Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Sejarah organisasi global dan regional diantaranya: GNB, ASEAN, OKI, APEC, OPEC, MEE,
GATT, WTO, NAFTA dan CAFTA
Organisasi regional adalah organisasi yang luas wilayahnya meliputi beberapa negara tertentu saja.
Organisasi regional mempunyai wilayah kegiatannya bersifat regional, dan keanggotaan hanya
diberikan bagi negara-negara pada kawasan tertentu saja. Berikut ini merupakan contoh dari organisasi
regional :
1. Gerakan Nonblok (GNB)
a. Latar Belakang GNB
Tujuan pembentukan Gerakan Nonblok (GNB) adalah untuk mempertahankan diri dengan
jalan mempersatukan diri di antara negara2 netral guna menghadapi intervensi negara adikuasa
(Blok Barat yang dipimpin USA dan Blok Timur di bawah pimpinan USSR). Konsep
Nonblok adalah tidak berpihak pada salah satu blok, baik itu blok Barat maupun blok Timur.
b. Faktor pendorong berdirinya GNB:
1) Persamaan nasib bangsa-bangsa yang pernah dijajah telah menimbulkan penggalangan
solidaritas untuk mengenyahkan kolonialisme.
2) Terjadinya Perang Dingin dan ketegangan dunia akibat persaingan antara blok barat dan
blok Timur.
3) Terjadinya Krisis Kuba yang mengancam perdamaian dunia.
4) Pertemuan di Kairo pada 1961 untuk mempersiapkan KTT I GNB. Landasan Keputusan
dan ketidak tergantungannya berdasarkan kepentingan nasional dan internasional.
c. Beberapa tujuan GNB sebagai suatu organisasi adalah:
1) Mendukung perjuangan dekolonisasi.
2) Memegang teguh perlawanan terhadap imperialisme, neokolonialisme, dan rasialisme.
3) Sebagai wadah perjuangan bagi negara2 berkembang dalam mencapai tujuannya.
4) Mengurangi ketegangan antara blok Barat dan blok Timur.
5) Mengadakan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan kekerasan.
d. Prinsi-prinsip GNB sbb
1) Tidak memihak pada salah satu blok dalam persaingan antara blok Barat dan blok Timur.
2) Berpihak pada perjuangan antikolonialisme.
3) Menolak ikut serta dalam berbagai bentuk aliansi militer.
4) Menolak aliansi bilateral dengan negara super power.
5) Menolak pendirian basis militer negara super power di wilayah masing2.
e. Prinsip dasar dan tujuan GNB adalah mewujudkan perdamaian dunia berdasarkan
prinsip universal mengenai:
1) Kesamaan kedaulatan,
2) Hak dan martabat negara2 di dunia,
1) Setelah Perang Dingin berakhir, negara2 anggota GNB masih bersemangat dalam
bekerjasama.
2) Pasca Perang Dingin, semangat kerja sama di anggota GNB masih tinggi. Ketika itu,
kepemimpinan GNB pasca Perang Dingin dipegang oleh Indonesia(1992- 1995), di
mana Indonesia memprakarsai kerjasama teknis di beberapa bidang sbb:
a) Pelatihan tenaga kesehatan dan Keluarga Berencana,
b) Studi banding para petugas pertanian, dan
c) Menghidupkan kembali dialog Utara-Selatan untuk meringankan hutang luar negeri
negara berkembang.
d) Setelah kepemimpinan GNB diganti oleh Kolombia, kerjasama antaranggota GNB
mulai menurun. Oleh karena itu, semangat kerjasama perlu dihidupkan kembali
melalui revitalisasi yang dilakukan saat KTT GNB ke-13 tahun 2003 di Malaysia dan
KTT GNB ke-14 di Kuba tahun 2006. Akan tetapi, upaya revitalisasi tersebut hingga
kini masih belum berhasil. Bahkan, semangat kerjasama di antara anggota GNB
semakin menurun tajam.
j. Peran Indonesia dalam GNB
Faktor utama keikutsertaan Indonesia bergabung dalam GNB adalah karena adanya
kesesuaian prinsip GNB dengan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif. Dalam hal
ini, Indonesia yakin bahwa perdamaian dapat tercipta jika tidak ada negara yang mendukung
suatu pakta militer atau aliansi militer ttt. Peran Indonesia dalam GNB adalah:
Indonesia berperan sebagai pelopor berdirinya GNB yang dimulai sejak menggagas
pembentukan GNB. Gagasan pembentukan GNB ini dikemukakan oleh Presiden Soekarno
bersama PM Jawaharlal Nehru (yang juga pelopor KAA). Akhirnya, bersama empat
pemimpin negara India, Ghana, Yugoslavia, dan Mesir, Indonesia mendeklarasikan
berdirinya GNB. Indonesia bahkan juga aktif dalam persiapan penyelenggaraan KTT
GNB di Beograd.
