Anda di halaman 1dari 19

BAB I

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

Nama pasien : Ny. Maya Aprilia

Usia : 27 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Banjar

I. AUTOANAMNESIS DAN ALOANAMNESIS

Keluhan Utama

Rasa mengganjal di tenggorokan sejak 1 minggu SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli THT RSUD mengeluh seperti ada yang mengganjal di tenggorokan
sejak 5 minggu SMRS, keadaan ini awalnya terasa sedikit namun semakin memburuk selama
1 minggu terakhir. Pasien merasa ada yang mengganjal saat menelan. Selain itu terdapat
nyeri menelan ini sering disertai batuk dan demam yang hilang timbul. Saat ini pasien tidak
demam.

Nafsu makan menurun mulai menurun sejak sakit, adanya rasa kering pada tenggorokan,
pasien menyangkal panas pada tenggorokan, gatal, dan keluhan suara serak, tidur ngorok (+),
nafas berbau (-). Pasien mengaku tidak ada keluhan riwayat infeksi telinga dan gigi
sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu :

OS mengatakan bahwa pasien sering mengalami keluhan yang sama sejak kira 2 atau 3 bulan
terakhir, keluhan dirasakan hilang timbul. Gejala demam dan nyeri menelan biasanya hilang
sendiri, tapi kambuh lagi bila sering minum es keluhan juga dapat timbul apabila pasien
merasa kelelahan. Sebelumnya tonsilnya pernah lebih besar namun setelah berobat menjadi
seperti ini.

Riwayat Asma, TB, Kejang disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa
Riwayat Alergi :

Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap debu dan udara dingin. Alergi makanan dan
obat-obatan (-).
Riwayat Pengobatan

berobat terakhir 5 minggu yang lalu, berobat ke dokter umum, sudah sempat membaik.
Namun dirasa masih mengganjal.
Riwayat Psikososial

OS sering makan gorengan, makan pedas, serta minum es..

II. PEMERIKSAAN FISIK

• KU : tampak sakit sedang

• Kesadaran : Compos Mentis

• TTV

– Suhu : afebris

– nadi : tidak dilakukan

– RR : tidak dilakukan

– TD : tidak dilakukan

• Status generalis
Kepala : Normocephal, Rambut hitam, tidak rontok, distribusi merata, tidak
mudah dicabut.

– Mata :

• Cekung (-)/(-)

• Konjungtiva : anemis (-)/(-)

• Sclera: ikterus (-)/(-)

• Edema palpebra (-)/(-)

• Reflex cahaya (+)/(+)

• Pupil : isokhor (+)/(+)

– Leher : pembesaran KGB (-), Kelenjar Tiroid (-)

- Thorax

Paru

Inspeksi : Simetris,retraksi dinding dada (-), Bagian dada tertinggal (-)

Palpasi : tidak dilakukan

Perkusi : tidak dilakukan

Auskultasi : Vesikuler (+/+), Wheezing(-/-), Ronkhi (-/-)

Jantung

Inspeksi :Iktus cordis terlihat

Palpasi :tidak dilakukan

Perkusi :tidak dilakukan

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni,gallop (-), murmur (-)

- Abdomen

Inspeksi : Abdomen datar, tidak ada bekas luka, distensi (-)


Auskultasi : peristaltik usus normal

Palpasi : nyeri tekan (-), turgor cepat kembali, hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani seluruh regio abdomen

- Ekstremitas atas

Akral : Hangat

Edema : (-/-)

RCT : < 2 detik

Sianosis : (-)

Ekstremitas bawah

Akral : Hangat

Edema : (-/-)

Petekie :(-/-)

RCT : < 2 detik

Sianosis :(-)

- Genitalia: Laki-laki

 Status THT

Pemeriksaan Telinga

Telinga Kanan Telinga Kiri


Deformitas - -
Nyeri tekan tragus - -
Nyeri tarik - -
Serumen - -
Sekret - -
Membran timphani Intak intak
Refleks cahaya + +

Pemeriksaan Hidung

Kanan Kiri
Deformitas - -
Concha Eutrofi Eutrofi
Sekret - -
Nyeri Tekan Sinus
- Frontalis - -
- Ethmoidalis - -
- Maxilaris - -

Pemeriksaan Tenggorokan

Bagian Keterangan
Mukosa bukal Warna merah muda, hiperemi (-), massa (-)
Mukosa gusi Warna merah muda, hiperemi (-), massa (-)
Palatum Mole dan Palatum Hiperemi (-), edema (-), fistula (-)
durum
Mukosa faring Hiperemi (-), edema (-), granula (-), ulkus (-)
Tonsil - Besar : T2b / T2b
- Warna : Hiperemis +/+
- Kripta : Melebar +/+
- Detritus : tidak ada -/-
- Permukaan : Tidak rata +/+, berbenjol-
benjol +/+

