Pelaksana Riset:
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
Periode Riset:
Agustus 2018 – Desember 2018
Daftar Isi_______________________________________________________________2
1. Pendahuluan__________________________________________________________3
2. Tujuan_______________________________________________________________3
2.1. Tujuan Proyek_____________________________________________________3
2.2. Hasil yang Ingin Dicapai_____________________________________________3
3. Rencana dan Aktifitas___________________________________________________4
3.1. Rencana Pelaksanaan Proyek_________________________________________4
3.2. Keterlambatan Pelaksanaan Proyek___________________________________4
3.3. Aktifitas yang Telah Dilaksanakan_____________________________________4
3.4. Aktifitas Mendatang________________________________________________5
4. Hasil yang Telah Dicapai dan Desain Sistem________________________________6
4.1. Rekapitulasi Hasil Proyek Terhadap Tujuan Awal________________________6
4.2. Informasi dalam agriKnow___________________________________________6
4.2. Alur Informasi dalam Sistem agriKnow________________________________7
5. Status Terakhir Sistem yang Dibangun____________________________________10
6. Agenda Selanjutnya____________________________________________________11
7. Kesimpulan__________________________________________________________11
8. Penutup______________________________________________________________12
Kebakaran lahan dan hutan menjadi semakin parah tidak hanya di Kalimantan
Tengah hal ini dipicu oleh kegiatan dimana lahan gambut digunakan untuk
pertanian atau perkebunan yang dibarengi dengan pembuatan kanal
drainase, sehingga menyebabkanair gambut menjadi kering dan menjadi
mudah terbakar pada musim kemarau. Pada tahun 1997, bencana
kebakaran telah merusak tidak kurang dari 2,2 juta Ha hutan rawa
gambut, dan menghancurkan cadangan carbon pada lahan gambut sebesar
0,14 - 0,17 Gt. Selain itu, juga mengakibatkan beberapa masalah
kesehatan, sebagai contoh di Kalimantan Tengah, selama kebakaran pada
tahun 2015 terdapat data kasus infeksi saluran pernafasan Akut(ISPA)
Kalteng hingga minggu ke IV september 2015 jumlah penderita mencapai
20.274 orang (KMNLHRI dan UNDP; 2015). Kebakaran hutan ini juga
mengakibatkan kerugianbesar dalam bidang sosial ekonomi.
Salah satu solusi untuk mengantisipasi kebakaran lahan dan hutan gambut
adalah dengan penyediaan sarana dan prasarana pendukung bagi masyarakat
setempat, melalui penguatan kelompok MPA yang dibekali dengan keterampilan
untuk membuat sumur bor. Sumur bor dapat digunakan untuk pembasahan
gambut sekaligus untuk pencegahan kebakaran lahan dan hutan gambut.
Namun sumur bor yang ditempatkan secara teratur dalam pola yang teratur
mengikuti garis dalam sekat bakar, akan mempermudah pembasahan gambut
dan pencegahan kebakaran.
Perubahan besar apa yang ingin dicapai oleh proyek (kualitatif dan
kuantitatif)?
Jika dilihat dari efektivitas 1 titik sumur bor yang didukung oleh 1 (satu) unit
mesin Robin dengan panjang selang pelontar adalah 100 m, maka dapat
membasahi atau mencegah kebakaran dalam radius 100 m sehingga cukup
effectif untuk menjaga lahan gambut seluas 4 ha. Tetapi jika mengunakan
sistem reli (mengunakan dua mesin pompa) dimana masin pompa satu dengan
panjang selang 100 m disambung lagi dengan mesin pompa kedua dengan
panjang 100 m juga, sehingga total yang dapat dibasahi gambut dalam radius
200 meter, artinya dapat menjaga dan memitigasi kawasan seluas 8 hektar.
Sumur bor adalah salah satu cara untuk mandapatkan air yang cukup bahkan
berlebihan pada musim kemarau, yang dapat digunakan untuk pembasahan
gambut maupun untuk pencegahan kebakaran lahan dan hutan gambut. Sumur
bor pada lahan gambut dinilai cukup efektif untuk pencegahan kebakaran, dan
setiap satu titik sumur bor dapat menjaga lahan gambut seluas 4-8 hektar,
namun harus dikolaborasikan dengan kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA).
Sumur bor dapat memberikan keuntungan besar bagi lingkungan dan social.
Artinya bahwa setiap titik sumur bor dapat berkontribusi secara nyata dalam
mencegah kebakaran dan bencana kabut asap terulang kembali di Kalimantan
Tengah. Dengan tidak adanya kabut asap, maka akan menguntungkan bagi
seluruh masyarakat Kalimantan Tengah. Keuntungan yang dimaksud misalnya
bandara tidak tutup, sekolah tidak libur, dan udara tidak tercemar, sehingga
hidup dalam kondisi normal.
Pendekatan dan metode yang digunakan untuk membangun sumur bor pada tiap
desa adalah dilakukan oleh kelompok MPA/MPG itu sendiri yang sudah dilatih,
dengan didampingi oleh satu orang tenaga instruktur dan satu tenaga fasilitator dari
P2KLH UPR. Satu regu MPA terdiri dari 10 orang, dimana akan dibagi dalam 2 tim
masing-masing 5 orang, yaitu tim pertama adalah tim pembuatan sumur bor dan tim
kedua (5 orang)adalah melakukan finishing dan pengujian sumur bor tersebut.
Kedua tim tersebut akan bekerja secara bergantian yang diatur oleh ketua regu
masing-masing, dengan target 5 unit sumur bor setiap hari.
Perlibatan kelompok MPA dalam membangun sumur bor secara langsung untuk
meningkatkan rasa memiliki (sense of belonging) dari warga desa setempat, agar ikut
berperan aktif dalam menjaga lingkungan diwilayah desa masing-masing.
2.1 Duplikasi
Proyek pembangunan sumur bor sudah dilaksanakan pada beberapa wilayah
gambut di Indonesia.
1. P2KLH-UPR telah membuat 150 unit sumur bor di Rimbo Panjang
Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, Riau, yang difasilitasi oleh BRG
dan UNDP. Pengunaaan sumur bor ternyata menurut mereka sangat efektif
untuk mencegah dan tindakan dini pemadaman kebakaran. Sebagai contoh
di desa Rimbo Panjang ada kejadian kebakaran yang baru-baru ini terjadi
seluas kurang lebih 2 ha, pada bulan Agustus 2016, namun kebakaran
tersebut terjadi diluar titik sumur bor yang sudah dibangun, tetapi dengan
keahlian dan ketrampilan yang dimiliki oleh MPA dalam membuat sumur
bor, maka pada daerah tersebut dengan cepat dibuat sumur bor (pembuatan
satu titik memerlukan 1,5 jam) dan hasilnya kebakaran lahan seluas 2
hektar tersebut, apinya dapat dilokalisir dengan cepat dan kegiatan
pemadaman berlangsung tanpa ada kesulitan air.
2. Selain itu, P2KLH-LPPM UPR juga telah membangun 210 unit sumur bor di
Kecamatan Jabiren Raya Kabupaten Pulang Pisau, yaitu 50 unit di desa
Taruna Jaya, 50 unit di desa Tumbang Nusa, 53 Unit di desa Pilang, 25 unit
di desa Garong, dan 25 unit di desa Gohong, dan 7 unut di wilayah kampus
UPR sebagai tempat peatihan yang juga difasilitasi oleh BRG dan UNDP.
Walaupun jumlah sumur bor sudah banyak (203 unit) di Pulang Pisau,
namun masih dirasakan sangat kurang, sehingga perlu ditambah lagi, agar
mencover seluruh wilayah rawan terbakar di Kecamatan Jabiren Raya,
sekaligus menambah pada desa-desa yang belum terbangun sumur bor di
wilayah tersebut.
Oleh karena itu lewat proposal ini diharapkan dapat membantu melengkapi
sarana dan prasarana sumur bor untuk mencukupi kebutuhan minimal di