1) Dalam KTT X GNB tahun 1992, Indonesia berperan sebagai tuan rumah
penyelenggaraan KTT di mana Presiden Soeharto ketika itu bertindak sebagai ketua
GNB.
2) Indonesia memprakarsai kerja sama teknis di beberapa bidang, seperti, bidang pertanian
dan kependudukan.
3) Indonesia mencetuskan upaya untuk menghidupkan kembali dialog Utara-Selatan.
2. ASEAN
Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (PERBARA) atau lebih populer dengan sebutan
Association of Southeast Asia Nations (ASEAN) merupakan sebuah organisasi geopolitik dan
ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara, yang didirikan di Bangkok, 8 Agustus
1967 melalui Deklarasi Bangkok oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.
Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan
pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya, serta memajukan perdamaian di tingkat
regionalnya. Negara-negara anggota ASEAN mengadakan rapat umum pada setiap bulan November.
Organisasi Regional adalah organisasi yang luas wilayahnya meliputi beberapa negara tertentu saja.
Organisasi mempunyai wilayah kegiatannya bersifat regional, dan keanggotaan hanya diberikan bagi
negara-negara pada kawasan tertentu saja. Berikut ini merupakan contoh dari organisasi regional :
a. APEC : Asia Pasific Economic Cooperation ( organisasi kerja samaa negara-negara kawasan Asia
Pasifik di bidang ekonomi )
b. EEC : Europe Economic Community ( Masyarakat Ekonomi Eropa ) kawasan Eropa
c. ASEAN : Association of Southeast Asian Nations = Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara
(PERBARA) ( Dibentuk 8 Agustus 1967, memiliki 10 negara anggota, Timor Leste dan Papua new
Guinea hanya sebagai pemantau, dan masih mempertimbangkan akan menjadi anggota)
d. EU = The European Union (27 negara anggota, 1 november 1993)
e. G8 = Group of Eight, kelompok negara termaju di dunia. Sebelumnya G6 pd thn 1975,
f. kemudian dimasuki oleh Kanada 1976 (Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Britania Raya, Amerika
Serikat, Kanada dan Rusia (tidak ikut dalam seluruh acara), serta Uni Eropa.
Peran yang dimainkan oleh organisasi-organisasi regional sangat berbeda bergantung pada karakteristik
organisasi tersebut. Karakteristik ini dipengaruhi oleh faktor geografis, ketersediaan sumber-sumber dan struktur
organisasi. Perbedaan faktor-faktor ini akan mempengaruhi bentuk Organisasi Regional dan organ-organ yang
menopangnya. Perbedaan karakter ini juga nantinya akan berpengaruh pada mekanisme dan prosedur
penyelesaian konflik yang ditempuh untuk menyelesaikan sengketa antara anggota dalam sebuah Organisasi
Regional.
a. ASEAN sebagai Organisasi Internasional Regional.
Pada tahun 1966 Indonesia mengakhiri konfrontasi dengan Malaysia. Sementara itu, negara tetangga yaitu
Filipina meredakan tuntutannya terhadap wilayah Sabah. Sejak saat itu negara- negara di kawasan Asia
Tenggara merasa perlu membentuk organisasi regional untuk kawasan Asia Tenggara. Hal ini didukung
dengan persamaankepentingan dan permasalahan yang dihadapi negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
b. Perkembangan ASEAN
Berdirinya ASEAN ditandai dengan penandatanganan Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967.
Tokohtokoh yang menandatangani Deklarasi Bangkok adalah Adam Malik (Menteri Luar Negeri
Indonesia), S. Rajaratnam (Menteri Luar Negeri Singapura), Tun Abdul Razak (Pejabat Perdana Menteri
Malaysia), Thanat Khoman (Menteri Luar Negeri Thailand), dan Narcisco Ramos (Menteri Luar Negeri
Filipina). Pada tanggal 8 Januari 1984 Brunei Darussalam bergabung menjadi anggota ASEAN. Vietnam
menjadi anggota ketujuh ASEAN pada tanggal 28 Juli 1995. Dua tahun kemudian, pada tanggal 23
Juli 1997 Laos dan Myanmar menjadi anggota ASEAN, disusul Kamboja pada tanggal 30 April 1999.
