Pada tahun 1812, gunung Tambora menjadi lebih aktif, dengan puncak letusannya
terjadi pada bulan April tahun 1815.[14] Besar letusan ini masuk ke dalam skala
tujuh Volcanic Explosivity Index (VEI), dengan jumlah semburan tefrit sebesar
1.6 × 1011 meter kubik.
Sejak letusan tahun 1815, pada bagian paling bawah terdapat endapan lava dan
material piroklastik. Kira-kira 40% dari lapisan diwakili oleh 1-4 m aliran lava
tipis. Scoria tipis diproduksi oleh fragmentasi aliran lava. Pada bagian atas, lava
ditutup oleh scoria, tuff dan bebatuan piroklastik yang mengalir ke bawah. Pada
gunung Tambora, terdapat 20 kawah. Kawah tersebut juga memproduksi aliran
lava basal.
Pada tanggal 5 April 1815, letusan terjadi. Pada pagi hari tanggal 6 April 1815,
abu vulkanik mulai jatuh di Jawa Timur dengan suara guruh terdengar sampai
tanggal 10 April 1815. Pada pukul 7:00 malam tanggal 10 April, letusan gunung
ini semakin kuat. Batuan apung dengan diameter 20 cm mulai menghujani pada
pukul 8:00 malam, diikuti dengan abu pada pukul 9:00-10:00 malam. Aliran
piroklastik panas mengalir turun menuju laut di seluruh sisi semenanjun. Ledakan
besar terdengar sampai sore tanggal 11 April. Abu menyebar sampai Jawa Barat
dan Sulawesi Selatan. Bau "nitrat" tercium di Batavia dan hujan besar yang
disertai dengan abu tefrit jatuh, akhirnya reda antara tangal 11 dan 17 April 1815.
a. Batuan Beku
Cadangan batuan beku cukup berlimpah, berupa lava berkomposisi andesit-
basaltik dan basalt. Umumnya dimanfaatkan untuk keperluan bahan bangunan
serta pengerasan jalan antar desa dan pembuatan jembatan di sekitar G. Tambora.
Aliran lava produk G. Tambora, dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yakni:
aliran lava berkomposisi basaltik (merupakan produk pembentukan perisai G.
Tambora) dan andesit-basaltik (pembentukan kerucut G. Tambora). Aliran lava
basaltik, umumnya berwarna abu-abu tua kehitaman, bertekstur porfiro-apanitik
dengan fenokris dominan labradorit (An70An30), klinopiroksen dan sedikit
kandungan olivin, mineral opak dan klorit, tertanam pada masa dasar berbutir
halus. Aliran lava andesit-basaltik, umumnya berwarna abu-abu tua, bertekstur
porfiritik dengan fenokris dominan plagioklas (diameter maks. 1 mm) dan
piroksen (diameter maks. 3 mm), tertanam pada masa dasar berbutir sedang.
Menurut van Bemmelen (1949), lava produk G. Tambora adalah basanit leusit dan
tefrit leusit. Dan menurut Petroeschevsky, lava-lava yang tersebar di bagian lereng
baratlaut G.Tambora, dimasukkan ke dalam kelompok basalt olivin dan basalt
kalk-alkali. Lava-lava yang tersebar di sekitar Tanjung Katupa (lereng timurlaut),
Tanjung Parongga (timur-tenggara), Tanjung Peti (kaki selatan) dan di sekitar kaki
baratlaut (Labuan Kananga), adalah berkomposisi andesit augit kaya olivin dan
andesit biotit.
Menurut Neeb (1941), abu G. Tambora produk 1815 mudah dibedakan dengan
abu gunungapi lain yang terdapat di sekitar P. Sumbawa karena banyak
kandungan kaca dengan mineral-mineral plagioklas, augit, biotit, apatit dan bijih.
Sumber:
Neeb, C.A., 1941, De Verspreiding van den Tambora asch op den zee bodem;
Koninkl. Nederl. Aardrijksk, Genoot, Tijdsch. (vol. 58): 1053-1054.
Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia (Vol. IA): 201. 502-504.
http://volcanoindonesia.blogspot.co.id/2010/11/tambora.html?m=1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gunung_Tambora
http://merapi.vsi.esdm.go.id/?static/volcano