Tonsil Dekstra: Detritus (-),


Gambar hiperemis (+)T2b

Tonsil sinistra: detritus (-),


hiperemis (+)  T2b
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Laboratorium: Darah lengkap, bleeding time, cloting time dan Gol. Darah untuk
persiapan operasi

IV. RESUME
Pasien datang ke poli THT RSUD mengeluh seperti ada yang mengganjal di tenggorokan
sejak 5 minggu SMRS. Pasien merasa ada yang mengganjal saat menelan (+). Selain itu
terdapat nyeri menelan sering disertai batuk dan demam yang hilang timbul. Nafsu makan
menurun mulai menurun sejak sakit, adanya rasa kering pada tenggorokan, tidur ngorok
(+). Hilang timbul sejak 2 atau 3 bulan terakhir.
Pasien sering membeli jajanan es dan gorengan di pinggir jalan.
Pada pemeriksaan tonsil didapatkan :
- Besar : T2b / T2b
- Warna : Hiperemis +/+
- Kripta : Melebar +/+
- Detritus : tidak ada -/-
- Permukaan : Tidak rata +/+, berbenjol-benjol +/+

V. DIAGNOSIS
- Tonsilitis kronis eksaserbasi akut

VI. DIAGNOSIS BANDING


Abses Peritonsilar
VII. PENATALAKSANAAN
- Os di konsulkan ke Dokter Spesialis THT

- Pro tonsilektomi
- Amoxicillin 500mg tab 3x1 (5hari)

- Anjurkan untuk menjaga hygene mulut


- Mengurangi konsumsi makanan yang dapat memperberat

VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Functionam : ad bonam
Ad Sanationam : ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI DAN FISIOLOGI TONSIL


Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin
Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri
dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan tonsil tuba Eustachius.1

Tonsil Palatina
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil
pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar
posterior(otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-
masing tonsilmempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil
tidak selalu mengisiseluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai
fosa supratonsilar. Tonsilterletak di lateral orofaring.1,2 Dibatasi oleh:
· Lateral – muskulus konstriktor faring superior
· Anterior – muskulus palatoglosus
· Posterior – muskulus palatofaringeus
· Superior – palatum mole
· Inferior – tonsil lingual
Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi
invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat dan
tersebar sepanjangkriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat retikular
dan jaringan limfatikdifus. Limfonoduli merupakan bagian penting mekanisme
pertahanan tubuh yang tersebar diseluruh tubuh sepanjang jalur pembuluh limfatik.
Noduli sering saling menyatu dan umumnyamemperlihatkan pusat germinal.1,2
Fosa Tonsil
Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot
palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau dinding
luarnya adalah ototkonstriktor faring superior. Berlawanan dengan dinding otot yang tipis
ini, pada bagian luardinding faring terdapat nervus ke IX yaitu nervus glosofaringeal.2
Pendarahan
Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arterikarotis eksterna, yaitu 1) arteri
maksilaris eksterna (arterifasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris dan arteripalatina
asenden; 2) arteri maksilaris interna dengancabangnya arteri palatina desenden; 3) arteri
lingualisdengan cabangnya arteri lingualis dorsal; 4) arterifaringeal asenden. Kutub
bawah tonsil bagian anteriordiperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagianposterior
oleh arteri palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh
arteritonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan arteri
palatinedesenden.Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan
pleksus darifaring.Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah
dan pleksusfaringeal.2
Aliran getah bening
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal
profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus sternokleidomastoideus,
selanjutnya kekelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya
mempunyai pembuluhgetah bening eferan sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak
ada.2
Persarafan
Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus
glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatine nerves.2

TONSILITIS KRONIK

A. DEFINISI

Tonsilitis kronis adalah peradangan kronis tonsil palatina lebih dari 3 bulan, setelah
serangan akut yang terjadiberulang-ulang atau infeksi subklinis. Terjadinya
perubahanhistologi pada tonsil, dan terdapatnya jaringan fibrotik yangmenyelimuti
mikroabses dan dikelilingi oleh zona sel-selradang.1