Negara baru, Timor Leste, yang dahulu merupakan sebuah provinsi di Indonesia hanya mendapatkan status
pemerhati (observer) dalam ASEAN. Hal ini setelah menuai protes dari beberapa negara ASEAN yang
tidak mendukung masuknya Timor Leste ke ASEAN. ASEAN memiliki beberapa tujuan antara lain:
mempercepat pertumbuhan ekonomi, sosial, dan kebudayaan bangsa Asia Tenggara; meningkatkan
stabilitas dan keamanan regional dan mematuhi prinsip-prinsip Piagam PBB; serta memelihara kerja sama
bidang organisasi regional maupun internasional.
c. Peran Serta Indonesia dalam ASEAN
Indonesia menunjukkan peran aktif dalam ASEAN sejak masa pembentukannya. Indonesia berkeyakinan
bahwa Asia Tenggara bisa berkembang menjadi kekuatan regional yang mandiri dan kuat. Peran
Indonesia dalam ASEAN sebagai berikut:
1) Sebagai negara pemrakarsa berdirinya ASEAN.
2) Sebagai penyelenggara KTT I dan IX yaitu di Bali.
3) Sebagai tempat kedudukan sekretariat tetap, yaitu di Jakarta.
4) Turut menyelesaikan pertikaian antarbangsa atau negara.
5) Mendukung kesepakatan bahwa Asia sebagai kawasan yang bebas, damai, netral, atau Zone of Peace,
Freedom and Neutrality (ZOPFAN).
6) Menyelenggarakan Jakarta Informal Meeting (JIM) untuk meredakan konflik di wilayah Kamboja.
3. Organisasi Konferensi Islam (OKI)
OKI merupakan organisasi Negara-negara Islam dan negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam yang dibentuk sebagai reaksi terhadap pembakaran mesjid Al Aqsa oleh Israel pada tanggal 21 Agustus
1969 yang merupakan salah satu tempat suci umat Islam, selain Mekkah dan Madinah serta bentuk penolakan
terhadap pendudukan wilayah-wilayah arab oleh Israel
termasuk pula penguasaan atas Yerussalem semenjak tahun 1967.
a. Latar belakang dan sejarah terbentuknya OKI
Pendudukan Israel atas wilayah-wilayah arab khususnya kota Yerusalem semenjak tahun 1967 telah
menimbulkan kekawatiran bagi negara-negara arab dan umat Islam akan tindakan- tindakan yang
mungkin dilakukan Israel terhadap wilayah pendudukannya termasuk di Yerusalem yang
didalamnya berdiri mesjid Al Aqsa. Pada tanggal 21 Agustus 1969 kekawatiran Negara-negara
arab dan umat Islam terbukti dengan tindakan Israel yang membakar mesjid Al aqsa. Pembakaran mesjid
Al Aqsa tersebut menimbulkan reaksi dari pemimpin negara arab khususnya Raja Hasan II dari Maroko,
menyerukan para pemimpin negara-negara arab dan umat Islam agar bersama-sama menuntut Israel
bertanggung jawab atas pembakaran mesjid Al Aqsa tersebut Seruan Raja Hasan II dari Maroko
mendapat sambutan dari Raja Faisal dari Arab Saudi dan Liga Arab, yang langsung ditindaklanjuti dengan
pertemuan para duta besar dan menteri luar negeri liga arab pada tanggal 22-26 Agustus 1969 yang berhasil
memutuskan :
1) Tindakan Pembakaran mesjid Al Aqsa oleh Israel merupakan suatu kejahatan yang tidak dapat
diterima.
2) Tindakan Israel tesebut merongrong kesucian umat Islam dan Nasrani serta mengancam keamanan
Arab.
3) Mendesak agar segera dilakukan Konfrensi Tingkat Tinggi negara-negara Islam. Untuk merealisasikan
hasil-hasil pertemuan diatas kemudian dibentuklah panitia penyelenggara KTT Negara-negara Islam
oleh Arab Saudi dan Maroko berangotakan; Malaysia, Palestina, Somali dan Nigeria, dan pada
tanggal 22-25 September 1969 dilangsungkan Konfrensi Tingkat Tinggi negara-negara Islam dihadiri
28 negara dan menghasilkan beberapa keputusan penting diantaranya:
a) Mengutuk pembakaran mesjid Al Aqsa oleh Israel
b) Menuntut pengembaliam kota Yerusalem sebagaimana sebelum perang tahun 1967.
c) Menuntut Israel untuk menarik pasukannya dari seluruh wilayah arab.
d) Menetapkan pertemuan menteri luar negeri di Jeddah Arab Saudi pada bulan Maret 1970.
b. Tujuan OKI
1) Memelihara dan meningkatkan solidaritas diantara negara-negara anggota dalam bidang ekonomi,
sosial, budaya, ilmu pengetahuan politik dan pertahanan keamanan.
