Anda di halaman 1dari 64

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASALAH


PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS
SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB)
DI GEDUNG PROFESOR DR. SOELARTO LANTAI 1
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

KARYA ILMIAH AKHIR-NERS

HARYANI, S.Kep
0806457060

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
KELAS REGULER
DEPOK
JULI 2013

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASALAH


PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS
SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB)
DI GEDUNG PROFESOR DR. SOELARTO LANTAI 1
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

KARYA ILMIAH AKHIR-NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ners Keperawatan

HARYANI, S.Kep
0806457060

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
KELAS REGULER
DEPOK
JULI 2013

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis akhir-Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Haryani, S.Kep

NPM : 0806457060

Tanda Tangan :

Tanggal : 5 Juli 2013

ii

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


HALAMAN PERSETUJUAN

Karya tulis ini diajukan oleh :


Nama : Haryani
NPM : 0806457060
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul karya tulis : Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masalah
Perkotaan (KKMP) Pada Kasus Spondilitis
Tuberkulosis (TB) di Gedung Profesor Dr.
Soelarto Lantai 1 Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners
pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan,
Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dr. Rr. Tutik Sri Hariyati S.Kp.,MARS.

Penguji : Ns. Sri Sasongkowati, S.Kep

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 5 Juli 2013

iii Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
ramat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Akhir-Ners ini. Penulisan
Karya Tulis Akhir-Ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Ners Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada Karya Tulis Akhir-Ners ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu,
saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dewi Irawati, MA., Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan;
2. Kuntarti, SKp., M.Biomed sebagai koordinator Program Profesi 2012-
2013;
3. Riri Maria, SKp., MN sebagai sebagai koordinator Mata Ajar KKMP
4. Dr. Rr. Tutik Sri Hariyati S.Kp.,MARS sebagai dosen pembimbing Karya
Tulis Akhir-Ners yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi;
5. Ns. Sri Sasongkowati, S.Kep sebagai pembimbing klinik yang telah
memberikan banyak masukan agar Karya Tulis Akhir-Ners saya menjadi
lebih baik;
6. Kepada perawat ruangan di gedung Prof. Dr. Soelarto lantai 1 RSUP
Fatmawati yang telah membimbing selama praktik KKMP;
7. Orang tua dan kakak saya yang telah memberikan dukungan material dan
moral dalam menyelesaikan Karya Tulis Akhir-Ners ini;
8. Sahabat MAGIC yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan
Karya Tulis Akhir-Ners ini; dan

iv

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


9. Teman-teman 2008 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indoensia
yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, yang telah sama-sama
berjuang dalam menyelesaikan Karya Tulis Akhir-Ners ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas kebaikan
pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Akhir-Ners ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu.

Depok. 5 Juli 2013

Haryani, S.Kep

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Haryani
NPM : 0806457060
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Karya Tulis Akhir-Ners

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masalah Perkotaan (KKMP) pada


Kasus Spondilitis Tuberkulosis (TB) di Gedung Profesor Dr. Soelarto Lantai
1 Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indoneisa berhak menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 5 Juli 2013

Yang menyatakan

(Haryani, S.Kep)
vi

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


ABSTRAK

Nama : Haryani
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul : Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masalah
Perkotaan (KKMP) Pada Kasus Spondilitis Tuberkulosis
(TB) di Gedung Profesor Dr. Soelarto Lantai 1 Rumah
Sakit Umum Pusat Fatmawati

Spondilitis tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan perkotaan.


Spondilitis TB adalah infeksi tulang belakang yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis. Gejala yang paling sering ditimbulkan oleh
spondilitis TB adalah nyeri punggung dan kecemasan sebelum operasi. Karya
ilmiah ini memaparkan tentang asuhan keperawatan yang diberikan pada salah
satu klien dengan masalah spondilitis TB di Gedung Profesor Dr Soelarto Rumah
Sakit Umum Pusat Fatmawati. Intervensi keperawatan yang dilakukan khususnya
terkait tehnik relaksasi napas dalam. Evaluasi keperawatan didapatkan bahwa
setelah klien melakukan tehnik relaksasi napas dalam, nyeri dan kecemasan
berkurang.
Kata kunci: napas dalam, nyeri, cemas, spondilitis tuberkulosis

ABSTRACT

Name : Haryani
Study Program : Nursing
Title : Analysis of Clinical Nursing Practice of Urban Health for
spondylitis tuberculosis case in one floor Profesor Dr.
Soelarto building Fatmawati hospital

Spondylitis tuberculosis is one of health urban issues. Spondylitis tuberculosis is


an infection in spine caused by mycobacterium tuberculosis. The most common
symptoms of spondylitis tuberculosis are back pain and anxiety before surgery.
This paper describes about the nursing care given to one client with spondylitis
tuberculosis in one floor Profesor Dr. Soelarto building Fatmawati hospital.
Nursing intervention performed particulary related to deep breathing relaxation
techniques. Nursing evaluation found that after the client did the deep breathing
relaxation theniques, pain and anxiety is reduced.

Key words: anxiety, deep breathing, pain, spondylitis TB

vii Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................... vi
ABSTRAK ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 7


2.1 Tuberkulosis (TB) ......................................................................................... .... 7
2.2 Spondilitis Tuberkulosis (TB) ...................................................................... 10
2.3 Asuhan Keperawatan Spondilitis Tuberkulosis (TB) ................................... 15
2.4 Tehnik Relaksasi: Tarik Napas Dalam Untuk Mengatasi Nyeri dan
Kecemasan pada Penderita Spondilitis Tuberkulosis (TB)........................... 17

BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ...................................... 19


3.1 Pengkajian ......................................................................................... 19
3.2 Analisis dan Diagnosa Keperawatan............................................................. 22
3.3 Perencanaan dan Implementasi Keperawatan ............................................... 24
3.4 Evaluasi ......................................................................................... 25

BAB 4 PEMBAHASAN .................................................................................... 27


4.1 Analisis KKMP dengan Kasus Kelolaan ..................................................... 27
4.2 Analisis Kasus Kelolaan .............................................................................. 28
4.3 Analisis Tehnik Relaksasi Napas Dalam yang dilakukan pada Kasus
Klien Kelolaan ........................................................................................ 31

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 33


5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 33
5.2 Saran ......................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 35

LAMPIRAN

viii Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Asuhan Keperawatan Nn.A dengan Spondilitis TB di Gedung


Profesor Dr. Soelarto Lantai 1 Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati

ix Universitas Indoenesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


BAB 1
PENDAHULUAN

BAB 1 berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
dan manfaat penulisan. Rumusan masalah berisikan tentang masalah yang akan
dibahas. Tujuan penulisan terdiri dari dua sub bahasan, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus. Sedangkan manfaat penulisan terdiri dari manfaat yang didapat
dari karya ilmiah ini untuk pelayanan keperawatan, rumah sakit, dan ilmu
keperawatan.

1.1 Latar Belakang


Perkembangan globalisasi di berbagai kota semakin meningkatkan jumlah
peristiwa urbanisasi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suharini
(2007) ditemukan bahwa adanya perkembangan pada suatu kota akan
meningkatkan jumlah penduduk untuk melakukan urbanisasi. Dengan kata lain,
urbanisasi dapat mempengaruhi terhadap pekembangan kota.

Peristiwa urbanisasi dapat memberikan pengaruh negatif pada suatu kota. Tellnes
(2005) menyatakan bahwa dampak negatif yang ditimbulkan akibat urbanisasi
salah satunya adalah perubahan gaya hidup kearah masalah kesehatan seperti
merokok. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Ischak (2001)
menyebutkan bahwa dampak negatif dari urbanisasi meliputi adanya pencemaran
udara akibat peningkatan jumlah transportasi dan perkembangan industrialisasi.
Akibat merokok dan pencemaran udara tersebut dapat mengakibatkan timbulnya
masalah kesehatan pada penduduk kota.

Pencemaran udara pada suatu kota dapat menimbulkan masalah kesehatan berupa
masalah pernapasan pada penduduk kota. Penyakit pernapasan seperti ISPA
merupakan salah satu faktor akibat pencemaran udara (Brunner, Suddart, &
Smeltzer, 2008). Keadaan kota dengan tercemarnya udara menimbulkan
mudahnya mycobacterium masuk kedalam tubuh manusia. Salah satu penyakit

1 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


2

yang disebabkan oleh mycobacterium dan mudah ditularkan melalui udara pada
suatu kota yaitu penyakit tuberkulosis (Arias, 2009).

Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesetahan utama di berbagai


negara di dunia. Berdasarkan hasil data World Human Organization (WHO)
(2012) menyatakan bahwa benua dengan tingkat tertinggi penderita TB terdapat di
benua Asia dan afrika dengan India dan China merupakan negara penyumbang
terbesar kasus TB di dunia sekitar 40% dan kawasan negara-negara di Asia
Tenggara dan Pasifik Barat menyumbangkan sekitar 60% kasus TB di dunia.
Salah satu Negara Asia tenggara yang menyumbangkan kasus tuberkulosis adalah
Negara Indonesia.

Kasus TB di Indonesia merupakan masalah kesehatan utama di masyarakat.


Tahun 2011, Indonesia merupakan peringkat ke 4 negara dengan kasus TB
tertinggi setelah Negara China, India, dan Afrika Selatan (WHO, 2012). Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menyatakan bahwa penyakit TB
paru di Indonesia merupakan penyebab kematian nomor tiga tersebar setelah
setelah penyakit jantung dan pernapasan (Depkes, 2008). Peningkatan jumlah
penderita TB paru juga dipengaruhi oleh industrialisasi, kemudahan transportasi,
serta perubahan ekosistem (Muttaqin, 2008). Selain itu, kemiskinan menyebabkan
penduduk kekurangan gizi, tinggal ditempat yang tidak sehat dan kurangnya
kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan sehingga meningkatkan risiko
terjadinya penyakit TB (Mahpudin, 2005).

Kelompok usia produktif merupakan kelompok usia dengan peringkat tertinggi


penderita TB. Kemenkes (2011) menyatakan bahwa sekitar 75% pasien TB adalah
kelompok usia paling produktf secara ekonomis (15-50 tahun). Muttaqin (2008)
mengatakan hal yang sama bahwa sebagian besar penderita TB berasal dari
kelompok usia produktif.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


3

TB merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium


tuberculosis (Brunner, Suddart, & Smeltzer, 2008). Bakteri TB menular melalui
udara ketika penderita TB batuk dan menyebarkan bakteri ke udara dalam bentuk
percikan dahak (Arias, 2009). Bakteri TB mampu menyerang seluruh bagian
tubuh manusia secara hematogen dan limfogen (Corwin, 2008). Dalam penelitian
Moesbar (2006) menyatakan bahwa 10% dari seluruh pendertita TB memiliki
keterlibatan dengan muskuloskeletal, dimana setengah dari hasil persentase
tersebut mempunyai lesi di tulang belakang.

TB tulang belakang atau dikenal dengan sebutan Spondilitis TB merupakan


kejadian TB ekstrapulmonal ke bagian tulang belakang tubuh (Brunner, Suddart,
& Smeltzer, 2008). Paramarta et al (2008) menyatakan bahwa sekitar 10% dari
kasus TB ekstrapulmonar merupakan spondilitis TB. Alavi dan Sharifi (2010)
menyatakan bahwa dari 69 penderita spondilitis TB, sebayak 21 pasien
diakibatkan adanya riwayat penyakit TB paru. Dengan kata lain, dapat dikatakan
bahwa spondilitis TB merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis ditempat lain
dari tubuh.

Spondilitis TB dapat terjadi pada level manapun dari tulang belakang . Tulang
belakang tubuh manusia terdiri dari 7 servikal, 12 thorakal, 5 lumbal dan 5
sakrum (Bono & Garfin, 2004). Lokalisasi yang paling sering terjadi yaitu pada
daerah vertebra torakal bawah dan daerah lumbal (T8-L3), kemudian daerah
torakal atas, servikal dan daerah sakrum (Garfin & Vaccaro, 1997 dalam Moesbar
2006). Abbasi dan Beshara (2011) menyatakan bahwa dari 25 responden
penderita TB sebagian besar sekitar 37,5 % lokalisasi spondilitis TB pada area
torakal dan sebagian kecil sekita 10% pada area servikal. Oleh sebab itu,
penderita spondilitis TB dapat mengalami perubahan-perubahan bentuk tulang
ataupun tanda dan gejala lainnya.

Agrawal, Patgaonkar dan Nagariya (2010) menyatakan bahwa tanda dan gejala
dari spondilitis TB meliputi tubuh merasa lemas, kurang nafsu makan, penurunan
berat badan, kenaikan suhu dan berkeringat dimalam hari dan nyeri punggung jika
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


4

bergerak. Hal yang sama juga dikemukaan oleh Alavi dan Sharifi (2010)
menyatakan bahwa dari 69 responden didapatkan hasil 98,5% mengalami nyeri
punggung, 26% merasa demam dimalam hari, 28,9% bentuk tubuh kifosis, 17,4%
berkeringat dimalam hari dan sekitar 14,5% mengalami penurunan berat badan.
Dapat dikatakan bahwa tanda gejala yang khas pada penderita spondilitis TB yaitu
bentuk tubuh nyeri punggung.

Tindakan medis yang dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri karena adanya abses
pada tulang belakang adalah dengan prosedur operasi. Agrawal, Patgaonkar dan
Nagariya (2010) menyatakan bahwa prosedur operasi yang dilakukan pada
penderita spondilitis TB meliputi debridemen posterior dan anterior untuk
mengeluarkan abses ataupun pus yang berada pada tulang belakang. Chanplakorn
et al (2011) menyatakan bahwa prosedur operasi lain yang dilakukan untuk
mengurangi nyeri penderita spondilitis TB yaitu dengan spinal shortering
osteotomy yang ditujukan untuk penderita spondilitis TB dengan kifosis.

Tindakan keperawatan untuk mengurangi rasa nyeri pada penderita spondilitis TB


salah satunya adalah dengan metode relaksasi napas dalam (Wilkinson & ahhren,
2009). Tujuan dilakukan tehnik napas dalam adalah untuk merelaksasikan otot-
otot yang tegang dan menormalkan sirkulasi oksigen akibat cemas dan tahanan
saat nyeri (Duma, Swardt, & Khanyile, 2008). Metode relaksasi napas dalam
selain dapat mengurangi nyeri juga dapat menurunkan tingkat kecemasan.

Sli, Setyoadi, dan Widastra (2009) menyatakan bahwa terjadi penurunan skala
nyeri pada masing-masing responden setelah melakukan tehnik relasasi napas
dalam. Varvogli dan Darviri (2011) dalam penelitiaanya tentang tehnik
managemen stres ditemukan hasil bahwa menggunakan tehnik napas dalam dapat
mengurangi kecemasan. Dengan demikian, tindakan keperawatan berupa tehnik
napas dalam dapat digunakan atau di implementasikan kepada klien spondilitis
TB dengan keluhan nyeri punggung sebelum dan sesudah operasi serta untuk
mengurangi tingkat kecemasan klien sebelum operasi.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


5

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati merupakan salah satu rumah sakit
pendidikan di Jakarta. Hal ini sesuai dengan misi RSUP Fatmawati yaitu
meningkatkan mutu pendidikan di seluruh disiplin ilmu. Salah satu institusi
pendidikan yang berkontribusi adalah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia (FIK UI) Program Profesi 2012-2013. Pada bulan Mei 2013 selama 4
minggu mahasiswa FIK UI praktik di lantai I Gedung Professor DR. Soelarto
untuk mata ajar Keperawatan Kesehatan Masalah Perkotaan. Berdasarkan hasil
observasi mahasiswa, kasus terbanyak di ruangan tersebut adalah fraktur dan
spondilitis TB.

Fenomena- fenomena mengenai masalah kesehatan perkotaan yaitu spondilitis TB


perlu segera ditangani. Oleh karena itu, penulis mencoba untuk memberikan
asuhan keperawatan dan melakukan salah satu implementasi berdasarkan evidence
based yaitu tehnik relaksasi napas dalam pada pasien bernama Nn. A dengan
spondilitis TB di lantai I Gedung Professor DR. Soelarto di Rumah Sakit Umum
Pusat Fatmawati.

1.2 Rumusan Masalah


Pesatnya perkembangan pada suatu kota dapat meningkatkan peristiwa urbanisasi.
Peristiwa urbanisasi dapat memberikan dampak negatif pada masalah kesehatan
berupa pencemaran udara dan perubahan gaya hidup merokok yang dapat berisiko
terjadi masalah kesehatan tuberkulosis. Penyebaran tuberkulosis secara
hematogen dan limfogen mengakibatkan terjadi tuberkulosis pada tulang belakang
atau spondilitis TB. Prosedur medis yang diberikan adalah pembedahan. Gejala
yang ditimbulkan adalah nyeri dan kecemasan sebelum operasi. Tindakan
keperawatan yang dilakukan untuk gejala tersebut yaitu dengan mengggunakan
tehnik relaksasi napas dalam. Oleh karena itu, penulis mencoba memberikan
asuhan keperawatan dan melakukan evidence based tehnik relaksasi napas dalam
pada Nn.A dengan spondilitis TB.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


6

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum:
Tujuan umum karya ilmiah ini adalah untuk menganalisis praktik KKMP dengan
kasus kelolaan spondilitis TB di ruang rawat inap GPS lantai 1 RSUP Fatmawati.

1.3.2 Tujuan Khusus:


Tujuan khusus penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis KKMP: masalah kesehatan berdasarkan aggregate/setting
dengan kasus kelolaan
2. Menganalisis kasus kelolaan dengan konsep spondilitis TB
3. Menganalisis salah satu intervensi berdasarkan evidence based yang diberikan
pada klien kelolaan: tehnik relaksasi napas dalam

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Pelayanan Keperawatan
Penulisan ini berguna untuk mengembangkan pelayanan keperawatan klien
dengan spondilitis TB di rumah sakit. Penulisan ini juga dapat dijadikan dasar
dalam memberikan materi dalam pemberian asuhan keperawatan klien dengan
spondilitis TB.

1.4.2 Bagi Rumah Sakit


Penulisan ini dapat digunakan oleh pihak rumah sakit dalam mengembangkan
pelayanan asuhan keperawatan klien dengan spondilitis TB. Penulisan ini dapat
dijadikan sebagai dasar dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan dalam
kegiatan ronde keperawatan di rumah sakit.

1.4.3 Bagi Imu Keperawatan


Penulisan ini dapat menambah informasi dan ilmu pengetahuan mengenai konsep
asuhan keperawatan klien dengan spondilitis TB pada mahasiswa keperawatan.
Informasi ini dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan klien dengan spondilitis TB.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 berisi mengenai tuberkulosis, spondilitis TB, asuhan keperawatan


spondilitis TB, dan tehnik relaksasi: napas dalam untuk mengatasi nyeri dan
kecemasan pada penderita spondilitis TB. Tuberkulosis meliputi perkembangan
TB, penyebab TB, cara penularan TB, tanda dan gejala spondilitis TB, dan
komplikasi TB. Spondilitis TB meliputi pengertian, patofisiologi, manifestasi
klinis, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan spondilitis TB. Asuhan
keperawatan spondilitis TB meliputi pengkajian, diagnosa dan intervensi
spondilitis TB sebelum operasi, diagnosa dan intervensi spondilitis TB setelah
operasi. Tehnik relaksasi: tarik napas dalam untuk mengatasi nyeri dan kecemasan
pada penderita spondilits TB.

2.1 Tuberkulosis (TB)


2.1.1 Perkembangan Tuberkulosis (TB)
WHO pada tahun 1993 telah menyatakan TB sebagai kedaruratan masalah
kesehatan dunia (Global Public Health Emergency) (Wulandari, 2012). Pada
tahun tersebut diperkirakan terjadi 7-8juta kasus dan 1,3-1,6 juta diperkirakan
meninggal karena TB. Pada tahun 2010, diperkirakan telah terjadi 8,5-9,2 juta
kasus TB dan 1,2-1,5 juta orang meninggal (termasuk kematian TB pada orang
yang juga menderita HIV positif) (WHO, 2011). Pada tahun 2011, diperkirakan
8,7 juta orang terjadi kasus TB dan sekitar 1,4 juta meninggal karena TB (990.000
meninggal dengan HIV-negatif dan 430.000 dengan HIV-positif) (WHO, 2012).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa TB merupakan masalah kedaruratan
kesehatan dunia dikarenakan banyaknya kejadian TB di dunia

Indonesia merupakan Negara peringkat keempat dengan kasus tertinggi TB di


dunia setelah Negara China, India, dan Afrika Selatan (WHO, 2012). Hal yang
sama juga dikemukakan oleh WHO (2011) dimana Indoensia merupakan Negara
urutan keempat terbanyak setelah India, China, dan Afrika Selatan dengan jumlah
kasus sekitar 0,27 juta-0,54 juta. TB di Indonesia merupakan penyebab kematian

7 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


8

nomor dua terbesar setelah penyakit jantung (Muttaqin, 2008). Indonesia tercatat
memiliki Annual Risk of Tuberkulosis Infection (ARTI) bervariasi antara 1-3%
dimana 1% diperkirakan diantara 100.000 penduduk terjadi 1000 orang terinfeksi
TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB. Dengan kata lain,
TB di Indonesia merupakan penyakit menular tertinggi di Indonesia.

Kelompok usia terbanyak terkena TB di indonesia berada pada rentang usia


produktif. Hal ini sesuai dengan data WHO (2012) menyatakan bahwa sebagian
besar diperkiran 115.631 orang terkena TB pada usia 15-44 tahun sedangkan
sebagian kecil sekitar 1714 orang terkena TB pada usia 0-14 tahun. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2010) menyatakan bahwa Period Prevalence TB
paru penduduk pada usia 15 tahun keatas 2009/2010 berdasarkan diagnosa tenaga
kesehatan melalui pemeriksaan dahak dan atau foto paru sebesar 725/100.000
penduduk (Kemenkes, 2010b).

2.1.2 Penyebab Tuberkulosis (TB)


Chatman (2008) menyatakan bahwa TB merupakan penyakit infeksi menular
yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosis. Bakteri ini bertentuk batang,
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada saat pewarnaan sehingga
dikenal sebagai bakteri tahan asam (Suryo, 2010). Bakteri TB dapat bersifat
dorman atau tertidu lama selama beberapa tahun di dalam tubuh (Moesbar, 2006).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa TB merupakan penyakit infeksi
menular oleh mycobacterium tuberculosis yang berbentuk batang, sifat bakteri
tahan sama dan dapat hidup lama di dalam tubuh.

Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang terkena TB yaitu kemiskinan,


asap atau polusi udara dan sistem daya tahan tubuh yang lemah. Kemiskinan
menyebabkan penduduk kekurangan gizi, tinggal ditempat yang tidak sehat dan
kurangnya pemeliharaan kesehatan sehingga meningkatkan risiko terjadinya
penyakit TB (Mahpudin, 2005). Asap rokok ataupun asap kendaraan mengandung
beberapa racun bagi paru-paru sehingga bila orang tersebut terhirup bakteri TB
maka akan mudah terkena penyakit TB (Chatman, 2008). Sistem daya tahan tubuh

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


9

yang lemah seperti HIV mengakibatkan kerusakan sistem daya tahan tubuh seluler
sehingga mudah terserang penyakit penyerta seperti TB (Kemenkes, 2011)

2.1.3 Cara penularan Tuberkulosis (TB)


Sumber penularan TB adalah penderita TB BTA postif. Bakteri TB menular
melalui udara ketika penderita TB batuk dan menyebarkan bakteri ke udara dalam
bentuk percikan dahak (Arias, 2009). Akibat sinar matahari dan suhu yang panas
percikan dahak akan menguap ke udara dibantu terbang oleh angin sehingga
bakteri TB yang terkandung dalam percikan dahak terbang ke udara (Muttaqin,
2008). Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan bakteri TB akan ditentukan
oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut
(Wulandari, 2012). Penderita tuberkulosis dapat menularkan penyakit tersebut
kepada 10-15 orang dalam setahun (Depkes, 2008).

Risko penularan TB ditunjukkan dengan Annual Risk of Tuberkulosis Infection


(ARTI) yaitu penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun
(Kemenkes, 2011). Indonesia tercatat memiliki ARTI bervariasi antara 1-3% dan
sekitar 1% orang yang terinfeksi TB akan berkembang menjadi sakit TB diman
ARTI 1% diperkirakan 100.00 penduduk, terjadi 1000 orang terinfeksi TB dan
10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakt TB (Kemenkes, 2011). Dengan
demikian, dapat dikatakan penularan TB cukup mempengaruri seseorang terkena
sakit TB.

2.1.4 Tanda dan Gejala Tuberkulosis


Tanda dan gejala TB meliputi keluhan repiratoris dan keluhan sistemis (Corwin,
2008). Keluhan repiratoris pertama yaitu batuk yang disebabkan karena
mekanisme pertahanan tubuh ketika ada benda asing masuk kedalam saluran
pernapasan (Brunner, Suddart, & Smeltzer, 2008). Selain itu, keluhan sesak napas
bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai
seperi efusi pleura (Spiegelburg, 2007). Nyeri dada timbul apabila pernapasan di
pleura terkena TB (Corwin, 2008).

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


10

Keluhan sistemik tuberkulosis yaitu demam, anoreksia, penuruna nafsu makan


dan mudah lelah. Demam yang khas pada penderita TB yaitu demam di malam
hari dikarenakan bakteri TB berproduksi dimalam hari (Brunner, Suddart, &
Smeltzer, 2008). Mual dan muntah terjadi akibat penumpukan sekret yang berada
di saluran pernapasan sehingga akan menyebabkan kurang asupan makan dan
mengakibatkan penurunan nafsu makan (Chatman, 2008). Kondisi tubuh yang
lemah diakibatkan kurangnya asupan makanan sehingga tubuh tidak cukup
menghasilkan energi sehingga akan timbul gejala lemas pada penderita TB
(Corwin, 2008).

2.1.5 Komplikasi Tuberkulosis


Bakteri TB mampu menyerang seluruh bagian tubuh manusia secara hematogen
dan limfogen (Brunner, Suddart, & Smeltzer, 2008). WHO (2012) menyatakan
bahwa bagian organ tubuh yang sering terkena TB meliputi paru-paru dikenal
dengan sebutan pulmonary TB dan TB yang mengenai organ lain selain paru-paru
seperti ginjal, hati, sendi dan tulang belakang dikenal dengan sebutan
extrapulmonary TB. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bakteri TB mampu
memasuki bagian organ tubuh lain secara hematogen dan limfogen.

Komplikasi pulmonary TB terjadi ketika bakteri TB sudah meluas hingga seluruh


bagian lapang paru (Corwin, 2008). Masalah kesehatan lain yang ditemukan
seperti emfisema paru, efusi pleura dan peluritis (Spiegelburg, 2008). Bakteri
yang sudah memasuki organ lain seperti ginjal, hati, dan sendi akan mengalami
peradangan (Brunner, Suddart, & Smeltzer, 2008). Moesbar (2006) menyatakan
bahwa 10% dari seluruh pendertita TB memiliki keterlibatan dengan
muskuloskeletal dimana setengah dari hasil persentase tersebut mempunyai lesi di
tulang belakang yang dikenal dengan sebutan spondilitis TB.

2.2 Spondilitis Tuberkulosis (TB)


2.2.1 Pengertian Spondilitis TB
Tuberkulosis tulang belakang atau dikenal dengan sebutan Spondilitis TB
merupakan kejadian TB ekstrapulmonal ke bagian tulang belakang tubuh

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


11

(Brunner, Suddart, & Smeltzer, 2008). Spondilitis TB merupakan infeksi tulang


belakang yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis (Paramarta et al.,
2008). Tulang belakang tubuh manusia terdri dari 7 ruas cervikal, 12 ruas
thorakal, 5 ruas lumbal dan 5 ruas sakrum (Bono & Garfin, 2004). Pada masing-
masing ruas tulang belakang terdiri rangkaian saraf spinal yang mengatur sistem
kerja beberapa bagian tubuh lain (Brunner, Suddart, & Smeltzer, 2008). Lokalisasi
yang paling sering terjadi yaitu pada daerah vertebra torakal bawah dan daerah
lumbal (T8-L3), kemudian daerah torakal atas, servikal dan daerah sakrum
(Garfin & Vaccaro, 1997 dalam Moesbar 2006).

Ruas tulang belakang mengatur sistem kerja pada bagian tubuh lain. Ruas servikal
mengatur kerja melebar dan mengerutkan mata dan pengeluaran air liur serta
ekstremitas (Bono & Garfin, 2004). Ruas thorakal berfungsi mengatur
mengerutkan bronkiolus, mempercepat dan melambatkan denyut jantung dan
meningkatkan sekresi asam lambung (Vaccaro & Albert, 2009). Ruas lumbal
mengatur menurunkan dan meningkatkan gerak peristaltik usus (Bono & Garfin,
2004). lima ruas sakrum mengatur dalam pengosongan kandung kemih (Vaccaro
& Albert, 2009).

2.2.2 Patofisiologi Spondilitis TB


Bakteri TB menyebar di dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan dan
saluran cerna, denga perjalanan infeksi berlangsung dalam 4 fase (Ramachandran
& Paramaisvan, 2003 dalam Moesbar, 2006):
1. Fase Primer
Basil masuk melalui saluran pernafasan sampai ke alveoli. Jaringan paru timbul
reaksi radang yang melibatkan sistem pertahanan tubuh, dan membentuk afek
primer. Bila basil terbawa ke kelenjar limfoid hilus, maka akan timbul
limfadenitis primer, suatu granuloma sel epiteloid dan nekrosis perkijuan. Afek
primer dan limfadenitis primer disebut kompleks primer. Sebagian kecil dapat
mengalami resolusi dan sembuh tanpa meninggalkan bekas atau sembuh melalui
fibrosis dan kalsifikasi.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


12

2. Fase Miliar
Kompleks primer mengalami penyebaran miliar, suatu penyebaran hematogen
yang menimbulkan infeksi diseluruh paru dan organ lain. Penyebaran bronkogen
menyebarkan secara langsung kebagian paru lain melalui bronkus dan
menimbulkan bronkopneumonia tuberkulosa. Fase ini dapat berlangsung terus
sampai menimbulkan kematian, mungkin juga dapat sembuh sempurna atau
menjadi laten atau dorman.

3. Fase Laten
Kompleks primer ataupun reaksi radang ditempat lain dapat mengalami resolusi
dengan pembentukan jaringan parut sehingga basil menjadi dorman. Fase ini
berlangsung pada semua organ yang terinfeksi selama bertahun tahun. Bila terjadi
perubahan daya tahan tubuh maka kuman dorman dapat mengalami reaktivasi
memasuki fase ke 4, fase reaktivasi. Bila bakteri TB memasuki tulang belakang
maka bakteri TB berdublikasi dan berkoloni kemudian mendestruksi korpus
vetebra dan terjadi penyempitan ringan pada diskus. Setelah itu, terjadi destruksi
massif pada korpus vetebra dan terbentuk abses dingin yang kemudian terjadi
kerusakan pada diskus intervetebralis dan terbentuk gibus (penonjolan tulang)
sehingga bentuk badan kifosis (Agrawal, Patgaonkar, & Nagariya, 2010).

4. Fase Reaktivasi
Fase reaktivasi dapat terjadi di paru atau diluar paru. Pada paru, reaktifasi
penyakit ini dapat sembuh tanpa bekas, sembuh dengan fibrosis dan kalsifikasi
atau membentuk kaverne dan terjadi bronkiektasi. Reaktivasi sarang infeksi dapat
menyerang berbagai organ selain paru. Ginjal merupakan organ kedua yang
paling sering terinfeksi ; selanjutnya kelenjar limfe, tulang, sendi, otak, kelenjar
adrenal, dan saluran cerna. Tuberkulosa kongenital dapat ditemukan pada bayi,
ditularkan melalui vena umbilical atau cairan amnion ibu yang terinfeksi.

2.2.3 Manifestasi Klinis spondilitis TB


Paramarta et al (2008) menyatakan bahwa manifestasi klinis pasien spondilitis TB
mengalami keadaan seperti berat badan menurun selama 3 bulan berturut-turut

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


13

tanpa sebab yang jelas, demam lama tanpa sebab yang jelas, pembesaran kelenjar
limfe superfisial yang tidak sakit, batuk lebih dari 30 hari, terjadi diare berulang
yang tidak sembuh dengan pengobatan diare disertai benjolan/masa di abdomen
dan tanda-tanda cairan di abdomen. Hasil penelitian lain yang dikemukakan oleh
Alavi dan Sharifi (2010) menyatakan bahwa dari 69 responden didapatkan hasil
98,5% mengalami nyeri punggung, 26% merasa demam dimalam hari, 28,9%
bentuk tubuh kifosis, 17,4% berkeringat dimalam hari dan sekitar 14,5%
mengalami penurunan berat badan.

Moesbar (2006) menyatakan bahwa kelainan yang sudah berlangsung lama pada
penderita spondilitis TB dapat disertai dengan paraplegia ataupun tanpa
paraplegia. Agrawal Patgaonkar dan Nagariya (2010) menyatakan hal yang sama
dimana tanda lain dari spondilitis TB dapat berupa defisit neurologi yang
mengakibatkan paraplegia. Paraplegia pada pasien spondilitis TB dengan penyakit
aktif atau yang dikenal dengan istilah Pott’s paraplegi, terdapat 2 tipe defisit
neurologi ditemukan pada stadium awal dari penyakit yaitu dikenal dengan onset
awal, dan paraplegia pada pasien yang telah sembuh yang biasanya berkembang
beberapa tahun setelah penyakit primer sembuh yaitu dikenal dengan onset lambat
(Paramarta et al., 2008).

2.2.4 Pemeriksaan Diagnostik Spondilitis TB

Pemeriksaan rutin yang biasa dilakukan untuk menentukan adanya infeksi


mycobacterium tuberkulosis adalah dengan menggunakan uji tuberkulin (Mantoux
tes) (Paramarta et al., 2008). Uji tuberkulin merupakan tes yang dapat mendeteksi
adanya infeksi tanpa adanya menifestasi penyakit, dapat menjadi negatif oleh
karena alergi yang berat atau kekurangan energi protein (Corwin, 2008). Uji
tuberkulin ini tidak dapat untuk menentukan adanya TB aktif. Selai itu,
pemeriksaan laju endap darah (LED) yang ditemukan LED meningkat (Moesbar,
2006). Pemeriksaan radiologi pada tulang belakang sangat mutlak dilaksanakan
untuk melihat kolumna vertebralis yang terinfeksi (Alavi & Shafiri, 2010).

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


14

Pada beberapa kasus, infeksi terjadi di bagian anterior dari badan vertebrae
sampai ke diskus intervertebrae yang ditandai oleh destruksi dari end plate.
Elemen posterior biasanya juga terkena. Penyebaran ke diskus intervertebrae
terjadi secara langsung sehingga menampakkan erosi pada badan vertebra anterior
yang disebabkan oleh abses jaringan lunak (Moesbar, 2006). Ketersediaan
computerized tomography scan (CT scan) yang tersebar luas dan magnetic
resonance scan (MR scan) telah meningkat penggunaannya pada manajemen TB
tulang belakang (Burgener, Kormano, & Pudas, 2008). CT Scan memperlihatkan
bagian-bagaian vertebra secara rinci dan melihat kalsifikasi jaringan lunak dan
membantu mencari fokus yang lebih kecil, menentukan lokasi biopsi dan
menetukan luas kerusakan (Moesbar, 2006). Biopsi tulang juga dapat bermanfaat
pada kasus yang sulit, namun memerlukan tingkat pengerjaan dan pengalaman
yang tinggi serta pemeriksaan histologi yang baik (Paramarta et al., 2008).

Pemeriksaan lebih lengkap untuk melihat spondilitis TB yaitu dengan


menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Kotze & Erasmus (2006)
menyatakan bahwa dengan menggunakan pemeriksaan MRI ditemukan hal yang
lebih detail seperti abses paravertebral. Selain itu, MRI pada spondilitis
tuberkulosa akan didapat gambaran dengan lingkaran inflamasi dibagian luar
(Moesbar, 2006).

2.2.5 Penatalaksanaan Spondlitis TB


Bakteri TB dapat dibunuh atau dihambat dengan pemberian obat-obat anti
tuberkulosa, misalnya kombinasi INH, ethambutol, pyrazinamid dan rifampicin
(Nawas, 2010). Dasar penatalaksanaan spondilitis tuberkulosa adalah
mengistirahatkan vertebra yang sakit, obat-oabat anti tuberkulosa dan pengeluaran
abses (Moesbar, 2006). Dengan demikian penatalaksanaan spondilitis TB meliputi
terapi konservatif dan juga pembedahan.

Moesbar (2006) menyatakan bahwa penatalaksanaan spondilitis TB meliputi


terapi konservatif dan terapi operasi. Terapi konservatif dapat dilakukan dengan

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


15

istirahat ditempat tidur yang bertujuan untuk mengurangi nyeri, dan spasme otot
serta mengurangi destruksi tulang belakang (Wilkinson & Ahhern, 2009). Terapi
konsevatif lain yaitu dengan mengkonsumsi obat OAT untuk mencegah bakteri
untuk resisten (Nawas, 2010). Selain itu, terapi konservatif yang lain dapat
dilakukan dengan imobilisasi dengan pemasangan gips bergantung pada level lesi,
pada daerah servikal dapat dilakukan immobilisasi dengan jaket minerva,
torakolumbal dan lumbal atas immobilisasi dengan body jacket atau gips korset
disertai fiksasi pada salah satu panggul (Moesbar, 2006).

Terapi operatif yang dilakukan untuk spondilitis TB yaitu debridement (Moesbar,


2006). Tujuan dilakukan tindakan ini yaitu untuk menghilangkan sumber infeksi,
mengkoreksi deformitas, menghilangkan komplikasi neurologik dan kerusakan
lebih lanjut (Dewald, 2003). Terapi operasi dilakukan jika terapi konservatif tidak
memberikan hasil yang memuaskan, terjadi kompresi pada medulla spinalis, dan
hasil radiologis menunjukkan adanya sekuester dan kaseonekrotik dalam jumlah
banyak (Moesbar, 2006). Agrawal, Patgaonkar, dan Nagariya (2010) menyatakan
bahwa prosedur operasi yang dilakukan pada penderita spondilitis TB meliputi
debridement posterior dan anterior untuk mengeluarkan abses ataupun pus yang
berada pada tulang belakang. Chanplakorn et al (2011) menyatakan bahwa
prosedur operasi lain yang dilakukan untuk mengurangi nyeri penderita spondilitis
TB yaitu dengan spinal shortering osteotomy yang ditujukan untuk penderita
spondilitis TB dengan kifosis.

2.3 Asuhan Keperawatan Spondilitis Tuberkulosis (TB)


2.3.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya
untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan
data, identitas dan evaluasi status kesehatan klien sebagai berikut (Doengoes,
Moorhouse, & Murr, (2008). Hasil pengkajian pada penderita spondilitis TB
meliputi tanda gejala yang timbul. Agrawal, Patgaonkar, dan Nagariya (2010)
menyatakan bahwa tanda dan gejala dari spondilitis TB meliputi tubuh merasa
lemas kurang nafsu makan, penurunan berat badan, kenaikan suhu dan berkeringat

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


16

dimalam hari dan nyeri punggung jika bergerak. Akibat pembentukan abses ini
dapat menimbulkan komplikasi yang dapat menyerang sistem lain yaitu sistem
neurologis. Alavi dan Sharifi (2010) menyatakan bahwa dari 69 responden
didapatkan hasil 98,5% mengalami nyeri punggung, 26% merasa demam
dimalam hari, 28,9% bentuk tubuh kifosis, 17,4% berkeringat dimalam hari dan
sekitar 14,5% mengalami penurunan berat badan

Pemeriksaan penunjang spondilitis TB meliputi pemeriksaan laboraturium,


pemeriksaan radiologis, pemeriksaan CT scan dan pemeriksaan MRI (Doengoes,
Moorhouse, & Murr, 2008). Pemeriksaan laboraturium meliputi, peningkatan
LED, mungkin disertai leukositosis, dan uji mantoux positif (Moesbar, 2006).
Pemeriksaan Radiologis meliputi pemeriksaan foto toraks untuk melihat adanya
tuberkolosis paru, foto polos veterbra dan foto rontgen: terdapat bayangan
berbentuk kumparan (Dewald, 2003). Spondilitis ini paling sering ditemukan pada
vertebra T8-L3 dan paling jarnag pada vertebra C1-C2 (Moesbar, 2006).
Pemeriksaan CT Scan akan memberi gambaran tulang secara lebih detail dari lesi
irregular, skelerosis, kolaps diskus dan gangguan sirkumferensi tulang
Pemeriksaan MRI untuk mengevaluasi infeksi diskus intervetebra dan
osteomielitis tulang belakang (Doengoes, Moorhouse, & Murr, 2008).

2.3.1 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilai klinik terhadap suatu individu


ataupun komunitas yang dapat memberikan dasar untuk pemilihan intervensi guna
mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat (Crisp & Taylor, 2009).
Penentuan diagnosa keperawatan pasien berdasarkan tanda dan gejala yang ada
pasien saat melakukan pengkajian.

Diagnosa keperawatan spondilitis TB meliputi diagnosa keperawatan sebelum


operasi dan setelah operasi. Salah satu contoh diagnosa keperawatan spondilitis
TB sebelum operasi meliputi nyeri akut berhubungan dengan faktor patologis
yang ditandai dengan klien mengatakan nyeri, terjadi perubahan tanda-tanda vital,
klien tampak meringis (Nanda, 2012). Salah satu contoh diagnosa keperawatan

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


17

spondilitis TB setelah operasi yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan


nyeri yang ditandai dengan klien mengatakan jika badannya bergerak akan terasa
sakit, keterbatasan gerak, gerak perlahan dan aktivitas dibantu keluarga (Nanda,
2012)

2.3.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan pada spondilitis TB mengacu pada masing-masing


diagnosa keperawatan yang ditegakkan. Intervensi keperawatan spondilitis TB
meliputi tindakan mandiri dan intervensi kolaborasi (Doengoes, Moorhouse, &
Murr, 2008). Intervensi yang dilakukan memiliki rasional yang sesuai dengan
tujuan dan kriteria hasil (Wilkinson & Ahhern, 2009).

Salah satu contoh Intervensi mandiri keperawatan spondilitis TB pada diagnosa


keperawatan nyeri akut mengkaji skala nyeri, memantau tanda-tanda vital,
mengajarkan tehnik relaksasi napas dalam, dan meminta klien untuk istirahat
(Wilkinson & Ahhren, 2009). Intervensi kolaborasi keperawatan dapat dilakukan
dengan tenaga kesehatan lain yaitu berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian
analgesik untuk mengurangi nyeri (Wilkinson & Ahhren, 2009).

2.4 Tehnik Relaksasi: Tarik Napas Dalam untuk Mengatasi Nyeri dan

Kecemasan pada Penderita Spondilits Tuberkulosis (TB)

Tarik napas dalam merupakan salah satu tehnik relaksasi yang digunakan untuk
mengurangi rasa nyeri dan mengurangi kecemasan klien. Tujuan dilakukan tehnik
napas dalam adalah untuk merelaksasikan otot-otot yang tegang dan menormalkan
sirkulasi oksigen akibat cemas dan tahanan saat nyeri (Duma, Swardt, &
Khanyile, 2008). Metode relaksasi napas dalam selain dapat mengurangi nyeri
juga dapat menurunkan tingkat kecemasan.

Tehnik relaksasi napas dalam terdiri dari empat tahapan (Gabbrielle & Karen
2009). Langkah pertama yaitu posisikan klien dalam kondisi yang nyaman.
Langkah yang kedua tarik napas dalam secara perlahan melalui hidung. Tahan
dalam waktu 1-3 detik atau senyaman mungkin. Langkah terakhir keluarkan napas
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


18

melalui mulut secara perlahan. tehnik relaksasi napas dalam dapat dilakukan
berulang-ulang sampai klien merasa tenang sehingga nyeri dapat berkurang.

Sli, Setyoadi, dan Widastra (2009) menyatakan bahwa terjadi penurunan skala
nyeri pada masing-masing responden setelah melakukan tehnik relaksasi napas
dalam. Varvogli dan Darviri (2011) dalam menyatakan bahwa menggunakan
tehnik napas dalam dapat mengurangi kecemasan. Dengan demikian, tindakan
keperawatan berupa tehnik napas dalam dapat digunakan atau diimplementasikan
kepada klien spondilitis TB dengan keluhan nyeri punggung sebelum dan sesudah
operasi serta untuk mengurangi tingkat kecemasan klien sebelum operasi

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

BAB 3 berisi asuhan keperawatan pada kasus kelolaan. Asuhan keperawatan yang
diberikan meliputi pengkajian, analisis data, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.

3.1 Pengkajian
Identitas klien:
1. Nama : Nn.A
2. Tanggal lahir : 16 April 1988 (25 tahun)
3. No. RM : 01221390
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Suku : Jawa Tengah
6. Status : Belum Menikah
7. Pekerjaan : Pegawai Swasta
8. Tanggal masuk GPS Lantai 1: 7-5- 2013
9. Sumber infromasi: klien, keluarga klien, dan rekam medis
10. Alamat: Jln. Kemang bubakan Cimanggis kota Depok

Nn. A datang dari Poli bedah toraks ke Fatmawati pada tanggal 7 Mei 2013. Klien
datang diantar oleh keluarga pada pukul 10.11 WIB. Klien datang ke RS dengan
keluhan nyeri punggung pada area tulang belakang sejak 5 hari yang lalu seperti
tertekan dengan skala nyeri 3 dan lamanya rasa nyeri kurang dari 30 menit. Nyeri
berkurang setelah istirahat. Hasil pemeriksaan rontgen tanggal 1 April 2012
didapatkan hasil spondilitis thoracal 9-10 dengan abses para vertebra sugesti
spondilitis TB dan pulmo minimal infiltrate lapangan atas kedua paru.
Berdasarkan data rekam medis diketahui bahwa klien direncanakan untuk operasi
debridement anterior torakal 9-10 pada tanggal 8 Mei 2013.

Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 7 Mei 2013. Hasil wawancara dengan
klien didapatkan hasil bahwa klien mempunyai riwayat TB sejak 1-2 tahun yang

19 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


20

lalu. Klien mengatakan tidak merokok namun klien merupakan perokok pasif
dikarenakan lingkungan kerja dan pergaulan banyak yang merokok dan klien
tidak mengetahui jika ada dilingkungan kerja dan pergaulan yang memiliki
penyakit TB. Selain itu, klien bekerja sebagai pegawai swasta di Jakarta. Klien
mengatakan setiap harinya klien menggunakan kereta dan kendaraan umum untuk
bekerja. Klien mengatakan pernah di rawat di RS dikarenakan penyakit TB. Saat
ini klien masih mengkonsumsi obat-obatan OAT seperti rifampisin dan Isoniasid
masing-masing satu kali per hari.

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data tanda-tanda vital klien meliputi tekanan
darah=110/70mmHg, nadi=85x/menit, Suhu=36,50C, dan frekuensi napas
19x/menit. Bunyi napas rochi +/+ bagian apek kedua paru. Klien terlihat sering
batuk. Klien mengatakan bahwa dapat mengeluarkan dahaknya secara mandiri.
Klien mengatakan terkadang demam dimalam hari dan suka merasa lemas. Klien
BAB dan BAK dengan normal. Frekuensi BAB 1x/hari, warna kuning dan
lembek. Frekuensi BAK > 5x/hari dengan warna kuning jernih. Berat badan klien
40 kg dan tinggi badan 160 cm. klien terlihat kurus. Klien mengatakan berat
badannya mengalami puenurunan sekitar lima kg sejak 2 tahun terakhir. Bentuk
tubuh terlihat sedikit membungkuk.

Klien mengatakan merasa takut ketika akan dilakukan operasi. Klien mengatakan
sudah diberitahukan tentang prosedur operasinya oleh dokter. Namun, klien masih
merasa takut akan hal-hal yang tidak diinginkan seperti rasa sakit dan tidak bisa
sembuh itu ada. Klien juga mengatakan mengenai penanganan apa saja yang
dilakukan setelah dilakukan operasi. Klien juga berharap agar setelah operasi
kesehatannya menjadi lebih baik.

Klien menjalani operasi pada tanggal 8 Mei 2013 pukul 08.00. Berdasarkan hasil
data rekam medis, setelah operasi klien harus menjalani perbaikan keadaan umum
di ruang ICU. Selain itu, berdasarkan hasil data rekam medis juga ditemukan data
klien berada di ruang ICU selama dua hari. Tanggal 11 Mei 2013 pukul 16.15
klien dijemput dari ruang ICU ke ruang rawat inap GPS lantai 1.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


21

Saat dilakukan pengkajian post operasi tanggal 13 Mei 2013 didapatkan hasil data
berupa klien merasa nyeri pada bagian punggung luka operasi 5 hari yang lalu,
rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk. Skala nyeri 4. Klien mengatakan lamanya rasa
nyeri sampai kurang dari 30 menit. Klien tampak meringis saat nyeri itu timbul.
Klien mengatakan rasa nyerinya berkurang setelah tarik napas dalam dan
diberikan obat pengurang rasa nyeri. Obat pengurang rasa nyeri yang diberikan
klien yaitu ketorolac 1 ampul (1 cc) diberikan jika klien merasa rasa nyerinya
timbul dengan skala nyeri diatas 5. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital klien
meliputi tekanan darah= 100/70 mmHg, Nadi= 80x/menit, RR=20x/menit,
S=360C.

Aktivitas klien post operasi dibantu oleh keluarga. Klien mengatakan jika ingin
miring masih terasa sakit pada luka operasi dibagian punggung Klien mengatakan
jika ingin miring kanan dan kiri masih dibantu keluarga. Aktivitas seperti mandi
dan makan juga masih dibantu oleh keluarga. Pergerakan klien terlihat perlahan-
lahan dan terbatas. Klien mengatakan tidak mampu duduk secara mandiri dan
diperlukan bantuan alat berupa brace yang berfungsi menopang bagian tulang
belakang klien. Klien terpasang infus RL/8jam. Terpasang oksigen 2 liter/menit.
Klien mengatakan karena masih terasa sakit pada luka operasinya klien hanya
dapat tiduran ditempat tidur. Kekuatan otot klien pada ekstremitas atas dan bawah
mampu melawan tahanan namun secara maksimal.

Luka post operasi pada area punggung sepanjang kurang lebih 20 cm. Luka
tampak terbalut perban. Tidak ada warna kemerahan, bengkak dan cairan disekitar
area luka. Berdasarkan data rekam medik diketahui bahwa perencanaan perawatan
luka operasi per 3 hari setelah operasi. Berdasarkan hasil data laboraturium
tanggal 9 Mei 2013 didapatkan hasil kadar leukosit Nn.A dalam batas normal
yaitu 6,3 ribu/ul. Terapi farmakologis yang diberikan untuk mengurangi
peradangan yaitu ceftriaxone 3x1gr/hari.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


22

3.2 Analisis Data dan Diagnosa Keperawatan


Penulis mengelompokkan hasil data-data yang diperoleh dari pengkajian klien
sehingga dapat ditemukan masalah keperawatan pada klien. Masalah keperawatan
pada klien dibagi menjadi dua masalah keperawatan yaitu sebelum dan setelah
operasi.

Masalah keperawatan berupa nyeri akut pada klien terjadi pada saat sebelum dan
setelah operasi. Nyeri akut sebelum operasi didapatkan data berupa klien
mengatakan alasan masuk rumah sakit dikarenakan merasa nyeri pada punggung
area tulang belakang sejak 5 hari yang lalu. Klien merasakan sakit pada area
punggung seperti tertekan dan merasa sakit sampai kurang lebih satu jam. Selai
itu, klien mengatakan rasa nyerinya pada skala 3. Hasil pemeriksaan tekanan
darah klien 110/70 mmHg. Klien tampak meringis ketika nyeri itu timbul. Klien
mengatakan jika rasa nyeri kambuh hal yang dilakukan yaitu istirahat. Setelah
menjalani operasi debridement anterior, klien mengatakan nyeri pada punggung
area tulang belakang. Klien mengatakan skala nyeri 4. Klien mengatakan rasa
nyerinya seperti ditusuk-tusuk. Klien tampak meringis jika nyerinya timbul dan
lamanya nyeri yang dirasakan klien kurang dari 30 menit. Berdasarkan hasil data-
data tersebut, didapatkan diagnosa keperawatan sebelum operasi yaitu nyeri akut
berhubungan dengan patologis penyakit spondilitis TB dan diagnosa setelah
operasi yaitu nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi debridement
anterior 9-10 (Nanda, 2012).

Klien mengatakan merasa takut ketika akan dilakukan operasi. Klien mengatakan
sudah diberitahukan tentang prosedur operasinya oleh dokter. Namun, klien masih
merasa takut akan hal-hal yang tidak di inginkan seperti rasa sakit dan tidak bisa
sembuh itu ada. Klien juga mengatakan mengenai penanganan apa saja yang
dilakukan setelah dilakukan operasi. Klien berharap kesehatannya akan menjadi
lebih baik setelah operasi. Dari data-data tersebut didapatkan masalah
keperawatan ansietas. Diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu ansietas
berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan yaitu tindakan operasi
debridement anterior pada torakal 9-10 (Nanda, 2012).

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


23

Klien mengalami hambatan mobilitas fisik setelah post operasi. Klien mengatakan
jika klien bergerak, luka operasi di punggung masih terasa sakit. Klien
mengatakan untuk aktivitas seperti mandi dan berubah posisi miring dibantu oleh
keluarga. Pergerakan klien terlihat perlahan-lahan dan terbatas. Klien mengatakan
tidak mampu duduk secara mandiri dan diperlukan bantuan alat berupa brace
yang berfungsi menopang bagian tulang belakang klien. Klien terpasang infus
RL/8jam. Terpasang oksigen 2 liter/menit. Klien mengatakan karena masih terasa
sakit pada luka operasinya klien hanya dapat tiduran ditempat tidur. Kekuatan otot
klien pada ekstremitas atas dan bawah mampu melawan tahanan namun secara
maksimal. Dengan demikian, diagnosa post operasi yang ditemukan berdasarkan
data-data tersebut yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
(Nanda, 2012).

Masalah keperawatan lain yang ditemukan pada klien setelah operasi yaitu risiko
infeksi. Masalah keperawatan risiko infeksi ditegakkan berdasarkan data adanya
luka post operasi pada area punggung sepanjang kurang lebih 20 cm. Luka
tampak terbalut perban. Tidak tampak warna kemerahan, bengkak dan cairan
disekitar area luka. Berdasarkan data rekam medik diketahui bahwa perencanaan
perawatan luka operasi per 3 hari setelah operasi. Berdasarkan hasil data
laboraturium tanggal 9 Mei 2013 didapatkan hasil kadar leukosit Nn.A dalam
batas normal yaitu 6,3 ribu/ul. Berdasarkan data-data tersebut didapatkan
diagnosa yaitu risiko infeksi (Nanda, 2012)

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Nn.A setelah dikelompokkan


berdasarkan masalah keperawatan meliputi diagnosa keperawatan sebelum
operasi dan diagnosa setelah operasi. Diagnosa keperawatan sebelum operasi pada
Nn.A yaitu Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan yaitu
tindakan operasi debridement anterior pada torakal 9-10 dan nyeri akut
berhubungan dengan penyakit patologis spondilitis TB torakal 9-10. Diagnosa
keperawatan setelah operasi pada Nn. A meliputi 3 diagnosa yaitu nyeri akut
berhubungan dengan luka post operasi debridement anterior, hambatan mobilitas

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


24

fisik berhubungan dengan nyeri luka post operasi debridement anterior dan risiko
infeksi.

3.3 Perencanaan dan Implementasi Keperawatan


Penulis melakukan perencanaan dan implementasi terkait diagnosa keperawatan
yang ditemukan pada klien. Implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 7
Mei 2013 untuk diagnosa sebelum operasi dan tanggal 13-16 Mei 2013 setelah
operasi. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien adalah terkait diagnosa
ansietas, nyeri akut, hambatan mobilitas fisik. dan risiko infeksi.

3.3.1 Ansietas
Tindakan keperawan yang dilakukan bertujuan agar ansietas klien berkurang atau
hilang dengan kriteria hasil klien mengatakan ansietas berkurang dan mampu
mengatasi kecemasan yang dirasakan (Wilkinson & Ahhern, 2009). Implementasi
yang dilakukan adalah dengan mendorong klien untuk mengekspresikan
perasaannya, menjelaskan persiapan sebelum operasi dan memvalidasi
pengetahuan klien mengenai operasi yang akan dijalankan dan mengajarkan
metode tarik napas dalam (Wilkinson & Ahhern, 2009). Tindakan keperawatan
yang dilakukan berorientasi pada tujuan yang akan dicapai yaitu mengurangi rasa
cemas dan membantu klien untu mampu mengurangi kecemasan.

3.3.2 Nyeri akut


Tindakan keperawatan pada masalah nyeri akut ditujukan agar nyeri yang
dirasakan akan berkurang bahkan hilang dengan kriteria hasil tanda-tanda vital
klien dalam batas normal, klien mengatakan nyeri berkurang dan klien dapat
melakukan cara mengontrol nyeri (Wilkinson & Ahhern, 2009). Implementasi
yang dilakukan oleh penulis adalah mengkaji skala nyeri klien, mengukur tanda-
tanda vital, mengajarkan tarik napas dalam pada klien, menganjurkan klien untuk
banyak istirahat. Selain itu, penulis juga berkolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain dengan pemberian ketorolac jika nyeri timbul dengan skala nyeri lebih dari
lima pada tindakan keperawatan nyeri setelah operasi.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


25

3.3.3 Hambatan mobilitas fisik


Perencanaan keperawatan yang dilakukan pada diagnosa keperawatan hambatan
mobilitias fisik bertujuan agar klien mampu melakukan mobilisasi secara optimal
dengan criteria klien mampu melakukan program latihan yang diberikan dan
mampu melakukan mobilisasi secara optimal (Wilkinson & Ahhern, 2009).
Penulis mengkaji tingkat mobilitas klien, mengajarkan klien untuk melakukan
latihan rentang pergerakan sendi, mengajarkan, membantu klien dalam perubahan
posisi tiap 2 jam dan membantu klien untuk ambulasi. Penulis melibatkan
keluarga untuk dalam membantu klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

3.3.4 Risiko infeksi


Tindakan keperawatan dilakukan dengan harapan pada luka post opresi klien tidak
menunjukkan tanda-tanda infeksi dengan kriteria hasil tidak terjadi reaksi
inflamasi pada luka post operasi, suhu tubuh dan kadar leukosit dalam batas
normal (Wilkinson & Ahhern, 2009). Implementasi yang dilakukan adalah dengan
mengobservasi tanda-tanda vital klien, meningkatkan upaya untuk mencegah
infeksi dengan cara mencuci tangan five moment serta mempertahankan teknik
steril pada saat melakukan perawatan luka post operasi. Penulis juga melakukan
tindakan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain yaitu pemberian ceftriaxone
3x1gr/hari untuk mengurasi reaksi inflamasi.

3.4 Evaluasi
Penulis melakukan evaluasi terhadap setiap tindakan keperawatan yang dilakukan
pada klien. Evaluasi keperawatan yang dilakukan meliputi apa yang dirasakan
klien dan kondisi klien setelah diberi tindakan keperawatan. Pendokumentasian
evaluasi keperawatan klien dilakukan setelah tindakan keperawatan dilakukan
pada klien.
1. Ansietas
Hasil evaluasi tindakan keperawatan pada masalah keperawatan ansietas
teratasi. Hal ini didapatkan data klien mengatakan rasa cemasnya berkurang
setelah diberi penjelasan dan diajarkan metode tarik napas dalam oleh

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


26

penulis. Selain itu, operasi yang dilakukan berjalan sesuai tujuan yang
diharapkan.

2. Nyeri akut
Klien mengatakan rasa nyeri sebelum operasi mulai berkurang dan tidak
selama sebelum diberitahukan mengurangi nyeri dengan tarik napas dalam.
Nyeri akut setelah operasi dirasakan klien mulai berkurang dan klien
mengatakan dapat mengontrol rasa nyerinya dengan istirahat dan tarik napas
dalam. Klien mengatakan pada awal post operasi klien diberikan obat
pengurang rasa nyeri oleh perawat.

3. Hambatan mobilitas fisik


Dua hari berada di ruang rawat inap GPS lantai I yaitu 3 hari post operasi
klien mengatakan mulai melakukan posisi miring secara mandiri setiap dua
jam namun perlahan-lahan. Tidak ada komplikasi ulkus decubitus akibat
imobilasi pada klien. Klien juga mengatakan melakukan ROM setiap
harinya. Setelah tersedia alat ambulasi yaitu brace klien mulai belajar duduk
kemudian belajar berjalan secara perlahan-lahan.

4. Risiko infeksi
Masalah risiko infeksi pada klien teratasi dimana ditemukan data bahwa
tidak ditemukan tanda-tanda infeksi pada luka operasi klien. Suhu tubuh
klien selama setelah operasi berada pada batas normal. Perawatan luka
operasi dilakukan per 3 hari.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


BAB 4
PEMBAHASAN
BAB empat berisi pembahasan yang terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama yaitu
analisa KKMP dengan kasus kelolaan. Bagian kedua yaitu analisa kasus kelolaan.
Sedangkan bagian ketiga yaitu analisa salah satu intervensi yang diberikan pada
kasus kelolaan (tehnik relakasasi napas dalam).

4.1 Analisis KKMP dengan Kasus Kelolaan


Perkembangan suatu kota semakin meningkatkan jumlah peristiwa urbanisasi.
Suharini (2007) menyatakan bahwa perkembangan pada suatu kota akan
meningkatkan peristiwa urbanisasi. Peristiwa urbanisasi dapat memberikan
pengaruh negatif pada suatu kota. Tellnes (2005) menyatakan bahwa dampak
negatif akibat urbanisasi salah satunya adalah perubahan gaya hidup kearah
masalah kesehatan seperti merokok. Hasil penelitian lain yang dilakukan Ischak
(2001) menyebutkan bahwa dampak negatif dari urbanisasi meliputi adanya
pencemaran udara akibat peningkatan jumlah transportasi dan perkembangan
industrialisasi. Keadaan kota dengan tercemarnya udara menimbulkan mudahnya
mycobacterium terhadap pernapasan masuk kedalam tubuh manusia. salah satu
penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium dan mudah ditularkan melalui
udara pada suatu kota yaitu penyakit tuberkulosis (Arias, 2009). Moesbar (2006)
menyatakan bahwa 10% dari seluruh pendertita TB memiliki keterlibatan dengan
muskuloskeletal dimana setengah dari hasil persentase tersebut mempunyai lesi di
tulang belakang.

Jika dikaitkan dengan teori-teori diatas, kasus klien kelolaan yang diambil oleh
penulis yaitu kasus spondilitis TB merupakan salah satu masalah kesehatan
perkotaan. Hal ini sesuai dengan hasil data pengkajian klien didapatkan bahwa
klien bertempat tinggal di kota depok dan memilki riwayat penyakit tuberkulosis
sejak 1-2 tahun yang lalu. Selain itu, hasil wawancara didapatkan data bahwa
klien merupakan perokok pasif dengan seringnya terpapar asap rokok dari teman
ataupun keluarga yang merokok. Data lain dtemukan bahwa klien bekerja sebagai

27 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


28

pegawai swasta di Jakarta dan klien mengatakan setiap harinya klien


menggunakan kereta dan kendaraan umum untuk bekerja.

Kemenkes tahun 2011 menyatakan bahwa sekitar 75% pasien TB adalah


kelompok usia paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Dengan kata lain,
usia klien merupakan faktor risiko rentan terhadap penyakit TB. Hal ini sesuai
dengan hasil data rekam medis ditemukan bahwa klien berusia 25 tahun yang
merupakan usia produktif. Hal yang sama juga dikemukaan oleh WHO pada tahun
2012 menyatakan bahwa sebagian besar diperkiran 115.631 orang terkena TB
pada usia 15-44 tahun sedangkan sebagian kecil sekitar 1714 orang terkena TB
pada usia 0-14 tahun.

4.2 Analisis Kasus Kelolaan


Nn. A menderita spondilitis TB pada torachal 9-10. Tuberkulosis tulang belakang
atau dikenal dengan sebutan Spondilitis TB merupakan kejadian TB
ekstrapulmonal ke bagian tulang belakang tubuh (Brunner, Suddart, & Smeltzer,
2008). Paramarta et al (2008) menyatakan bahwa insiden spondilitis TB masih
sulit ditetapkan, sekitar 10% dari kasus TB ekstrapulmonar merupakan spondilitis
TB. Alavi dan Sharifi tahun 2010 dalam penelitiannya mengenai spondilitis TB
ditemukan hasil bahwa dari 69 penderita spondilitis TB sebayak 21 pasien
diakibatkan adanya riwayat penyakit TB paru. Hal ini sesuai dengan hasil
pengkajian klien bahwa klien mengatakan memiliki riwayat penyakit TB sejak
dua tahun yang lalu.

Chatman (2008) menyatakan bahwa TB merupakan penyakit infeksi menular yang


disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosis. Hal ini sesuai dengan hasil
pemeriksaan rontgen klien ditemukan bahwa adanya infltrat pada area atas kedua
lapang paru dan ditemukan spondilitis TB pada torakal 9-10. Dengan demikian,
faktor penyebab spondilitis TB pada klien adalah proses berkembangnya bakteri
TB mencapai tulang belakang secara hematogen dan limfogen. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Corwin (2008) menyatakan bahwa bakteri TB

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


29

mampu menyerang seluruh bagian tubuh manusia secara hematogen dan


limfogen.

Moebar (2006) menyatakan bahwa penyakit spondilitis TB dimulai pada empat


tahapan. Tahapan pertama merupakan fase primer yaitu menitikberatkan pada
bakteri mulai masuk kedalam paru. Tahapan kedua merupakan fase miliar dimana
bakteri TB mulai meyebar ke bagian organ lain. Tahapan ketiga merupakan fase
laten dimana bakteri tersebut membentuk suatu jaringan parut pada organ yang
terinfeksi selama bertahun-tahun. Tahapan terakhir yaitu tahapan reaktivasi
dimana fase penyembuhan dengan fibrosis ataupun pembentukan kalsifikasi pada
organ yang terinfeksi. Bila dikaitkan dengan hasil penelitian mengenai proses
perjalanan penyaikit spondilitis TB pada klien sesuai dimana ditemukan data
bahwa klien pernah memiliki riwayat penyakit TB 2 tahun lalu. Selain itu
berdasarkan hasil rontgen ditemukan bahwa terdapat infiltrate pada bagian atas
kedua lapang paru dengan adanya spondilitis TB pada torakal 9-10.

Paramarta et al (2008) menyatakan bahwa manifestasi klinik pasien spondilitis TB


mengalami keadaan seperti berat badan menurun selama 3 bulan berturut-turut
tanpa sebab yang jelas, demam lama tanpa sebab yang jelas, pembesaran kelenjar
limfe superfisial yang tidak sakit, batuk lebih dari 30 hari, terjadi diare berulang
yang tidak sembuh dengan pengobatan diare disertai benjolan/masa di abdomen
dan tanda-tanda cairan di abdomen. Hasil penelitian lain yang dikemukakan oleh
Alavi dan Sharifi (2010) menyatakan bahwa dari 69 responden didapatkan hasil
98,5% mengalami nyeri punggung, 26% merasa demam dimalam hari, 28,9%
bentuk tubuh kifosis, 17,4% berkeringat dimalam hari dan sekitar 14,5%
mengalami penurunan berat badan. Hal ini sesuai dengan hasil pengkajian
ditemukan bahwa klien mengatakan mengalami penurunan berat badan sejak 2
tahun yang lalu, bentuk tubuh kifosis, mengalami nyeri punggung. Selain itu klien
juga mengatakan terkadang demam dimalam hari dan sering merasa lemas.

Terapi operatif yang dilakukan untuk spondilitis TB yaitu debridement (Moesbar,


2006). Tujuan dilakukan tindakan ini yaitu untuk menghilangkan sumber infeksi,

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


30

mengkoreksi deformitas, menghilangkan komplikasi neurologik dan kerusakan


lebih lanjut (Dewald, 2003). Terapi operasi dilakukan jika terapi konservatif tidak
memberikan hasil yang memuaskan, terjadi kompresi pada medulla spinalis, dan
hasil radiologis menunjukkan adanya sekuester dan kaseonekrotik dalam jumlah
banyak (Moesbar, 2006). Agrawal, Patgaonkar, & Nagariya (2010) menyatakan
bahwa prosedur operasi yang dilakukan pada penderita spondilitis TB meliputi
debridement posterior dan anterior untuk mengeluarkan abses ataupun pus yang
berada pada tulang belakang. Hal ini sesuai dengan hasil data rekam medis klien
bahwa klien direncanakan untuk operasi bebridement anterior.

Diagnosa keperawatan spondilitis TB meliputi diagnosa keperawatan sebelum


operasi dan setelah operasi. Diagnosa keperawatan spondilitis TB sebelum operasi
meliputi nyeri akut berhubungan dengan faktor patologis, ansietas berhubungan
dengan perubahan status kesehatan, risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, dan hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan ganguan muskuloskeletal (Nanda, 2012). Hal ini sesuai
dengan hasil perumusan masalah yang dilakukan oleh penulis bahwa diagnosa
keperawatan klien sebelum operasi meliputi nyeri akut berhubungan dengan
faktor patologis spondilitis TB dan ansietas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan (prosedur operasi debridement anterior).

Diagnosa keperawatan spondilitis TB setelah operasi meliputi manajemen


keperawatan post operasi. Diagnosa keperawatan yang timbul berupa nyeri akut
berhubungan dengan luka post operasi, hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri, risiko infeksi, risiko konstipasi dan defisit perawatan diri
berhubungan dengan nyeri (Nanda, 2012). Hal ini sesuai dengan diagnosa pada
klien yang dirumuskan oleh penulis meliputi nyeri akut berhubungan dengan luka
post operasi, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan risiko
infeksi

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


31

4.3 Analisis Tehnik Relaksasi Napas Dalam yang dilakukan pada Kasus
Kelolaan
Penulis melakukan salah satu intervensi berdasarkan hasil salah satu evidence
based yaitu tehnik relaksasi napas dalam untuk melihat keefektifan tehnik tersebut
kepada klien kelolaan. Tarik napas dalam merupakan salah satu tehnik relaksasi
yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri dan mengurangi kecemasan klien.
Tujuan dilakukan tehnik napas dalam adalah untuk merelaksasikan otot-otot yang
tegang dan menormalkan sirkulasi oksigen akibat cemas dan tahanan saat nyeri
(Duma, Swardt, & Khanyile, 2008). Metode relaksasi napas dalam selain dapat
mengurangi nyeri juga dapat menurunkan tingkat kecemasan. Hal ini dilakukan
merujuk pada hasil pengkajian klien ditemukan bahwa klien mengalami nyeri
punggung dan kecemasaan sebelum operasi.

Tenhik relaksasi napas dalam terdiri dari 4 tahapan (Gabbrielle & Karen 2009).
Langkah pertama yaitu posisikan klien dalam kondisi yang nyaman. Langkah
yang kedua tarik napas dalam secara perlahan melalui hidung. Tahan dalam waktu
1-3 detik atau senyaman mungkin. Langkah terakhir keluarkan napas melalui
mulut secara perlahan. tehnik relaksasi napas dalam dapat dilakukan berulang-
ulang sampai klien merasa tenang sehingga nyeri dapat berkurang. Pada tanggal 7
Mei penulis mengajarkan tehnik relaksasi napas dalam kepada klien dengan
langkah-langkah yang sama sesuai teori di atas. Kemudian klien mencoba tehnik
relaksasi napas dalam tersebut berulang kali sampai merasa lebih nyaman dan
tenang.

Sli, Setyoadi, dan Widastra (2009) menyatakan bahwa terjadi penurunan skala
nyeri pada masing-masing responden setelah melakukan tehnik relasasi napas
dalam. Varvogli dan Darviri tahun 2011 dalam penelitiaanya tentang tehnik
managemen stres ditemukan hasil bahwa menggunakan tehnik napas dalam dapat
mengurangi kecemasan. Hal ini sesuai dengan hasil yang dilakukan oleh penulis
dimana ditemukan data evaluasi klien mengatakan rasa cemasnya berkurang
diajarkan metode tarik napas dalam oleh penulis. Selain itu, mengenai nyeri yang

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


32

dirasakan klien mengatakan rasa nyeri sebelum operasi mulai berkurang dan tidak
selama sebelum diberitahukan mengurangi nyeri dengan tarik napas dalam.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

BAB lima berisi kesimpulan dan saran yang terdiri dari dua bagian. Bagian
pertama yaitu kesimpulan. Bagian kedua yaitu saran.

5.1 Kesimpulan
Hasil penulisan mengenai “Analisis Praktik KKMP pada Kasus Spondilitis TB di
Gedung Profesor DR. Soelarto Lantai 1 RSUP Fatmawati” dapat disimpulkan
bahwa kasus spondilitis TB Nn. A merupakan salah satu masalah kesehatan
perkotaan dengan ditemukannya hasil pengkajian klien tinggal didaerah perkotaan
yang berisiko terpajannya masalah kesehatan akibat pencemaran udara. Selain itu,
spondilitis TB pada klien merupakan salah satu fase penyebaran bakteri TB ke
tulang belakang dengan tanda dan gejala nyeri punggung, kifosis, demam
dimalam hari, penurunan berat badan, sering batuk dan merasa lemas.

Penatalaksanaan medis yang dilakukan pada klien adalah operasi debridement


anterior. Diagnosa klien sebelum operasi yaitu nyeri berhubungan dengan faktor
patologis spondilitis TB dan ansietas berhubungan dengan perubahan status
kesehatan (prosedur operasi debridement anterior). Diagnosa keperawatan setelah
operasi yaitu nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi, hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan risiko infeksi. Intervensi
keperawatan yang dilakukan mengacu pada masing-masing diagnosa
keperawatan. Intervensi berdasarkan evidence base yaitu tehnik relaksasi napas
efektif dalam mengurangi rasa nyeri dan kecemasan pada klien sebelum operasi

33 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


34

5.2 Saran
Saran yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat
Masyarakat perkotaan khususnya lebih menanamkan kesadaran dan
merubah gaya hidup terhadap pentingnya kesehatan dikarenakan dampak
negatif yang diakibatkan adanya urbanisasi akibat perkembangan kota.

2. Penulisan Selanjutnya
Penulisan selanjutnya dapat memperluas area penulisan seperti bukan
hanya menganalisa salah satu intervensi keperawatan tetapi lebih dari satu
intervensi pada satu kasus masalah kesehatan perkotaan.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


DAFTAR PUSTAKA

Abbasi, f., & Besharat, M. (2011). Tuberculosis Spondylitis (Pott’s Disease) in


Iran, Evaluation of 40 cases. Journal of Bushehr University of Medical
Sciences, Iran, 6, 30-32.

Agrawal,V., Patgaonkar, P.R., & Nagariya, S.P. (2010). Tuberculosis of spine.


Journal of Craniovertebral Junction & Spine, 2 74-85.

Alavi, S.M .,& Sharifi, M. (2010). Tuberculosis Spondylitis: clinical/ paraclinical


aspect in the south west of iran. Journal of Infection and Public Health, 3,
196-200.

Arias, K.M. (2009). Investigasi dan pengendalian wabah di fasilitas pelayanan


kesehatan. (Aprianingsih, Papuli Wisyastuti, Munayah Fauziah, Penerjemah).
Jakarta: EGC.

Bono, M.C., & Garfin, S.M. (2004). Spine. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.

Brunner, L. S., Suddarth, D. S., & Smeltzer, S. C. O. (2008). Brunner &


Suddarth's textbook of medical-surgical nursing (11thed.). Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.

Burgener, F.A., Kormano, F., & Pudas, T. (2006). Differential diagnosis in


conventional radiology, (2nded )revised. New York: Thieme.

Chanplakon,P., Chanplakon,N., Kraiwattanapong, C., Wajanavisit,W. &


Laohacharoensombat,W. (2011). Treatment of Acute Tuberculosis
Spondylitys by Spinal Shotering Osteotomy: A Tehnical Notes and Case
Illustrations. Journal of Departement of Orthopedi Mahidol University,
Bangkok, Thailand, 5, 4 237-244.
Chatman, I.J. (2008). Tuberculosis: Arresting everyone enemy, (2nded). USA:
Joint Commion Resourcer.
Crisp, J. & Taylor, C. (2009). Potter & Perry’s: Fundamentals of nursing, (3rded).
Australia: Elsevier.

35 Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


36

Corwin, E.J. (2008). Handbook of pathophysiology, (3rd ed). Philadelphia:


Lippincott Williams & Wilkins.

Dewald, R. (2003). Spinal deformities: the comprehensive text. New York:


Thieme.

Doengoes, M. E, Moorhouse, M.C., & Murr, A.C. (2008). Nursing diagnosis


manual: planning, individualizing and documenting client care. USA: Davis
Plus.
Duma,S., Swardt H.D., & Khanyile, T. (2008). Fundamental of nursing: fresh
perspectives. South Africa: Philippa van Aardt.
Depkes, RI. (2008). Laporan nasional riset kesehatan dasar tahun 2007. Jakarta:
Pusat Penelitian Pengembangan Kesehatan.
Gabbrielle, K., & Karen, L. (2005). Tabber’s nursing care: Theory and practice.
Australia: Elsevier.

Ischak. (2001). Urbanisasi dan dampaknya terhadap lingkungan. Jurnal dari


Departemen Ilmu Sosial: Uneversitas Negeri Yogyakarta, 3 275-283.

Kementrian Kesehatan RI. (2011). Pemdoman nesional pengendalian


tuberculosis. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Ditjen Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Kementrian Kesehatan RI. (2010b). Riset kesehatan dasar:Riskesdas 2010.


Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Moesbar, N. (2006). Infeksi tuberculosa pada tulang belakang. Jurnal dari


Departemen Orthopaedi dan Trauma Departemen Ilmu Bedah FK-USU/RSUP
H. Adam Malik, Medan, 3, 279-289.

NANDA. (2012). Diagnosis Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-2014.


(Made Sumarwati & Nike Budhi Subekti, Penerjemah). Jakarta: EGC.

Nawas, A. (2010). Penatalaksanaan TB MDR dan strategi Dots plus. Jurnal


Tuberkuosis Indonesia, 7, 1-7

Paramata, I.G.E., Purniti, P.S., Subanada, I.B. & Astawa, P. (2008). Spondylitis
tuberculosis. Jurnal dari bagian Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Bedah

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


37

Ortopedi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Rumah Sakit Sanglah


Denpasar, 3, 177-183.

Spielgelburg,D.D. (2007). New topics in tuberculosis research. New York: Nova


Science Publishers.

Sli, D.D., Setyoadi,. & Widastra, N.M. (2009). Pengaruh Tehnik Relaksasi Nafas
Dalam Terhadap Penurunan Persepsi Nyeri Pada Lansia dengan Artitris
Reumatoid. Jurnal dari Deprtemen Keperawatan Universitas Soedirman, 4,2,
46-53.

Suharini,E. (2007). Menemukealiagihan permukiman kumuh melalui interpretasi


citra pengindraan jauh. Jurnal dari Departemen Geografi UNNES, 4 77-85.

Suryo, J. (2010). Herbal penyebab gangguan sistem pernapasan: Pneumonia,


kanker paru-paru, TB paru, bronchitis, pleurisy. Yogyakarta: B First

Tellness, G.(2005). President’s column: positive and negative public health effect
of urbanization. Journal of Public Health Assosiation Oxford University 15, 5,
522-553.

Vaccaro, A. R., Albert, T. J. (2009) Spine surgery: Tricks of the trade, (2nded).
New York: Tieme.

WHO. (2011). Global tuberculosis control; WHO report 2011. Geneva:


Publication Data

WHO. (2012). Global tuberculosis report 2012. France: Publication Data.

Wilkinson, J. M., & Ahhern.N.R. (2009). Buku saku diagnosis keperawatan (edisi
9). (Esty Wahyuningsih, Penerjemah). Jakarta: EGC.

Wulandari,L. (2012). Peran pengetahuan terhadap perilaku pencarian


pengobatan penderita suspek TB paru di Indonesia (Analisis data survey
pengetahuan, sikap dan perilaku tuberculosis tahun 2010).[Tesis]. Depok:
Universitas Indonesia.

Valvorgi, L & Darviri,C.(2011). Stress management techniques: evidence-based


procedures that reduce stress and promote health. Journal of Health Science
University of Athens, 5, 74-89.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


Lampiran 1

ASUHAN KEPERAWATAN Nn.A DENGAN SPONDILITIS TB


DI GEDUNG PROFESOR DR. SOELARTO LANTAI 1
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas Klien
a) Nama : Nn.A
b) Tanggal lahir : 16 April 1988 (25 tahun)
c) No. RM : 01221390
d) Jenis kelamin : Perempuan
e) Suku : Jawa Tengah
f) Status : Belum Menikah
g) Pekerjaan : Pegawai Swasta
h) Tanggal masuk GPS Lantai 1: 7-5- 2013
i) Sumber infromasi: klien, keluarga klien, dan rekam medis
j) Alamat: Jln. Kemang bubakan Cimanggis kota Depok

b. Riwayat penyakit sekarang: Nn. A datang dari Poli bedah toraks ke


Fatmawati pada tanggal 7 Mei 2013. Klien datang diantar oleh keluarga
pada pukul 10.11 WIB. Klien datang ke RS dengan keluhan nyeri pada
punggung pada area tulang belakang sejak 5 hari yang lalu seperti
tertekan dengan skala nyeri 3 dan lamanya rasa nyeri kurang dari 30 menit.
Nyeri berkurang setelah istirahat.

c. Riwayat penyakit dahulu: Hasil wawancara dengan klien didapatkan hasil


bahwa klien mempunyai riwayat TB sejak 1-2 tahun yang lalu. Klien
mengatakan tidak merokok namun klien merupakan perokok pasif
dikarenakan lingkungan kerja dan pergaulan banyak yang merokok dan
klien tidak mengetahui jika ada dilingkungan kerja dan pergaulan yang
memiliki penyakit TB. Selain itu, klien bekerja sebagai pegawai swasta di
Jakarta. Klien mengatakan setiap harinya klien menggunakan kereta dan

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


kendaraan umum untuk bekerja. Klien mengatakan pernah di rawat di RS
dikarenakan penyakit TB. Saat ini klien masih mengkonsumsi obat-obatan
OAT seperti rifampisin dan Isoniasid masing-masing satu kali per hari.

d. Riwayat kesehatan keluarga: keluarga mengatakan di keluarga tidak ada


yang terkena penyakit TB atau mempunyai riwayat penyakit TB.

e. Riwayat Psikososial: Klien mengatakan merasa takut ketika akan


dilakukan operasi. Klien mengatakan sudah diberitahukan tentang
prosedur operasinya oleh dokter. Namun, klien masih merasa takut akan
hal-hal yang tidak di inginkan seperti rasa sakit dan tidak bisa sembuh itu
ada. Klien juga mengatakan mengenai penanganan apa saja yang
dilakukan setelah dilakukan operasi. Klien juga berharap agar setelah
operasi kesehatannya menjadi lebih baik.

f. Pola Nutrisi: klien mengatakan mengalami penurunan nafsu makan, berat


Berat badan klien 40 kg dan tinggi badan 160 cm. klien terlihat kurus.
Klien mengatakan berat badannya mengalami puenurunan sekitar lima kg
sejak 2 tahun terakhir.

g. Pola Eliminasi: Klien BAB dan BAK dengan normal. Frekuensi BAB
1x/hari, warna kuning dan lembek. Frekuensi BAK > 5x/hari dengan
warna kuning jernih.

h. Pola Aktivitas:
- Sebelum operasi: klien mengatakan masih bisa melakukan aktivitas
secara mandiri.
- Setelah operasi: Klien mengatakan jika klien bergerak, luka operasi di
punggung masih terasa sakit. Klien mengatakan untuk aktivitas seperti
mandi dan berubah posisi miring dibantu oleh keluarga. Pergerakan
klien terlihat perlahan-lahan dan terbatas. Klien mengatakan tidak
mampu duduk secara mandiri dan diperlukan bantuan alat berupa

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


brace yang berfungsi menopang bagian tulang belakang klien. Klien
terpasang infus RL/8jam. Terpasang oksigen 2 liter/menit.. Klien
mengatakan karena masih terasa sakit pada luka operasinya klien
hanya dapat tiduran ditempat tidur. Kekuatan otot klien pada
ekstremitas atas dan bawah mampu melawan tahanan namun secara
maksimal

i. Pola Respiratorik: Bunyi napas rochi +/+ bagian apek kedua paru. Klien
terlihat sering batuk. Klien mengatakan bahwa dapat mengeluarkan
dahaknya secara mandiri

j. Pola sirkulasi: S1 dan S2 normal, murmur (-), gallop (-)

k. Pola Kenyamanan:
- Sebelum operasi: keluhan nyeri pada punggung pada area tulang
belakang sejak 5 hari yang lalu seperti tertekan dengan skala nyeri 3
dan lamanya rasa nyeri kurang dari 30 menit. Nyeri berkurang setelah
istirahat.
- Setelah operasi: nyeri pada bagian punggung luka operasi 5 hari yang
lalu, rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk. Skala nyeri 4. Klien mengatakan
lamanya rasa nyeri sampai kurang dari 30 menit. Klien tampak
meringis saat nyeri itu timbul.

l. Pola integritas kulit:


- Setelah operasi: Luka post operasi pada area punggung sepanjang
kurang lebih 20 cm. Luka tampak terbalut perban. Tidak ada warna
kemerahan, bengkak dan cairan disekitar area luka. Berdasarkan data
rekam medik diketahui bahwa perencanaan perawatan luka operasi per
3 hari setelah operasi. Berdasarkan hasil data laboraturium tanggal 9
Mei 2013 didapatkan hasil kadar leukosit Nn.A dalam batas normal
yaitu 6,3 ribu/ul. Terapi farmakologis yang diberikan untuk
mengurangi peradangan yaitu ceftriaxone 3x1gr/hari.

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


2. Pemeriksaan Penunjang
a. Rontgen: tanggal 1 April 2012 didapatkan hasil spondilitis thoracal 9-
10 dengan abses para vertebra sugesti spondilitis TB dan pulmo
minimal infiltrate lapangan atas kedua paru.
b. Pemeriksaan Laboraturium:
Tanggal 9 Mei 2013: Hb: 8,5 g/dl, Ht: 27%, Leukosit: 6,3 ribu/ul,
trombosit 271 ribu/ul, eritrosit: 3,24 juta/ul.

3. Terapi Farmakologis:
a. Sebelum Operasi: OAT: rifampisin 1x1 tablet dan INH 1x1 tablet
b. sesudah operasi: tanggal 13 Mei 2013 ketorolak 3x1 amp, ceftriaxone
3x1gr, dan ranitidine 3x1amp (Parenteral). Rifampisin 1x1 tablet dan
INH 1x1 tablet ( Non parenteral).

B. Analisis Data sebelum Operasi

Data Masalah
Keperawatan
Subjektif: O: 5 hari yll P: patologis penyakit Q: Nyeri Akut
seperti tertekan R:sekitar punggung tulang
belakang S: skala nyeri 3 T: lamanya rasa nyeri
kurang dari 30 menit
Objektif : tekanan darah=110/70mmHg,
0
nadi=85x/menit, Suhu=36,5 C, dan frekuensi
napas 19x/menit,
Subjektif: Klien mengatakan merasa takut ketika Ansietas
akan dilakukan operasi. Klien mengatakan sudah
diberitahukan tentang prosedur operasinya oleh
dokter. Namun, klien masih merasa takut akan
hal-hal yang tidak di inginkan seperti rasa sakit
dan tidak bisa sembuh itu ada
Objektif: klien lebih banyak diam

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


C. Analisis Data Setelah Operasi

Data Masalah
Keperawatan
Subjektif: O: 5 hari post op P: luka post op Q: Nyeri Akut
seperti berdenyut R:sekitar punggung tulang
belakang S: skala nyeri 4 T: lamanya rasa nyeri
kurang dari 30 menit
Objektif: klien terlihat meringis jika terasa sakit
Subjektif : Klien mengatakan aktivitas klien post Hambatan mobilitas
operasi dibantu oleh keluarga. Klien mengatakan fisik
jika ingin miring masih terasa sakit pada luka
operasi dibagian punggung Klien mengatakan
jika ingin miring kanan dan kiri masih dibantu
keluarga.
Objektif: Pergerakan klien terlihat perlahan-
lahan dan terbatas
Subjektif: Klien mengatakan lukanya masih Risiko Infeksi
terasa sakit
Objektif: Luka post operasi kurang lebih 20 cm.
Luka tampak terbalut perban. Tidak ada warna
kemerahan, bengkak dan cairan disekitar area
luka. laboraturium tanggal 9 Mei 2013
didapatkan hasil kadar leukosit Nn.A dalam batas
normal yaitu 6,3 ribu/ul. Terapi farmakologis
yang diberikan untuk mengurangi peradangan
yaitu ceftriaxone 3x1gr/hari

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


C. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Sebelum Operasi

No. Diagonsa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan - Kaji skala nyeri - Nyeri merupakan respon subjektif
dengan penyakit patologis tindakan keperawatan yang bisa dikaji dengan menggunakan
spondilitis TB torakal 9-10 selama 3x24 jam nyeri skala nyeri
(Nanda, 2012) klien berkurang atau
Karakteristik: dapat diadaptasi oleh lien
- Ajarkan relaksasi:tehnik-tehnik untu - Akan melancarkan peredaran darah,
Subjektif: O: 5 hari yll Kriteria Hasil:
menurunkan ketegangan otot rangka, sehingga kebutuhan oksigen terpenuhi,
P: patologis penyakit Q: - Secara verbal klien
yang dapat menurunkan intensitas nyeri sehingga akan mengurangi nyeri
seperti tertekan R:sekitar nyatakan nyeri
dan juga tingkatkan relaksasi masase
punggung tulang hilang/berkurang
- Ajarkan metode distraksi selama nyeri
belakang S: skala nyeri 3 - Klien dapat melakukan - Mengalihkan perhatian nyerinya ke
akut
T: lamanya rasa nyeri tehnik mengurangi nyeri hal-hal yang menyenangkan
- Berikan waktu istirahat bila terasa nyeri
kurang dari 30 menit - Klien tidak gelisah - Istirahat akan merelaksasikan jaringan
dan beri posisi yang nyaman
Objektif : tekanan - Skala nyeri 0-1 atau sehingga akan meningkatkan
darah=110/70mmHg, teradaptasi kenyamanan
nadi=85x/menit,
0
Suhu=36,5 C, dan - Kolaborasi:
frekuensi napas Pemberian analgesik - Analgesik mengurangi nyeri
19x/menit

2 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan - Kaji tanda verbal dan nonverbal - Reaksi verbaldan nonvermal dapat
dengan perubahan dalam tindakan keperawatan kecamasan, dan lakukan tindakan bila menunjukkan rasa agitasi, marah,
status kesehatan , kritis selama 3x24 jam ansietas menunjukkan perilaku merusak gelisah
situasional (Wilkinson & berkurang atau hilang: - Mulai melakukan tindakan untuk - Mengurangi rangsangan eksternal
Ahern, 2009) Kriteria Hasil: mengurangi kecemasan (tarik napas yang tidak perlu
Subjektif: Klien - Klien secara verbalisasi dalam). Beri lingkungan yang nyaman
mengatakan merasa takut menyatakan ansietas dan suasana penuh istirahat
- Dapat menghilangkan ketegangan
ketika akan dilakukan berkurang - Beri kesempatan klien untuk
terhadap kekhawatiran yang tidak
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


No. Diagonsa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
operasi. Klien - Klien dapat mengungkapkan kecemasaanya diekspresikan
mengatakan sudah mengidentifikasi - Beri privasi untuk klien dan keluarga - Memberi waktu untuk
diberitahukan tentang penyebab yang terdekat mengekspresikan perasaan
prosedur operasinya oleh mempengaruhinya
dokter. Namun, klien
masih merasa takut akan
hal-hal yang tidak di
inginkan seperti rasa
sakit dan tidak bisa
sembuh itu ada
Objektif: klien lebih
banyak diam

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


D. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Setelah Operasi

No. Diagonsa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan - Kaji skala nyeri - Nyeri merupakan respon subjektif
dengan luka post operasi tindakan keperawatan yang bisa dikaji dengan menggunakan
(Nanda, 2012) selama 3x24 jam nyeri skala nyeri
Subjektif: O: 5 hari post op klien berkurang atau
P: luka post op Q: seperti dapat diadaptasi oleh
- Ajarkan relaksasi:tehnik-tehnik untu - Akan melancarkan peredaran darah,
berdenyut R:sekitar lien
menurunkan ketegangan otot rangka, sehingga kebutuhan oksigen terpenuhi,
punggung tulang belakang Kriteria Hasil:
yang dapat menurunkan intensitas nyeri sehingga akan mengurangi nyeri
S: skala nyeri 4 T: lamanya - Secara verbal klien
dan juga tingkatkan relaksasi masase
rasa nyeri kurang dari 30 nyatakan nyeri
- Ajarkan metode distraksi selama nyeri
menit hilang/berkurang - Mengalihkan perhatian nyerinya ke
akut
Objektif: klien terlihat - Klien dapat hal-hal yang menyenangkan
- Berikan waktu istirahat bila terasa nyeri
meringis jika terasa sakit melakukan tehnik - Istirahat akan merelaksasikan jaringan
dan beri posisi yang nyaman
mengurangi nyeri sehingga akan meningkatkan
- Klien tidak gelisah kenyamanan
- Skala nyeri 0-1 atau
teradaptasi
- Kolaborasi:
Pemberian analgesik - Analgesik mengurangi nyeri
2 Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan - Kaji mobilitas yang ada dan observasi - Mengetahui tingkat kemampuan klien
berhubungan dengan nyeri tindakan keperawatan terhadap peningkatan kerusakan dalam melakukan aktivitas
luka post operasi (NANDA, selama 3x24 jam klien - Bantu klien dalam melakukan latihan - Untuk memelihara fleksibilitas sendi
2012) dapat melakukan ROM sesuai kemampuan
Subjektif : Klien mobilisasi secara - Ubah posisi setiap 2 jam - Mempertahankan posisi tulang
mengatakan aktivitas klien optimal: belakang tetap rata
post operasi dibantu oleh Kriteria hasil : - Deteksi dini dari kemungkinan
- Pantau kulit dan membran mukosa
keluarga. Klien mengatakan - Klien dapat ikut komplikasi imobilisasi
terhadap iritasi dan tanda inflamasi
jika ingin miring masih serta dalam program - Mencegah kekakuan otot
latihan - Bantu klien ambulasi
terasa sakit pada luka
Kolaborasi:
operasi dibagian punggung - Mencari bantuan
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