Mikroabses pada tonsilitis kronik menyebabkan tonsildapat menjadi fokal infeksi bagi
organ-organ lain, seperti sendi, ginjal, jantung dan lain-lain. Fokal infeksi adalah sumber
bakteri / kuman di dalam tubuh dimana kuman atau produkproduknya dapat menyebar
jauh ke tempat lain dalam tubuh itu dan dapat menimbulkan penyakit. Kelainan ini hanya
menimbulkan gejala ringan atau bahkan tidak ada gejala sama sekali, tetapi akan
menyebabkan reaksi atau gangguan fungsi pada organ lain yang jauh dari sumber
infeksi.3

Tonsilitis berulang terutama terjadi pada anak-anak dan diantara serangan tidak jarang
tonsil tampak sehat. Tetapi tidak jarang tonsil diluar serangan terlihat membesar disertai
dengan hiperemi rigan yang mengenai pilar anterior dan apabila tonsil ditekan keluar
detritus.3
B. ETIOLOGI

Tonsilitis kronik yang terjadi pada anak mungkin disebabkan oleh karena sering
menderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) atau karena tonsilitis akut yang tidak
diobati dengan tepat atau dibiarkan saja. Tonsilitis kronik disebabkan oleh bakteri yang
sama yang terdapat pada tonsilitis akut, dan yang paling sering adalah bakteri gram
positif. Dari hasil penelitian Suyitno dan Sadeli (1995) : Streptokokus alfa merupakan
penyebab tersering dan diikuti Stafilokokus aureus, Streptokokus beta hemolitikus grup
A, Stafilokokus epidermis dan kuman gram negatif yaitu enterobakter, Pseudomonas
aeruginosa, Klebsiella dan E. coli yang didapat ketika dilakukan kultur apusan
tenggorok.1

C. FAKTOR PREDISPOSISI

Beberapa faktor predisposisi timbulnya kejadian Tonsilitis Kronis1, yaitu :

· Rangsangan kronis (rokok, makanan)

· Higiene mulut yang buruk

· Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah- ubah)


· Alergi (iritasi kronis dari allergen)

· Keadaan umum (kurang gizi, kelelahan fisik)

· Pengobatan Tonsilitis Akut yang tidak adekuat

D. EPIDEMIOLOGI

Tonsilitis sering terjadi pada anak-anak, terutama berusia 5 tahun dan 10 tahun dan
jarang ditemukan pada anak dibawah usia 2 tahun.1,2

E. PATOFISIOLOGI

Fungsi tonsil adalah sebagai pertahanan terhadap masuknya kuman ke tubuh baik
melaluihidung atau mulut. Kuman yang masuk disitu akan dihancurkan oleh makrofag
yang merupakan sel-sel polimorfonuklear. Jika tonsil berulang kali terkena infeksi akibat
dari penjagaan higiene mulut yang tidak memadai serta adanya faktor-faktor lain, maka
pada suatu waktu tonsil tidak bisa membunuh kuman-kuman semuanya, akibat kuman
yang bersarang ditonsil dan akan menimbulkan peradangan tonsil yang kronik. Pada
keadaan inilah fungsipertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi sarang infeksi atau
fokal infeksi.1

Proses peradangan dimulai pada satu atau lebih kripta tonsil. Karena proses radang
berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses
penyembuhan jaringan limfoid akan diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan
mengerut sehingga kripta akan melebar. Secara klinis kripta ini akan tampak diisi oleh
Detritus (akumulasi epitel yang mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi
kripta berupa eksudat berwarna kekuning kuningan). Proses ini meluas hingga menembus
kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fossa tonsilaris. Sewaktu-
waktu kuman bisa menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada keadaan imun yang
menurun.3

F. MANIFESTASI KLINIS

Pada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan tonsilitis akut
yangberulang ulang, adanya rasa sakit (nyeri) yang terus-menerus pada
tenggorokan(odinofagi), nyeri waktu menelan atau ada sesuatu yang mengganjal di
kerongkongan bilamenelan, terasa kering dan pernafasan berbau.1
Tonsila akan memperlihatkan berbagai derajat hipertrofi dan dapat bertemu di
garistengah. Nafas penderita bersifat ofensif dan kalau terdapat hipertrofi yang hebat,
mungkinterdapat obstruksi yang cukup besar pada saluran pernafasan bagian atas yang
dapatmenyebabkan hipertensi pulmonal.1,2

G. PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan pada tonsil akan didapati tonsil hipertrofi, tetapi kadang-kadang
atrofi, hiperemi dan odema yang tidak jelas. Didapatkan detritus atau detritus baru tampak
jika tonsil ditekan dengan spatula lidah. Kelenjar leher dapat membesar tetapi tidak
terdapat nyeri tekan.1

Ukuran Tonsil
T0 : bila sudah dioperasi

T1 : ukuran yang normal ada

T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah

T3 : pembesaran mencapai garis tengah

T4 : pembesaran melewati garis tengah

H. DIAGNOSIS
Adapun tahapan menuju diagnosis tonsilitis kronis adalah sebagai berikut:
1. Anamnesa
Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting karena hampir 50% diagnosedapat
ditegakkan dari anamnesa saja. Penderita sering datang dengan keluhan rasa sakitpada
tenggorok yang terus menerus, sakit waktu menelan, rasa mengganjal di
tenggorok,nafas bau, malaise, kadang-kadang ada demam dan nyeri padaleher.2
2. Pemeriksaan Fisik
Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan parut,permukaan
tonsil tidak rata, kriptus melebar dan beberapa kripti terisi olehdetritus.Sebagian
kripta mengalami stenosis, tepi eksudat (purulent) dapatdiperlihatkan dari kripta-
kripta tersebut. Gambaran klinis yang lain yangsering adalah dari tonsil yang kecil,
biasanya membuat lekukan, tepinya hiperemisdan sejumlah kecil sekret purulen yang
tipis terlihat pada kripta.2
3. Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaanapus
tonsil.Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam kuman dengan derajat
keganasan yang rendah, seperti Streptococcus haemolitikus, Streptokokus viridans,
Stafilokokus, atau Pneumokokus.2

I. DIAGNOSIS BANDING
Terdapat beberapa diagnosa banding dari tonsilitis kronis adalah sebagai berikut2 :
1. Penyakit-penyakit dengan pembentukan Pseudomembran atau adanya membran
semuyang menutupi tonsil (Tonsilitis Membranosa)
a. Tonsilitis Difteri
Disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae. Tidak semua orang
yangterinfeksi oleh kuman ini akan sakit. Keadaan ini tergantung pada titer antitoksin
dalamdarah. Titer antitoksin sebesar 0,03 sat/cc darah dapat dianggap cukup
memberikandasar imunitas. Gejalanya terbagi menjadi tiga golongan besar, umum,
lokal dan gejalaakibat eksotoksin. Gejala umum sama seperti gejala infeksi lain, yaitu
demam subfebris,nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat dan
keluhan nyeri menelan.
Gejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang
makin lama makin meluas dan membentuk pseudomembran yang melekat erat
padadasarnya sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. Gejala akibat eksotoksin
dapatmenimbulkan kerusakan jaringan tubuh, misalnya pada jantung dapat
terjadimiokarditis sampai dekompensasi kordis, pada saraf kranial dapat
menyebabkankelumpuhan otot palatum dan otot pernafasan dan pada ginjal dapat
menimbulkanalbuminuria.
b. Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulseromembranosa)
Gejala yang timbul adalah demam tinggi (39˚C), nyeri di mulut, gigi dan kepala,
sakittenggorok, badan lemah, gusi mudah berdarah dan hipersalivasi.Pada
pemeriksaantampak membran putih keabuan di tonsil, uvula, dinding faring, gusi dan
prosesusalveolaris. Mukosa mulut dan faring hiperemis. Mulut yang berbau (foetor ex
ore) dankelenjar submandibula membesar.
c. Mononukleosis Infeksiosa
Terjadi tonsilofaringitis ulseromembranosa bilateral.Membran semu yang
menutupulkus mudah diangkat tanpa timbul perdarahan, terdapat pembesaran kelenjar
limfeleher, ketiak dan regio inguinal.Gambaran darah khas, yaitu terdapat
leukositmononukleosis dalam jumlah besar. Tanda khas yang lain adalah
kesanggupan serum
pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah domba (Reaksi Paul Bunnel).
2. Penyakit Kronik Faring Granulomatus3
a. Faringitis Tuberkulosis
Merupakan proses sekunder dari TBC paru. Keadaan umum pasien adalah buruk
karena anoreksi dan odinofagi. Pasien juga mengeluh nyeri hebat di tenggorok, nyeri
di telinga(otalgia) dan pembesaran kelenjar limfa leher.
b. Faringitis Luetika
Gambaran klinis tergantung dari stadium penyakit primer, sekunder atau tersier. Pada
penyakit ini dapat terjadi ulserasi superfisial yang sembuh disertai
pembentukanjaringan ikat. Sekuele dari gumma bisa mengakibatkan perforasi
palatum mole dan pilartonsil.
c. Lepra (Lues)
Penyakit ini dapat menimbulkan nodul atau ulserasi pada faring kemudian
menyembuh dan disertai dengan kehilangan jaringan yang luas dan timbulnya
jaringan ikat.
d. Aktinomikosis Faring
Terjadi akibat pembengkakan mukosa yang tidak luas, tidak nyeri, bisa mengalami
ulseasi dan proses supuratif. Blastomikosis dapat mengakibatkan ulserasi faring
yangireguler, superfisial, dengan dasar jaringan granulasi yang lunak. Penyakit-
penyakit diatas umumnya memiliki keluhan berhubungan dengan nyeri
tenggorokan(odinofagi) dan kesulitan menelan (disfagi). Diagnosa pasti berdasarkan
pada pemeriksaanserologi, hapusan jaringan atau kultur, foto X-ray dan biopsi
jaringan.

J. PENATALAKSANAAN

Medikamentosa

Tonsilitis yang disebabkan oleh virus harus ditangani secara simptomatik.


Obat kumur,analgetik, dan antipiretik biasanya dapat membantu. Gejala-gejala yang
timbul biasanya akan hilang sendiri. Tonsilitis yang disebabkan oleh streptokokus
perlu diobati dengan penisilin secara oral, cefalosporin, makrolid, klindamicin, atau
injeksi secara intramuskular penisilinbenzatin G. Terapi yang menggunakan penisilin
mungkin gagal (6-23%), oleh karena itu penggunaan antibiotik tambahan mungkin
akan berguna.1,2

Operatif

Tonsilektomi merupakan tindakan pembedahan yang paling sering dilakukan pasa


pasiendengan tonsilitis kronik, yaitu berupa tindakan pengangkatan jaringan tonsila palatina
darifossa tonsilaris. Tetapi tonsilektomi dapat menimbulkan berbagai masalah dan berisiko
menimbulkan komplikasi seperti perdarahan, syok, nyeri pasca tonsilektomi, maupun
infeksi.1

Indikasi Tonsilektomi

Menurut American Academy of Otolaryngology – Head and Neck Surgery (AAO-HNS)


(1995)3, indikator klinis untuk prosedur surgikal adalah seperti berikut:

Indikasi Absolut3

 Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia


berat,gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmoner
 Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase
 Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
 Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi
Indikasi Relatif3

 Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik adekuat
 Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi medis
 Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak membaik
denganpemberian antibiotik beta-laktamase resisten
 Hipertrofi tonsil unilateral yang dicurigai merupakan suatu keganasan
 Saat mempertimbangkan tonsilektomi untuk pasien dewasa harus dibedakan
apakahmereka mutlak memerlukan operasi tersebut atau hanya sebagai kandidat.
Dugaankeganasan dan obstruksi saluran nafas merupakan indikasi absolut untuk
tonsilektomi.Tetapi hanya sedikit tonsilektomi pada dewasa yang dilakukan atas
indikasi tersebut, kebanyakan karena infeksi kronik
 Obstruksi nasofaringeal dan orofaringeal yang berat sehingga boleh
mengakibatkanterjadinya gangguan apnea ketika tidur merupakan indikasi absolute
untuk surgery.Pada kasus yang ekstrim, obstructive sleep apnea ini boleh
menyebabkan hipoventilasialveolar, hipertensi pulmonal dan kardiopulmoner.
K. KOMPLIKASI

Komplikasi dari tonsilitis kronis dapat terjadi secara perkontinuitatum ke daerah


sekitar atau secara hematogen atau limfogen ke organ yang jauh dari tonsil. Adapun
berbagai komplikasi yang kerap ditemui adalah sebagai berikut 3:

Komplikasi sekitar tonsila

a. Peritonsilitis

Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya trismus dan abses.

b. Abses Peritonsilar (Quinsy)

Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber infeksi berasal dari
penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil dan
penjalaran dari infeksi gigi.

c. Abses Parafaringeal ,Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah
bening atau pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring, sinus paranasal,
adenoid, kelenjar limfe faringeal, os mastoid dan os petrosus.
d. Abses Retrofaring

Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya terjadi pada anak usia
3 bulan sampai 5 tahun karena ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfe.

e. Kista Tonsil

Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan fibrosa dan ini
menimbulkan kista berupa tonjolan pada tonsil berwarna putih dan berupa cekungan,
biasanya kecil dan multipel.

f. Tonsilolith (Kalkulus dari tonsil)

Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam jaringan tonsil yang
membentuk bahan keras seperti kapur.

Komplikasi Organ jauh

a. Demam rematik dan penyakit jantung rematik

b. Glomerulonefritis

c. Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis

d. Psoriasiseritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura

e. Artritis dan fibrositis.


REFERENSI

1. Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.

2. Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT.. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 1997.

3. Johnson, Jonas T. , Rosen, Clark A.. Bailey’s Head and Neck Surgery Otolaryngology.
2010.Wolters Kluwer.

Anda mungkin juga menyukai