Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai jenis sumberdaya alam
hayati berupa aneka ragam jenis hewan, ikan dan tumbuhan yang perlu dijaga dan dilindungi
kelestariannya. Indonesia sebagai salah satu negara anggota World Trade Organization
(WTO) menyebabkan semakin meningkatnya frekuensi arus lalu lintas hewan antar negara
dan dari suatu area ke area lain didalam wilayah negara Republik Indonesia, baik dalam
rangka perdagangan, pertukaran maupun penyebarannya semakin membuka peluang bagi
kemungkinan masuk dan menyebarnya penyakit hewan sebagai akibat globalisasi dan
liberalisasi perdagangan.
Saat ini Indonesia termasuk dari 5 (lima) negara besar di dunia yang dinyatakan bebas
Penyakit Mulut dan Kuku. Disamping itu Indonesia bebas penyakit hewan menular lainnya
seperti rinderpest, penyakit sapi gila (Mad Cow Disease/Bovine Spongiform
Encephalopathy), Contagius Bovine Pleuropneumonie (CBPP), demam lembah rift (Rift
Valley Fever/RVF), nipah virus dan penyakit lainnya. Namun demikian ada beberapa
penyakit yang bersifat zoonosis keberadaannya secara endemik ada di beberapa wilayah
Indonesia diantaranya antraks, rabies, leptospirosis, brucelosis dan toksoplasmosis (Baraniah,
2009).
Karantina hewan sangat penting untuk melakukan tindakan pencegahan dan penangkalan
atau penolakan masuk dan tersebarnya hama penyakit hewan serta diharapkan mampu
mengelola suatu sistem kewaspadaan atau kesiagaan darurat jika terjadi suatu wabah hama
penyakit hewan karantina. Untuk mengantisipasi kemungkinan masuk dan tersebarnya
penyakit tersebut baik dari luar negeri maupun antar area tentu diperlukan pengawasan dan
pemeriksaan yang menjadi peranan karantina hewan. Oleh karena itu Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Karantina Hewan di pintu-pintu masuk dan keluar (entry/exit point) diharuskan
melakukan kegiatan pengawasan, pemeriksaan dan tindakan karantina terhadap lalu lintas
hewan dan produk olahannya yang dapat bertindak sebagai media pembawa hama penyakit
hewan karantina (Baraniah, 2009).
Upaya pemerintah membatasi pintu masuk impor melalui kebijakan Permentan Nomor 42
Tahun 2012 dan Permentan Nomor 43 Tahun 2012 yang memuat keputusan penetapan
pelabuhan laut Belawan (Sumatera Utara), Bandar Udara Soekarno Hatta (Banten),
pelabuhan laut Tanjung Perak (Jawa Timur) dan pelabuhan laut Soekarno Hatta (Sulawesi
Selatan) serta Kawasan khusus Free Trade Zone (FTZ) sebagai pintu masuk bagi komoditas
impor. Dalam pelaksanaan kebijakan tersebut, Badan Karantina Pertanian (Barantan)
merupakan institusi yang berperan penting karena memiliki otoritas dipintu-pintu pemasukan
sesuai dengan amanat UU Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan
Tumbuhan.
Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya terdiri dari UPT Balai Besar Karantina Hewan
Tanjung Perak dan UPT Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Perak. Tugas pokok dan
fungsi yang dijalankan meliputi pelaksanaan kegiatan operasional perkarantinaan hewan
serta pengawasan keamanan hayati hewani (Mensekra, 1992). Berdasarkan tugas, fungsi dan
kewenangan Balai Besar Karantina Pertanian dalam pelayanan dan perlindungan masyarakat
dapat dijadikan sarana pembelajaran kegiatan Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH)
untuk memperluas wawasan terhadap berbagai aspek.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah tindakan Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya untuk mencegah
masuk, keluar, dan menyebarnya Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK)?
2. Bagaimana prosedur tindakan karantina hewan di Balai Besar Karantina Pertanian
Surabaya?
3. Bagaimana alur pelayanan administrasi dan pemeriksaan laboratorium di Balai Besar
Karantina Pertanian Surabaya?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui peranan Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya sebagai pencegahan
utama masuk, keluar, dan menyebarnya Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK).
2. Memperoleh pembelajaran tentang peran, fungsi dan tanggung jawab seorang dokter
hewan pada ruang lingkup Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya yang sesuai dengan
kompetensi profesi dokter hewan.
3. Meningkatkan kemampuan dan pemahaman mahasiswa PPDH Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Brawijaya mengenai kegiatan administrasi di Balai Besar Karantina
Pertanian Surabaya.

1.4 Manfaat
1. Menambah pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan melalui pengalaman di lapangan
dalam tindakan lalu lintas ternak dan bahan pangan asal hewan di Balai Besar Karantina
Pertanian Surabaya.
2. Meningkatkan kerjasama antara Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya dan
Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya yang berhubungan dengan keilmuan medik
veteriner di bidang karantina.

Anda mungkin juga menyukai