No. Diagonsa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Klien mengatakan jika ingin sesuai kebutuhan - Kolaborasi dengan ahli terapi dalam - Terapi yang tepat dapat mempercepat
miring kanan dan kiri masih - Mempertahankan pemberian terapi proses pemulihan
dibantu keluarga. koordinasi dan
Objektif: Pergerakan klien mobilitas sesuai
terlihat perlahan-lahan dan tingkat optimal
terbatas
3 Risiko Infeksi Setelah dilakukan - Observasi tanda-tanda infeksi dan - Pasien mengkin dapat mengalami
Karakteristik: tindakan keperawatan peradangan infeksi nosokomial
Subjektif: Klien mengatakan selama 3x 24 jam - Tingkatkan upaya pencegahan dengan - Mencegah timbulnya infeksi silang
lukanya masih terasa sakit faktor resiko infeksi mencuci tangan sebelum dan sesudah (infeksi nosokomial)
Objektif: Luka post operasi akan hilang - Pertahankan tehnik aseptik pada - Mencegah timbulnya infeksi silang
kurang lebih 20 cm. Luka Kriteria hasil : prosedur invansif
tampak terbalut perban. - Menunjukkan faktor - Pantau suhu dan istirahat
- Peningkatan suhu menandakan
Tidak ada warna resiko individu
peningkatan laju metabilik dari proses
kemerahan, bengkak dan - Mengidentifikasi
inflamasi
cairan disekitar area luka. intervensi untuk
- Mencegah timbulnya infeksi
laboraturium tanggal 9 Mei mencegah resiko - Ganti dressing sesuai petunjuk umum
nosokomial
2013 didapatkan hasil kadar infeksi
leukosit Nn.A dalam batas - Menunjukkan teknik Kolaborasi:
normal yaitu 6,3 ribu/ul. untuk meningkatkan Terapi antibiotik - Untuk menurunkan inflamasi
Terapi farmakologis yang lingkungan aman
diberikan untuk mengurangi - Suhu tubuh normal:
peradangan yaitu 36,7-37,50C
ceftriaxone 3x1gr/hari

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


E. Catatan Perkembangan Pasien

Nama Klien: Nn.A Ruang Rawat: Prof.Dr. Soelarto kamar 101

Dx Medis: Spondilitis Tb Pre Op

No Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


1 7-5- 2013 Nyeri akut berhubungan - Mengkaji skala nyeri yang S:
Pukul: dengan penyakit patologis dirasakan pasien - klien mengatakan nyerinya masih terasa walau agak
11.15 spondilitis TB torakal 9-10 - Mengukur tanda-tanda vital klien sedikit berkurang setelah mencoba tehnik napas dalam
(Nanda, 2012) - Mengajarkan kepada pasien cara - klien mengatakan akan mencoba tehnik napas dalam
Karakteristik: mengurangi nyeri dengan cara untuk mengurangi rasa sakit
Subjektif: O: 5 hari yll P: tehnik napas dalam
patologis penyakit Q: - Memberikan kesempatan klien O: O: nyeri punggung 5 hari yang lalu
seperti tertekan R:sekitar untuk lebih banyak beristirahat P:
punggung tulang belakang untuk mengurangi nyeri Q: nyeri seperti di tekan
S: skala nyeri 3 T: lamanya R: rasa sakit di punggung
rasa nyeri kurang dari 30 S: skala nyeri: 2-3
menit T: kurang dari 30 menit
Objektif : tekanan Tanda-tanda vital: tekanan darah: 110/70 mmHg, Nadi:
darah=110/70mmHg, 80x/menit, RR: 18x/ment, S: 36,50C
nadi=85x/menit, A: nyeri
0
P:
Suhu=36,5 C, dan
frekuensi napas 19x/menit - Kaji skala nyeri
- Evaluasi tehnik relaksasi napas
- Berikan waktu istirahat bila terasa nyeri dan beri posisi
yang nyaman
2 7-5- 2013 Ansietas berhubungan dengan - Kaji tanda verbal dan nonverbal S:
Pukul: perubahan dalam status kecamasan - Klien mengatakan cemasnya berkurang setelah
11.30 kesehatan , kritis situasional - Mulai melakukan tindakan untuk perasaannya bisa tercurahkan dan dengan tarik napas
(Wilkinson & Ahern, 2009) mengurangi kecemasan (tarik napas dalam
Subjektif: Klien dalam). Beri lingkungan yang O:

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


No Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
mengatakan merasa takut nyaman dan suasana penuh istirahat - Klien lebih banyak diam
ketika akan dilakukan - Beri kesempatan klien untuk A: Ansietas teratasi
operasi. Klien mengatakan mengungkapkan kecemasaanya P: -
sudah diberitahukan
tentang prosedur
operasinya oleh dokter.
Namun, klien masih merasa
takut akan hal-hal yang
tidak di inginkan seperti
rasa sakit dan tidak bisa
sembuh itu ada
Objektif: klien lebih
banyak diam

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


F. Catatan Perkembangan Pasien

Nama Klien: Ny. SM Ruang Rawat: Prof.Dr. Soelarto kamar 101

Dx Medis: Spondilitis Tb Post Op

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi


1 Nyeri akut berhubungan 14-5-2013 - Mengkaji skala nyeri S:
dengan luka post operasi yang dirasakan pasien - Klien mengatakan nyerinya mulai berkurang dan terkadang timbul
06.30
(Nanda, 2012) - Mengukur tanda-tanda dan hilang
Subjektif: O: 5 hari post vital klien - klien mengatakan nyerinya masih terasa namun mulai berkurang
op P: luka post op Q: - Mengajarkan kepada dengan tehnik napas dalam dan beristirat
seperti berdenyut pasien cara - klien mengatakan akan mencoba mendengarkan music jika terasa
R:sekitar punggung mengurangi nyeri nyeri
tulang belakang S: skala dengan cara tehnik O: O: sakit karena luka operasi 6 hari yang lalu
nyeri 4 T: lamanya rasa napas dalam P: sakit karena luka operasi
nyeri kurang dari 30 - Memberikan Q: nyeri seperti berdenyut
menit kesempatan klien R: rasa sakit hanya sekitar luka
Objektif: klien terlihat untuk lebih banyak S: skala nyeri: 3
meringis jika terasa sakit beristirahat untuk T: kurnag dari 30 menit
mengurangi nyeri Klien terlihat sedikit meringis ketika rasa nyerinya mulai timbul.
- Mengajarkan tehnik TTV: TD= 110/80mmHg Nadi: 75x/menit, RR=18x/menit, S=
distraksi: 360C
mendengarkan musik A: nyeri
- Kolaborasi ketorolak 1 P:
amp - kaji skala nyeri yang dirasakan pasien
Pukul 04.30 - ukur tanda-tanda vital klien
- Mengajarkan kepada pasien cara mengurangi nyeri dengan cara
tehnik napas dalam
- Memberikan kesempatan klien untuk lebih banyak beristirahat
untuk mengurangi nyeri
- Mengajarkan tehnik distraksi: mendengarkan musik
- Kolaborasi ketorolak 1 amp
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


No Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi
15-5-2013 - Mengkaji skala nyeri S:
yang dirasakan pasien - Klien mengatakan nyerinya mulai berkurang dan terkadang timbul
16.00
- Mengukur tanda-tanda dan hilang
vital klien - klien mengatakan jika merasa nyeri klien tarik napas dalam,
- Mengajarkan kepada istirahat, dan mendengarkan musik
pasien cara
mengurangi nyeri O: O: sakit karena luka operasi 7 hari yang lalu
dengan cara tehnik P: sakit karena luka operasi
napas dalam Q: nyeri seperti berdenyut
- Memberikan R: rasa sakit hanya sekitar luka
kesempatan klien S: skala nyeri: 2-3
untuk lebih banyak T: kurnag dari 30 menit
beristirahat untuk Klien terlihat sedikit meringis ketika rasa nyerinya mulai timbul.
mengurangi nyeri TTV: TD= 110/70mmHg Nadi: 78x/menit, RR=18x/menit, S=
- Mengajarkan tehnik 360C
distraksi: A: nyeri
mendengarkan musik P:
- Kolaborasi Tramadol 1 - kaji skala nyeri yang dirasakan pasien
tablet - ukur tanda-tanda vital klien
Pukul 17.30 - evaluasi cara mengurangi nyeri dengan cara tehnik napas dalam
- berikan kesempatan klien untuk lebih banyak beristirahat untuk
mengurangi nyeri
- evaluasi tehnik distraksi: mendengarkan musik
- Kolaborasi tramadol
16-5-2013 - Mengkaji skala nyeri S:
yang dirasakan pasien - Klien mengatakan nyerinya mulai berkurang
14.00
- Mengukur tanda-tanda - klien mengatakan jika merasa nyeri klien tarik napas dalam,
vital klien istirahat, dan mendengarkan musik
- Mengevaluasi kepada
pasien cara O: O: sakit karena luka operasi 8 hari yang lalu
mengurangi nyeri P: sakit karena luka operasi
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


No Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi
dengan cara tehnik Q: nyeri seperti berdenyut
napas dalam R: rasa sakit hanya sekitar luka
- Memberikan S: skala nyeri: 1-2
kesempatan klien T: kurnag dari 30 menit
untuk lebih banyak Klien terlihat sedikit meringis ketika rasa nyerinya mulai timbul.
beristirahat untuk TTV: TD= 110/70mmHg Nadi: 75x/menit, RR=18x/menit, S=
mengurangi nyeri 360C
- evaluasi tehnik A: nyeri teratasi
distraksi: P:klien pulang pukul 15.15
mendengarkan musik

2 Hambatan mobilitas fisik 14-5-2013 - Mengkaji mobilitas S:


berhubungan dengan nyeri yang ada dan observasi - Klien mengatakan aktivitas masih dibantu keluarga
07.15
luka post operasi (NANDA, terhadap peningkatan - Klien mengatakan mulai mencoba miring secara dengan benar
2012) kerusakan perlahan-lahan
Subjektif : Klien - Membantu klien dalam - Klien mengatakan badannya mulai enak setelah dilakukan ROM
mengatakan aktivitas melakukan latihan
klien post operasi ROM aktif pada O: terpasang RL/8jam
dibantu oleh keluarga. ekstremitas A: hambatan mobilitas fisik
Klien mengatakan jika - mengubah posisi P:
ingin miring masih terasa lateral kanan - kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan
sakit pada luka operasi kerusakan
dibagian punggung Klien - bantu klien dalam melakukan latihan ROM aktif pada ekstremitas
mengatakan jika ingin - ubah posisi lateral kanan
miring kanan dan kiri
masih dibantu keluarga. 15-5-2013 - Mengkaji mobilitas S:
Objektif: Pergerakan yang ada dan observasi - Klien mengatakan sudah mampu miring secara mandiri dengan
15.20
klien terlihat perlahan- terhadap peningkatan brace
lahan dan terbatas kerusakan - Klien mencoba duduk dan berjalan dengan brace perlahan
- Membantu klien dalam - Klien mengatakan badannya mulai enak setelah dilakukan ROM
melakukan latihan
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


No Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi
ROM aktif pada O: klien dapat duduk dan berjalan 5 langkah dengan brace dengan
ekstremitas bantuan
- Membantu klien duduk A: hambatan mobilitas fisik
dan berjalan dengan P:
alat bantu brace - kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan
kerusakan
- bantu klien dalam melakukan latihan ROM aktif pada ekstremitas
- evaluasi ambulasi duduk dan berjalan dengan brace

16-5-2013 - Mengkaji mobilitas S:


yang ada dan observasi - Klien mengatakan sudah mampu miring secara mandiri dengan
14.20
terhadap peningkatan brace
kerusakan - Klien mencoba duduk dan berjalan dengan brace perlahan secara
- Membantu klien dalam mandiri
melakukan latihan - Klien mengatakan badannya mulai enak setelah dilakukan ROM
ROM aktif pada
ekstremitas O: klien dapat duduk dan berjalan 5 langkah dengan brace secara
- Evaluasi klien duduk mandiri
dan berjalan dengan A: hambatan mobilitas fisik
alat bantu brace P: klien pulang pukul 15.15

3 Risiko Infeksi 14-5-2013 - mengobservasi tanda- S:


Karakteristik: tanda infeksi dan Klien mengatakan lukanya masih terasa sakit
05.40
Subjektif: Klien peradangan O:
mengatakan lukanya - mencuci tangan Luka post operasi kurang lebih 20 cm. Luka tampak terbalut perban.
masih terasa sakit sebelum dan sesudah Tidak ada warna kemerahan, bengkak dan cairan disekitar area luka.
Objektif: Luka post - Pantau suhu dan Suhu: 360C
operasi kurang lebih 20 istirahat A: Risiko infeksi
cm. Luka tampak - Kolaborasi: P:
terbalut perban. Tidak Terapi antibiotic - observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan
- Tingkatkan upaya pencegahan dengan mencuci tangan sebelum dan
Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


No Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi
ada warna kemerahan, ceftriaxone 1gr sesudah
bengkak dan cairan - Pantau suhu dan istirahat
disekitar area luka. - Kolaborasi:
laboraturium tanggal 9 - Terapi antibiotic
Mei 2013 didapatkan 15-5-2013 - mengobservasi tanda- S:
hasil kadar leukosit Nn.A tanda infeksi dan Klien mengatakan lukanya masih terasa sakit
dalam batas normal yaitu 17.00 peradangan O:
6,3 ribu/ul. Terapi - mencuci tangan Luka post operasi kurang lebih 20 cm. Luka tampak terbalut perban.
farmakologis yang sebelum dan sesudah Tidak ada warna kemerahan, bengkak dan cairan disekitar area luka.
diberikan untuk - Pantau suhu dan Suhu: 360C
mengurangi peradangan istirahat A: Risiko infeksi
yaitu ceftriaxone - Kolaborasi: Terapi P:
3x1gr/hari antibiotic cefixime 1 - observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan
tablet - Tingkatkan upaya pencegahan dengan mencuci tangan sebelum dan
sesudah
- Pantau suhu dan istirahat
- Kolaborasi:
Terapi antibiotic
16-5-2013 - mengobservasi tanda- S:
tanda infeksi dan Klien mengatakan lukanya masih terasa sakit
15.00
peradangan O:
- mencuci tangan Luka post operasi kurang lebih 20 cm. Luka tampak terbalut perban.
sebelum dan sesudah Tidak ada warna kemerahan, bengkak dan cairan disekitar area luka.
- Pantau suhu dan Suhu: 360C
istirahat A: Risiko infeksi
- Kolaborasi: Terapi P: klien pulang pukul 15.15
antibiotic cefixime 1
tablet

Universitas Indonesia

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013


Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai