Revaluasi Aset Untuk Tujuan Perpajakan Tahun 2015 Dan 2016
Revaluasi Aset Untuk Tujuan Perpajakan Tahun 2015 Dan 2016
I. Pendahuluan
Dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi makro dan mendorong pertumbuhan ekonomi,
pemerintah telah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi jilid V yang diumumkan dalam
siaran pers pada tanggal 22 Oktober 2015 oleh Menteri Koordinator Perekonomian Darmin
Nasution. Adapun paket kebijakan ekonomi jilid V terdapat 3 (tiga) kebijakan ekonomi
yakni:
1. Revaluasi Aset
2. Menghilangkan Pajak Berganda Dana Investasi Real Estate, Properti, dan Infrastruktur
3. Deregulasi di bidang perbankan syariah.
Salah satu kebijakan ekonomi Jilid V yaitu Revaluasi Aset merupakan kebijakan Pajak
Penghasilan (PPh) berupa penilaian kembali aktiva tetap untuk tujuan perpajakan bagi
permohonan penilaian kembali aktiva tetap yang diajukan pada tahun 2015 dan tahun 2016.
Sebelum terbitnya kebijakan ekonomi mengenai revaluasi aktiva, Menteri Keuangan telah
menerbitkan aturan terkait aspek perpajakan atas revaluasi atau penilaian kembali aktiva tetap
oleh Wajib Pajak dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.03/2008 dengan tarif
PPh yaitu sebesar 10% dari selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap diatas nilai sisa buku
fiskal semula. Melalui paket kebijakan ekonomi jilid V, pemerintah memberikan insentif
pajak berupa pengurangan tarif PPh untuk Wajib Pajak yang mengajukan permohonan
penilaian kembali aktiva tetap yang diajukan pada tahun 2015 dan tahun 2016 yang diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015.
II. Pembahasan
Wajib Pajak dapat melakukan penilaian kembali aktiva tetap untuk tujuan perpajakan dengan
mendapatkan perlakuan khusus apabila permohonan penilaian kembali diajukan kepada
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015.
Pajak Penghasilan bersifat Final ini harus dilunasi sebelum permohonan penilaian kembali
aktiva tetap untuk tujuan perpajakan diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak.
Tanggal Jatuh
Tempo Permohonan Diajukan
Penilaian Kembali
31 Desember 2016 20 Oktober 2015 s.d 31 Desember 2015
30 Juni 2017 01 Januari 2016 s.d 30 Juni 2016
31 Desember 2017 01 Juli 2016 s.d 31 Desember 2016
Permohonan penilaian kembali aktiva tetap untuk tujuan perpajakan dapat diajukan oleh
Wajib Pajak yang :
a. telah melakukan penilaian kembali aktiva tetap yang dilakukan oleh KJPP atau ahli penilai yang
memperoleh izin dari Pemerintah, tetapi belum digunakan untuk tujuan perpajakan, dengan ketentuan:
* penilaian kembali aktiva tetap dilakukan pada tahun 2015 untuk permohonan yang diajukan pada
tahun 2015
* penilaian kembali aktiva tetap dilakukan pada tahun 2016 untuk permohonan yang diajukan pada
tahun 2016
b.belum melakukan penilaian kembali aktiva tetap
Permohonan tertulis kepada Kepala Kanwil DJP melalui KPP tempat Wajib Pajak
terdaftar
Surat Setoran Pajak bukti pelunasan PPh atas penilaian kembali aktiva tetap
Daftar aktiva tetap hasil penilaian kembali
Fotokopi surat izin usaha KJPP atau ahli penilai, yang memperoleh Ijin dari Pemerintah
yang dilegalisir oleh instansi Pemerintah yang berwenang menerbitkan surat izin usaha
tersebut
Laporan penilaian aktiva tetap oleh KJPP atau ahli penilai yang memperoleh ijin dari
Pemerintah dan
Laporan keuangan tahun buku terakhir sebelum penilaian kembali aktiva tetap
Permohonan penilaian kembali aktiva tetap bagi Wajib Pajak yang belum melakukan
penilaian kembali aktiva tetap diajukan dengan menggunakan perkiraan nilai pasar atau nilai
wajar aktiva tetap menurut Wajib Pajak harus melampirkan :
Permohonan tertulis kepada Kepala Kanwil DJP melalui KPP tempat Wajib Pajak
terdaftar
Surat Setoran Pajak bukti pelunasan Pajak Penghasilan atas perkiraan penilaian kembali
aktiva tetap dan
daftar aktiva tetap yang akan dinilai kembali beserta perkiraan nilainya
Selain melampirkan dokumen atas permohonan penilaian kembali aktiva tetap bagi Wajib
Pajak yang belum melakukan penilaian kembali aktiva tetap, Wajib Pajak juga harus
melengkapi :
Surat Setoran Pajak bukti pelunasan Pajak Penghasilan atas penilaian kembali aktiva
tetap dalam hal terjadi kekurangan pembayaran pajak terutang
daftar aktiva tetap hasil penilaian kembali
fotokopi surat izin usaha KJPP atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah
yang dilegalisir oleh instansi Pemerintah yang berwenang menerbitkan surat izin usaha
tersebut;
laporan penilaian aktiva tetap oleh KJPP atau ahli penilai yang memperoleh izin dari
Pemerintah dan
laporan keuangan tahun buku terakhir sebelum penilaian kembali aktiva tetap
Ketentuan Lainnya
Dalam hal hasil penilaian kembali aktiva tetap yang ditetapkan oleh KJPP atau ahli
penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah lebih kecil daripada nilai perkiraan nilai
pasar atau nilai wajar yang diajukan dalam permohonan, sehingga menyebabkan
terjadinya kelebihan pembayaran pajak, atas kelebihan pembayaran pajak tersebut
merupakan pajak yang seharusnya tidak terutang.
