Makalah Gigi COME-2
Makalah Gigi COME-2
PERIODONTITIS
Disusun oleh :
Ade Novita Reslina, S.Ked
Elvicha Nurman Savitri, S.Ked Ofisa Fajrin, S.Ked
M. Zulfikar Ihsan, S.Ked Rezi Arianto, S.Ked
Neneng Mutiara Sari, S.Ked Serli Marcelisa, S.Ked
Novita Sari, S.Ked Sherly Nurfadhila, S.Ked
Novita Sari, S.Ked Ummil Humairo, S.Ked
Yoza Meirizal, S.Ked
Pembimbing:
drg. Fitri Anggraini
drg. Rita Endriani, M.Kes
KEPANITERAAN KLINIK
COMMUNITY ORIENTED MEDICAL EDUCATION (COME)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
UPTD PUSKESMAS KOTO GASIB
SIAK
2017
FAKULTAS KEDOKTERAN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Konida
Umur : 47 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
Alamat : Koto gasib
Agama : Islam
Tanggal pemeriksaan : 12 April 2017
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
- Gigi depan bawah goyang sejak satu minggu yang lalu
E. Riwayat Psikososial
- Pasien seorang ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SMP. Kebiasaan sikat
gigi 2 kali sehari yaitu setiap mandi.
GENOGRAM
Nadi : 82 x/menit
Nafas : 18 x/menit
Suhu : 36,7 0C
Berat badan : 57,3 kg
Tinggi badan : 147 cm
IMT : 24,8 ( over weight )
b. Ekstra Oral
Kepala : dalam batas normal
Wajah : Simetris
TMJ tidak ada gangguan
Bibir kemerahan tidak kering
Leher : Pembesaran KGB (+) pada regio mandibula
c. Intra Oral
Jaringan lunak
Gusi : Tampak pembengkakan dan kemerahan, resesi pada gigi 15 16 17
25 26 35 36 37 45 46 47 48
Lidah : warna pink, ukuran normal
Palatum :
- Palatum Durum: lesi (-), udem (-)
- Palatum Mole : lesi (-), udem (-)
- Uvula : warna kemerahan
Mukosa bukal : warna kemerahan, lesi (-)
Jaringan keras
Gigi
Inspeksi : Tampak plak dan kalkulus pada semua gigi
Tampak crowded anterior gigi 31 42
Terdapat radiks pada gigi 28
Pada gigi 31 32 33 41 42 43
Palpasi : nyeri (+)
Perkusi : nyeri (+)
Tes vitalitas : (+)
Probing : perdarahan (+)
Mobilitas gigi : grade I
Status lokalis
Nomebklatur gigi (WHO)
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Keterangan :
: Kalkulus
: nekrosis (gangrene) radiks
: nekrosis (gangrene) pulpa dengan abses
Oklusi : Normal
Torus palatinus : Tidak ada
Torus mandibula : Tidak ada
Palatum : Sedang
Supernumery teeth : Tidak ada
Diasteros/spacing : Tidak ada
Crowded anterior : gigi 32,31,41,42,43
Calculus : Rahang atas + rahang bawah
ODONTOGRAM
11 Kalkulus (+), atrisi Kalkulus(+), 21
atrisi
Keterangan
: Radiks dentis
V
IV. Foto Gigi Pasien
V. DIAGNOSIS
Periodontitis 31 32 33 41 42 43
Abses periapikal 18
Radiks 28
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Pencabutan gigi
kotrimoksazol
Pencabutan gigi
Scalling
Crowded anterior : Pro spesialis ordodontik untuk pemasangan kawat gigi jika pasien
bersedia
VIII. EDUKASI
- Kurangi makanan merangsang seperti manis, asam, dan dingin
- Kontrol ulang setelah obat habis
- Sikat gigi minimal 2 kali sehari, pagi setelah makan dan malam sebelum tidur
b. Dentin
Dentin adalah suatu jaringan vital yang tubulus dentinnya berisi perpanjangan
sitoplasma odontoblas. Sel-sel odontoblas mengelilingi ruang pulpa dan kelangsungan
hidupnya bergantung kepada penyediaan darah dan drainase limfatik jaringan pulpa. Oleh
karena itu dentin peka terhadapberbagai macam rangsangan, misal: panas dan dingin serta
kerusakan fisik termasuk kerusakan yang disebabkan oleh bor gigi.
c. Sementum
Sementum adalah penutup luar tipis pada akar yang mirip strukturnya dengan tulang.
d. Pulpa
Pulpa terdapat dalam gigi dan terbentuk dari jaringan ikat yang berisikan serabut saraf dan
pembuluh-pembuluh darah yang mensuplai dentin.