2) Mengkoordinasikan usaha-usaha untuk melindungi tempat-tempat suci.
3) Membantu dan bekerjasama dalam memperjuangkan kemerdekaan rakyat Palestina.
4) Berupaya melenyapkan perbedaan rasial, diskriminasi, kolonialisme dalam segala bentuk.
5) Memperkuat perjuangan umat Islam dalam melindungi martabat umat, dan hak masing- masing negara
Islam.
6) Menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis, saling pengertian antar negara OKI dan Negara-
negara lain.
c. Struktur organisasi OKI
Struktur organisasi terdiri dari :
1) Badan utama meliputi :
a) KTT para raja dan Kepala negara/pemerintahan
b) Sekretaris Jenderal sebagai badan eksekutif
c) Konferensi para Menteri luar negeri
d) Mahkamah Islam Internasional sebagai badan Yudikatif
e) Komite-komite khusus, meliputi : komite Al-Quds
2) komite social, ekonomi dan budaya
Badan-badan subsider meliputi
organisasi OKI dinilai belum efisien dan efektif. Dalam kaitan ini, telah diadakan rangkaian pertemuan yang
berhasil mengkaji dan melakukan finalisasi TOR restrukturisasi OKI yang disiapkan oleh Malaysia. Pada
pertemuan tingkat Kepala Negara/Kepala Pemerintahan (KTT) ke-10 di Putrajaya, Malaysia, 11-17 Oktober
2003, OKI sepakat untuk memulai upaya kongkrit dalam merestrukturisasi Sekretariat OKI terutama pada
empat aspek: perampingan struktur, metodologi, peningkatan kemampuan keuangan dan sumber daya
manusia. KTT Luar Biasa OKI ke-3 di Mekkah, Arab Saudi pada 7-8 Desember 2005 telah mengakomodir
keinginan tersebut dan dituangkan dalam bentuk Macca Declaration dan OIC 10-year Program of
Actions yang meliputi restrukturisasi dan reformasi OKI, termasuk perumusan Statuta OKI baru yang
diharapkan dapat dilaksanakan sebelum tahun 2015. OIC 10-years Program of Actions merupakan awal
perubahan OKI yang tidak hanya menfokuskan pada masalah politik tetapi juga ekonomi perdagangan.
Program Aksi 10 tahun OKI mencakup isu- isu politik dan intelektual, isu-isu pembangunan, sosial, ekonomi
dan ilmu pengetahuan yang diharapkan dapat menjawab kesenjangan kesejahteraan umat. Di bidang politik
dan intelektual, dalam 10 tahun OKI diharapkan mampu menangani berbagai isu seperti upaya
membangun nilai-nilai moderasi dan toleransi; membasmi ekstrimisme, kekerasan dan terorisme;
menentang Islamophobia; meningkatkan solidaritas dan kerjasama antar negara anggota, conflict prevention,
peanganan masalah Filipina, hak-hak kelompok minoritas dan komunitas muslim, dan masalah-masalah
yang dialami Afrika. KTT OKI ke-11 berlangsung antara tanggal 13-14 Maret dan bertemakan “The Islamic
Ummah in the 21st Century” menghasilkan dokumen utama, yaitu: Piagam OKI, Final Communiqué dan
sejumlah resolusi. Final Communiqué mengangkat isu antara lain mengenai politik, keamanan, Palestina,
minoritas muslim seperti Kosovo, terorisme, ekonomi, sosial budaya, hukum, iptek dan sosial budaya.
