Anda di halaman 1dari 11

RESUME KULIAH XIV

BUSINESS ETHICS & GOOD GOVERNANCE

GOOD GOVERNANCE

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Business Ethics & Good Governance”

Dosen Pengampu:

Prof Dr. H. Hapzi Ali, M.M., CMA.

Oleh:

Rame Priyanto
NIM 55117120122

Program Studi Magister Manajemen


Universitas Mercu buana
2018
GOOD (CORPORATE) GOVERNANCE DAN
PENERAPANNYA DI INDONESIA

A. LATAR BELAKANG
Good Corporate Governance atau selanjutnya disebut dengan Tata Kelola Perusahaan
Yang Baik (GCG) bukan hanya karena adanya kesadaran akan pentingnya konsep dan prinsip
GCG namun juga didorong munculnya berbagai skandal keuangan yang menimpa perusahaan-
perusahaan besar, bahkan yang mungkin pada awalnya tidak diperkirakan akan mengalaminya.
Saat ini perusahan-perusahaan raksasa telah berkembang dan menjadi institusi ekonomi dunia
yang mempunyai pengaruh dominan dalam perekonomian Negara dan dunia. Kekuatan
tersebut terkadang mampu mendikte hingga ke dalam pemerintahan suatu negara, sehingga
mejadikan negara tidak berdaya dalam menghadapi penyimpangan perilaku yang dilakukan
oleh para pelaku bisnis yang berpengaruh tersebut. Perilaku tidak etis dan bahkan cenderung
kriminal yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang memang dimungkinkan karena kekuatan
mereka yang sangat besar disatu sisi, dan ketidakberdayaan aparat pemerintah dalam
menegakkan hukum dan pengawasan atas perilaku para pelaku bisnis tersebut.
Disamping berbagai praktik tata kelola perusahaan dan pemerintahan yang buruk. Salah
satu dampak signifikan yang terjadi adalah krisis ekonomi di suatu negara, dan timbulnya
praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Sebagai akibat adanya tata kelola perusahaan
yang buruk oleh perusahan-perusahaan besar yang mana mengakibatkan terjadinya krisis
ekonomi dan krisis kepercayaan para investor, seperti yang terjadi di Indonesia pada tahun
1998. Dengan dampak yang luar biasa dari krisis tersebut dan tuntutan masyarakat yang
semakin kritis yang menginginkan pengelolaan pemerintahan yang baik mendorong
pemerintah pada saat itu mengeluarkan kebijakan yang mengawali tata kelola pemerintahan
yang baik.

B. PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR


Dua teori utama yang terkait dengan corporate governance adalah stewardship theory
dan agency theory (Chinn,2000; Shaw,2003). Stewardship theory dibangun di atas asumsi
filosofis mengenai sifat manusia yakni bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya,
mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas dan kejujuran terhadap
pihak lain. Inilah yang tersirat dalam hubungan fidusia yang dikehendaki para pemegang
saham. Dengan kata lain, stewardship theory memandang manajemen sebagai dapat dipercaya
untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik maupun stakeholder.
Sementara itu, agency theory yang dikembangkan oleh Michael Johnson, memandang bahwa
manajemen perusahaan sebagai “agents” bagi para pemegang saham, akan bertindak dengan
penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana
serta adil terhadap pemegang saham.
Dalam perkembangan selanjutnya, agency theory mendapat respon lebih luas karena
dipandang lebih mencerminkan kenyataan yang ada. Berbagai pemikiran mengenai corporate
governance berkembang dengan bertumpu pada agency theory di mana pengelolaan dilakukan
dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku. Good
corporate governance (GCG) secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua
stakeholder (Monks,2003). Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama,
pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada
waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure)
secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan,
kepemilikan, dan stakeholder. Ada empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep
good corporate governance, (Kaen, 2003; Shaw, 2003) yaitu fairness, transparency,
accountability, dan responsibility. Keempat komponen tersebut penting karena penerapan
prinsip good corporate governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas
laporan keuangan dan juga dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang
mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan.
Konsep good corporate governance baru populer di Asia. Konsep ini relatif berkembang sejak
tahun 1990-an. Konsep good corporate governance baru dikenal di Inggris pada tahun 1992.
Negara-negara maju yang tergabung dalam kelompok OECD (kelompok Negara-negara maju
di Eropa Barat dan Amerika Utara) mempraktikkan pada tahun 1999.

