Anda di halaman 1dari 41

ABSTRAK

Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan dari bahan


yang diaduk seperti molekul-molekul, zat-zat yang bergerak atau komponennya
menyebar (terdispersi). Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan pola-pola
aliran yang terjadi dalam tangki berpengaduk, menjelaskan pengaruh
penggunaan sekat dan tanpa sekat pada pola aliran yang ditimbulkan,
menghitung kebutuhan daya yang diperlukan untuk suatu operasi pencampuran
dan menentukan karakteristik daya pengaduk.Variabel yang digunakan dalam
praktikum ini adalah jenis pengaduk (propeller, paddle, dan turbin), tangki
berpenyekat dan tangki tanpa penyekat. Dari percobaan didapatkan hasil, pada
pengaduk paddle pola aliran yang dihasilkan adalah pola aliran radial
sedangkan pada pengaduk propeller pola aliran yang dihasilkan adalah pola
aliran aksial. Bilangan daya yang terbesar dihasilkan pada impeller didalam
tangki tanpa sekat yaitu 8,2896. Bilangan daya terkecil dihasilkan pada impeller
jenis propeller didalam tangki tanpa sekat dan bersekat yaitu 0. Sedangkan NRe
yang dihasilkan dari percobaan ini adalah besar dari 1 x 104, sehingga aliran
yang dihasilkan berupa aliran turbulen.

Kata kunci : Daya, impeller, pola aliran, tangki berpengaduk


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan


Tujuan dari praktikum ini adalah :
a. Dapat menjelaskan pola-pola aliran yang terjadi dalam tangki
berpengaduk.
b. Dapat menjelaskan pengaruh penggunaan sekat tau tanpa sekat pada pola
aliran yang ditimbulkan.
c. Dapat menghitung kebutuhan daya yang diperlukan untuk suatu operasi
pencampuran.
d. Dapat menentukan karakteristik daya pengaduk.

1.2. Landasan Teori


1.2.1. Pengadukan dan Pencampuran
Pengadukan (agitation) merupakan operasi yang menimbulkan gerakan
pada suatu bahan (fluida) di dalam sebuah tangki, dimana gerakannya membentuk
suatu pola sirkulasi (Mc Cabe, 1985). Fungsi utama operasi pengadukan adalah
sebagai sarana pencampuran, yang bertujuan untuk menyeragamkan suatu
campuran bahan. Fungsi lainnya adalah untuk menyelenggarakan reaksi,
mempercepat perpindahan panas, mempercepat perpindahan massa, serta
menyebarkan atau mendispersikan gas di dalam zat cair dalam bentuk gelembung-
gelembung kecil. Salah satu sistem pengadukkan yang banyak ditemui di industri
proses kimia adalah tangki berpengaduk, yang umumnya digunakan untuk
mengaduk fluida cair. Sistem ini terdiri dari suatu tangki penampung fluida,
pengaduk (impeller) yang terpasang pada batang pengaduk dan perangkat
penggerak (motor) yang mengubah pasokan energi luar menjadi gerakan batang
pengaduk.
Pengadukan berbeda dengan pencampuran. Tidak semua operasi
pengadukkan melibatkan pencampuran. Akan tetapi, proses pencampuran
biasanya melibatkan pengadukan. Pencampuran (mixing) merupakan suatu
peristiwa menyebarnya bahan-bahan secara acak, di mana bahan yang satu
menyebar ke dalam bahan yang lain dan sebaliknya (Mc Cabe, 1985). Sebelum
adanya pencampuran, bahan-bahan yang akan dicampur terpisah dalam satu fasa
atau lebih. Misalnya, Carboxy Methyl Celluloce (berfasa padat) yang dicampurkan
ke dalam air (berfasa cair) di dalam suatu bejana. Pada proses pencampuran,
pengadukkan dilakukan untuk menyeragamkan suatu campuran dengan cepat dan
meningkatkan transfer momentum antar partikel pada fluida yang diaduk. Dengan
pengadukan maka akan mempercepat tercapainya campuran homogen pada proses
pencampuran.

1.2.2. Fenomena Pengadukan dan Pencampuran


Seringkali terjadi kesalahpahaman tentang pengadukan dan pencampuran.
Sebenarnya pengadukan (agitation) menunjukkan gerakan pada suatu bahan di
dalam bejana, dimana gerakan itu mempunyai pola sirkulasi tertentu. Sedangkan
pencampuran (mixing) ialah peristiwa menyebarnya bahan-bahan secara acak,
dimana bahan yang satu menyebar ke bahan lainnya, sebelum bahan tersebut
terpisah dalam dua atau lebih fase (Geankoplis,1993).

1.2.3. Tujuan Operasi Pengadukan.


Pengadukan zat cair dilakukan untuk berbagai maksud, antara lain :
1. Untuk membuat suspensi partikel zat padat.
2. Untuk meramu zat cair yang mampu campur (miscible), seperti metal
alcohol-air.
3. Untuk menyebarkan (disperse) gas di dalam zat cair, dalam bentuk
gelembung-gelembung kecil.
4. Untuk menyebarkan zat cair yang tidak dapat bercampur dengan zat cair
lain sehingga membentuk emulsi atau suspense butiran-butiran halus.
5. Untuk mempercepat perpindahan kalor anatara zat cair dengan kumparan
atau mantel pemanas kalor.
Pencampuran diartikan sebagai suatu proses menghimpun dan
membaurkan bahan-bahan. Proses utama pada pencampuran adalah penyisipan
antar partikel jenis yang satu di antara partikel jenis yang lain. Dalam hal ini
diperlukan gaya mekanik untuk menggerakkan alat pencampur supaya
pencampuran dapat berlangsung dengan baik. Proses pencampuran bisa dilakukan
dalam sebuah tangki berpengaduk.
Aplikasi pengadukan dan pencampuran bisa ditemukan dalam rentang
yang luas, diantaranya dalam proses suspensi padatan, dispersi gas-cair, cair-cair
maupun padat-cair, kristalisasi, perpindahan panas dan reaksi kimia.

1.2.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Proses pengadukan dan


pencampuran
Proses pengadukan dan pencampuran dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah
a. Perbandingan antara geometri tangki dengan geometri pengaduk.
b. Bentuk dan jumlah pengaduk.
c. Posisi sumbu pengaduk.
d. Kecepatan putaran pengaduk.
e. Penggunaan sekat dalam tangki dan juga properti fisik fluida yang diaduk
yaitu densitas dan viskositas.
Oleh karena itu, perlu tersedia seperangkat alat tangki berpengaduk yang
bisa digunakan untuk mempelajari operasi dari pengadukan dan pencampuran
tersebut.
Pencampuran terjadi pada tiga tingkatan yang berbeda yaitu :
a. Mekanisme konvektif : pencampuran yang disebabkan aliran cairan secara
keseluruhan (bulk flow).
b. Eddy diffusion : pencampuran karena adanya gumpalan - gumpalan fluida
yang terbentuk dan terhamburkan dalam medan aliran.
c. Diffusion : pencampuran karena gerakan molekuler.
Ketiga mekanisme terjadi secara bersama-sama, tetapi yang paling
menentukan adalah eddy diffusion. Mekanisme ini membedakan pencampuran
dalam keadaan turbulen dengan pencampuran dalam medan aliran laminer. Sifat
fisik fluida yang berpengaruh pada proses pengadukan
adalah densitas dan viskositas.
Secara khusus, proses pengadukan dan pencampuran digunakan untuk
mengatasi tiga jenis permasalahan utama, yaitu :
a. Untuk menghasilkan keseragaman statis ataupun dinamis pada sistem
multifase multikomponen.
b. Untuk memfasilitasi perpindahan massa atau energi diantara bagian-bagian
dari sistem yang tidak seragam.
c. Untuk menunjukkan perubahan fase pada sistem multikomponen dengan
atau tanpa perubahan komposisi.

