Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ETIKA PROFESI KEGURUAN

ETIKA HUBUNGAN SESAMA MANUSIA

Dosen Pengampu : Idis Kudsi

Kelompok 3

Lia kania sari 2119160073

Ajeng Sakinah 2119160079

Ana heriana 21191600

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS GALUH CIAMIS

2018
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan

Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya.

Makalah ini berisikan tentang ETIKA HUBUNGAN SESAMA

MANUSIA, yang lebih khususnya membahas pengertian metode pembelajaran,

tujuan metode pembelajaran, serta macam-macam metode pembelajaran.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami

harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga

Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Ciamis. 04 mei 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 2

C. Tujuan...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3

A. Pengertian Etika Hubungan sesama manusia .......................... 3

B. Tujuan Hubungan sesama manusia ......................................... 4

C. Memahami Hubungan sesama manusia ................................. 4

BAB III PENUTUP .................................................................................... 13

A. Kesimpulan ............................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia atau orang dapat di artikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan

suatu istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia

diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (bahas latin untuk manusia), sebuah

spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan

tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang

bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan

kekuatan ketuhanan atau mahluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali

dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan

berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam

masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan

kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu

sama lain serta pertolongan.

Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya.

Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau

perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa

sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan dewasa

sebagai wanita

Manusia dalam kehidupannya tidak akan terlepas dari yang namanya Nilai, Moral

dan Norma. Yang mana dengan nilai, moral dan norma yang ada pada dirinya itu

1
manusia dapat menentukan jalan hidupnya, apakah dia akan menjadi manusia

yang berguna bagi orang lain atau bahkan sebaliknya menjadi orang yang sangat

buruk dimata orang lain. Maka dari itu sangat diperlukan adanya hubungan antara

manusia dengan nilai, moral dan norma dalam kehidupannya bermasyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan etika hubungan sesama manusia?

2. Bagaimana tujuan hubungan sesama manusia?

3. Apa saja macam-macam etika hubungan sesama manusia?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui maksud etika hubungan sesama manusia;

2. Untuk mengetahui tujuan hubungan sesama manusia;

3. Untuk mengetahui macam-macam etika hubungan sesama manusia;

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Hubungan Sesama Manusia

Hubungan antar manusia adalah kemampuan mengenali sifat, tingkah laku, pribadi

seseorang. Ruang lingkup hubungan antar manusia dalam arti luas adalah interaksi

antar seseorang dengan orang lain dalam suatu kehidupan untuk memperoleh

kepuasan hati. Dalam hal ini berusaha mencoba menemukan, mengidentifikasi

masalah dan membahasannya untuk mencari pemecahannya. Hubungan antar

manusia yang merupakan pelaksanaan keterampilan dimana seseorang belajar

menghubungkan diri dengan lingkungan sosialnya. Sedangkan menurut Hugo

Cabot dan Joseph A Kahl (1967), hubungan antar manusia adalah suatu sosiologi

kongkrit karena meneliti situasi kehidupan, khususnya maslah “interkasi” dengan

pengaruh psikologisnya. Hubungan antar manusia dalam arti luas adalah

menemukan, mengidentifikasi masalah dan membahasnya untuk mencari masalah.

B. Tujuan Hubungan sesama manusia

Tujuan hubungan antar manusia adalah agar tercapainya kehidupan yang harmonis

yaitu masing-masing orang saling bekerjasama dengan menyesuaikan diri terhadap

satu dengan yang lain dan memanfaatkan pengetahuaan tentang faktor sosial dan

psikologis dalam penyesuaian diri manusia sedemikian rupa sehinnga penyesuaian

diri ini terjadi dengan serasi dan selaras, dengan keteganngan dan pertentangan

sedikit mungkin. Hal ini disebabkan karena dalam masyarakat / lingkungan sosial,

3
setiap orang mempunyai kepentingan dan harapan yang berbeda-beda atau bersaing

satu sama lain. Suksesnya hubungan antar manusia sebagai akibat tidak

bengabaikan sopan santun, ramah tamah, hormat menghormati dan menghargai

orang lain dan faktor etika. Hubungan antar manusia yang baik akan mengatsu

hambatan-hambatan komunikasi, mencegah salah pengertian dan mengembangkan

segi kontruktif sifat tabiat manusia yang dioengaruhi oleh pembawaan dan

lingkungan.

C. Memahami Etika Hubungan Sesama Manusia

Memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar

mengajar yang menarik. Ketepatan penggunaan metode mengajar tersebut sangat

tergantung kepada tujuan, isi, proses belajar mengajar. Ditinjau dari segi

penerapannya, metode-metode ada yang tepat digunakan untuk siswa dalam jumlah

besar dan ada yang tepat untuk siswa dalam jumlah kecil. Ada juga yang tepat

digunakan dalam kelas atau diluar kelas. Dibawah ini akan diuraikan secara singkat

beberapa metode mengajar.

1. Hubungan guru dan peserta didik

Guru senantiasa berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswanya,. Dalam

konteks tugas, hubungan diantara keduanya adalah hubungan profesional, yang

diikat oleh kode etik. Berikut ini disajikan nilai-nilai dasar dan operasional yang

membingkai sikap dan prilaku etik guru dalam berhubungan dengan siswa.

4
Cara untuk menciptakan hubungan antara pendidik dengan peserta didik

adalah:

1. Guru berprilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik,

mengajar,membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

proses dan hasil pembelajaran

2. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati dan

mengamalkan hak-hak dan kewajiban sebagai individu, warga sekolah, dan

anggota masyarakat.

3. Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara


individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.
4. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya
untuk kepentingan proses kependidikan.
5. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus menerus
berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah
yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien
bagi peserta didik.
6. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih
sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas
kaidah pendidikan.
7. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang
dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.
8. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk
membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan
kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.
9. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali
merendahkan martabat peserta didiknya.
10. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara
adil

5
11. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan
dan hak-hak peserta didiknya.
12. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh
perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.
13. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta
didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar,
menimbulkan gangguan kesehatan, dan kemanusiaan.
14. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan-
alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum,
kesehatan, dan kemanusiaan.
15. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya
kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial,
kebudayaan, moral, dan agama.
16. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan
peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.
Sumber:
- Zhamara, Aswar. 2013. Menciptakan Hubungan antara Pendidik, Peserta
Didik, Orang Tua dan Masyarakat (Lingkungan). [online].
Tersedia: http://boardmarkershare.blogspot.co.id. (Diakses tanggal 29
Mei 2016).
- Sudrajat, Akhmad. 2012. Hubungan Guru dengan Siswa. [online].
Tersedia: https://akhmadsudrajat.wordpress.com. (Diakses tanggal 29
Mei 2016).

2. Hubungan Guru dengan Orang Tua/Wali Siswa


Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah,terkadang guru menemukan
suatu masalah yang tak tidak bisa diselesaikan sendiri tanpa melibatkan orang
tua siswa,atau dengan sesuatu hal membutuhkan hubungan dengan orang tua
siswa.Dalam hubungan dengan orang tua,guru hendaknya tetap menjaga agar
hubungannya secara profesional agar tidak menimbulkan masalah dengan orang

6
tua/wali siswa.Oleh karena itu guru hendaknya memperhatian acuan yang telah
disepakati sebagai tuntunan prilaku guru yang disebut “Kode Etik Guru”.
Cara untuk menciptakan hubungan antara pendidik dengan orang tua
peserta didik adalah:
1. Guru berusaha membina hubungan kerja sama yang efektif dan efisien
dengan orangtua/wali siswa dalam melaksanakan proses pendidikan.
2. Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali secara jujur dan objektif
mengenai perkembangan peserta didik.
3. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang
bukan orangtua/walinya.
4. Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpartisipasi
dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
5. Guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai
kondisi dan kemajuan peserta didik dalam proses kependidikan pada
umumnya.
6. Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi
dengannya berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita anak.
7. Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan
orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungan- keuntungan pribadi.
Sumber:
- Sahabuddin. 2014. Hubungan Profesional Guru dengan Orang Tua/Wali.
[online].
Tersedia: http://wacana.siap.web.id. (Diakses tanggal 29 Mei 2016).

3. Hubungan Guru dengan Masyarat


Masyarakat yang dimaksud adalah orang tua atau wali peserta didik,
anggota keluarga yang lain atau semua orang yang tinggal di sekitar lingkungan
sekolah. Dalam konteks menyeluruh masyarakat merupakan tempat anak hidup
dan belajar kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun cara untuk menciptakan hubungan antara pendidik dengan
masyarakat adalah:

7
1. Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif, dan
efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan
pendidikan.
2. Guru mengakomodasi aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan
meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.
3. Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
4. Guru bekerja sama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan
prestise dan martabat profesinya.
5. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan
masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan
kesejahteraan peserta didiknya.
6. Guru memberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai- nilai
agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan
masyarakat.
7. Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan rahasia peserta
didiknya kepada masyarakat.
8. Guru tidak boleh menampilkan diri secara eksklusif dalam kehidupan
masyarakat.
Sumber:
- Zhamara, Aswar. 2013. Menciptakan Hubungan antara Pendidik, Peserta
Didik, Orang Tua dan Masyarakat (Lingkungan). [online].
Tersedia: http://boardmarkershare.blogspot.co.id. (Diakses tanggal 29
Mei 2016).

4. Hubungan Guru dengan Sekolah dan Rekan Sejawat Hubungan Guru


dengan Sekolah:

8
1. Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi
sekolah.
2. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam
melaksanakan proses pendidikan.
3. Guru menciptakan atau melaksanakan proses yang kondusif.
4. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di dalam dan luar sekolah.
5. Guru menghormati rekan sejawat.
6. Guru saling membimbing antar sesama rekan sejawat.
7. Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan
kesejawatan dengan standar dan kearifan profesional.
8. Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk
tumbuh secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang relevan
dengan tuntutan profesionalitasnya.
9. Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan
pendapat-pendapat profesional berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan
dan pembelajaran.
10. Guru membasiskan diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan
dalam setiap tindakan profesional dengan sejawat.
11. Guru memiliki beban moral bersama-sama dengan sejawat untuk
meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugas-
tugas profesional pendidikan dan pembelajaran.
12. Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari
kaidah-kaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat profesionalnya.
13. Guru tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyataan keliru berkaitan
dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon sejawat.
14. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang
akan merendahkan martabat pribadi dan profesional sejawatnya.
15. Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya
atas dasar pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.

9
16. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk
pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum
17. Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau
tidak langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.

5. Hubungan Guru dengan Sejawat


1. Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi.
2. Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan
dan bidang studi yang diajarkan.
3. Guru terus-menerus meningkatkan kompetensinya.
4. Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam
menjalankan tugas-tugas profesionalnya dan bertanggung jawab atas
konsekuensinya.
5. Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggung jawab, inisiatif
individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.
6. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang
akan merendahkan martabat profesionalnya.
7. Guru tidak boleh menerima janji, pemberian, dan pujian yang dapat
mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya.
8. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari
tugas-tugas dan tanggung jawab yang muncul akibat kebijakan barn di
bidang pendidikan dan pembelajaran
Sumber:
- (No name). 2015. Hubungan Guru dengan Peserta Didik. [Online].
Tersedia: http://dokumen.tips/documents/hubungan-guru-dengan-
peserta-didik.html. (Diakses tanggal 22 April 2016)

BAB III

PENUTUP
10
A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Etika hubungan sesama manusia adalah cara-cara atau teknik penyajian

bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan

pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok.

2. Metode ceramah adalah suatu cara mengajar atau penyajian materi melalui

penuturan dan penerapan lisan oleh guru kepada siswa.

3. Metode diskusi merupakan suatu kegiatan dimana sejumlah orang

membicarakan secara bersama-sama melalui tukar pendapat tentang suatu

topik atau masalah, atau untuk mencari jawaban dari suatu masalah

berdasarkan semua fakta memungkinkan untuk itu.

4. Metode kelompok dapat diartikan sebagai bekerjanya sejumlah siswa, baik

sebagai anggota kelas secara keseluruhan atau sudah terbagi menjadi

kelompok-kelompok yang lebih kecil, untuk mencapai suatu tujuan tertentu

secara bersama-sama.

5. Metode Campuran atau Electic Methods dapat diartikan campuran,

kombinasi atau metode-metode pilihan. Metode electic yaitu cara

menyajikan bahan pelajaran di depan kelas dengan melalui macam-macam

kombinasi beberapa metode.

DAFTAR PUSTAKA

- Zhamara, Aswar. 2013. Menciptakan Hubungan antara Pendidik, Peserta


Didik, Orang Tua dan Masyarakat (Lingkungan). [online].
11
Tersedia: http://boardmarkershare.blogspot.co.id. (Diakses tanggal 29
Mei 2016).
- Sudrajat, Akhmad. 2012. Hubungan Guru dengan Siswa. [online].
Tersedia: https://akhmadsudrajat.wordpress.com. (Diakses tanggal 29
Mei 2016).
- Sahabuddin. 2014. Hubungan Profesional Guru dengan Orang Tua/Wali.
[online].
Tersedia: http://wacana.siap.web.id. (Diakses tanggal 29 Mei 2016).
- (No name). 2015. Hubungan Guru dengan Peserta Didik. [Online].
Tersedia: http://dokumen.tips/documents/hubungan-guru-dengan-
peserta-didik.html. (Diakses tanggal 22 April 2016)

12

Anda mungkin juga menyukai