Sedangkan resolusi terkait yang berhubungan dengan keamanan global/ regional antara lain: Resolutions on
the Cause of palestine, the City of Al-Quds Al Sharif, and the Arab-Israel Conflict, Resolutions on Political
Affairs, Resolutions on Muslim Communities and Minorities in Non-OIC Member States. Piagam Baru
tersebut pada intinya merupakan penegasan bagi OKI untuk mengeksplorasi bentuk kerjasama yang lain dan
tidak hanya terbatas pada kerjasama politik saja. Dalam kesempatan menghadiri KTT OKI ke-14, 13-14
Maret 2008, Presiden RI dalam pidatonya menyampaikan antara lain:
a. Dukungan terhadap OIC’s Ten-Year Plan of Action yang merupakan cerminan pragmatisme OKI
dalam menghadapi tantangan dan permasalahan umat
b. konflik Palestina-Israel merupakan penyebab utama krisis di Timur Tengah dan juga merupakan
tantangan serius perdamaian dan keamanan internasional. Terkait dengan hal ini, Presiden Indonesia
menyambut baik hasil Konferensi Annapolis pada bulan Desember 2007, terutama mengingat adanya
joint understanding untuk mendirikan negara Palestina pada akhir tahun 2008
c. potensi kapasitas negara-negara anggota OKI dapat diberdayakan dalam memainkan perannya dalam
upaya memelihara perdamaian dan keamanan global, pemberantasan kemiskinan dan percepatan
pembangunan
d. Islam, demokrasi, dan modernitas maupun HAM adalah compatible
e. Islam adalah agama perdamaian dan toleran. Upaya interfaith dan inter-civilization dialogue perlu
didukung dalam mengurangi persepsi yang salah dan ketakutan terhadap Islam (Islamophobia) di
kalangan Barat
pembangunan umat Islam harus memperhatikan aspek lingkungan. Dapat disampaikan bahwa wakil
Asia, Afrika, dan Arab juga memiliki pandangan yang kurang lebih sama. Selanjutnya, dalam KTM
ke-35 OKI dengan tema Prosperity and Development di Kampala, Uganda, tanggal 18-20 Juni 2008,
telah dilakukan penandatanganan Piagam Baru OKI oleh para Menteri Luar Negeri, termasuk Menteri
Luar Negeri RI. Indonesia sangat mendukung proses revitalisasi OKI dan menginginkan agar OKI dapat
semakin efektif dalam menanggapi berbagai perubahan dan tantangan global sesuai dengan tujuan
pembentukannya. Sebagai negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia, Indonesia senantiasa
berpartisipasi aktif dalam OKI dengan tujuan akhir untuk mendorong proses good governance di dunia
Islam untuk menjadikan OKI sebagai organisasi yang kredibel, kompeten, dan diakui perannya di dunia
internasional. Pertemuan ke-36 Dewan Menteri Luar Negeri OKI (PTM ke-36 OKI) yang dilaksanakan
di Damaskus, tanggal 23-25 Mei 2009 membahas isu-isu kerjasama yang menjadi perhatian bersama
seperti politik; komunitas muslim di negara bukan anggota OKI; kemanusiaan (humanitarian affairs);
hukum; masalah-masalah umum dan keorganisasian; informasi; ekonomi; ilmu pengetahuan dan
teknologi; da’wah; sosial budaya; dan administrasi serta keuangan. Dalam kesempatan tersebut Menlu
RI menyampaikan pokok-pokok pidato antara lain mengenai perlunya diintensifkan pelaksanaan
reformasi OKI, khususnya di bidang demokrasi, good governance, dan HAM termasuk hak-hak wanita,
sesuai dengan mandat Program Aksi 10 Tahun OKI (TYPOA) dan Piagam Baru OKI, disamping isu
Palestina, kerjasama perdagangan dan pelibatan sektor swasta di antara negara anggota,
serta,sebagai Ketua PCSP-OIC, melaporkan perkembangan proses perdamaian di Filipina Selatan terkait
dengan pelaksanaan pertemuan Tripartite antara Pemerintah Filipina MNLF-OKI yang merundingkan
implementasi sepenuhnya Perjanjian Damai 1996. Peran Pemri yang menonjol lainnya dalam OKI
adalah dalam rangka memfasilitasi upaya penyelesaian konflik antara Pemerintah Filipina (GRP) dengan
Moro National Liberation Front (MNLF) dengan mengacu kepada Final Peace Agreement / Perjanjian
Damai 1996. Peran Indonesia saat ini adalah sebagai Ketua Organization Islamic Conference Peace
Committee for the Southern Philippines (PCSP-OIC). Adapun hasil penting terakhir adalah
diadakannya Pertemuan JWGs ke-2 antara GRP dan MNLF difasilitasi PCSP-OIC pada tgl. 19-28
Agustus 2008, bertempat di KBRI-Manila. Sebagai tindaklanjutnya, Pertemuan Tripartite ke-3 antara
GRP, MNLF dan PCSP-OIC direncanakan diselenggarakan pada bulan Januari ataupun Pebruari 2009.
Dengan pelaksanaan proses- proses sebagaimana dimaksud, diharapkan akan membantu tercapainya
proses pencapaian penyelesaian konflik secara damai di kawasan Filipina Selatan dan memberikan
situasi aman dan bebas dari konflik di kawasan dimaksud. Lebih lanjut, dalam berbagai forum
internasional, termasuk OKI, Indonesia telah memberikan dukungan bagi berdirinya Negara
Palestina yang merdeka dan berdaulat dengan Yerusalem sebagai ibukotanya. Realisasi dari dukungan
tersebut diwujudkan dalam bentuk dukungan diplomatik, yaitu pengakuan terhadap keputusan Dewan
Nasional Palestina (Palestinian National Council) untuk memproklamirkan Negara Palestina pada
tanggal 15 Nopember 1988. Dukungan kemudian dilanjutkan dengan pembukaan hubungan diplomatik
antara Pemerintah RI dan Palestina pada tanggal 19 Oktober 1989. Di samping itu, Indonesia adalah
anggota “Committee on Al Quds (Yerusalem)”yang dibentuk pada tahun 1975. Selain itu, Isu terorisme
juga telah menjadi perhatian utama OKI. Komitmen OKI untuk mengatasi masalah terorisme terlihat
antara lain pada The Extraordinary Session of the Islamic Conference of Foreign Ministers on Terrorism
di Kuala Lumpur, Malaysia, 1-3 April 2002 yang menghasilkan Kuala Lumpur Declaration on
International Terrorism. Deklarasi tersebut pada intinya menekankan posisi negara- negara anggota OKI
dalam upaya untuk memerangi terorisme dan upaya-upaya untuk mengkaitkan Islam dengan terorisme.
Terorisme merupakan salah satu isu di mana OKI memiliki sikap bersama pada pembahasan di forum
SMU PBB. Hal ini terkait dengan implementasi UN Global Counter-Terrorism Strategy dan
penyelesaian draft konvensi komprehensif anti terorisme internasional di mana menyisakan outstanding
issue pada definisi terorisme. Inti posisi OKI menekankan perlunya dibedakan antara kejahatan
terorisme dengan hak sah perlawanan rakyat Palestina untuk merdeka. Dalam kaitan ini maka
penyelesaian politik konflik Palestina secara adil akan memberikan sumbangan bagi pemberantasan
the root causes of terrorism.
4. APEC
a. Sejarah APEC
Dinamika ekonomi politik Asia Pasifik pada akhir tahun 1993 tampak memasuki babak baru,
terutama dalam bentuk pengorganisasian kerja sama perdagangan dan investasi regional.
Dalam hal ini, negara-negara Asia Pasifik berbeda dengan negara-negara di Eropa Barat. Negara-negara
di Eropa Barat memulainya dengan membentuk wadah kerja sama regional. Dengan organisasi itu,
ekonomi di setiap negara saling berhubungan dan menghasilkan
ekonomi Eropa yang lebih kuat daripada sebelum Perang Dunia II. Sebaliknya, negara-negara Asia Pasifik,
terutama sejak tahun 1970-an, saling berhubungan secara intensif dan menimbulkan pertumbuhan ekonomi
yang tinggi walaupun tanpa kerangka kerja sama formal
seperti yang ada di Eropa. Bahkan, berbagai transaksi ekonomi terjadi antarnegara yang
kadang-kadang tidak memiliki hubungan diplomatik. Taiwan adalah contoh negara yang
tidak diakui eksistensi politiknya, tetapi menjadi rekanan aktif sebagian besar negara Asia Pasifik dalam
kegiatan ekonomi. Sekarang dinamika ekonomi itu dianggap memerlukan wadah organisasi yang lebih
formal. Dunia usaha lebih dahulu merasakan adanya kebutuhan akan organisasi itu, seperti tercermin dalam
pembentukan Pacific Basin Economic Council (PBEC) tahun 1969. Organisasi ini beranggotakan pebisnis
dari semua negara Asia Pasifik, kecuali Korea Utara dan Kampuchea. Organisasi PBEC aktif mendorong
perdagangan dan investasi di wilayah Asia Pasifik, tetapi hanya melibatkan sektor swasta. Pada tahun 1980
muncul Pacific Economic Cooperation Council (PECC). Organisasi yang lahir di Canberra, Australia ini
menciptakan kelompok kerja untuk mengidentifikasi kepentingan ekonomi regional, terutama perdagangan,
sumber daya manusia, alih teknologi, energi, dan telekomunikasi. Walaupun masih bersifat informal, PECC
melibatkan para pejabat pemerintah, pelaku bisnis, dan akademis. Salah satu hasil kegiatan PECC adalah
terbentuknya Asia Pasific Economic Cooperation (APEC) sebagai wadah kerja sama bangsa- bangsa di
kawasan Asia Pasifik di bidang ekonomi yang secara resmi terbentuk bulan November 1989 di Canberra,
Australia. Pembentukan APEC atas usulan Perdana Menteri Australia, Bob Hawke. Suatu hal yang
melatarbelakangi terbentuknya APEC adalah perkembangan situasi politik dan ekonomi dunia pada waktu
itu yang berubah secara cepat dengan munculnya kelompok-kelompok perdagangan seperti MEE, NAFTA.
Selain itu perubahan besar terjadi di bidang politik dan ekonomi yang terjadi di Uni Soviet dan Eropa
Timur. Hal ini diikuti dengan kekhawatiran gagalnya perundingan Putaran Uruguay
(perdagangan bebas). Apabila masalah perdagangan bebas gagal disepakati, diduga akan
memicu sikap proteksi dari setiap negara dan sangat menghambat perdagangan bebas. Oleh karena itu,
APEC dianggap bisa menjadi langkah efektif untuk mengamankan kepentingan perdagangan negara-negara
di kawasan Asia Pasifik.
b. Tujuan APEC
bekerja untuk mengurangi tarif dan hambatan perdagangan lainnya di seluruh kawasan Asia- Pasifik,
1) menciptakan ekonomi domestik yang efisien dan secara dramatis meningkatkan ekspor.
2) terwujudnya perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka di Asia-Pasifik pada
2010 untuk negara-negara industri dan pada 2020 untuk negara-negara berkembang.
3) Tujuan ini diadopsi oleh pemimpin pada pertemuan 1994 di Bogor, Indonesia.
c. Peran serta Indonesia di APEC
Indonesia menjadi anggota APEC sejak pembentukannya pada 1989 dan telah memberi berbagai kontribusi
positif bagi perkembangan APEC. Peran Indonesia pada dekade awal pembentukan APEC sejalan dengan
kondisi internasional dan kepentingan Indonesia pada saat itu. Perang Dingin baru saja berakhir dan
sistem ekonomi berdasarkan ideologi pasar
bebas dan persaingan bebas menjadi dominan. Kontribusi utama Indonesia pada awal
pembentukan APEC adalah merumuskan Bogor Declaration pada saat Keketuaan APEC
Indonesia tahun 1994, termasuk di dalamnya adalah Bogor Goals. Bogor Goals menjadi
fokus utama APEC untuk membentuk suatu kawasan Asia Pasifik yang lebih bebas dan terbuka bagi
perdagangan dan investasi. Target pencapaian Bogor Goals bagi negara maju adalah pada 2010, sementara
bagi negara berkembang adalah pada 2020.
d. Perkembangan APEC
5. APEC berdiri pada bulan November 1989 di Canberra,& Australia diprakarsai Perdana Menteri Australia, Bob
Hawke. Ada dua belas negara pendiri APEC, yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Brunei
Darussalam, Jepang, Republik Korea, Australia, Selandia Baru, Kanada, dan Amerika Serikat. Pada tahun 1991
APEC menerima anggota baru, yaitu Cina dan Hong Kong. Pada tahun 1993 APEC menerima Meksiko dan
Papua New Guenia. Pada tahun 1994 APEC menerima Cile dan pada tahun 1998 menerima Peru, Rusia, serta
Vietnam sebagai anggota baru. Pada awal berdirinya, APEC bersifat nonkelembagaan karena negara-negara Asia
Tenggara memiliki organisasi regional sendiri, yaitu ASEAN. Negara anggota ASEAN menghendaki APEC
sebagai forum komunikasi dan konsultasi. Dalam perkembangannya, Amerika Serikat dan Australia
menginginkan APEC bersikap aktif. Negara-negara anggota APEC menyepakati keinginan tersebut. Hal
ini diwujudkan pada tahun 1992 dalam pertemuan APEC ke-4 di Thailand. Pertemuan ini menetapkan
pembentukan sekretariat tetap APEC berkedudukan di Singapura. APEC muncul sebagai organisasi bersama
dengan tujuan& antara lain: menjadi tempat usaha negara maju untuk membantu negara yang sedang
berkembang; meningkatkan perdagangan dan investasi antaranggota; menjalankan kebijakan ekonomi secara
sehat dengan tingkat inflasi rendah; serta mengurangi atau mengatasi sengketa ekonomi perdagangan. OPEC
a. Sejarah Perkembangan OPEC
OPEC Adalah Organisasi Negara – Negara Pengekspor Minyak. OPEC Dibentuk Sebagai Akibat Jatuhnya
Harga Minyak Pada Perusahaan Raksasa Seperti Shell, British Petroleum, Texaco, Exxon Mobil, Socal,
Dan Gulf. Mereka Melakukan Penurunan Harga Minyak Secara Drastis Sehingga Mereka Mampu
Memenuhi Kebutuhan Negara – Negara Industri Besar. Untuk Mengatasi Hal Tersebut, Negara – Negara
Timur Tengah Berusaha Merebut Pasaran Harga Minyak Internasional Dengan Cara Mengadakan
Perundingan Pada Tanggal 11 – 14 September 1960 Di Baghdad ( Irak ). Mereka Sepakat Mendirikan
OPEC Yang Anggotanya Terdiri Dari Saudi Arabia, Iran, Irak, Kuwait Dan Venezuela.
b. Tujuan Organisasi OPEC
OPEC Didirikan Dengan Tujuan Sebagai Berikut :
1) Tujuan Ekonomi, Yaitu Mempertahankan Harga Minyak Dan Menentukan Harga Sehingga
Menguntungkan Negara – Negara Produsen.
2) Tujuan Politik, Yaitu Mengatur Hubungan Dengan Perusahaan – Perusahaan Minyak Asing Atau
Pemerintah Negara – Negara Konsumen.
c. Struktur Organisasi Dan Manajemen OPEC
Sesuai Dengan Statuta OPEC Pasal 9, Organisasi OPEC Terdiri Dari :
1) Konferensi
Adalah Organ Tertinggi Yang Bertemu Dua (2) Kali Dalam Setahun. Tetapi Pertemuan Extra –
Opecrdinary Dapat Dilaksanakan Jika Diperlukan. Semua Negara Anggota Harus Terwakilkan Dalam
Konperensi Dan Tiap Negara Mempunyai Satu Hak Suara. Keputusan Ditetapkan Setelah
Mendapat Persetujuan Dari Negara Anggota ( Pasal 11 – 12). Konperensi OPEC Dipimpin Oleh
Presiden Dan Wakil Presiden OPEC Yang Dipilih Oleh Anggota Pada Saat Pertemuan Konperensi (
Pasal 14 ). Pasal 15 Menetapkan Konperensi OPEC Bertugas Merumuskan Kebijakan Umum
Organisasi Dan Mencari Upaya Pengimplementasian Kebijakan Tersebut. Sebagai Organisasi Tertinggi,
Pertemuan Konperensi OPEC Mengukuhkan Penunjukan Anggota Dewan Gubernur Dan Sekretaris
Jenderal OPEC.
2) Dewan Gubernur
Dewan Gubernur Terdiri Dari Gubernur Yang Dipilih Oleh Masing-Masing Anggota OPEC Untuk
Duduk Dalam Dewan Yang Bersidang Sedikitnya Dua Kali Dalam Setahun. Pertemuan Extraordinary
Dari Dewan Dapat Berlangsung Atas PermintaanKetua Dewan Sekretaris Jenderal Atau 2/3 Dari
Anggota Dewan ( Pasal 17 Dan 18 ). Tugas Dewan Adalah Melaksanakan Keputusan Konferensi
Mempertimbangkan Dan Memutuskan Laporan – Laporan Yang Disampaikan Oleh Sekretaris Jenderal
Memberikan Rekomendasi Dan Laporan Kepada Pertemuan Konferensi OPEC Membuat Anggaran
Keuangan Organisasi Dan Menyerahkannya Kepada Sidang Konferensi Setiap Tahun
Mempertimbangkan Semua Laporan Keuangan Dan Menunjuk Seorang Auditor Untuk Masa Tugas
Selama Satu (1) Tahun Menyetujui Penunjukan Direktur – Direktur Divisi, Kepala Bagian Yang
Diusulkan Negara Anggota Menyelenggarakan Pertemuan Extraordinary Konferensi OPEC Dan
Mempersiapkan Agenda Sidang ( Pasal 20 ) Dewan Gubernur Dipimpin Oleh Seorang Ketua Dan
Wakil Ketua Yang Berasal Dari Para Gubernur OPEC Negara – Negara Anggota Dan Yang Disetujui
Oleh Pertemuan Konferensi OPEC Untuk Masa Jabatan Selama 1 Tahun ( Pasal 21 ).