a. Dimensi dan Geometri Tangki


Kapasitas tangki yang dibutuhkan untuk menampung fluida menjadi salah
satu pertimbangan dasar dalam perancangan dimensi tangki. Fluida dalam
kapasitas tertentu ditempatkan pada sebuah wadah dengan besarnya diameter
tangki sama dengan ketinggian fluida. Rancangan ini ditujukan untuk
mengoptimalkan kemampuan pengaduk untuk menggerakkan dan membuat pola
aliran fluida yang melingkupi seluruh bagian fluida dalam tangki.

Dimana:
V = Volume tangki silinder
π = 3,14 atau 22/7
D = Diameter tangki
t = Tinggi tangki
Persamaan (1) merupakan rumus dari volume sebuah tangki silinder.
Sehingga salah satu pertimbangan awal untuk merancang alat ini adalah dengan
mencari nilai dari diameter yang sama dengan tangki untuk kapasitas fluida yang
diinginkan dalam pengadukan dan pencampuran. Diameter tangki ditentukan
dengan persamaan (2). Tangki dengan diamter yang lebih kecil dibandingkan
ketingannya memiliki kecendrungan menambah jumlah pengaduk yang
digunakan.
Dimana:
D = Diameter tangki
V = Volume tangki silinder
π = 3,14 atau 22/7
dengan D = t
Rancangan dasar dimensi dari sebuah tangki berpengaduk dengan
perbandingan terhadap komponen-komponen yang menyusunnya ditunjukkan
pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Dimensi sebuah Tangki Berpengaduk


(Sumber: Tatterson,1991)

Dimana:
C = Tinggi Pengaduk Dari Dasar Tangki
D = Diameter Pengaduk
Dt = Diameter Tangki
H = Tinggi Fluida Dalam Tangki
J = Lebar Baffle
W = Lebar Pengaduk

Hubungan dari dimensi pada Gambar 1 adalah :


Gambar 1.2. Hubungan dari dimensi pada Gambar 1.1

(Sumber: Tatterson,1991)

Geometri dari tangki dirancang untuk menghindari terjadinya dead


zone yaitu daerah dimana fluida bisa digerakkan oleh aliran pengaduk. Geometri
dimana terjadinya dead zone biasanya berbentuk sudut ataupun lipatan dari
dinding-dindingnya.

b. Posisi Sumbu Pengaduk


Pada umumnya proses pengadukan dan pencampuran dilakukan dengan
menempatkan pengaduk pada pusat diameter tangki (Center). Posisi ini memiliki
pola aliran yang khas. Pada tangki tidak bersekat dengan pengaduk yang berputar
ditengah, energi sentrifugal yang bekerja pada fluida meningkatkan ketinggian
fluidapada dinding dan memperendah ketinggian fluida pada pusat putaran. Pola
ini biasa disebut dengan pusaran (vortex) dengan pusat pada sumbu pengaduk.
Pusaran ini akan menjadi semakin besar seiring dengan peningkatan kecepatan
putaran yang juga meningkatkan turbulensi dari fluida yang diaduk. Pada sebuah
proses dispersi gas-cair, terbentuknya pusaran tidak diinginkan. Hal ini
disebabkan pusaran tersebut bisa menghasilkan dispersi udara yang menghambat
dispersi gas ke cairan dan sebaliknya.
Gambar 1.3. Posisi Center dari sebuah Pengaduk yang menghasilkan Vortex
(Sumber: Tatterson,1991)

Salah satu upaya untuk menghilangkan pusaran ini adalah dengan


merubah posisi sumbu pengaduk. Posisi tersebut berupa posisi sumbu pengaduk
tetap tegak lurus namun berjarak dekat dengan dinding tangki (off center) dan
posisi sumbu berada pada arah diagonal (incline). Perubahan posisi ini menjadi
salah satu variasi dalam penelitian yang dilakukan.

c. Sekat dalam Tangki


Sekat (Baffle) adalah lembaran vertikal datar yang ditempelkan pada
dinding tangki. Tujuan utama menggunakan sekat dalam tangki adalah memecah
terjadinya pusaran saat terjadinya pengadukan dan pencampuran. Oleh karena itu,
posisi sumbu pengaduk pada tangki bersekat berada di tengah. Namun, pada
umumnya pemakaian sekat akan menambah beban pengadukan yang berakibat
pada bertambahnya kebutuhan daya pengadukan. Sekat pada tangki juga
membentuk distribusi konsentrasi yang lebih baik di dalam tangki, karena pola
aliran yang terjadi terpecah menjadi empat bagian. Penggunaan ukuran sekat yang
lebih besar mampu menghasilkan pencampuran yang lebih baik.
Gambar 1.4. Pemasangan Baffle diharapkan mampu meningkatkan kualitas
pencampuran
(Sumber: Tatterson,1991)

Pada saat menggunakan empat sekat vertikal seperti pada gambar 4 biasa
menghasilkan pola putaran yang sama dalam tangki. Lebar sekat yang digunakan
sebaiknya berukuran 1/12 diameter tangki.

d. Pengaduk
Pengaduk berfungsi untuk menggerakkan bahan didalam bejana pengaduk
yang digunakan. Alat pengaduk ini biasanya terdiri atas sumbu pengaduk dan sirip
pengaduk yang dirangkai menjadi satu kesatuan. Alat pengaduk dibuat dan
didesain sesuai dengan keperluan pengadukan. Jenis pengaduk harus disesuaikan
dengan faktor berikut ini, yaitu :
a. Jenis dan ukuran pengaduk
b. Jenis bejana pengaduk
c. Jenis dan jumlah bahan yang dicampur
Pemilihan alat pengaduk dari sejumlah besar alat pengaduk yang ada
hanya dapat dilakukan melalui percobaan dan pengalaman. Untuk masalah
pencampuran yang tertentu dari bahan campur dan bejana pengaduk tertentu,
pengaduk yang optimal biasanya hanya dapat dipilih melalui pengalaman saja
Pemilihan pengaduk yang tepat menjadi salah satu faktor penting dalam
menghasilkan proses dan pencampuran yang efektif. Pengaduk jenis baling-baling
(propeller) dengan aliran aksial dan pengaduk jenis turbin dengan aliran radial
menjadi pilihan yang lazim dalam pengadukan dan pencampuran (Kurniawan,
2011).

 Jenis-jenis Pengaduk
Secara umum, terdapat tiga jenis pengaduk yang biasa digunakan secara umum,
yaitu pengaduk baling – baling (propeller), pengaduk turbin (turbine), pengaduk
dayung (paddle) dan pengaduk helical ribbon.
1) Pengaduk jenis baling-baling (propeller)
Ada beberapa jenis pengaduk yang biasa digunakan. Salah satunya adalah
baling-baling berdaun tiga.