2.2 Kalkulus
Plak bacterial dan kalkulus dipertimbangkan sebagai agen etiologi utama dalam inisiasi
dan progress penyakit periodontal. Kalkulus didefinisikan sebagai deposit padat yang terbentuk
dari mineralisasi plak dental pada permukaan natural gigi dan protesa gigi, umumnya ditutupi
oleh selapis plak demineralisasi. Berdasarkan lokasinya, kalkulus dapat dibagi menjadi dua, yaitu
kalkulus supragingiva dan subgingiva. Perbedaan kedua bentuk kalkulus ini dapat dilihat pada
tabel berikut:z
No. Karakteristik Kalkulus supragingiva Kalkulus subgingiva
1. Definisi Timbunan kalkulus yang Timbunan kalsifikasi yang
menempel kuat yang terbentuk terbentuk pada permukaan gigi
pada mahkota gigi, pada koronal di bawah tepi bebas dari gingiva
tepi gingiva
2. Lokasi Terbentuk dari koronal ke tepi Timbunan terdapat pada apical
gingiva dari puncak tepi gingiva
3. Sumber Berasal dari sekresi saliva- Berasal dari eksudat gingiva-
kalkulus saliva kalkulus seruminal
4. Distribusi Tersusun simetris, lebih ke arah Berhubungan dengan kedalaman
permukaan fasial molar gigi, lebih berat pada permukaan
maksilaris dan permukaan lingal proksimal
gigi anterior mandibularis
5. Warna Berwarna putih dan kuning Berwarna coklat/hitam kehijauan
6. Konsistensi Keras dan seperti tanah liat Keras dan padat/seperti baru atau
seperti kaca
7. Komposisi Lebih banyak brushite dan okta Kurang dalam brushite dan okta
kalsium fosfat, kurang kalsium fosfat, lebih magnesium
magnesium whitelockite whitelockite
8. Kandungan lain Kurang dalam kandungan Kandungan natrium meningkat
natrium, terdapat kandungan dengan kedalaman poket, protein
protein saliva saliva tidak ada
9. Visibilitas Secara klinis tampak Tidak terlihat pada pemeriksaan
klinis rutin
10. Perlengketan Mudah ditanggalkan dari gigi Menempel kuat pada permukaan
gigi
2.3 Periodontitis
2.2.1 Definisi
Periodontitis didefinisikan sebagai penyakit inflamasi dari jaringan pendukung gigi yang
disebabkan oleh mikroorganisme tertentu atau kelompok mikroorganisme spesifik,
mengakibatkan kerusakan progresif dari ligamentum periodontal dan tulang alveolar dengan
pembentukan saku gingiva, resesi, atau keduanya.5
Gambar 2.4. Probe UNC (kiri) memiliki tanda pada 1-15 mm, probe PCP 12 (tengah) memiliki
pita warna penanda pada 3-6 mm dan 9-12 mm, probe William (kanan) memiliki penanda pada
1,2,3,4,5,7,8,9,10 mm11
Direkomendasikan minimal satu kali pengukuran dari resessi gingiva terbesar karena
sulitnya pengukuran posisi margin gingiva berhubungan dengan Cementomamel Junction (CEJ),
diukur pada permukaan lingual dan bukal gigi.11
Gambar 2.5. gambaran sederhana potongan longitudinal kantong periodontal.11
a. Pemeriksaan resessi gingiva
Normalnya terletak pada CEJ, tetapi pada pasien muda atau pada pembengkakan tepi
gingiva, mungkin letaknya berada pada coronal CEJ. Saat margin gingiva bergeser ke apikal
CEJ, maka hal tersebut di deskripsikan sebagai resessi gingiva. Pasien mengeluhkan implikasi
estetika dari gusi mundur dan sebagai akar yang terekspos mungkin menjadi sensitif.11
Gambar 2.6. Penanda pada probe PCP 12 menunjukkan ukuran resessi sebesar
2,5 mm.11
b. Kedalaman probing
Kedalaman probing adalah jarak dari tepi gingiva kedasar poket. Posisi tepi gingiva dapat
berubah karena pembengkakan atau resessi. Probe harus dimasukkan pararel terhadap
permukaan akar dan berjalan disekeliling tepi gingiva. Kedalaman probe harus diukur pada enam
tempat pada masing-masing gigi.11
Gambar 2.7. Probe PCP 12 yang dijalankan disekeliling tepi gingiva dari gigi.11
Mobilitas dan migrasi gigi juga harus diperiksa. Walaupun demikian, perlu diingat bahwa
gigi yang goyang bukanlah milik periodontitis semata dan dapat terjadi pada trauma oklusal.