C. PRINSIP-PRINSIP GCG
Secara umum terdapat lima prinsip dasar dari good corporate governance yaitu:
1. Transparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan
relevan mengenai perusahaan.
2. Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan
pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana
secara efektif.
3. Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan
perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang
berlaku.
4. Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang
tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-
prinsip korporasi yang sehat.
5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam
memenuhi hakhak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan
perundangan yang berlaku.
Esensi dari corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi
atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap pemangku
kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku.

D. TAHAP-TAHAP PENERAPAN GCG


Dalam pelaksanaan penerapan GCG di perusahaan adalah penting bagi perusahaan
untuk melakukan pentahapan yang cermat berdasarkan analisis atas situasi dan kondisi
perusahaan, dan tingkat kesiapannya, sehingga penerapan GCG dapat berjalan lancar dan
mendapatkan dukungan dari seluruh unsur di dalam perusahaan. Pada umumnya perusahaan-
perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan GCG menggunakan pentahapan berikut
(Chinn, 2000; Shaw,2003).
a. Tahap Persiapan
Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama:
1. Awareness building
Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai arti
penting GCG dan komitmen bersama dalam penerapannya. Upaya ini dapat dilakukan
dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Bentuk kegiatan
dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan diskusi kelompok.
2. GCG assessment
GCG Assessment merupakan upaya untuk mengukur atau lebih tepatnya memetakan
kondisi perusahaan dalam penetapan GCG saat ini. Langkah ini perlu guna memastikan titik
awal level penerapan GCG dan untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang tepat guna
mempersiapkan infrastruktur dan struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan GCG
secara efektif. Dengan kata lain, GCG assessment dibutuhkan untuk mengidentifikasi
aspekaspek apa yang perlu mendapatkan perhatian terlebih dahulu, dan langkah-langkah
apa yang dapat diambil untuk mewujudkannya.
3. GCG manual building.
GCG manual building, adalah langkah berikut setelah GCG assessment dilakukan.
Berdasarkan hasil pemetaan tingkat kesiapan perusahaan dan upaya identifikasi prioritas
penerapannya, penyusunan manual atau pedoman implementasi GCG dapat disusun.
Penyusunan manual dapat dilakukan dengan bantuan tenaga ahli independen dari luar
perusahaan. Manual ini dapat dibedakan antara manual untuk organ-organ perusahaan dan
manual untuk keseluruhan anggota perusahaan, mencakup berbagai aspek seperti:
 Kebijakan GCG perusahaan
 Pedoman GCG bagi organ-organ perusahaan
 Pedoman perilaku
 Audit commitee charter
 Kebijakan disclosure dan transparansi
 Kebijakan dan kerangka manajemen resiko
 Roadmap implementasi

b. Tahap Implementasi
Setelah perusahaan memiliki GCG manual, langkah selanjutnya adalah memulai implementasi
di perusahaan. Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama yakni:
1) Sosialisasi, diperlukan untuk memperkenalkan kepada seluruh perusahaan berbagai aspek
yang terkait dengan implementasi GCG khususnya mengenai pedoman penerapan GCG.
Upaya sosialisasi perlu dilakukan dengan suatu tim khusus yang dibentuk untuk itu,
langsung berada di bawah pengawasan direktur utama atau salah satu direktur yang
ditunjuk sebagai GCG champion di perusahaan.
2) Implementasi, yaitu kegiatan yang dilakukan sejalan dengan pedoman GCG yang ada,
berdasar roadmap yang telah disusun. Implementasi harus bersifat top down approach
yang melibatkan dewan komisaris dan direksi perusahaan. Implementasi hendaknya
mencakup pula upaya manajemen perubahan (change management) guna mengawal
proses perubahan yang ditimbulkan oleh implementasi GCG.
3) Internalisasi, yaitu tahap jangka panjang dalam implementasi. Internalisasi mencakup
upayaupaya untuk memperkenalkan GCG di dalam seluruh proses bisnis perusahaan kerja,
dan berbagai peraturan perusahaan. Dengan upaya ini dapat dipastikan bahwa penerapan
GCG bukan sekedar dipermukaan atau sekedar suatu kepatuhan yang bersifat superficial,
tetapi benarbenar tercermin dalam seluruh aktivitas perusahaan.

c. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara teratur dari waktu ke waktu
untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan GCG telah dilakukan dengan meminta
pihak independen melakukan audit implementasi dan scoring atas praktik GCG yang ada.
Terdapat banyak perusahaan konsultan yang dapat memberikan jasa audit yang demikian, dan
di Indonesia ada beberapa perusahaan yang melakukan scoring. Evaluasi dalam bentuk
assessment, audit atau scoring juga dapat dilakukan secara mandatory misalnya seperti yang
diterapkan di lingkungan BUMN. Evaluasi dapat membantu perusahaan memetakan kembali
kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi GCG sehingga dapat
mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi yang diberikan.

E. PENERAPAN GCG DI INDONESIA


1. Good Corporate Governance di Perusahaan: PT. Total Bangun Persada
Prinsip Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan elemen
penting dalam mewujudkan perusahaan yang sustainable serta searah dengan visi dan misi
perusahaan. Manajemen telah membentuk pihak-pihak pendukung sebagai unit kerja untuk
mengendalikan, mengawal, dan bertanggung jawab atas implementasi GCG sekaligus sebagai
mitra kerja dari komite-komite di bawah Dewan Komisaris. Pemahaman tentang tata kelola
Perusahaan atau Good Corporate Governance (GCG) memiliki peran penting
untuk memastikan serta menjamin pelaksanaan manajemen yang dijalankan dengan baik
sehingga dapat mengembangkan Perusahaan untuk meraih kesuksesan. Implementasi
GCG merupakan upaya optimalisasi Perusahaan untuk memberi nilai lebih kepada pelanggan,
masyarakat, juga para pemangku kepentingan, selain menjadikan Perusahaan yang memiliki
tingkat korporasi yang tinggi. GCG diperlukan untuk menunjang Perusahaan agar kuat dan
sustainable. GCG juga berimplikasi pada sistem strukturisasi di Perusahaan yang kokoh dan
rapih.
Corporate Governance (CG) berawal dari usulan untuk menyempurnakan peraturan
bagi emiten yang tercatat di BEJ (sekarang Bursa Efek Indonesia) tahun 1998,
yang mewajibkan seluruh Perusahaan untuk mengangkat Komite Audit dan Komisaris
Independen serta memberikan peran aktif Sekretaris Perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keterbukaan informasi. Pemerintah Indonesia mendirikan Komite Nasional
tentang Kebijakan Governance (KNKG) dengan surat Keputusan Menteri Negara Koordinator
Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Nomor: KEP-31/M.EKUIN/06/2000. KNKCG
bertugas merumuskan dan membuat rekomendasi kebijakan nasional mengenai GCG,
mempelopori, dan memantau perbaikan dan inovasi dalam bidang corporate governance di
Indonesia. Salah satu usahanya adalah menerbitkan pedoman GCG Indonesia. Penerapan GCG
dalam Perusahaan sangat penting guna mengelola seluruh struktur dan sistem dengan
baik. Pengimplementasian GCG akan berdampak positif pada Perusahaan, seperti efisiensi,
kompetitif, sustainable growth, optimum value serta high return. Penerapan GCG
akan meningkatkan keyakinan investor terhadap Perusahaan dan menambah daya tarik
Perusahaan sebagai target investasi.