Gambar 1.5. Pengaduk jenis Baling-baling (a), Daun Dipertajam (b), Baling-
baling kapal (c)
(Sumber: Tatterson,1991)

Pengaduk ini terdiri atas sebuah propeller yang mirip dengan baling-baling
pendorong kapal dengan dua atau tiga daun yang dipasang miring. Biasanya
alat pengaduk propeler dibuat dalam dua bagian dan berputar dengan cepat.
Pengaduk propeler digunakan untuk mengaduk bahan dengan viskositas rendah
(pada viskositas yang tinggi, biasanya bahan tidak dapat digerakkan oleh
propeler) pada kecepatan berkisar antara 400 hingga 1750 rpm (revolutions per
minute).
2) Pengaduk Turbin
Pengaduk turbin adalah pengaduk dayung yang memiliki banyak daun
pengaduk dan berukuran lebih pendek, digunakan pada kecepatan tinggi untuk
cairan dengan rentang kekentalan yang sangat luas. Diameter dari sebuah
turbin biasanya antara 30 - 50% dari diamter tangki. Turbin biasanya memiliki
empat atau enam daun pengaduk. Turbin dengan daun yang datar memberikan
aliran yang radial. Jenis ini juga berguna untuk dispersi gas yang baik, gas akan
dialirkan dari bagian bawah pengadukdan akan menuju ke bagian daun
pengaduk lalu tepotong-potong menjadi gelembung gas.

Gambar 1.6. Pengaduk Turbin pada bagian variasi

(Sumber: Tatterson,1991)

Pada turbin dengan daun yang dibuat miring sebesar 45o, seperti yang
terlihat pada Gambar1.7, beberapa aliran aksial akan terbentuk sehingga
sebuah kombinasi dari aliran aksial dan radial akan terbentuk. Jenis ini
berguna dalam suspensi padatan kerena aliran langsung ke bawah dan akan
menyapu padatan ke atas. Terkadang sebuah turbin dengan hanya empat daun
miring digunakan dalam suspensi padat. Pengaduk dengan aliran aksial
menghasilkan pergerakan fluida yang lebih besar dan pencampuran per satuan
daya dan sangat berguna dalam suspensi padatan.

Gambar 1.7. Pengaduk Turbin Baling-baling


(Sumber: Tatterson,1991)
3) Pengaduk Dayung (Paddle)/Alat Pengaduk Jangkar
Berbagai jenis pengaduk dayung biasanya digunakan pada kesepatan
rendah diantaranya 20 hingga 200 rpm. Dayung datar berdaun dua atau empat
biasa digunakan dalam sebuah proses pengadukan. Panjang total dari
pengadukan dayung biasanya 60 - 80% dari diameter tangki dan lebar dari
daunnya 1/6 - 1/10 dari panjangnya.

Gambar 1.8. Pengaduk Jenis Dayung (Paddle) berdaun dua


(Sumber: Tatterson,1991)

Pengaduk dayung menjadi tidak efektif untuk suspensi padatan,


karena aliran radial bisa terbentuk namun aliran aksial dan vertikal menjadi
kecil. Sebuah dayung jangkar atau pagar, yang terlihat pada Gambar 1.8 biasa
digunakan dalam pengadukan. Jenis ini menyapu dan mengeruk dinding
tangki dan kadang-kadang bagian bawah tangki. Jenis ini digunakan pada
cairan kental dimana endapan pada dinding dapat terbentuk dan juga
digunakan untuk meningkatkan transfer panas dari dan ke dinding tangki.
Bagaimanapun jenis ini adalah pencampuran yang buruk. Pengaduk dayung
sering digunakan untuk proses pembuatan pasn kanji, cat, bahan perekat dan
kosmetik.

4) Pengaduk Helical-Ribbon
Jenis pengaduk ini digunakan pada larutan pada kekentalan yang
tinggi dan beroperasi pada rpm yang rendah pada bagian laminer. Ribbon
(bentuk seperti pita) dibentuk dalam sebuah bagian helical (bentuknya seperti
baling-balling helicopter dan ditempelkan ke pusat sumbu pengaduk). Cairan
bergerak dalam sebuah bagian aliran berliku-liku pada bagiam bawah dan
naik ke bagian atas pengaduk.

Gambar 1.9. Pengaduk Jenis (a), (b) & (c) Hellical-Ribbon, (d) Semi-Spiral
(Sumber: Tatterson,1991)

e. Kecepatan Pengaduk
Salah satu variasi dasar dalam proses pengadukan dan pencampuran
adalah kecepatan putaran pengaduk yang digunakan. Variasi kecepatan putaran
pengaduk bisa memberikan gambaran mengenai pola aliran yang dihasilkan dan
daya listrik yang dibutuhkan dalam proses pengadukan dan pencampuran. Secara
umum klasifikasi kecepatan putaran pengaduk dibagi tiga, yaitu : kecepatan
putaran rendah, sedang dan tinggi.
1) Kecepatan Putaran Rendah
Kecepatan rendan yang digunakan berkisar pada kecepatan 400 rpm.
Pengadukan dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk minyak kental,
lumpur dimana terdapat serat atau pada cairan yang dapat menimbulkan busa.
Jenis pengaduk ini meghasilkan pergerakan batch yang empurna dengan sebuah
permukaan fluida yang datar untuk menjaga temperatur atau mencampur
larutan dengan viskositas dan gravitasi spesifik yang sama.

2) Kecepatan Putaran Sedang


Kecepatan sedang yang digunakan berkisar pada kecepatan 1150 rpm.
Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk larutan sirup kental
dan minyak pernis. Jenis ini paling sering digunakan untuk meriakkan
permukaan pada viskositas yang rendah, mengurangi waktu pencampuan,
mencampuran larutan dengan viskositas yang berbeda dan bertujuan untuk
memanaskan atau mendinginkan.

3) Kecepatan Putaran Tinggi


Kecepatan tinggi yang digunakan berkisar pada kecepatan 1750 rpm.
Pengaduk dengan kecepatan ini umumnya digunakan untuk fluida dengan
viskositas rendah misalnya air. Tingkat pengadukan ini menghasilkan
permukaan yang cekung pada viskositas yang rendah dan dibutuhkan ketika
waktu pencampuran sangat lama atau perbedaan viskositas sangat besar.

f. Jumlah Pengaduk
Penambahan jumlah pengaduk yang digunakan pada dasarnya untuk tetap
menjaga efektifitas pengadukan pada kondisi yang berubah. Ketinggian fluida
yang lebih besar dari diameter tangki, disertai dengan viskositas fluida yang lebih
besar dann diameter pengaduk yang lebih kecil dari dimensi yang biasa
digunakan, merupakan kondisi dimana pengaduk yang digunakan lebih dari satu
buah, dengan jarak antar pengaduk sama dengan jarak pengaduk paling bawah ke
dasar tangki. Penjelasan mengenai kondisi pengadukan dimana lebih dari satu
pengaduk yang digunakan dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Kondisi untuk Pemilihan Pengaduk
Satu Pengaduk Dua Pengaduk
Fluida dengan viskositas rendah Fluida dengan Viskositas sedang dan
tinggi
Pengaduk menyapu dasar tangki Pengaduk pada tangki yang dalam
Kecepatan balik aliran yang tinggi Gaya gesek aliran besar
Ketinggian permukaan cairan yang Ukuran mouting nozzle yang minimal
bervariasi
Sumber : Kurniawan, 2011

g. Pemilihan Pengaduk
Viskositas dari cairan adalah salah satu dari beberapa faktor yang
mempengaruhi pemilihan jenis pengaduk. Indikasi dari rentang viskositas pada
setiap jenis pengaduk adalah : (Walas,1988)
1) Pengaduk jenis baling-baling digunakan untuk viskositas fluida di bawah
Pa.s (3000 cP).
2) Pengaduk jenis turbin bisa digunakan untuk viskositas di bawah 100 Pa.s
(100.000 cp).
3) Pengaduk jenis dayung yang dimodifikasi seperti pengaduk jangkar bisa
digunakan untuk viskositas antara 50 - 500 Pa.s (500.000 cP).
4) Pengaduk jenis pita melingkar biasa digunakan untuk viskositas di atas
1000 Pa.s dan telah digunakan hingga viskositas 25.000 Pa.s. Untuk
viskositas lebih dari 2,5 - 5 Pa.s (5000 cP) dan diatasnya, sekat tidak
diperlukan karena hanya terjadi pusaran kecil.

1.2.4. Pola Arus Dalam Bejana Aduk

Meningkatkan kecepatan pengaduk akan menghasilkan pola aliran yang


sangat turbulen. Akibatnya terjadi arus putar (vortex) yang dapat mencapai sumbu
pengaduk. Beberapa cara untuk mencegah terjadinya vortex dalam proses
pengadukan antara lain: (Walas,1988)

1. Tidak memasang pengaduk di tengah tangki (off center). Poros pengaduk


digeser dari pusat tangki kemudian dimiringkan secara tegak lurus
terhadap pergeseran itu. Digunakan untuk tangki berukuran kecil.
2. Untuk tangki yang berukuran besar. Pengaduk dipasang pada sisi tangki
dengan poros pada bidang horizontal.
3. Memasang beberapa sekat secara vertikal terhadap dinding tangki.
(a) (b) (c) (d)

Gambar 1.10. Pola alir pengadukan. (a) Axial atau radial pada tangki tidak
bersekat. (b) Posisi off-center untuk menghindari terjadinya vortex. (c) Axial
pada tangki bersekat. (d) Radial pada tangki bersekat.
(Sumber: Walas,1988).

1.2.5. Parameter Hidrodinamika dalam Tangki Berpengaduk


Hidrodinamika fluida yang terjadi dalam tangki berpengaduk dapat
diturunkan dalam suatu korelasi empiris antara bilangan Reynolds, Power, dan
Fraude (Mc. Cabe et al, 1985).
1. Bilangan Reynold
Bilangan Reynolds merupakan bilangan tidak berdimensi yang
menyatakan perbandingan antara gaya inersia dan gaya viskos. Persamaan untuk
menghitung bilangan Reynolds seperti ditunjukkan pada persamaan (1) sebagai
berikut :

  N  Da2
N Re  .............................................................................(1)

Dimana:
NRe = bilangan Reynolds
ρ = densitas fluida (kg/m3)
N = kecepatan pengaduk (rad/s)
Da = diameter pengaduk (m)
μ = viskositas fluida (kg/m.s)

Bilangan Reynolds mengklasifikasikan karakteristik sirkulasi dalam proses


pengadukan didalam tangki menjadi 3 (Brodkey and Hershey,1998), yaitu:

1. Laminar
Rezim laminar dalam pengadukan mempunyai bilangan Reynolds yang
nilainya kurang dari 10.
2. Transisi
Rezim transisi memiliki bilangan Reynolds mulai dari 10 hingga 10.000
bergantung pada pengaduk yang digunakan.
3. Turbulen
Rezim turbulen pada tangki memiliki bilangan Reynoldslebih dari 10.000.
Pada sistem tanpa sekat daerah turbulen ditandai dengan terjadinya
vortex di sekitar pengaduk.
2. Bilangan Power
Bilangan tak berdimensi lainnya adalah bilangan daya. Persamaan yang
digunakan untuk menghitung bilangan daya seperti yang ditampilkan oleh
persamaan (2) sebagai berikut (Brodkey and Hershey,1998) :
p
NPo 
  N 3  Da5 ..................................................................................(2)

Dimana:
NPo = bilangan daya
ρ = densitas fluida (kg/m3)
N = kecepatan pengaduk (rad/s)
Da = diameter pengaduk (m)
P = daya (watt)

Pada sistem bersekat, bilangan daya sangat bergantung pada bilangan


Reynolds. Namun pada saat bilangan Reynolds mencapai nilai besar dari 104
(aliran turbulen). Bilangan daya akan konstan dan tidak lagi bergantung pada
bilangan Reynolds.
Bilangan Reynolds dan bilangan daya diperlukan untuk membuat kurva
karakteristik pengadukan. Skala yang dipakai pada kurva ini adalah skala
logaritmik. Kurva karakteristik pengadukan merupakan suatu kurva yang
menyatakan hubungan antara bilangan daya dan bilangan Reynolds. Bilangan
daya berada pada sumbu y dan bilangan Reynolds berada pada sumbu x.
3. Bilangan Fraude
Bilangan tak berdimensi ini menunjukkan perbandingan antara gaya
inersia dengan gaya gravitasi. Bilangan Fraude dapat dihitung dengan persamaan
berikut (Brodkey and Hershey,1998) :

dimana :
Fr = Bilangan Fraude
N = Kecepatan Putaran Pengaduk
D = Diameter Pengaduk
g = Percepatan Gravitasi
Bilangan Fraude bukan merupakan variabel yang signifikan. Bilangan ini
hanya diperhitungkan pada sistem pengadukan dalam tangki tidak bersekat. Pada
sistem ini permukaan cairan dalam tangki akan dipengaruhi gravitasi, sehingga
membentuk pusaran (vortex). Vorteks menunjukkan keseimbangan antara gaya
gravitasi dengan gaya inersia.

1.2.6. Kurva Karakteristik


Kurva karakteristik merupakan suatu kurva yang menyatakan hubungan
antara bilangan Reynold terhadap bilangan daya. Dengan menggunakan kurva
karakteristik, kita dapat menentukan besarnya daya yang diperlukan pada bilangan
Reynold tertentu. Hal ini sangat membantu, karena sulit untuk menentukan jumlah
daya yang diperlukan impeller pada pengadukan skala industri.
Kurva karakteristik pengadukan dibentuk dengan menggunakan skala
logaritmik dari komponen absis maupun ordinatnya. Kurva tersebut memiliki
kemiringan (gradien) yang negatif. Artinya, menunjukkan adanya hubungan yang
berbanding terbalik antara komponen absis dan komponen ordinatnya, yakni
bilangan Reynold dan bilangan Daya. Contoh bentuk kurva karakteristik untuk
tangki bersekat berpengaduk jenis six-blade turbin dapat dilihat pada Gambar 1.11
(Brodkey and Hershey,1998).

Gambar 1.11. Kurva karakteristik untuk pengaduk tipe six-blade turbine pada
tangki bersekat
(Sumber: Brodkey and Hershey, 1998)
Dari Gambar 1.11. tampak digunakan pengaduk jenis turbin dengan
perbandingan W (lebar) dengan D (diameter) yang berbeda, yaitu 1/5 dan 1/8.
Selain itu, bentuk blade pada masing-masing turbin juga berbeda. Hal itu
mempengaruhi bilangan daya yang diperlukan untuk pengadukan.

1.2.7. Densitas dan Viskositas Fluida


Untuk menentukan bilangan Reynolds dan bilangan daya diperlukan data
densitas dan viskositas dari fluida yang diaduk. Densitas merupakan sifat fisis dari
fluida yang menyatakan banyaknya massa per satuan volume dan viskositas
adalah sifat fisis yang menyatakan ketahanan fluida terhadap gerakan alirannya.
Pengukuran densitas dilakukan dengan menggunakan piknometer. Prinsip
kerja piknometer dalam menentukan densitas suatu fluida adalah dengan
menghitung massa fluida per volume piknometer. Untuk menentukan densitas
fluida dapat dilihat pada persamaan (4) sebagai berikut :
m1  m0
 ........................................................................................... (4)
V

Dimana :
m1 = massa piknometer berisi fluida (gr)
m0 = massa piknometer kosong (gr)
V = volume (cm3)
Ρ = densitas fluida (gr/cm3)

Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan viskometer. Jenis


viskometer yang dapat digunakan antara lain (Bird, 1993):

1. Viskometer kapiler
Prinsip kerja viskometer kapiler adalah menghitung waktu yang
diperlukan oleh fluida yang mengalir melalui pipa kapiler untuk menempuh
ketinggian tertentu.

2. Viskometer bola jatuh


Pada viskometer jenis ini, suatu benda berbentuk bola dijatuhkan di
dalam tabung yang berisi fluida yang akan diukur viskositasnya. Prinsip
kerjanya ialah menghitung waktu yang diperlukan oleh bola untuk mengalir
menempuh jarak tertentu di dalam tabung yang berisi fluida. Viskositas fluida
(µ) dapat ditentukan melalui persamaan (5) berikut :

2 r2
 g (k   f ) ............................................................ (5)
9 v
Dimana :
r = jari-jari kelereng (m)
v = kecepatan jatuh kelereng (m/s)
µ = viskositas fluida (kg/m.s)
g = kecepatan gravitasi (m/s2)
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Bahan
1. Fluida : Air
2. Potongan-potongan kertas merah
2.2 Alat
1. Satu unit tangki berpengaduk
2. Impeller : propeller, paddle dan turbin
3. Sekat

Gambar 2.1. Rangkaian Alat Percobaan Tangki Berpengaduk

2.3 Prosedur Percobaan


2.3.1 Penentuan Pola Aliran Fliuda
1. Tangki diisi dengan air hingga ketinggian 30 cm dari dasar tangki.
2. Pengaduk dipasang pada posisi yang tersedia pada batang poros
tangki pengaduk.
3. Motor pengaduk dihidupkan.
4. Kecepatan putar motor diatur dengan penambahan kecepatan yang
tidek terlalu besar (sekitar 25 rpm).
5. Gerakan fluida (air) di dalam tangki diamati, sampai terlihat
pusaran air yang membentuk vorteks pada permukaan air.
6. Sejumlah potongan kertas ditambahkan (dimasukkan) ke dalam
tangki.
7. Pola aliran yang terbentuk diamati dan digambar.
2.3.2 Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk
1. Tangki diisi dengan fluida air hingga ketinggian 30 cm dari dasar
tangki.
2. Pengaduk yang telah ditentukan, dipasang pada posisi yang
tersedia.
3. Klem penyetel neraca pegas dikendorkan sehingga memungkinkan
dynamometer dapat bebas bergerak.
4. Posisi kedudukan dinamometer diatur pada posisi netral. Jika
dianggap perlu, bar setting dapat dipakai untuk mengatur tegangan
pegas.
5. Panjang tali (pada pegas) diatur sehingga posisi
indicator/penunjuk garis dengan tanda (garis putih) dan selubung
pegas pada posisi netral.
6. Laju putaran motor diatur, dengan memutar pengatur kecepatan
motor pada panel kendali, dengan kenaikan yang tetap.
7. Catat perubahan daya setiap kenaikan putaran.
8. Ulangi prosedur untuk jenis pengduk yang lain atau yang telah
ditentukan.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Data dan Hasil Praktikum


3.1.1 Data Praktikum
1. Tangki
Diameter tangki = 28,5 cm
Tinggi tangki = 42.3 cm
2. Impeller
a. Paddle
Jumlah daun : 2 buah
Diameter : 0,203 m
Panjang daun pengaduk : 0,061 m
Lebar daun pengaduk : 0,02 m
b. Turbin
Jumlah daun : 8 buah

Diameter : 0,12 m
c. Propeller
Jumlah daun : 3 buah

Diameter : 0,07 m

3.1.2 Hasil Praktikum

Hasil pengolahan data dan grafik selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
perhitungan.

3.2. Penentuan Pola Aliran


Pola aliran merupakan bentuk aliran yang dihasilkan dari proses
pengadukan. Bentuk aliran yang dihasilkan berbeda-beda, tergantung pada jenis
pengaduk yang digunakan serta dipengaruhi oleh ada atau tidaknya penggunaan
sekat pada tangki berpengaduk.
Jenis Sketsa Pola Aliran
Gambar Impeller
Impeller Tanpa sekat Bersekat

Turbin
Paddle A

Propelle
r

Gambar 3.1 Jenis Pola Aliran Berdasarkan Jenis Impeller


Pola yang dihasilkan oleh impeler jenis turbin baik yang bersekat maupun
tidak bersekat yaitu radial tangensial, namun pada tangki tidak bersekat terjadi
vorteks. Pola aliran yang dihasilkan pada pengaduk jenis propeller dalam tangki
berpengaduk dengan menggunakan sekat adalah aksial, sedangkan tanpa sekat
membentuk pola aksial walaupun agak acak dan membentuk vorteks. Sedangkan
pada pengaduk jenis paddle, baik tanpa sekat maupun bersekat berbentuk aliran
radial. Pada tangki tanpa sekat selalu menghasilkan vortex karena sekat berfungsi
memecah terjadinya pusaran. Ini sesuai dengan teori bahwa jenis impeller paddle
dan turbin menghasilkan pola radial sedangkan pada propeller pola yang
terbentuk adalah aksial.
3.3. Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk
Daya pengaduk merupakan kebutuhan energi yang diperlukan untuk
menggerakan satu set alat pengaduk dalam suatu operasi pencampuran sampai
terlihat pola aliran yang terbentuk. Pada penentuan daya dan karakteristk
pengadukan digunakan dua jenis impeller yang berbeda, yaitu impeller jenis
turbin dan paddle. Penentuan daya difariasikan dengan menggunakan tangki
bersekat dan tidak bersekat dengan laju alir 100 sampai 400 rpm dan ketinggian
fluida dalam tangki 300 dan 225 mm. fluida yang digunakan adalah air.
3.3.1 Hubungan antara Kecepatan Pengaduk dengan Daya yang
Dibutuhkan
Pecobaan dilakukan dengan mengoperasikan tangki berpengaduk dengan
menggunakan dua jenis impeller yang berbeda, yaitu impeller jenis turbin dan
impeller jenis paddle. Impeller difariasikan dengan tangki yang menggunakan
sekat dan tanpa penggunaan sekat. Untuk masing-masing pengaduk diukur gaya
yang dibutuhkan pada kecepatan putaran yang difariasikan. Grafik hubungan
antara kecepatan pengadukan dan daya yang dibutuhkan dapat dilihat pada
gambar 3.2, 3.3, 3.4 dan 3.5.

Gambar 3.2. Kurva Kecepatan Putaran Pengaduk Vs Daya pada Impeller Paddle
dengan ketinggian Air 300 mm
Gambar 3.3. Kurva Kecepatan Putaran Pengaduk Vs Daya pada Impeller Paddle
pada ketinggian Air 225 mm

Berdasarkan gambar 3.2 dan 3.3, dapat dilihat bahwa antara kecepatan pengaduk
dan daya dari tipe pengaduk jenis paddle terjadi kenaikan. Pada tangki bersekat
mengalami kenaikan pada daya dan juga kecepatan pengadukan, sedangkan pada
tangki tanpa sekat mengalami kenaikan yang tidak signifikan seperti tangki yang
pakai sekat. Sehingga terlihat bahwa penggunaan sekat memperbesar daya yang
dibutuhkan untuk mengaduk fluida.
Gambar 3.4. Kurva Kecepatan Putaran Pengaduk Vs Daya Impeller Turbin pada
Ketinggian Air 300 mm

Gambar 3.5. Kurva Kecepatan Putaran Pengaduk Vs Daya Impeller


Turbin pada Ketinggian Air 225 mm
Berdasarkan Gambar 3.4 dan 3.5, kecepatan pengaduk dan daya dari tipe
pengaduk jenis paddle terjadi kenaikan. Semakin tinggi nilai kecepatan pengaduk,
maka semakin tinggi pula nilai daya dari masing-masing pengaduk. Adanya sekat
membutuhkan daya yang lebih besar dibandingkan dengan tanpa sekat. Sedangkat
pada tinggi air 225 mm daya pada tangki bersekat daya yang dihasilkan adalah
nol.

Dari Gambar 3.2, 3.3, 3.4 dan 3.5, dapat dilihat bahwa tangki yang
menggunakan sekat, nilai bilangan daya (power)-nya lebih besar dibandingkan
dengan tangki tanpa sekat. Besarnya bilangan daya (power) disebabkan karena
pada tangki bersekat, daya yang digunakan lebih besar dan dipengaruhi oleh daun
sekat sehingga memperlambat pengadukan (Geankoplis, 1993).

3.3.2 Hubungan antara NPo dengan NRe untuk Tipe Pengaduk Propeller,
Paddle dan Tangki dalam Tangki Tanpa Bersekat dan Bersekat

Impeller
Paddle

Gambar 3.8 Kurva NPo vs NRe untuk Impeller Paddle pada ketinggian air 300
mm
Impeller
Paddle

Gambar 3.9 Kurva NPo vs NRe untuk Impeller Paddle pada ketinggian air 225
mm

Impeller
Turbin

Gambar 3.10 Kurva NPo vs NRe untuk Impeller Turbin pada ketinggian
air 300 mm
Impeller
Turbin

Gambar 3.11 Kurva NPo vs NRe untuk Impeller Turbin pada ketinggian air 225
mm

Pada gambar 3.8, 3.9, 3.10 dan 3.11, disajikan hubungan antara bilangan
daya (NPo) dengan bilangan reynold (NRe) pada tangki tanpa sekat dan tangki
bersekat. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa bilangan daya akan semakin
besar jika bilangan Reynold semakin besar pada jenis impeller paddle dan turbin.
Bilangan Reynold yang didapat pada percobaan ini dapat menentukan jenis aliran
yang terjadi, yaitu aliran turbulen.

Peningkatan bilangan daya untuk impeller paddle dengan ketinggian air


300 mm pada tangki tanpa sekat terjadi pada bilangan daya 0.00008617 NPo dan
bilangan daya tertingginya adalah 0.00020227 NPo, sedangkan pada tangki
bersekat terjadi pada bilangan daya 0.00020227 NPo dan bilangan daya
tertingginya adalah 0.00136533 NPo. Peningkatan bilangan daya untuk impeller
paddle dengan ketinggian air 225 mm pada tangki tanpa sekat terjadi pada
bilangan daya 0.000899 NPo dan bilangan daya tertingginya adalah 0.0001517
NPo, sedangkan pada tangki bersekat terjadi pada bilangan daya 0.000148607
NPo dan bilangan daya tertingginya adalah 0.000809083 NPo. Peningkatan
bilangan daya untuk impeller turbin dengan ketinggian air 300 mm pada tangki
tanpa sekat terjadi pada bilangan daya 0.00044836 NPo dan bilangan daya
tertingginya adalah 0.000934084 NPo, sedangkan pada tangki bersekat terjadi
pada bilangan daya 0.00157627 NPo dan bilangan daya tertingginya adalah
0.01074473 NPo. Untuk impeller turbin dengan ketinggian air 225 mm pada
tangki tanpa sekat semua bilangan daya adalah 0, sedangkan pada tangki bersekat
peningkatan bilangan daya terjadi pada bilangan daya 0.00124545 NPo dan
bilangan daya tertingginya adalah 0.01074473 NPo.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan ini maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Adapun pola aliran yang terjadi pada tangki berpengaduk yaitu radial,
radial tangensial dan aksial. Pola aliran yang dibentuk oleh paddle baik
tanpa sekat maupun bersekat berbentuk aliran radial. Pola aliran yang
dibentuk oleh impeler jenis turbin baik yang bersekat maupun tidak
bersekat yaitu radial tangensial. Sedangkan pada pengaduk jenis propeler
tanpa sekat membentuk pola aksial.
2. Besarnya daya yang dibutuhkan pada sistem tangki tanpa sekat lebih besar
daripada sistem tangki bersekat. Pada impeler paddle tanpa sekat daya
yang dibutuhkan 400 rpm adalah 8.2896 watts sedangkan pada paddle
bersekat daya yang dibutuhkan pada 400 rpm adalah 4.6053. Pada impeler
turbin tanpa sekat daya yang dibutuhkan 400 rpm adalah 1.3816 watts
sedangkan pada turbin bersekat daya yang dibutuhkan pada 400 rpm
adalah 8.2896.
3. Hubungan antara laju putaran dengan bilangan Reynold (Re) adalah
berbanding lurus. Semakin besar nilai laju putaran maka semakin besar
pula bilangan reynoldnya.

4.2 Saran
1. Hati-hati memasang motor dengan tangki pengaduknya
2. Dalam mengamati gaya yang terbaca pada bar setting sebaiknya teliti.
DAFTAR PUSTAKA

Bird, Tony.1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia.


Brodkey, R.S. and H.C. Hersey. 1998. Transport Phenomena-A Unifield
Approach. McGraw-Hill Book Co. Inc. Singapore.
Geankoplis, C.J. 1993. Transport Process and Unit Operation. 3rd edition.
Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs. New Jersey.
Kurniawan, Rahmat. 2011. Pengadukan dan Pencampuran.
http://tekimku.blogspot.com/2011_08_21_archive.html. Diakses 24
Desember 2015.
Mc Cabe, W.L., J.C Smith and P. Harriot. 1985. Unit Operation of Chemical
Engineering. 5th edition. McGraw-Hill Book Co. Inc. New York.
Tatterson, G.B. 1991. Fluid Mixing And Gas Dispersion In Agitated Tanks.
Mcgraw-Hill. New York.
Winanti H, dkk. 2012. Teknik Pencampuran Bahan Padat-Cair Berbasis
Pengadukan Dalam Sediaan Farmasi.
http://tsffarmasiunsoed2012.wordpress.com/2012/05/23/teknikpencampu
ran-bahan-padat-cair-berbasis-pengadukan/. Diakses 24 Desember 2015.
Wallas, Stanley. 1988. Chemical Process Equipment, Selection and Desain.,
Butterworth-Heinneman. USA.
LAMPIRAN A
CONTOH PERHITUNGAN

A. Pengukuran Dimensi Alat


3. Tangki
Diameter tangki = 28,5 cm
Tinggi tangki = 42.3 cm

4. Impeller
d. Paddle
Jumlah daun : 2 buah
Diameter : 0,203 m
Panjang daun pengaduk : 0,061 m
Lebar daun pengaduk : 0,02 m
e. Turbin
Diameter : 0,12 m

B. Contoh Perhitungan Menentukan Karakteristik Daya Pengaduk

Misalkan pada paddle.

a) Laju Putaran, ω
rad
75 rpm = 75 2  3.14  s  7,85 rad
 60  rpm s

b) Torque, T (Nm)
T = Gaya (F)  0.11  0,6  0.11  0,066 Nm -2

c) Daya, P (Watt)
rad
P = T    0,066 Nm  7,85  0,5181Watt
-2

d) Bilangan Daya
0,5181watt
 1,261x10  4
P  3

N Po  =  kg  rad  5
N 3 D 5 1000 3   7,85    0,204 m  3 
 m  s  
 

e) Bilangan Reynold
kg  rad 
 0.204m
2
1000  7,85
 ND 2
m s 
N Re  =  233346,85
 kg
0,0014
m.s

Catatan : cara perhitungan setiap data dihitung dengan cara yang sama.

LAMPIRAN B
Tabel Karakteristik Daya Pengaduk
A. Pengadukan dengan Sumbu Pengaduk Tegak Lurus (On-center)
A.1 Paddle Tanpa Sekat
D = 0,203 m
ρ = 1000 kg/m3
μ = 0,0008 Kg/m.s
Tabel A1. Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Paddle Tanpa Sekat
dengan Ketinggian Cairan 300 mm
Laju
Pen Ga Torqu
Puta Laju Power Reynold
ga ya, e, T Daya, W
ran Putaran, ῳ Number Number
mat F (Nm- (watts)
(rp (rad/detik) (Po) (Re)
an (N) 2)
m)
1 100 10.46666667 0 0 0 0 539151.0833
2 120 12.56 0 0 0 0 646981.3
3 140 14.65333333 0 0 0 0 754811.5167
4 160 16.74666667 0 0 0 0 862641.7333
5 180 18.84 0 0 0 0 970471.95
6 200 20.93333333 0 0 0 0 1078302.167
7 220 23.02666667 0 0 0 0 1186132.383
8 240 25.12 0 0 0 0 1293962.6
9 260 27.21333333 0.2 0.022 0.598693333 0.00008617 1401792.817
10 280 29.30666667 0.3 0.033 0.96712 0.00011146 1509623.033
11 300 31.4 0.3 0.033 1.0362 0.00009709 1617453.25
12 320 33.49333333 0.4 0.044 1.473706667 0.00011378 1725283.467
13 340 35.58666667 0.8 0.088 3.131626667 0.00020157 1833113.683
14 360 37.68 0.9 0.099 3.73032 0.00020227 1940943.9
15 380 39.77333333 0.9 0.099 3.93756 0.00018154 2048774.117
16 400 41.86666667 1 0.11 4.605333333 0.00018204 2156604.333

Tabel A2. Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Paddle Tanpa Sekat
dengan Ketinggian Cairan 225 mm
Laju
Pen Ga Torqu
Puta Laju Power Reynold
ga ya, e, T Daya, W
ran Putaran, ῳ Number Number
mat F (Nm- (watts)
(rp (rad/detik) (Po) (Re)
an (N) 2)
m)
1 100 10.46666667 0 0 0 0.00000000 539151.0833
2 120 12.56 0 0 0 0.00000000 646981.3
3 140 14.65333333 0 0 0 0.00000000 754811.5167
4 160 16.74666667 0 0 0 0.00000000 862641.7333
5 180 18.84 0.1 0.011 0.20724 0.00008990 970471.95
6 200 20.93333333 0.1 0.011 0.230266667 0.00007282 1078302.167
7 220 23.02666667 0.2 0.022 0.506586667 0.00012036 1186132.383
8 240 25.12 0.3 0.033 0.82896 0.00015170 1293962.6
9 260 27.21333333 0.3 0.033 0.89804 0.00012926 1401792.817
10 280 29.30666667 0.3 0.033 0.96712 0.00011146 1509623.033
11 300 31.4 0.3 0.033 1.0362 0.00009709 1617453.25
12 320 33.49333333 0.4 0.044 1.473706667 0.00011378 1725283.467
13 340 35.58666667 0.4 0.044 1.565813333 0.00010079 1833113.683
14 360 37.68 0.5 0.055 2.0724 0.00011237 1940943.9
15 380 39.77333333 0.6 0.066 2.62504 0.00012103 2048774.117
16 400 41.86666667 0.6 0.066 2.7632 0.00010923 2156604.333

A.2 Paddle dengan Sekat


Tabel A3. Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Paddle dengan Sekat dengan
Ketinggian Cairan 300 mm
Pen Laju Ga Torqu
Laju Power Reynold
ga Putar ya, e, T Daya, W
Putaran, ῳ Number Number
mat an F (Nm- (watts)
(rad/detik) (Po) (Re)
an (rpm) (N) 2)
1 100 10.46666667 0 0 0 0 539151.0833
2 120 12.56 0.1 0.011 0.13816 0.00020227 646981.3
3 140 14.65333333 0.8 0.088 1.289493333 0.00118886 754811.5167
4 160 16.74666667 1.2 0.132 2.21056 0.00136533 862641.7333
5 180 18.84 1.4 0.154 2.90136 0.00125857 970471.95
6 200 20.93333333 1.6 0.176 3.684266667 0.00116508 1078302.167
7 220 23.02666667 1.7 0.187 4.305986667 0.00102306 1186132.383
8 240 25.12 1.8 0.198 4.97376 0.00091022 1293962.6
9 260 27.21333333 1.8 0.198 5.38824 0.00077557 1401792.817
10 280 29.30666667 1.8 0.198 5.80272 0.00066873 1509623.033
11 300 31.4 1.8 0.198 6.2172 0.00058254 1617453.25
12 320 33.49333333 1.8 0.198 6.63168 0.00051200 1725283.467
13 340 35.58666667 1.8 0.198 7.04616 0.00045353 1833113.683
14 360 37.68 1.8 0.198 7.46064 0.00040454 1940943.9
15 380 39.77333333 1.8 0.198 7.87512 0.00036308 2048774.117
16 400 41.86666667 1.8 0.198 8.2896 0.00032768 2156604.333
Tabel A4. Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Paddle dengan Sekat
dengan Ketinggian Cairan 225 mm
Laju
Pen Ga Torqu
Puta Laju Power Reynold
ga ya, e, T Daya, W
ran Putaran, ῳ Number Number
mat F (Nm- (watts)
(rp (rad/detik) (Po) (Re)
an (N) 2)
m)
1 100 10.46666667 0 0 0 0 539151.0833
2 120 12.56 0 0 0 0 646981.3
3 140 14.65333333 0.1 0.011 0.161186667 0.000148607 754811.5167
4 160 16.74666667 0.2 0.022 0.368426667 0.000227555 862641.7333
5 180 18.84 0.3 0.033 0.62172 0.000269694 970471.95
6 200 20.93333333 0.6 0.066 1.3816 0.000436905 1078302.167
7 220 23.02666667 1.2 0.132 3.03952 0.000722157 1186132.383
8 240 25.12 1.6 0.176 4.42112 0.000809083 1293962.6
9 260 27.21333333 1.8 0.198 5.38824 0.000775571 1401792.817
10 280 29.30666667 1.8 0.198 5.80272 0.000668732 1509623.033
11 300 31.4 1.8 0.198 6.2172 0.00058254 1617453.25
12 320 33.49333333 1.8 0.198 6.63168 0.000511998 1725283.467
13 340 35.58666667 1.8 0.198 7.04616 0.000453535 1833113.683
14 360 37.68 1.8 0.198 7.46064 0.000404542 1940943.9
15 380 39.77333333 1.8 0.198 7.87512 0.000363079 2048774.117
16 400 41.86666667 1.8 0.198 8.2896 0.000327679 2156604.333

A.3 Turbin tanpa Sekat diameter 0,12 m


Tabel A5. Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Turbin Tanpa Sekat
dengan Ketinggian Cairan 300 mm
Laju
Pen Ga
Puta Laju Torqu Power Reynold
ga ya, Daya, W
ran Putaran, ῳ e, T Number Number
mat F (watts)
(rp (rad/detik) (Nm-2) (Po) (Re)
an (N)
m)
1 100 10.46666667 0 0 0 0 188,400
2 120 12.56 0 0 0 0 226,080
3 140 14.65333333 0 0 0 0 263,760
4 160 16.74666667 0 0 0 0 301,440
5 180 18.84 0 0 0 0 339,120
6 200 20.93333333 0 0 0 0 376,800
7 220 23.02666667 0 0 0 0 414,480
8 240 25.12 0 0 0 0 452,160
9 260 27.21333333 0 0 0 0 489,840
10 280 29.30666667 0 0 0 0 527,520
11 300 31.4 0.1 0.011 0.3454 0.00044836 565,200
12 320 33.49333333 0.1 0.011 0.368426667 0.000394067 602,880
13 340 35.58666667 0.2 0.022 0.782906667 0.000698139 640,560
14 360 37.68 0.3 0.033 1.24344 0.000934084 678,240
15 380 39.77333333 0.3 0.033 1.31252 0.000838347 715,920
16 400 41.86666667 0.3 0.033 1.3816 0.000756608 753,600

Tabel A6. Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Turbin Tanpa Sekat
dengan Ketinggian Cairan 225 mm
Laju Laju Gaya Daya, Power Reynold
Penga Torque,
Putaran Putaran, ῳ ,F W Number Number
matan T (Nm-2)
(rpm) (rad/detik) (N) (watts) (Po) (Re)
1 100 10.46666667 0 0 0 0 188400
2 120 12.56 0 0 0 0 226080
3 140 14.65333333 0 0 0 0 263760
4 160 16.74666667 0 0 0 0 301440
5 180 18.84 0 0 0 0 339120
6 200 20.93333333 0 0 0 0 376800
7 220 23.02666667 0 0 0 0 414480
8 240 25.12 0 0 0 0 452160
9 260 27.21333333 0 0 0 0 489840
10 280 29.30666667 0 0 0 0 527520
11 300 31.4 0 0 0 0 565200
12 320 33.49333333 0 0 0 0 602880
13 340 35.58666667 0 0 0 0 640560
14 360 37.68 0 0 0 0 678240
15 380 39.77333333 0 0 0 0 715920
16 400 41.86666667 0 0 0 0 753600

A.4 Turbin dengan Sekat diameter 0,12 m


Tabel A7. Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Turbin dengan Sekat
dengan Ketinggian Cairan 300 mm
Laju Laju Torque Power Reynold
Penga Gaya, Daya, W
Putara Putaran, ῳ ,T Number Number
matan F (N) (watts)
n (rpm) (rad/detik) (Nm-2) (Po) (Re)
1 100 10.46666667 0 0 0 0.00000000 188,400
2 120 12.56 0 0 0 0.00000000 226,080
3 140 14.65333333 0 0 0 0.00000000 263,760
4 160 16.74666667 0.1 0.011 0.184213333 0.00157627 301,440
5 180 18.84 0.2 0.022 0.41448 0.00249089 339,120
6 200 20.93333333 0.4 0.044 0.921066667 0.00403524 376,800
7 220 23.02666667 0.4 0.044 1.013173333 0.00333491 414,480
8 240 25.12 1.4 0.154 3.86848 0.00980788 452,160
9 260 27.21333333 1.8 0.198 5.38824 0.01074473 489,840
10 280 29.30666667 1.8 0.198 5.80272 0.00926459 527,520
11 300 31.4 1.8 0.198 6.2172 0.00807049 565,200
12 320 33.49333333 1.8 0.198 6.63168 0.00709320 602,880
13 340 35.58666667 1.8 0.198 7.04616 0.00628325 640,560
14 360 37.68 1.8 0.198 7.46064 0.00560450 678,240
15 380 39.77333333 1.8 0.198 7.87512 0.00503008 715,920
16 400 41.86666667 1.8 0.198 8.2896 0.00453965 753,600

Tabel A8. Data Penentuan Karakteristik Daya Pengaduk Turbin dengan Sekat
dengan Ketinggian Cairan 300 mm
Laju Laju Torque Power Reynold
Penga Gaya, Daya, W
Putara Putaran, ῳ ,T Number Number
matan F (N) (watts)
n (rpm) (rad/detik) (Nm-2) (Po) (Re)
1 100 10.46666667 0 0 0 0.00000000 188400
2 120 12.56 0 0 0 0.00000000 226080
3 140 14.65333333 0 0 0 0.00000000 263760
4 160 16.74666667 0 0 0 0.00000000 301440
5 180 18.84 0.1 0.011 0.20724 0.00124545 339120
6 200 20.93333333 0.2 0.022 0.460533333 0.00201762 376800
7 220 23.02666667 0.7 0.077 1.773053333 0.00583609 414480
8 240 25.12 1.4 0.154 3.86848 0.00980788 452160
9 260 27.21333333 1.8 0.198 5.38824 0.01074473 489840
10 280 29.30666667 1.8 0.198 5.80272 0.00926459 527520
11 300 31.4 1.8 0.198 6.2172 0.00807049 565200
12 320 33.49333333 1.8 0.198 6.63168 0.00709320 602880
13 340 35.58666667 1.8 0.198 7.04616 0.00628325 640560
14 360 37.68 1.8 0.198 7.46064 0.00560450 678240
15 380 39.77333333 1.8 0.198 7.87512 0.00503008 715920
16 400 41.86666667 1.8 0.198 8.2896 0.00453965 753600

Anda mungkin juga menyukai