Mobilitas dan migrasi gigi yang berhubungan dengan periodontitis biasanya merupakan gejala
lanjut dari periodontitis. Hilangnya tulang alveolar dari periodontitis merupakan penyebab utama
mobilitas gigi abnormal. Pasien akan mengeluhkan giginya goyang atau kesulitan mengunyah
makanan tertentu. Pemeriksaan dilakukan horizontal dan vertikal.10,11
Mobilitas horizontal diukur dengan mengaplikasikan tekanan lembut pada arah bukal-
lingual, dengan menggunakan dua pegangan yang rigid, atau jari sebagai indeks dari instrumen
pegangan jika lebih disukai. Mobilisasi vertikal diukur dengan memberi tekanan lembut pada
mahkota gigi dengan instrument pegangan rigid pada arah vertikal.11
Gambar 2.8. Mobilitas gigi horizontal dapat diperiksa dengan menggunakan dua pegangan
instrument yang rigid (A), atau dengan jari indeks dan sebuah pegangan instrument.11
Grading Deskripsi
0 Mobilitas fisiologis, diukur pada tingkat mahkota gigi bergerak
dalam alveolus. Sebatas 0,1-0,2 mm pada arah horizontal
1 Peningkatan mobilitas mahkota gigi hampir 1 mm pada arah
horizontal
2 Peningkatan mahkota gigi > 1 mm pada arah horizontal
3 Mobilitas berat dari mahkota gigi baik horizontal dan vertikal,
mengganggu fungsi gigi.
Kerusakan oleh penyakit periodontal mengakibatkan keterlibatan furcation pada gigi dengan multi-akar. Pengukuran dilakukan dengan probe furcation dan
dikelompokkan berdasarkan keparahan dari keterlibatan furcation. Berikut ini tabel grading keterlibatan furcation:11
Grading Deskripsi
Gambar 2.9. Probe furcation Nabers yang memiliki warna penanda pada 3-6 mm dan 9-12 mm.11
f. Radiografi
b. Kuretase
Kuretase berarti mengerok dinding dalam gingiva dari poket (baik poket gingiva maupun
poket periodontal) untuk menghilangkan penyakit pada jaringan lunak. Pada kedalaman saku
gusi >3 mm - <6 mm dengan kondisi oedem dilakukan kuretase. Kuretase harus dilakukan
dibawah anastesi lokal yang adekuat.13
Tahapan kerja:13
1. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan untuk melakukan tindakan
kuretase
2. Pengaturan posisi kerja
3. Aplikasi antiseptik pada daerah operasi
4. Pemeriksaan poket memakai periodontal probe
5. Lakukan anastesi lokal pada daerah operasi
6. Lakukan scaling dan root planing pada elemen gigi di daerah operasi, dengan sisi
tajam kuret gracey menghadap ke gigi. Kuret gracey yang dipakai sesuaikan
dengan elemen gigi yang dikerjakan
7. Menggunakan kuret gracey, buang jaringan nekrotik pada jaringan lunak. Sisi
tajam kuret gracey menghadap jaringan lunak. Kuret gracey yang dipakai
sesuaikan dengan elemen gigi yang dikerjakan
8. Pada perlakuan diatas jari, tangan kiri digunakan untuk menahan bagian luar pada
jaringan lunak yang sedang dikerjakan
9. Irigasi daerah operasi dengan larutan antiseptik
10. Kontrol perdarahan dengan menggunakan kasa
c. Farmakologi
Pemberian topikal antimikroba sering lebih efektif diberikan sebagai tambahan
setelah tindakan scaling dan root planing untuk perawatan penyakit periodental.
Antimikroba yang sering dipakai adalah tetrasiklin, minosiklin, doksisiklin,
chlorheksidin dan metronidazol.
Hasil penelitian Ainamo, dkk, 2002 membuktikan keefektifan pemberian
metronidazol gel 25% sebagai terapi tambahan dan dapat membrikan hasil yang baik
setara dengan pembersihan secara mekanis. Pemberian metronidazol selama 7 hari
dan setelah itumengalami penurunan daya kerjanya terhadap bakteri.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran KGB pada regio mandibula, tampak
pembengkakan dan kemerahan pada gingiva 31 32 33 41 42 43, plak dan kalkulus pada semua
gigi, crowded anterior gigi 31 42, dan radiks pada gigi 28. Pada gigi 31 32 33 41 42 43 terdapat
nyeri tekan dan ketok.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis dengan periodontitis 31,
32, 33, 41, 42, 43 disertai dengan bases periapial 18, GMKG, radiks 28. Berdasarkan diagnosis
yang didapatkan pada kasus ini rencana perawatan yang perlu dilakukan meliputi scaling dan
rootplaning yang dilanjutkan dengan kuretase, dan premedikasi antibiotic amoxicillin atau
Eritromisin 3 x 500 mg selama 5 hari untuk periodontitis. Sedangkan untuk abses periapikal 18
pasien dianjurkan berkumur dengan air hangat, minum paracetamol 3 x 500 mg ( kapan
diperlukan ) dan amoksisilin 3 x 500 selama 5 hari sebelum dilakukan pencabutan gigi. Gangren
radiks 28 perlu diberikan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari atau eritromisin atau
kotrimoksazol dan paracetamol 3 x 500 mg ( kapoan perlu) sebelum pencabutan gigi. Gingivitis
Multiple Kronis Generalisata (GMKG) premedikasi diberikan Amoxicillin atau Eritromisin 3 x
500 mg selama 5 hari. Pada keadaan crowded anterior berdasarkan teori pasien dianjurkan untuk
mengunjungi dokter spesialis ordodontik untuk pemasangan kawat gigi, namun pada pasien ini
dikarenakan ada permasalahan periodontitis pada gigi anteriornya maka pemasangan kawat gigi
tidak dianjurkan.