Di TOTAL, GCG menjadi sebuah sistem yang dapat mengarahkan serta memonitor
Perusahaan guna peningkatan kemakmuran bisnis yang accountable. Secara fungsional,
penerapan GCG memberikan hak dan tanggung jawab kepada pihak-pihak
yang berkepentingan atas Perusahaan. Hal ini menciptakan keseimbangan eksternal dan
internal karena proses kontrol yang efektif di keduanya. Di masa mendatang, TOTAL berharap
untuk menjadikan GCG sebagai corporate culture guna meminimalisir seluruh aspek yang
merugikan dalam Perusahaan. TOTAL menerapkan metode assessment terhadap
GCG Perusahaan yang dilakukan oleh Tim Konsultan GCG guna mengukur implementasi
prinsip-prinsip GCG. Assessment ini didasarkan atas penilaian terhadap Laporan
Tahunan Perseroan tahun 2011, serta atas informasi-informasi publik yang diperoleh team
konsultan, baik dari Bursa Efek Indonesia, Bapepam, media cetak dan media online.
Berdasarkan standar KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance), TOTAL memperoleh
nilai sebesar 4,02 dari nilai keseluruhan sebesar 5,00; yang berarti BAIK, atau Perseroan dinilai
mampu dengan baik dalam memenuhi persyaratan minimum Pedoman KNKG. Sedangkan
berdasarkan standar OECD Principles, nilai GCG yang diperoleh TOTAL sebesar 65,48 dari
total nilai sebesar 100,00; yang berarti FAIR, atau mencerminkan bahwa kinerja praktek
penerapan GCG pada Perseroan baru sebatas mampu untuk memenuhi persyaratan minimum
dari OECD Principles.
Indikator Assessment GCG TOTAL

Indikator assessment GCG TOTAL didasarkan pada aspek-aspek yang membangun


penguatan GCG antara lain:

 Asas Good Corporate Governance (GCG). Asas GCG diterapkan pada setiap aspek
bisnis dan di semua jajaran Perusahaan yang terdiri dari transparansi, akuntabilitas,
responsibilitas, independensi, serta kewajaran dan kesetaraan. Asas ini dapat mencapai
kesinambungan usaha Perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan.

 Etika Bisnis Dan Pedoman Perilaku. Untuk mencapai keberhasilan jangka panjang,
implementasi GCG perlu dilandasi integritas yang tinggi diperlukan pedoman perilaku
(Code of Conduct) yang dapat menjadi acuan bagi organ perseroan dan seluruh jajarannya
dalam menerapkan nilai-nilai dan etika bisnis sehingga menjadi bagian budaya
Perusahaan.

 Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris, dan Direksi. RUPS sebagai organ
Perusahaan merupakan wadah para pemegang saham untuk mengambil keputusan penting
yang berkaitan dengan modal yang ditanam dalam Perusahaan, dengan memperhatikan
ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan. Dewan Komisaris sebagai
organ Perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk
melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa
Perusahaan melaksanakan GCG. Namun demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut
serta dalam mengambil keputusan operasional. Direksi sebagai organ Perusahaan bertugas
dan bertanggung jawab secara kolegial dalam mengelola Perusahaan.
Masingmasing anggota Direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan
sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh
masing-masing anggota Direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama.

 Hak dan Tanggung Jawab Pemegang Saham. Pemegang saham sebagai pemilik modal
memiliki hak dan tanggung jawab atas Perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan anggaran dasar Perusahaan.
 Pemangku Kepentingan. Perusahaan dengan pemangku kepentingan senantiasa menjalin
hubungan sesuai dengan asas kesetaraan dan kewajaran berdasarkan ketentuan yang
berlaku bagi masingmasing pihak.

 Pernyataan tentang Penerapan Pedoman GCG. Perusahaan membuat pernyataan


tentang kesesuaian penerapan GCG dengan Pedoman GCG dalam laporan tahunan.
Pernyataan tersebut harus disertai laporan tentang struktur dan mekanisme kerja organ
Perusahaan serta informasi penting lain yang berkaitan dengan penerapan GCG TOTAL.

 Pedoman Pelaksanaan Corporate Governance. Pelaksanaan GCG TOTAL dilakukan


secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi pedoman praktis yang dapat
dijadikan acuan oleh Perusahaan dalam melaksanakan GCG TOTAL

Kebijakan GCG

Sebagaimana terdeklarasi dalam visinya, TOTAL berusaha untuk memberikan nilai


tambah bagi para pemangku kepentingan. Salah satu kunci utama yang mendukung realisasi
visi tersebut adalah penerapan prinsip tata kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance) secara konsisten serta menjadikannya sebagai budaya kerja yang berlaku di dalam
Perusahaan. Pemahaman ini mendasari kebijakan TOTAL untuk melaksanakan tata kelola
yang baik dalam setiap kegiatan bisnisnya demi mencapai tujuan bisnis jangka panjang yang
berkesinambungan.

