seperti ini juga
disebut hewan berdarah dingin (Guyton, 1995).
Sedangkan hewan homoioterm, adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari
produksi panas di dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari metabolisme
jaringan. Di lain pihak hewan homoioterm disebut hewan berdarah panas. Suhu tubuh
hewan homoioterm lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya
sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoioterm biasanya mempertahankan
suhu tubuh mereka di sekitar 35 – 40°C. Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara
perolehan panas dari dalam (metabolisme) atau luar dengan kehilangan panas. Hewan
homoioterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat
kemampuan mengatur suhu tubuh (Campbell dkk, 2000). Manusia adalah hewan
berdarah panas, dan suhunya dipertahankan pada 370C (Watson, 2002). Suhu inti
tubuh, sekitar 37,1ºC atau 36,5ºC sampai 37,5ºC, disebut “set-point” (Guyton dan Hall,
2007).
Pada saat praktikum suhu diukur sebanyak 3 kali, yaitu pada suhu normal,
suhu rendah (dingin), dan suhu tinggi (panas). Pengukuran dilakukan baik pada
manusia maupun katak. Pengukuran menggunakan termometer batang.
Katak yang digunakan pada praktikum memiliki suhu normal 24 oC. Saat
diletakkan pada air dingin suhu katak berubah menjadi 17 oC. Kemudian saat
diletakkan pada air panas suhu katak berubah menjadi 34 °C. Dari percobaan ini
dapat dilihat bahwa suhu katak mengalami perubahan yang signifikan saat
lingkungannya berubah.
Sedangkan pada suhu manusia tidak terlalu banyak berubah. Saat diukur
dalam keadaan normal suhu praktikan rata-rata adalah 36,5 oC. Kemudian setelah
diberikan suhu rendah dengan meletakkan es dalam plastik pada tengkuknya,
suhunya berubah menjadi 25,7 oC. Setelah itu pada praktikan diberikan suhu tinggi
dengan meletakkan air hangat dalam plastik pada tengkuknya, suhu tubuhnya
berubah menjadi 36,9 oC. Namun pada salah satu praktikan memiliki suhu saat
diletakkan es dan diletakkan air hangat yang sama,halini terjadi karena keslahan
alat maupun pengukuran. Dari perubahan tersebut dapat dilihat bahwa suhu tubuh
manusia tidak berubah banyak walaupun suhu lingkungannya berubah drastis.
Hal ini dikarenakan katak adalah hewan poikiloterm sedangkan manusia
adalah homeoterm (berdarah panas). Pada dasarnya hewan poikiloterm akan
memiliki suhu tubuh yang berubah-ubah sesuai suhu lingkungannya sedangkan
manusia termasuk berdarah panas karena mampu menghasilkan panas atau suhu
tubuhnya tidak dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Panas pada tubuh manusia
terutama dihasilkan dari proses metabolisme atau pembakaran zat-zat makanan.
Tubuh diatur oleh suatu organ susunan syaraf pusat yaitu hypotalamus
melalui sistemumpan balik yang rumit. Bagian belakang hipotalamus merupakan
pusat pengatur suhu tubuh yang bertugas meningkatkan produksi panas dan
mengurangi pengeluaran panas. Bila hypotalamus bagian belakang menerima
informasi suhu luar lebih rendah dari suhu tubuh, maka pembentukan panas
ditambah dengan meningkatkan metabolisme dan aktivitas otot dengan cara
menggigil dan pengeluaran panas dengan pembuluh darah kulit mengecil dan
pengurangan produksi keringat. Hal ini menyebabkan suhu tubuh tetap
dipertahankan normal. Namun sebaliknya, hypotalamus bagian depan merupakan
pusat pengatur suhu tubuh yang bertugas mengeluarkan panas. Bila hypotalamus
bagian depan menerima informasi suhu lebih tinggi dari suhu tubuh, maka
pengeluaran panas ditingkatkan dengan pelebaran pembuluh darah kulit dan
menambah produksi keringat
Oleh karena itu pada suhu yang tinggi atau panas, manusia akan banyak
berkeringat. Inilah salah satu bentuk mekanisme untuk mempertahankan suhu
tubuh agar tetap konstan. Pada hewan poikiloterm seperti katak, mekanisme ini
tidak ada. Maka dari itu suhu katak dan hewan poikiloterm lain cenderung
berubah-ubah sesuai dengan suhu lingkungannya.
Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan keadaan normal
dengan suatu system tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan yang terjadi di luar tubuh tersebut. Tetapi
kemampuan untuk menyesuaikan dirinya dengan temperature luar adalah jika
perubahan temperature luar tubuh tersebut tidak melebihi 20 % untuk kondisi
panas dan 35 % untuk kondisi dingin dari keadaan normal tubuh .
F. Kesimpulan
Pengukuran suhu tubuh dilakukan dengan menggunakan termometer batang.
Manusia termasuk organisme holeoterm, yaitu organisme yang memiliki suhu
tubuh yang cenderung konstan meskipun suhu lingkungannya berubah-ubah. Hal
ini dikarenakan pada manusia dan organisme homeoterm lain, terdapat organ
hipotalamus yang mengatur suhu tubuh tetap dalam kondisi optimal (pada manusia
37oC). Berbeda dengan organisme homeoterm, organisme poikiloterm, seperti
katak, cenderung memiliki suhu tubuh selalu berubah-ubah drastis mengikuti suhu
lingkungannya.
Daftar Pustaka

Campbell, Neil A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2000. Biologi, Edisi Kelima-

Jilid 3. (Terjemahan Wasmen Manalu). Jakarta: Erlangga.

Duke, NH. 1995. The Physiology of Domestic Animal. New York : Comstock

Publishing.

Guyton A. C., Hall J. E. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta :

EGC.

Guyton and Hall. 2007. Fisiologi kedokteran. EGC : Jakarta

Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan.

Yogyakarta: FMIPA UNY.

Pearce, Evelyn C. 1990. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT

Gramedia.

Watson. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat Edisi 10. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai