Dimana:
V = Volume tangki silinder
π = 3,14 atau 22/7
D = Diameter tangki
t = Tinggi tangki
Persamaan (1) merupakan rumus dari volume sebuah tangki silinder.
Sehingga salah satu pertimbangan awal untuk merancang alat ini adalah dengan
mencari nilai dari diameter yang sama dengan tangki untuk kapasitas fluida yang
diinginkan dalam pengadukan dan pencampuran. Diameter tangki ditentukan
dengan persamaan (2). Tangki dengan diamter yang lebih kecil dibandingkan
ketingannya memiliki kecendrungan menambah jumlah pengaduk yang
digunakan.
Dimana:
D = Diameter tangki
V = Volume tangki silinder
π = 3,14 atau 22/7
dengan D = t
Rancangan dasar dimensi dari sebuah tangki berpengaduk dengan
perbandingan terhadap komponen-komponen yang menyusunnya ditunjukkan
pada Gambar 1.1.
Dimana:
C = Tinggi Pengaduk Dari Dasar Tangki
D = Diameter Pengaduk
Dt = Diameter Tangki
H = Tinggi Fluida Dalam Tangki
J = Lebar Baffle
W = Lebar Pengaduk
(Sumber: Tatterson,1991)
Pada saat menggunakan empat sekat vertikal seperti pada gambar 4 biasa
menghasilkan pola putaran yang sama dalam tangki. Lebar sekat yang digunakan
sebaiknya berukuran 1/12 diameter tangki.
d. Pengaduk
Pengaduk berfungsi untuk menggerakkan bahan didalam bejana pengaduk
yang digunakan. Alat pengaduk ini biasanya terdiri atas sumbu pengaduk dan sirip
pengaduk yang dirangkai menjadi satu kesatuan. Alat pengaduk dibuat dan
didesain sesuai dengan keperluan pengadukan. Jenis pengaduk harus disesuaikan
dengan faktor berikut ini, yaitu :
a. Jenis dan ukuran pengaduk
b. Jenis bejana pengaduk
c. Jenis dan jumlah bahan yang dicampur
Pemilihan alat pengaduk dari sejumlah besar alat pengaduk yang ada
hanya dapat dilakukan melalui percobaan dan pengalaman. Untuk masalah
pencampuran yang tertentu dari bahan campur dan bejana pengaduk tertentu,
pengaduk yang optimal biasanya hanya dapat dipilih melalui pengalaman saja
Pemilihan pengaduk yang tepat menjadi salah satu faktor penting dalam
menghasilkan proses dan pencampuran yang efektif. Pengaduk jenis baling-baling
(propeller) dengan aliran aksial dan pengaduk jenis turbin dengan aliran radial
menjadi pilihan yang lazim dalam pengadukan dan pencampuran (Kurniawan,
2011).
Jenis-jenis Pengaduk
Secara umum, terdapat tiga jenis pengaduk yang biasa digunakan secara umum,
yaitu pengaduk baling – baling (propeller), pengaduk turbin (turbine), pengaduk
dayung (paddle) dan pengaduk helical ribbon.
1) Pengaduk jenis baling-baling (propeller)
Ada beberapa jenis pengaduk yang biasa digunakan. Salah satunya adalah
baling-baling berdaun tiga.
Gambar 1.5. Pengaduk jenis Baling-baling (a), Daun Dipertajam (b), Baling-
baling kapal (c)
(Sumber: Tatterson,1991)
Pengaduk ini terdiri atas sebuah propeller yang mirip dengan baling-baling
pendorong kapal dengan dua atau tiga daun yang dipasang miring. Biasanya
alat pengaduk propeler dibuat dalam dua bagian dan berputar dengan cepat.
Pengaduk propeler digunakan untuk mengaduk bahan dengan viskositas rendah
(pada viskositas yang tinggi, biasanya bahan tidak dapat digerakkan oleh
propeler) pada kecepatan berkisar antara 400 hingga 1750 rpm (revolutions per
minute).
2) Pengaduk Turbin
Pengaduk turbin adalah pengaduk dayung yang memiliki banyak daun
pengaduk dan berukuran lebih pendek, digunakan pada kecepatan tinggi untuk
cairan dengan rentang kekentalan yang sangat luas. Diameter dari sebuah
turbin biasanya antara 30 - 50% dari diamter tangki. Turbin biasanya memiliki
empat atau enam daun pengaduk. Turbin dengan daun yang datar memberikan
aliran yang radial. Jenis ini juga berguna untuk dispersi gas yang baik, gas akan
dialirkan dari bagian bawah pengadukdan akan menuju ke bagian daun
pengaduk lalu tepotong-potong menjadi gelembung gas.
(Sumber: Tatterson,1991)
Pada turbin dengan daun yang dibuat miring sebesar 45o, seperti yang
terlihat pada Gambar1.7, beberapa aliran aksial akan terbentuk sehingga
sebuah kombinasi dari aliran aksial dan radial akan terbentuk. Jenis ini
berguna dalam suspensi padatan kerena aliran langsung ke bawah dan akan
menyapu padatan ke atas. Terkadang sebuah turbin dengan hanya empat daun
miring digunakan dalam suspensi padat. Pengaduk dengan aliran aksial
menghasilkan pergerakan fluida yang lebih besar dan pencampuran per satuan
daya dan sangat berguna dalam suspensi padatan.
4) Pengaduk Helical-Ribbon
Jenis pengaduk ini digunakan pada larutan pada kekentalan yang
tinggi dan beroperasi pada rpm yang rendah pada bagian laminer. Ribbon
(bentuk seperti pita) dibentuk dalam sebuah bagian helical (bentuknya seperti
baling-balling helicopter dan ditempelkan ke pusat sumbu pengaduk). Cairan
bergerak dalam sebuah bagian aliran berliku-liku pada bagiam bawah dan
naik ke bagian atas pengaduk.
Gambar 1.9. Pengaduk Jenis (a), (b) & (c) Hellical-Ribbon, (d) Semi-Spiral
(Sumber: Tatterson,1991)
e. Kecepatan Pengaduk
Salah satu variasi dasar dalam proses pengadukan dan pencampuran
adalah kecepatan putaran pengaduk yang digunakan. Variasi kecepatan putaran
pengaduk bisa memberikan gambaran mengenai pola aliran yang dihasilkan dan
daya listrik yang dibutuhkan dalam proses pengadukan dan pencampuran. Secara
umum klasifikasi kecepatan putaran pengaduk dibagi tiga, yaitu : kecepatan
putaran rendah, sedang dan tinggi.
1) Kecepatan Putaran Rendah
Kecepatan rendan yang digunakan berkisar pada kecepatan 400 rpm.
Pengadukan dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk minyak kental,
lumpur dimana terdapat serat atau pada cairan yang dapat menimbulkan busa.
Jenis pengaduk ini meghasilkan pergerakan batch yang empurna dengan sebuah
permukaan fluida yang datar untuk menjaga temperatur atau mencampur
larutan dengan viskositas dan gravitasi spesifik yang sama.
f. Jumlah Pengaduk
Penambahan jumlah pengaduk yang digunakan pada dasarnya untuk tetap
menjaga efektifitas pengadukan pada kondisi yang berubah. Ketinggian fluida
yang lebih besar dari diameter tangki, disertai dengan viskositas fluida yang lebih
besar dann diameter pengaduk yang lebih kecil dari dimensi yang biasa
digunakan, merupakan kondisi dimana pengaduk yang digunakan lebih dari satu
buah, dengan jarak antar pengaduk sama dengan jarak pengaduk paling bawah ke
dasar tangki. Penjelasan mengenai kondisi pengadukan dimana lebih dari satu
pengaduk yang digunakan dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Kondisi untuk Pemilihan Pengaduk
Satu Pengaduk Dua Pengaduk
Fluida dengan viskositas rendah Fluida dengan Viskositas sedang dan
tinggi
Pengaduk menyapu dasar tangki Pengaduk pada tangki yang dalam
Kecepatan balik aliran yang tinggi Gaya gesek aliran besar
Ketinggian permukaan cairan yang Ukuran mouting nozzle yang minimal
bervariasi
Sumber : Kurniawan, 2011
g. Pemilihan Pengaduk
Viskositas dari cairan adalah salah satu dari beberapa faktor yang
mempengaruhi pemilihan jenis pengaduk. Indikasi dari rentang viskositas pada
setiap jenis pengaduk adalah : (Walas,1988)
1) Pengaduk jenis baling-baling digunakan untuk viskositas fluida di bawah
Pa.s (3000 cP).
2) Pengaduk jenis turbin bisa digunakan untuk viskositas di bawah 100 Pa.s
(100.000 cp).
3) Pengaduk jenis dayung yang dimodifikasi seperti pengaduk jangkar bisa
digunakan untuk viskositas antara 50 - 500 Pa.s (500.000 cP).
4) Pengaduk jenis pita melingkar biasa digunakan untuk viskositas di atas
1000 Pa.s dan telah digunakan hingga viskositas 25.000 Pa.s. Untuk
viskositas lebih dari 2,5 - 5 Pa.s (5000 cP) dan diatasnya, sekat tidak
diperlukan karena hanya terjadi pusaran kecil.
Gambar 1.10. Pola alir pengadukan. (a) Axial atau radial pada tangki tidak
bersekat. (b) Posisi off-center untuk menghindari terjadinya vortex. (c) Axial
pada tangki bersekat. (d) Radial pada tangki bersekat.
(Sumber: Walas,1988).
N Da2
N Re .............................................................................(1)
Dimana:
NRe = bilangan Reynolds
ρ = densitas fluida (kg/m3)
N = kecepatan pengaduk (rad/s)
Da = diameter pengaduk (m)
μ = viskositas fluida (kg/m.s)
1. Laminar
Rezim laminar dalam pengadukan mempunyai bilangan Reynolds yang
nilainya kurang dari 10.
2. Transisi
Rezim transisi memiliki bilangan Reynolds mulai dari 10 hingga 10.000
bergantung pada pengaduk yang digunakan.
3. Turbulen
Rezim turbulen pada tangki memiliki bilangan Reynoldslebih dari 10.000.
Pada sistem tanpa sekat daerah turbulen ditandai dengan terjadinya
vortex di sekitar pengaduk.
2. Bilangan Power
Bilangan tak berdimensi lainnya adalah bilangan daya. Persamaan yang
digunakan untuk menghitung bilangan daya seperti yang ditampilkan oleh
persamaan (2) sebagai berikut (Brodkey and Hershey,1998) :
p
NPo
N 3 Da5 ..................................................................................(2)
Dimana:
NPo = bilangan daya
ρ = densitas fluida (kg/m3)
N = kecepatan pengaduk (rad/s)
Da = diameter pengaduk (m)
P = daya (watt)
dimana :
Fr = Bilangan Fraude
N = Kecepatan Putaran Pengaduk
D = Diameter Pengaduk
g = Percepatan Gravitasi
Bilangan Fraude bukan merupakan variabel yang signifikan. Bilangan ini
hanya diperhitungkan pada sistem pengadukan dalam tangki tidak bersekat. Pada
sistem ini permukaan cairan dalam tangki akan dipengaruhi gravitasi, sehingga
membentuk pusaran (vortex). Vorteks menunjukkan keseimbangan antara gaya
gravitasi dengan gaya inersia.