Dalam hal Wajib Pajak yang belum melakukan penilaian kembali aktiva tetap, kemudian
tidak melakukan penilaian kembali aktiva tetap yang ditetapkan oleh KJPP atau ahli
penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah, sesuai jangka waktu perlakuan khusus
PPh Final diatas, dan/atau tidak melengkapi dokumen-dokumen yang disyaratkan, maka
permohonan dianggap batal dan atas pembayaran Pajak Penghasilan yang telah dilunasi
diperlakukan sebagai pajak yang seharusnya tidak terutang.
Pada saat Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.010/2015 mulai berlaku, Wajib
Pajak yang telah mengajukan permohonan izin penilaian kembali aktiva tetap
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.03/2008 dan atas permohonan
tersebut belum diterbitkan surat keputusannya, dapat mengajukan kembali permohonan
penilaian kembali aktiva tetap sesuai dengan Peraturan Keuangan Nomor
191/PMK.010/2015.
Contoh Kasus
Permohonan penilaian kembali aktiva tetap diajukan oleh PT ABC sebelum tanggal 31
Desember 2015. Berdasarkan perkiraan nilai pasar/nilai wajar selisih lebih penilaian kembali
aktiva tetap menurut PT ABC sebesar Rp 100.000.000,- dan PPh Final atas penilaian kembali
aktiva tetap tersebut telah disetorkan oleh PT ABC sebesar 3% X Rp 100.000.000,- = Rp
3.000.000,-. Setelah menyetorkan PPh Final dan mendapatkan persetujuan dari KPP Wajib
Pajak terdaftar untuk melakukan penilaian kembali aktiva tetap, PT ABC juga harus tetap
memenuhi syarat formal yaitu mendapatkan penilaian kembali yang ditetapkan oleh KJPP
atau ahli penilai.
Dalam hal ini, penilaian kembali oleh KJPP atau ahli penilai dapat lebih tinggi atau lebih
rendah dari perkiraan penilaian kembali aktiva oleh Wajib Pajak, sehingga berlaku ketentuan
sebagai berikut:
a. Jika penilaian kembali oleh KJPP atau ahli penilai lebih tinggi dari perkiraan Wajib
Pajak
Dalam hal penilaian kembali oleh KJPP atau ahli penilai lebih tinggi, misalnya yaitu Rp
130.000.000,- pada tahun 2016, maka atas selisih Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp
30.000.000,- harus disetorkan kembali oleh Wajib Pajak sebesar 4% X Rp 30.000.000,- =
Rp 1.200.000,-.
b. Jika penilaian kembali oleh KJPP atau ahli penilai lebih rendah dari perkiraan
Wajib Pajak
Dalam hal penilaian kembali oleh KJPP lebih rendah, misalnya yaitu Rp 90.000.000,-
maka atas selisih Dasar Pengenaan Pajak tersebut akan menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak. Hal ini dikarenakan Dasar Pengenaan Pajak yang digunakan oleh PT
ABC yaitu sebesar Rp 100.000.000,- sedangkan menurut hasil penilaian kembali oleh
KJPP atau ahli penilai yang menjadi dasar pengenaan pajak hanya sebesar Rp 90.000.000,-
. Sehingga terdapat kelebihan pembayaran pajak sebesar Rp 10.000.000,- X 3% = Rp
300.000,-. Atas kelebihan pembayaran pajak ini merupakan pajak yang seharusnya tidak
terhutang.
III. Penutup
Salah satu insentif pajak yang dapat dimanfaatkan oleh Wajib Pajak yang mengajukan
permohonan penilaian kembali aktiva tetap untuk tujuan perpajakan pada tahun 2015 dan
tahun 2016 yaitu berupa pengurangan tarif dari 10% menjadi sebesar 3%, 4%, dan 6% untuk
jangka waktu permohonan yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Untuk tata cara
pengajuan permohonan dan pengadministrasian penilaian kembali aktiva tetap Wajib Pajak
diatur dengan lebih lanjut dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER –
37/PJ/2015.
IV. Referensi