Melalui peran aktif dan dukungan penuh Dewan Komisaris dan Direksi, TOTAL
memastikan penerapan prinsip-prinsip GCG pada setiap aspek bisnis dan pada semua jajaran
organisasi, yang diwujudkan dalam aspek-aspek seperti:

 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi;

 Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite Dewan Komisaris yang menjalankan


fungsi pengawasan efektivitas pelaksanaan GCG;

 Penerapan fungsi kepatuhan dan manajemen risiko; rencana strategis Perusahaan; dan

 Berbagai keterbukaan informasi yang menyangkut kegiatan dan keuangan Perusahaan.

 Kebijakan GCG diterapkan guna menciptakan organisasi yang profesional, solid, baik dan
kompetitif, serta dapat memenuhi kebutuhan para stakeholders. Dewan Komisaris telah
melakukan langkah-langkah yang diperlukan terkait implementasi GCG lebih lanjut,
antara lain:

 Pengembangan dan penerapan program orientasi untuk anggota Dewan Komisaris baru.

 Pengambilan keputusan telah melalui mekanisme dan prosedur yang ditetapkan


sebelumnya.

 Dewan Komisaris telah dirumuskan rencana kerja tahunan untuk Dewan.

 Dewan Komisaris telah menetapkan target pencapaian kinerja Perusahaan.

 Dewan Komisaris memberikan masukan selama perumusan RJPP dan RKAP.

 Dewan Komisaris memberikan persetujuannya untuk mendukung dan RJPP dan RKAP
yang disajikan oleh Direksi.

 Melaksanakan rapat gabungan dengan Direksi secara efektif.

 Direksi melaksanakan langkah GCG yang baik dan tepat. GCG yang telah dilakukan
Direksi antara lain

 Direksi telah menjalankan fungsi dan tugasnya dalam mengimplementasikan program


pengembangan dengan mengikuti pelatihan yang relevan.

 Struktur organisasi yang dibentuk Direksi sesuai dan tepat dengan Perusahaan.

 Direksi melakukan perumusan yang tepat dalam menempatkan tugas dan tanggung jawab
manajemen sesuai kualifikasi

 Direksi telah merumuskan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP), antara lain:
evaluasi terhadap RJPP tahun sebelumnya, asumsi dan analisis dalam penerapan RJPP
tahun ini, target, kebijakan, strategi, dan program kinerja dari RJP tersebut, mengadakan
rapat gabungan dengan Dewan Komisaris secara efektif.

Referensi:

Akuntabilitas dan Good Governance, Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan, Jakarta, 2000.

Bank, World, Corporate Governance Country Assessment : Republic of Indonesia, Jakarta,


2005.

Chinn, Richard, Corporate Governance Handbook, Gee Publishing Ltd. London, 2000.
Corporate Governance dan Etika Korporasi, Kantor Menteri Negara Pendayagunaan BUMN/
Badan Pembina BUMN, 1999.

Daniri Mas Ahmad, Good Corporate Governance : Konsep dan Penerapannya di Indonesia.
Ray Indonesia, Jakarta, 2005.

Kaihatu Thomas S, Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia

Kaen, Fred. R, A Blueprint for Corporate Governance: Stregy, Accountability, and the
Preservation of Shareholder Value, AMACOM, USA. 2003.

Moeljono, Djokosantoso, Good Corporate Culture sebagai inti dari Good Corporate
Governance, Elex-Gramedia, Jakarta, 2005. Monks, Robert A.G, dan Minow, N,
Corporate Governance 3rd Edition, Blackwell Publishing, 2003.

http://www.totalbp.com/information/8/good-corporate-governance/id

https://www.kemenkeu.go.id/transformasi-kelembagaan/profil-reformasi-birokrasi/

Anda mungkin juga menyukai