Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 11 / No.

1 / Januari 2016

Analisis Faktor yang Berpengaruh dalam Swamedikasi Antibiotik pada


Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Kajen Kebupaten Pekalongan
Ady Restiyono*)
*) Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro Semarang
Email: ady_farma@yahoo.com

ABSTRAK
Swamedikasi adalah cara yang telah biasa dilakukan masyarakat terutama ibu rumah
tangga dalam pengobatan beberapa penyakit ringan sekarang ini. Antibiotik merupakan
salah satu obat yang sering digunakan secara tidak rasional dalam swamedikasi oleh ibu
rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor apa saja yang
berpengaruh dalam swamedikasi antibiotik pada ibu rumah tangga di Kelurahan Kajen
Kabupaten Pekalongan. Penelitian dilakukan secara analitik dengan pendekatan cross
sectional. Dengan menggunakan tekhnik proportional random sampling, sebanyak 300 ibu
rumah tangga sebagai sample telah diteliti, dan menunjukkan bahwa lebih banyak ibu
rumah tangga yang tidak melakukan swamedikasi antibiotik (59%) dibandingkan yang
melakukan swamedikasi antibiotik. Faktor yang paling berpengaruh dalam swamedikasi
antibiotik pada ibu rumah tangga adalah pengetahuan tentang antibiotik (OR=5.307,
p=0,000) sehingga pengetahuan yang baik memiliki kemugkinan 5.307 kali tidak
melakukan swamedikasi antibiotik, serta sumber informasi (OR=29,94, p=0.0005)
sehingga memiliki sumber informasi yang baik memiliki kemungkinan 29,94 kali tidak
melakukan swamedikasi antibiotik.
Kata kunci: swamedikasi, antibiotik, ibu rumah tangga
ABSTRACT
Swamedication had been known in society especially housewives for treating some mild
disseases. Antibiotic is one of the drugs which is often used irrationally by housewives.
This research aims to analyze factors influence in antibiotic swamedication by hosewives
at Kelurahan Kajen Kabupaten Pekalongan. This research was done analitically with
cross sectional approach. By using proportional random sampling technique, 300
hosewives as sample has been investigated and showes that more house wives are not
doing antibiotics swamedication (59%) than do. The most influential factors in antibiotics
swamedication by housewives are knowladge about antibiotic (OR=5.307, p=0,000) so,
good knowladge likely 5.307 times not doing antibiotic swamedication, and source of
information of antibiotics (OR=29,94, p=0.0005) so, good source of information of
antibiotics likely 29.94 times not doing antibiotic swamedication.
Keywords: swamedication, antibiotic, housewife

PENDAHULUAN bahkan obat juga dapat menyembuhkan


Obat merupakan komponen yang penyakit.
penting karena diperlukan dalam sebagian Pengobatan sendiri adalah
besar upaya kesehatan baik untuk penggunaan obat oleh masyarakat untuk
menghilangkan gejala dari suatu penyakit, tujuan pengobatan sakit ringan (minor
obat juga dapat mencegah penyakit illnesses), tanpa resep atau intervensi