Penatalaksanaan pasien di puskesmas adalah pemberian premedikasi berupa amoksisilin
sebagai antibiotik dan asam mefenamat sebagai analgetik. Pemberian premedikasi tersebut
bertujuan untuk menghilangkan infeksi bakteri, dan mengurangi nyeri pada gigi yang mengalami
abses. Kemudian pasien diminta kontrol ulang setelah lima hari dan pada kunjungan berikutnya
direncanakan untuk dilakukan pencabutan gigi 18 jika abses sudah sembuh.
SIMPULAN
1. Diagnosis seharusnya abses periapikal pada gigi 18, periodontitis pada gigi 31, 32, 33, 41,
42, 43 dan GMKG.
2. Premedikasi antibiotik yang diberikan pada abses periapikal dan periodontitis sudah tepat
yaitu golongan penisilin seperti amoksisilin.
3. Penatalaksanaan abses periapikal pada gigi pasien seharusnya dilakukan tindakan insisi abses
pada saat awal terapi.
4. Penatalaksanaan plak pada gigi lainnya yaitu dilakukan dengan tindakan scaling dan
rootplaning¸ kemudian dilanjutkan dengan kuretase, namun tidak dapat dilakukan karena
peralatan di puskesmas tidak memadai.
5. Pasien mengaku kurang menjaga kebersihan mulut dengan baik sehingga ini dapat dikaitkan
dengan rendahnya kesadaran dan pengetahuan pasien untuk menjaga oral higiene.
SARAN
1. Kepada dokter gigi disarankan untuk lebih meyakinkan pasien untuk bersedia mengikuti
prosedur terapi yang seharusnya.
2. Kepada dokter gigi ataupun tenaga kesehatan lainnya untuk lebih meningkatkan program
penyuluhan dan edukasi tentang menjaga kesehatan gigi dan mulut serta perawatan gigi
kepada masyarakat.
3. Kepada pimpinn Puskesmas diasarankan untuk melengkapi arana dan prasarana yang
memadai.
DAFTAR PUSTAKA
th
1. Berkovitz BKB, Holland GR, Moxham BJ. Oral anatomy, histology and embriology. 4
edition. London: Mosby Elsavier. 2008.
2. Siregar, M. Karies gigi. Available from :http//medicascore.com. [Diakses 18 agustus
2016].
3. Tooth Eruption. Available from: http//www.adandental.com.au/tooth_eruption _dates.htm
[Diakses 18 agustus 2016]
4. Alan BD, Joanna MD . Common dental emergencies. American Family Physician.
University of Connecticut School of Dental Medicine, Farmington. 2003. Hal : 511-6.
5. Carranza FA, Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR. Clinical Periodontology 10th ed.
USA :Saunders Elsevier. 2006.
6. Putri MH, dkk. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras Dan Jaringan Pendukung Gigi.
EGC, Jakarta. 2011.
7. Willett NP, White RR, Rosen S. Essential Dental Microbiology. Connecticut : Appleton
& Lange A Publishing Division of Prentice. 1991. Hal: 326-334 :337-338 : 346
8. Daliemunthe SH. Periodonsia. Edisi Revisi. Departemen Periodonsia FKG USU, Medan.
2008.
9. Ekaputri S, Masulili S. Cairan sulkus gingiva sebagai indikator keadaan jaringan
periodontal. Majalah kedokteran gigi Vol.17, No 1. 2010.
10. Highfield J. Diagnosis and classification of periodontal disease. Australian Dental
Journal, Sydney. 2009; S11-S26.
11. Scottish Dental Clinical Effectiveness Programme. Prevention and treatment of
periodontal disease in primary care; dental clinical guidance. National Dental Advisory
Committee. Scottland. 2014.
12. Sweeting LA, Davis K, Cobb CM. Periodontal Treatment Protocol (PTP) for General
Dental Practice. The Journal of Dental Hygiene. 2008.
13. Skills Lab Periodonsia. Available from:
http://akademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2014/02/BPSL-Blok-7-2014.pdf [Diakses 28
april 2017]