Gambar 1.11. Kurva karakteristik untuk pengaduk tipe six-blade turbine pada
tangki bersekat
(Sumber: Brodkey and Hershey, 1998)
Dari Gambar 1.11. tampak digunakan pengaduk jenis turbin dengan
perbandingan W (lebar) dengan D (diameter) yang berbeda, yaitu 1/5 dan 1/8.
Selain itu, bentuk blade pada masing-masing turbin juga berbeda. Hal itu
mempengaruhi bilangan daya yang diperlukan untuk pengadukan.
Dimana :
m1 = massa piknometer berisi fluida (gr)
m0 = massa piknometer kosong (gr)
V = volume (cm3)
Ρ = densitas fluida (gr/cm3)
1. Viskometer kapiler
Prinsip kerja viskometer kapiler adalah menghitung waktu yang
diperlukan oleh fluida yang mengalir melalui pipa kapiler untuk menempuh
ketinggian tertentu.
2 r2
g (k f ) ............................................................ (5)
9 v
Dimana :
r = jari-jari kelereng (m)
v = kecepatan jatuh kelereng (m/s)
µ = viskositas fluida (kg/m.s)
g = kecepatan gravitasi (m/s2)
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Bahan
1. Fluida : Air
2. Potongan-potongan kertas merah
2.2 Alat
1. Satu unit tangki berpengaduk
2. Impeller : propeller, paddle dan turbin
3. Sekat
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Diameter : 0,12 m
c. Propeller
Jumlah daun : 3 buah
Diameter : 0,07 m
Hasil pengolahan data dan grafik selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
perhitungan.
Turbin
Paddle A
Propelle
r
Gambar 3.2. Kurva Kecepatan Putaran Pengaduk Vs Daya pada Impeller Paddle
dengan ketinggian Air 300 mm
Gambar 3.3. Kurva Kecepatan Putaran Pengaduk Vs Daya pada Impeller Paddle
pada ketinggian Air 225 mm
Berdasarkan gambar 3.2 dan 3.3, dapat dilihat bahwa antara kecepatan pengaduk
dan daya dari tipe pengaduk jenis paddle terjadi kenaikan. Pada tangki bersekat
mengalami kenaikan pada daya dan juga kecepatan pengadukan, sedangkan pada
tangki tanpa sekat mengalami kenaikan yang tidak signifikan seperti tangki yang
pakai sekat. Sehingga terlihat bahwa penggunaan sekat memperbesar daya yang
dibutuhkan untuk mengaduk fluida.
Gambar 3.4. Kurva Kecepatan Putaran Pengaduk Vs Daya Impeller Turbin pada
Ketinggian Air 300 mm
Dari Gambar 3.2, 3.3, 3.4 dan 3.5, dapat dilihat bahwa tangki yang
menggunakan sekat, nilai bilangan daya (power)-nya lebih besar dibandingkan
dengan tangki tanpa sekat. Besarnya bilangan daya (power) disebabkan karena
pada tangki bersekat, daya yang digunakan lebih besar dan dipengaruhi oleh daun
sekat sehingga memperlambat pengadukan (Geankoplis, 1993).
3.3.2 Hubungan antara NPo dengan NRe untuk Tipe Pengaduk Propeller,
Paddle dan Tangki dalam Tangki Tanpa Bersekat dan Bersekat
Impeller
Paddle
Gambar 3.8 Kurva NPo vs NRe untuk Impeller Paddle pada ketinggian air 300
mm
Impeller
Paddle
Gambar 3.9 Kurva NPo vs NRe untuk Impeller Paddle pada ketinggian air 225
mm
Impeller
Turbin
Gambar 3.10 Kurva NPo vs NRe untuk Impeller Turbin pada ketinggian
air 300 mm
Impeller
Turbin
Gambar 3.11 Kurva NPo vs NRe untuk Impeller Turbin pada ketinggian air 225
mm
Pada gambar 3.8, 3.9, 3.10 dan 3.11, disajikan hubungan antara bilangan
daya (NPo) dengan bilangan reynold (NRe) pada tangki tanpa sekat dan tangki
bersekat. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa bilangan daya akan semakin
besar jika bilangan Reynold semakin besar pada jenis impeller paddle dan turbin.
Bilangan Reynold yang didapat pada percobaan ini dapat menentukan jenis aliran
yang terjadi, yaitu aliran turbulen.
4.2 Saran
1. Hati-hati memasang motor dengan tangki pengaduknya
2. Dalam mengamati gaya yang terbaca pada bar setting sebaiknya teliti.
DAFTAR PUSTAKA
4. Impeller
d. Paddle
Jumlah daun : 2 buah
Diameter : 0,203 m
Panjang daun pengaduk : 0,061 m
Lebar daun pengaduk : 0,02 m
e. Turbin
Diameter : 0,12 m
a) Laju Putaran, ω
rad
75 rpm = 75 2 3.14 s 7,85 rad
60 rpm s
b) Torque, T (Nm)
T = Gaya (F) 0.11 0,6 0.11 0,066 Nm -2
c) Daya, P (Watt)
rad
P = T 0,066 Nm 7,85 0,5181Watt
-2
d) Bilangan Daya
0,5181watt
1,261x10 4
P 3
N Po = kg rad 5
N 3 D 5 1000 3 7,85 0,204 m 3
m s
e) Bilangan Reynold
kg rad
0.204m
2
1000 7,85
ND 2
m s
N Re = 233346,85
kg
0,0014
m.s
Catatan : cara perhitungan setiap data dihitung dengan cara yang sama.
LAMPIRAN B
Tabel Karakteristik Daya Pengaduk
A. Pengadukan dengan Sumbu Pengaduk Tegak Lurus (On-center)
A.1 Paddle Tanpa Sekat
D = 0,203 m
ρ = 1000 kg/m3
μ = 0,0008 Kg/m.s
Tabel A1. Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Paddle Tanpa Sekat
dengan Ketinggian Cairan 300 mm
Laju
Pen Ga Torqu
Puta Laju Power Reynold
ga ya, e, T Daya, W
ran Putaran, ῳ Number Number
mat F (Nm- (watts)
(rp (rad/detik) (Po) (Re)
an (N) 2)
m)
1 100 10.46666667 0 0 0 0 539151.0833
2 120 12.56 0 0 0 0 646981.3
3 140 14.65333333 0 0 0 0 754811.5167
4 160 16.74666667 0 0 0 0 862641.7333
5 180 18.84 0 0 0 0 970471.95
6 200 20.93333333 0 0 0 0 1078302.167
7 220 23.02666667 0 0 0 0 1186132.383
8 240 25.12 0 0 0 0 1293962.6
9 260 27.21333333 0.2 0.022 0.598693333 0.00008617 1401792.817
10 280 29.30666667 0.3 0.033 0.96712 0.00011146 1509623.033
11 300 31.4 0.3 0.033 1.0362 0.00009709 1617453.25
12 320 33.49333333 0.4 0.044 1.473706667 0.00011378 1725283.467
13 340 35.58666667 0.8 0.088 3.131626667 0.00020157 1833113.683
14 360 37.68 0.9 0.099 3.73032 0.00020227 1940943.9
15 380 39.77333333 0.9 0.099 3.93756 0.00018154 2048774.117
16 400 41.86666667 1 0.11 4.605333333 0.00018204 2156604.333
Tabel A2. Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Paddle Tanpa Sekat
dengan Ketinggian Cairan 225 mm
Laju
Pen Ga Torqu
Puta Laju Power Reynold
ga ya, e, T Daya, W
ran Putaran, ῳ Number Number
mat F (Nm- (watts)
(rp (rad/detik) (Po) (Re)
an (N) 2)
m)
1 100 10.46666667 0 0 0 0.00000000 539151.0833
2 120 12.56 0 0 0 0.00000000 646981.3
3 140 14.65333333 0 0 0 0.00000000 754811.5167
4 160 16.74666667 0 0 0 0.00000000 862641.7333
5 180 18.84 0.1 0.011 0.20724 0.00008990 970471.95
6 200 20.93333333 0.1 0.011 0.230266667 0.00007282 1078302.167
7 220 23.02666667 0.2 0.022 0.506586667 0.00012036 1186132.383
8 240 25.12 0.3 0.033 0.82896 0.00015170 1293962.6
9 260 27.21333333 0.3 0.033 0.89804 0.00012926 1401792.817
10 280 29.30666667 0.3 0.033 0.96712 0.00011146 1509623.033
11 300 31.4 0.3 0.033 1.0362 0.00009709 1617453.25
12 320 33.49333333 0.4 0.044 1.473706667 0.00011378 1725283.467
13 340 35.58666667 0.4 0.044 1.565813333 0.00010079 1833113.683
14 360 37.68 0.5 0.055 2.0724 0.00011237 1940943.9
15 380 39.77333333 0.6 0.066 2.62504 0.00012103 2048774.117
16 400 41.86666667 0.6 0.066 2.7632 0.00010923 2156604.333
Tabel A6. Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Turbin Tanpa Sekat
dengan Ketinggian Cairan 225 mm
Laju Laju Gaya Daya, Power Reynold
Penga Torque,
Putaran Putaran, ῳ ,F W Number Number
matan T (Nm-2)
(rpm) (rad/detik) (N) (watts) (Po) (Re)
1 100 10.46666667 0 0 0 0 188400
2 120 12.56 0 0 0 0 226080
3 140 14.65333333 0 0 0 0 263760
4 160 16.74666667 0 0 0 0 301440
5 180 18.84 0 0 0 0 339120
6 200 20.93333333 0 0 0 0 376800
7 220 23.02666667 0 0 0 0 414480
8 240 25.12 0 0 0 0 452160
9 260 27.21333333 0 0 0 0 489840
10 280 29.30666667 0 0 0 0 527520
11 300 31.4 0 0 0 0 565200
12 320 33.49333333 0 0 0 0 602880
13 340 35.58666667 0 0 0 0 640560
14 360 37.68 0 0 0 0 678240
15 380 39.77333333 0 0 0 0 715920
16 400 41.86666667 0 0 0 0 753600
Tabel A8. Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Turbin dengan Sekat
dengan Ketinggian Cairan 300 mm
Laju Laju Torque Power Reynold
Penga Gaya, Daya, W
Putara Putaran, ῳ ,T Number Number
matan F (N) (watts)
n (rpm) (rad/detik) (Nm-2) (Po) (Re)
1 100 10.46666667 0 0 0 0.00000000 188400
2 120 12.56 0 0 0 0.00000000 226080
3 140 14.65333333 0 0 0 0.00000000 263760
4 160 16.74666667 0 0 0 0.00000000 301440
5 180 18.84 0.1 0.011 0.20724 0.00124545 339120
6 200 20.93333333 0.2 0.022 0.460533333 0.00201762 376800
7 220 23.02666667 0.7 0.077 1.773053333 0.00583609 414480
8 240 25.12 1.4 0.154 3.86848 0.00980788 452160
9 260 27.21333333 1.8 0.198 5.38824 0.01074473 489840
10 280 29.30666667 1.8 0.198 5.80272 0.00926459 527520
11 300 31.4 1.8 0.198 6.2172 0.00807049 565200
12 320 33.49333333 1.8 0.198 6.63168 0.00709320 602880
13 340 35.58666667 1.8 0.198 7.04616 0.00628325 640560
14 360 37.68 1.8 0.198 7.46064 0.00560450 678240
15 380 39.77333333 1.8 0.198 7.87512 0.00503008 715920
16 400 41.86666667 1.8 0.198 8.2896 0.00453965 753600