14
Faktor-faktor yang Berpengaruh……. (Ady Restiyono)

dokter. Pengobatan sendiri yang sesuai Pemilihan jenis obat yang akan
aturan adalah apabila cara menggunakan digunakan perlu memperhatikan gejala
obat sesuai dengan keterangan yang atau keluhan penyakit, kondisi khusus
tercantum dalam kemasan. Selain misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut
mempunyai keuntungan, pengobatan usia, diabetes mellitus, hipertensi,
sendiri yang tidak sesuai aturan selain pengalaman alergi atau reaksi yang tidak
dapat membahayakan kesehatan juga diinginkan terhadap obat tertentu, cara
pemborosan waktu dan biaya karena pemakaian, efek samping dan interaksi
harus melanjutkan upaya pencarian obat yang dapat dibaca pada etiket atau
pengobatan (Shankar, 2002). brosur obat. Pemilihan jenis obat
Swamedikasi merupakan upaya disesuaikan dengan gejala penyakit dan
pengobatan yang dilakukan sendiri, tidak ada interaksi dengan obat yang
biasanya dilakukan untuk mengatasi sedang diminum (Djunarko dan
keluhan-keluhan dan penyakit ringan Hendrawati, 2011)
yang banyak dialami masyarakat, seperti Antibiotik bukan obat berbahaya,
demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, tetapi obat-obat ini hanya boleh
sakit maag, cacingan, diare, penyakit kulit diresepkan jika infeksi bakteri terbukti
dan lain-lain. Swamedikasi menjadi ada. Namun masih banyak masyarakat
alternatif yang diambil masyarakat untuk yang cenderung melakukan swamedikasi
meningkatkan keterjangkauan pengobatan antibiotik untuk penyakit yang
masyarakat memerlukan pedoman yang dideritanya.
terpadu agar tidak terjadi kesalahan Menurut data BPS tahun 2011
pengobatan (medication error). Apoteker masyarakat Indonesia yang melakukan
sebagai salah satu profesi kesehatan sudah pengobatan sendiri (swamedikasi) dari
seharusnya berperan sebagai pemberi tahun 2007 sampai 2010 jumlahnya cukup
informasi (drug informer) khususnya besar dan meningkat terus dibandingkan
untuk obat-obat yang digunakan dalam dengan yang melakukan pengobatan
swamedikasi. Obat-obat yang termasuk rawat jalan yaitu pada tahun 2007.
dalam golongan obat bebas dan bebas Persentase masyarakat yang melakukan
terbatas relatif aman digunakan untuk swamedikasi adalah 65,01 %, tahun 2008,
pengobatan sendiri atau swamedikasi 65,59 %, tahun 2009 68,41% dan tahun
(KepMenkes RI, 2002). 2010 68,71%. Sedangkan data yang
melakukan pengobatan rawat jalan dari

15
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 11 / No. 1 / Januari 2016

tahun 2007 sampai 2010 yaitu pada tahun pasien sehingga apoteker di apotek sudah
2007 persentase masyarakat yang berperan aktif dalam memberikan KIE
melakukan pengobatan rawat jalan adalah kepada masyarakat tetapi masih perlu
44,14 %, tahun 2008 44,37 %, tahun 2009 ditingkatkan. Standar operasional
44,74 % dan tahun 2010 43,99 %. pelayanan yang ada di Apotek di wilayah
Swamedikasi antibiotik memiliki kajen di terapkan mulai dari pemesanan
dampak secara medis, yaitu dapat terjadi obat, penerimaan, penyimpanan,
resistensi yang dapat memperparah pelayanan obat kepada pasien dengan
penyakit. Karena tidak semua penyakit pemilihan obat yang tepat.
memerlukan antibiotik. Fenomena Pada perkembangannya saat ini di
swamedikasi antibiotik tidak hanya di desa Kajen terdapat apotek-apotek baru
perkotaan saja tetapi di desa pun sama. berdiri. Hal ini juga dapat menandakan
Posisi desa Kajen yaitu di pertengahan bahwa kebutuhan masyarakat terhadap
antara kota dengan pedesaan. ketersediaan pelayanan swamedikasi
Hasil survey pada masyarakat di meningkat.
Kecamatan Kajen pada tahun 2011 Oleh karena itu sangat penting untuk
cenderung melakukan pengobatan sendiri menganalisis factor-faktor yang
sehingga penjualan obat bebas dan obat mempengaruhi swamedikasi antibiotik
bebas terbatas di apotek, toko obat dan pada ibu rumah tangga di desa Kajen
warung meningkat 30%. Peningkatan Kabupaten Pekalongan.
penjualan obat bebas dan obat bebas
sangat dipengaruhi iklan di televisi dan METODE
perubahan musim. Apotek di wilayah Metode penelitian yang digunakan
Kajen pada waktu melayani penjualan adalah penelitian analitik dengan
obat bebas dan obat bebas terbatas sudah rancangan survey cross sectional.
disertai infomasi tentang pemilihan obat Populasi dalam penelitian ini adalah
sesuai dengan kondisi pasien, cara seluruh ibu rumah tangga di Kelurahan
minum, aturan minum, cara penyimpanan Kajen Kabupaten Pekalongan sebanyak
dan pemilihan obat yang terjangkau oleh 1.198 orang. Jumlah sampel yang
pasien, sehingga ibu-ibu rumah tangga ditentukan sebanyak 300 orang diambil
sudah mulai beralih untuk membeli obat dengan teknik proportional random
di apotek. Apotek di Kajen kebanyakan sampling.
sudah mempunyai standar pelayanan ke

16
Faktor-faktor yang Berpengaruh……. (Ady Restiyono)

Penelitian data menggunakan data Analisa bivariat dilakukan melalui


primer. Pengumpulan data menggunakan analisa tabulasi silang crosstabs dengan
wawancara langsung terhadap responden uji Chi Square (α = 0.05).
dengan menggunakan alat pengumpulan 3) Analisa multivariat
data yang berupa kuesioner. Analisa multivariat menggunakan
Pengolahan data meliputi editing, analisa regresi logistik untuk
scoring, coding, entry data, tabulating menentukan variabel yang dominan
dan processing data. Analisis data dalam pola hubungan antara variabel
meliputi: bebas dengan variabel terikat.
1) Analisa univariat
Analisa univariat menggunakan analisa HASIL
deskriptif untuk menggambarkan setiap 1. Analisis Univariat
variabel yang diteliti secara terpisah. Hasil dari analisis univariat
2) Analisa bivariat terhadap semua variabel dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 1. Hasil Analisis Univariat

Variabel Kategori Frekuensi Persentase


1. Usia Dewasa Muda 169 56.3
Dewasa Lanjut 131 43.7
2. Pendidikan Dasar (SD-SMP) 9 3
PTinggi (SMA-PT) 291 97
3. Jumlah anggota keluarga Kurang dari 3 orang (< 3) 73 24,3
Lebih dari 3 orang (≥ 3) 227 75,7
4. Pekerjaan Tidak Bekerja 266 88,7
Bekerja 34 11,3
5. Pendapatan Kurang dari Rp. 1.100.000 20 6,7
Lebih dari Rp. 1.100.000 280 93,3
6. Pengetahuan tentang Baik 181 60.3
antibiotik Kurang Baik 119 39,7
7. Alasan pemilihan Baik 164 54,7
antibiotik Kurang Baik 136 45,3
8. Sumber informasi Baik 181 60,3
Kurang Baik 119 39,7
9. Swamedikasi Melakukan 123 41
Tidak melakukan 177 59

17
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 11 / No. 1 / Januari 2016

Tabel 1 di atas menunjukkan pengetahuan yang baik mengenai


bahwa berdasarkan karakteristik antibiotic (60,3%), memiliki alasan
responden diketahui bahwa sebagian yang baik dalam memilih antibiotic
besar responden berumur dewasa muda (54,7%), memiliki sumber informasi
(56,3%), berpendidikan tinggi (97%), yang baik (60,3%) serta cenderung
memiliki jumlah anggota keluarga tidak melakukan swamedikasi (59%).
lebih dari 3 orang (75,7%), tidak 2. Analisis Bivariat
memiliki pekerjaan (88,7%) dan Kesimpulan hasil uji bivariat
berpendapatan lebih dari Rp. masing-masing variabel independen
1.100.000,- (93,3%). terhadap variabel dependen dapat
Selanjutnya dari tabel 1 juga dilihat pada rangkuman seperti pada
diketahui bahwa responden memiliki tabel di bawah ini:

Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat


Variabel Bebas Nilai p Keterangan
0.112 Tidak ada
1. Usia
hubungan
0.831 Tidak ada
2. Pendidikan
hubungan
0.165 Tidak ada
3. Jumlah anggota keluarga
hubungan
0.982 Tidak ada
4. Pekerjaan
hubungan
0.572 Tidak ada
5. Pendapatan
hubungan
6. Pengetahuan tentang antibiotik 0.000 Ada hubungan
7. Alasan pemilihan antibiotik 0.000 Ada hubungan
8. Sumber informasi pemilihan 0.000 Ada hubungan
antibiotik

Berdasarkan tabel 2 ditunjukkan dan sumber informasi pemilihan


bahwa diantara 8 variabel bebas yang antibiotik.
diteliti, terdapat 3 variabel yang
berhubungan secara statistik dengan 3. Analisis Multivariat
swamedikasi antibiotik pada ibu rumah Hasil analisis multivariat
tangga di Kelurahan Kajen Kabupaten menggunakan regresi logistik dengan
Pekalongan, yaitu pengetahuan tentang metode Backward LR menunjukkan
antibiotik, alasan pemilihan antibiotik hasil sebagai berikut:

18
Faktor-faktor yang Berpengaruh……. (Ady Restiyono)
Tabel 3. Hasil Analisis Multivariat
Praktik Pencegahan Infeksi HIV Pasca Pajanan (PEP)
Variabel
B S.E Wald df Sig Exp Lower Upper
Independen
(B)
Pengetahuan 1,669 0,389 18,451 1 0,000 5,307 2,478 11,366
antibiotik
Sumber informasi 3,399 0,388 54,256 1 0,000 29,940 13,990 64,073
Konstanta -2,514 0,341 54,256 1 0,000 0,081

Dari tabel 3 di atas dapat dijelaskan PEMBAHASAN


sebagai berikut: 1. Usia
Usia merupakan lama hidup yang
a. Nilai adjusted OR atau exp (B)
dihitung sejak dilahirkan. Semakin
variabel sumber informasi pemilihan
bertambah umur seseorang, semakin
antibiotik sebesar 29,94 dengan p =
bertambah pula daya tanggapnya.
0.000 (p < 0,05) berarti yang
Melalui perjalanan usianya semakin
memiliki sumber informasi baik
dewasa individu yang bersangkutan
mempunyai kemungkinan 29,94 kali
akan melakukan adaptasi perilaku
tidak melakukan swamedikasi
terhadap lingkungan.
antibiotik dibandingkan dengan yang
Semakin cukup umur, tingkat
memiliki sumber informasi kurang
kematangan dan kekuatan seseorang
baik.
akan lebih matang dalam berpikir dan
b. Nilai adjusted OR atau exp (B)
bekerja. Pada usia yang semakin tua
variabel pengetahuan tentang
maka seseorang semakin banyak
antibiotik sebesar 5.307 dengan p =
pengalaman sehingga pengetahuannya
0.000 (p < 0,05), berarti pengetahuan
semakin bertambah. Karena
yang baik mempunyai kemungkinan
pengetahuannya banyak maka
5.307 kali tidak melakukan
seseorang akan lebih siap dalam
swamedikasi antibiotik dibandingkan
menghadapi sesuatu (Notoatmodjo,
dengan pengetahuan yang kurang
2003)
baik.
Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh nilai p = 0,112 maka dapat
disimpulkan tidak terdapat hubungan
usia dengan swamedikasi antibiotik

19
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 11 / No. 1 / Januari 2016
pada ibu rumah tangga di Kelurahan Kelurahan Kajen Kabupaten
Kajen Kabupaten Pekalongan. Hal ini Pekalongan. Pendidikan sebagian besar
menunjukkan bahwa swamedikasi ibu adalah SMA, meskipun tingkat
antibiotik pada ibu rumah tangga tidak pendidikan yang dimiliki sudah cukup
terkait dengan usia para ibu, meskipun memadai, namun kurangnya sosialisasi
seharusnya responden dengan usia mengenai swamedikasi antibiotik
dewasa lebih cenderung untuk tidak menjadikan ibu rumah tangga tidak
melakukan swamedikasi antibiotik memahami dengan baik mengenai
secara sembarangan karena swamedikasi itu sendiri, sehingga masih
kedewasaannya dalam berfikir. banyak yang melakukan swamedikasi
2. Pendidikan secara sembarangan.
Pendidikan adalah setiap usaha, 3. Jumlah Anggota Keluarga
pengaruh, perlindungan dan bantuan Jumlah anggota keluarga terkait
yang diberikan kepada seseorang. dengan tingkat pengeluaran dalam suatu
Konsep dasar pendidikan adalah suatu keluarga. Semakin besar jumlah
proses belajar, jadi semakin tinggi anggota keluarga maka semakin besar
pendidikan ibu maka semakin mudah pula pengeluarannya yang pada
pula menerima informasi, sehingga akhirnya mempengaruhi sebuah
banyak pengetahuan yang dimiliki, keluarga dalam memenuhi kebutuhan,
sebaliknya pendidikan yang kurang terutama kebutuhan kesehatan.
akan menghambat perkembangan sikap Hasil penelitian diperoleh nilai p =
seseorang terhadap nilai-nilai baru yang 0,165 maka dapat disimpulkan tidak
diperkenalkan. Hal demikian terdapat hubungan jumlah anggota
dikemukakan juga oleh Notoatmodjo keluarga dengan swamedikasi antibiotik
(2003) bahwa pendidikan yang rendah pada ibu rumah tangga di Kelurahan
dapat menyebabkan timbulnya pola Kajen Kabupaten Pekalongan. Besar
pemikiran yang irasional dan adanya anggota keluarga tidak berpengaruh
kepercayaan-kepercayaan kepada banyak pada keputusan ibu rumah
takhayul. Ibu yang seperti ini akan sulit tangga dalam praktik swamedikasi
menerima hal-hal baru. antibiotik, mengingat sebagian besar ibu
Berdasarkan hasil penelitian dapat rumah tangga hanya
disimpulkan tidak terdapat hubungan mempertimbangkan faktor kepraktisan
pendidikan dengan swamedikasi saja dalam melakukan swamedikasi
antibiotik pada ibu rumah tangga di antibiotik.
20
Faktor-faktor yang Berpengaruh……. (Ady Restiyono)
4. Pekerjaan 5. Pendapatan
Pekerjaan adalah salah satu upaya Pendapatan merupakan penghasilan
untuk mendapatkan penghasilan, seseorang untuk membiayai kehidupan
dengan bekerja maka akan pribadinya dan keluarganya. Semakin
meningkatkan penghasilan sehingga besar pendapatan seseorang maka
dapat memenuhi kebutuhan dan semakin sejahtera kehidupan seseorang.
meningkatkan kesejahteraan. Selain Namun demikian, pendapatan tidak
mendapatkan penghasilan, lingkungan mempengaruhi praktik swamedikasi
pekerjaan akan memberikan pada ibu rumah tangga. Berdasarkan
pengalaman dan pengetahuan baik hasil penelitian disimpulkan terdapat
secara langsung maupun tidak langsung. hubungan pekerjaan dengan
Pengalaman yang kurang baik swamedikasi antibiotik pada ibu rumah
mendorong seseorang akan berusaha tangga di Kelurahan Kajen Kabupaten
untuk melupakan, namun jika Pekalongan.
pengalaman terhadap obyek tersebut 6. Pengetahuan tentang Antibiotik
menyenangkan maka secara psikologis Pengetahuan adalah merupakan
timbul kesan yang sangat mendalam hasil dari tahu, yang terjadi setelah
dan membekas dalam emosi orang melakukan penginderaan
kejiwaannya, dan akhimya dapat pula terhadap suatu obyek tertentu.
membentuk sikap positif dalam Penginderaan terjadi melalui panca
kehidupannya. indera manusia, yakni indra
Berdasarkan hasil penelitian tidak penglihatan, pendengaran, penciuman,
terdapat hubungan pekerjaan dengan rasa dan raba. Sebagian besar
swamedikasi antibiotik pada ibu rumah pengetahuan manusia diperoleh melalui
tangga di Kelurahan Kajen Kabupaten mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).
Pekalongan. Pekerjaan tidak Persentase responden sebagian besar
mempengaruhi keputusan untuk memiliki pengetahuan yang baik
melakukan swamedikasi antibiotik atau tentang antibiotik 54.7%. Dengan
tidak. Ibu rumah tangga yang bekerja jumlah responden yang melakukan
cenderung lebih banyak melakukan swamedikasi sebanyak 16.6%
swamedikasi, mengingat pengobatan sedangkan jumlah responden yang tidak
dengan swamedikasi dirasa lebih praktis melakukan swamedikasi sebanyak
dan tidak mengganggu aktivitas 83.4%.. Analisa bivariat menunjukkan
pekerjaan. bahwa dengan nilai α = 0,05 diperoleh
21
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 11 / No. 1 / Januari 2016
nilai p = 0,000 maka dapat disimpulkan berperilaku sesuai dengan pengetahuan
terdapat pengaruh Pengetahuan Tentang yang dimilikinya.
Antibiotik dengan Swamedikasi Ibu Responden yang mempunyai
Rumah Tangga Yang Menggunakan pengetahuan baik dan perilaku
Antibiotik di Kelurahan Kajen swamedikasi yang tepat dalam
Kabupaten Pekalongan. pengobatan mandiri menunjukkan
Pengetahuan merupakan domain bahwa pengetahuan yang dimiliki
yang sangat penting untuk terbentuknya responden berpengaruh terhadap
tindakan seseorang. Berdasarkan perilaku responden terutama dalam
pengalaman dan penelitian ternyata penggunaan Antibiotik. Responden
perilaku yang didasari pengetahuan yang mempunyai pengetahuan baik
akan lebih langgeng daripada perilaku tentang antibiotik dalam pengobatan
yang tidak didasari oleh pengetahuan. mandiri dapat disebabkan salah satunya
Sedangkan menurut WHO (1984) karena adanya motivasi responden
bahwa yang menyebabkan seseorang itu untuk menjaga kesehatan.
berperilaku karena adanya 4 alasan Dari hasil uji multivariat regresi
pokok yaitu pemikiran dan perasaan, logistic didapatkan hasil bahwa factor
acuan dan referensi dari seseorang, pengetahuan menjadi factor penentu
sumber daya, dan sosio budaya. Bentuk perilaku swamedikasi pada ibu. Hal ini
dari pemikiran dan perasaan salah dapat disebabkan karena ibu yang
satunya adalah pengetahuan. Seseorang pengetahuan yang baik memungkinkan
akan berperilaku didasarkan beberapa untuk melakukan analisa terhadap
pertimbangan yang diperoleh dari kebutuhan fisik dan keluarganya dan
tingkat pengetahuannya (Notoatmodjo, memilih upaya-upaya untuk
2010). meningkatkan aktifitas peningkatan
Pengetahuan merupakan bagian kesehatan.
penting dalam mempengaruhi perilaku 7. Alasan Pemilihan Antibiotik
kesehatan. Upaya-upaya ini menjadikan Persentase responden sebagian besar
setiap individu atau kelompok akan memiliki Alasan pemilihan yang baik
berusaha merubah sikap dan perilaku tentang antibiotik 54.7%. Dengan
kesehatannya. Notoatmodjo (2007) jumlah responden yang melakukan
bahwa pengetahuan merupakan strategi swamedikasi sebanyak 10.4%
perubahan perilaku yang penting untuk sedangkan jumlah responden yang tidak
menimbulkan kesadaran dan akhirnya melakukan swamedikasi sebanyak
22
Faktor-faktor yang Berpengaruh……. (Ady Restiyono)
89.6%.. Analisa bivariat menggunakan Disebutkan Oleh Niken bahwa
Chi-Square menunjukkan bahwa seseorang melakukan swamedikasi
dengan nilai α = 0,05 diperoleh nilai p = dilatarbelakangi oleh pengalaman atau
0,000 maka dapat disimpulkan terdapat keluarga, pernah menggunakan sisa
pengaruh Alasan pemilihan Antibiotik obat orang lain, menggunakan kopi
dengan Swamedikasi Ibu Rumah resep dokter. Dan meningkatnya
Tangga Yang Menggunakan Antibiotik perilaku swamedikasi disebabkan karna
di Kelurahan Kajen Kabupaten perkembangan teknologi farmasi yang
Pekalongan. inivatif, jenis atau merk obat yang
Ada berbagai hal yang beredar telah diketahui atau dikenal
melatarbelakangi ibu melakukan oleh masyarakat luas. Berubahnya
swamedikasi antibiotik, yaitu: peraturan tentang obat dan farmasi.
a. Biaya pengobatan yang mahal Kesadaran masyarakat akan pentingnya
Merupakan penilain konsumen dari arti sehat.
murah sampai mahal dalam berobat Hal ini diperkuat dengan hasil
ke dokter. kuesioner dimana ibu menggunakan
b. Kemudahan Pengobatan antibiotik karena alas an saran dari
Merupakan kecepatan proses keluarga/ teman 56%, ibu menggunakan
memperoleh obat tanpa harus antibiotik karena alasan kesembuhan
menunggu pemeriksaan dari dokter. pada pengobatan sebelumnya 82.7%.
c. Pesan iklan bentuk dukungan dari orang-orang
Merupakan esan dari perusahaan sekitar dalam perilaku swamedikasi
farmasi untuk menginformasikan menjadi factor pendorong dalam
obat dan manfaatnya bagi penggunaan antibiotik secara mandiri.
kesembuhan suatu penyakit. Menurut Green (2000) dukungan
d. Tingkat pendidikan merupakan salah satu dari beberapa hal
Merupakan ukuran tinggi rendahnya yang menjadi faktor pendorong
jenjang pendidikan yang dimiliki (Reinforcing factor) dalam perubahan
oleh ibu rumah tangga. perilaku seseorang. Sehingga dengan
e. Informasi dari pihak lain adanya dukungan dari keluarga dalam
Merupakan informasi dari seseorang alas an pemilihan antibiotik diharapkan
yang didasarkan pengalamannya menjadi faktor pendorong bagi
dalam menggunakan suatu obat responden untuk berperilaku baik dalam
(Atmoko dan Kurniawati, 2009).
23
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 11 / No. 1 / Januari 2016
penggunaan antibiotik dalam mencari informasi obat yang sesuai
swamedikasi. dengan penyakitnya dan apoteker dapat
8. Sumber Informasi memberikan informasi obat yang
Persentase responden sebagian besar objektif dan rasional.
memiliki Alasan pemilihan yang baik Berlandaskan pada Permenkes No.
tentang antibiotik 60.3%. Dengan 919/MENKES/PER/X/1993
jumlah responden yang melakukan swamedikasi boleh dilakukan untuk
swamedikasi sebanyak 10.5% kondisi penyakit yang ringan, umum
sedangkan jumlah responden yang tidak dan tidak akut. Setidaknya ada lima
melakukan swamedikasi sebanyak komponen informasi yang diperlukan
89.5%.. Analisa bivariat menunjukkan untuk swamedikasi yang tepat
bahwa dengan nilai α = 0,05 diperoleh menggunakan obat modern, yaitu
nilai p = 0,000 maka dapat disimpulkan tentang kandungan aktif obat, Indikasi,
terdapat pengaruh Sumber Informasi Dosis, efek samping dan kontra
dalam pemilihan Antibiotik dengan indikasi.
Swamedikasi Ibu Rumah Tangga Yang Kriteria obat yang dapat digunakan
Menggunakan Antibiotik di Kelurahan tanpa resep juga telah diatur dalam
Kajen Kabupaten Pekalongan. undang-undang antara lain memenuhi
Berdasarkan pengertian dari syarat : Tidak dikontraindikasikan
Swamedikasi sendiri yang merupakan untuk penggunaan pada wanita hamil,
perilaku untuk mengatasi sakit ringan anak dibawah usia 2 tahun dan orang
sebelum mencari pertolongan ke tua diatas 65 tahun, Pengobatan sendiri
petugas atau fasilitas kesehatan. dengan dimaksudkan tidak memberikan
Swamedikasi sendiri berada dalam resiko pada kelanjutan penyakit,
konteks mengobati diri untuk penggunaan tidak memerlukan cara atau
meringankan penderitaan atau sakit. alat khusus yang harus dilakukan oleh
Berlandaskan pada Permenkes No. tenaga kesehatan, penggunaannya tidak
919/MENKES/PER/X/1993 secara memerlukan cara atau alat khusus yang
sederhana swamedikasi didefinisikan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan,
sebagai upaya seseorang dalam penggunaannya diperlukan untuk
mengobati gejala sakit tanpa penyakit yang prevalensinya tinggi di
berkonsultasi dengan dokter terlebih Indonesia, Obat dimaksud memiliki
dahulu, namun bukan berarti tanpa rasio khasiat keamanan yang dapat
petunjuk medis, justru pasien harus
24
Faktor-faktor yang Berpengaruh……. (Ady Restiyono)
dipertanggung jawabkan untuk obat kepada masyarakat. Seperti
pengobatan sendiri41 penyampaian informasi tentang
Dampak positif dari swamedikasi penggunaan obat secara tepat, aman dan
antara lain: Pencegahan maupun rasional. Informasi yang diberikan harus
pengobatan yang lebih dini dan biaya benar, jelas dan mudah dimengerti serta
yang lebih terjangkau dan cepat. Namun cara penyampaiannya disesuaikan
memiliki dampak negative terkait dengan kebutuhan, selektif, etika,
dengan pengobatan menggunakan bijaksana dan hati-hati. Informasi yang
antibiotik yang kurang rasional yang diberikan kepada pasien sekurang-
disebabkan karna masyarakat awam kurangnya meliputi: cara pemakaian
tidak mengetahui latar belakang pasti obat, cara penyimpanan obat, jangka
sebuah penyakit disebabkan oleh waktu pengobatan, makanan/ minuman/
bakteri, virus, atau parasit lainnya. aktifitas yang hendaknya dihindari
Sedangkan dalam penggunaan selama terapi dan informasi lain yang
antibiotik hanya efektif jika penyebab diperlukan (Anief, 1997).
penyakit adalah bakteri.
9. Swamedikasi Antibiotik
SIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan
Praktik swamedikasi antibiotik
persentase responden sebagian besar
pada ibu rumah tangga diketahui lebih
melakukan pengobatan dengan petunjuk
banyak yang tidak melakukan
medis yaitu 60.3%. Dari distribusi
swamedikasi antibiotik (59%)
jawaban responden mengenai perilaku
dibandingkan yang melakukan
swamedikasi bahwa sebagian besar
swamedikasi antibiotik (41%).
responden bertanya terlebih dahulu
Variabel yang berpengaruh
pada apoteker saat membeli antibiotik
terhadap swamedikasi antibiotik pada ibu
sebanyak 97% responden.
rumah tangga adalah pengetahuan tentang
Disinilah peran Farmasi Apoteker
antibiotik (OR=5.307, p=0,000), berarti
untuk membimbing dan memilihkan
pengetahuan yang baik mempunyai
obat yang tepat. Pasien dapat meminta
kemungkinan 5.307 kali tidak melakukan
informasi kepada apoteker agar
swamedikasi antibiotik dibandingkan
pemilihan obat lebih tepat. Selain
dengan pengetahuan yang kurang baik, dan
apoteker, tenaga farmasi lain seperti
sumber informasi pemilihan antibiotik
asisten apoteker mempunyai peran
(OR=29,94, p=0.0005), berarti yang
penting dalam menyampaikan informasi
25
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 11 / No. 1 / Januari 2016
memiliki sumber informasi baik and Environmental Approach. Second
mempunyai kemungkinan 29,94 kali tidak Edition. London : Mayfield Publishing
melakukan swamedikasi antibiotik Company. 2000.
dibandingkan dengan yang memiliki
sumber informasi kurang baik. Keputusan Mentri Kesehatan Republik
Variabel yang berhubungan dengan Indonesia Nomor
swamedikasi antibiotik pada ibu rumah 1332/MENKES/SK/X/2002/ tentang
tangga yaitu pengetahuan tentang Perubahan atas Peraturan Mentri No:
antibiotik (p=0,000), alasan pemilihan 922/MENKES/PER/X/1993 tentang
antibiotik (p=0,000) dan sumber informasi Ketentuan dan Tata Cara Pemberian
pemilihan antibiotik (p=0,000). Variabel Izin Apotek.
yang tidak berhubungan dengan
swamedikasi antibiotik pada ibu rumah Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan
tangga adalah usia (p=0,112), pendidikan dan Perilaku. Rineka Cipta.
(p=0,831), jumlah anggota keluarga
(p=0,165), pekerjaan (p=0,982) dan Notoadmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan.
pendapatan (p=0,572). Jakarta: Bineka Cipta; 2010

KEPUSTAKAAN Notoatmodjo, Soekidjo, Pendidikan dan


Anief, M. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.
University Press. Yogyakarta. 1997 Rineka Cipta. 2003

Atmoko dan Kurniawati. Swamedikasi Shankar, P.R., dkk. Self-Medication and


Sebuah Respon Realistik Perilaku Non-Doctor Prescription Practices in
Konsumen Di Masa Krisis. Jurnal Pokhara Valley, Western Nepal: a
Bisnis dan Kewirausahaan. 2009. questionnaire-based study. BMC
Family Practice : 2002.
Badan Pusat Statistik and ORC Makro. (http://biomedcentral.org).
Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia 2007-2010. BPS and ORC WHO. The Role of The Pharmacist in Self-
Macro. Jakarta. 2011. Care and Self-Medication. The
Netherlands. 1998.
Green, L.W. dan Marshall W.K. Health
Promotion Planning An Educational
26
Faktor-faktor yang Berpengaruh……. (Ady Restiyono)

27

Anda mungkin juga menyukai