GOOD GOVERNANCE
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Business Ethics & Good Governance”
Dosen Pengampu:
Oleh:
Rame Priyanto
NIM 55117120122
A. LATAR BELAKANG
Good Corporate Governance atau selanjutnya disebut dengan Tata Kelola Perusahaan
Yang Baik (GCG) bukan hanya karena adanya kesadaran akan pentingnya konsep dan prinsip
GCG namun juga didorong munculnya berbagai skandal keuangan yang menimpa perusahaan-
perusahaan besar, bahkan yang mungkin pada awalnya tidak diperkirakan akan mengalaminya.
Saat ini perusahan-perusahaan raksasa telah berkembang dan menjadi institusi ekonomi dunia
yang mempunyai pengaruh dominan dalam perekonomian Negara dan dunia. Kekuatan
tersebut terkadang mampu mendikte hingga ke dalam pemerintahan suatu negara, sehingga
mejadikan negara tidak berdaya dalam menghadapi penyimpangan perilaku yang dilakukan
oleh para pelaku bisnis yang berpengaruh tersebut. Perilaku tidak etis dan bahkan cenderung
kriminal yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang memang dimungkinkan karena kekuatan
mereka yang sangat besar disatu sisi, dan ketidakberdayaan aparat pemerintah dalam
menegakkan hukum dan pengawasan atas perilaku para pelaku bisnis tersebut.
Disamping berbagai praktik tata kelola perusahaan dan pemerintahan yang buruk. Salah
satu dampak signifikan yang terjadi adalah krisis ekonomi di suatu negara, dan timbulnya
praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Sebagai akibat adanya tata kelola perusahaan
yang buruk oleh perusahan-perusahaan besar yang mana mengakibatkan terjadinya krisis
ekonomi dan krisis kepercayaan para investor, seperti yang terjadi di Indonesia pada tahun
1998. Dengan dampak yang luar biasa dari krisis tersebut dan tuntutan masyarakat yang
semakin kritis yang menginginkan pengelolaan pemerintahan yang baik mendorong
pemerintah pada saat itu mengeluarkan kebijakan yang mengawali tata kelola pemerintahan
yang baik.
C. PRINSIP-PRINSIP GCG
Secara umum terdapat lima prinsip dasar dari good corporate governance yaitu:
1. Transparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan
relevan mengenai perusahaan.
2. Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan
pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana
secara efektif.
3. Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan
perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang
berlaku.
4. Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang
tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-
prinsip korporasi yang sehat.
5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam
memenuhi hakhak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan
perundangan yang berlaku.
Esensi dari corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi
atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap pemangku
kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku.
b. Tahap Implementasi
Setelah perusahaan memiliki GCG manual, langkah selanjutnya adalah memulai implementasi
di perusahaan. Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama yakni:
1) Sosialisasi, diperlukan untuk memperkenalkan kepada seluruh perusahaan berbagai aspek
yang terkait dengan implementasi GCG khususnya mengenai pedoman penerapan GCG.
Upaya sosialisasi perlu dilakukan dengan suatu tim khusus yang dibentuk untuk itu,
langsung berada di bawah pengawasan direktur utama atau salah satu direktur yang
ditunjuk sebagai GCG champion di perusahaan.
2) Implementasi, yaitu kegiatan yang dilakukan sejalan dengan pedoman GCG yang ada,
berdasar roadmap yang telah disusun. Implementasi harus bersifat top down approach
yang melibatkan dewan komisaris dan direksi perusahaan. Implementasi hendaknya
mencakup pula upaya manajemen perubahan (change management) guna mengawal
proses perubahan yang ditimbulkan oleh implementasi GCG.
3) Internalisasi, yaitu tahap jangka panjang dalam implementasi. Internalisasi mencakup
upayaupaya untuk memperkenalkan GCG di dalam seluruh proses bisnis perusahaan kerja,
dan berbagai peraturan perusahaan. Dengan upaya ini dapat dipastikan bahwa penerapan
GCG bukan sekedar dipermukaan atau sekedar suatu kepatuhan yang bersifat superficial,
tetapi benarbenar tercermin dalam seluruh aktivitas perusahaan.
c. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara teratur dari waktu ke waktu
untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan GCG telah dilakukan dengan meminta
pihak independen melakukan audit implementasi dan scoring atas praktik GCG yang ada.
Terdapat banyak perusahaan konsultan yang dapat memberikan jasa audit yang demikian, dan
di Indonesia ada beberapa perusahaan yang melakukan scoring. Evaluasi dalam bentuk
assessment, audit atau scoring juga dapat dilakukan secara mandatory misalnya seperti yang
diterapkan di lingkungan BUMN. Evaluasi dapat membantu perusahaan memetakan kembali
kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi GCG sehingga dapat
mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi yang diberikan.
Di TOTAL, GCG menjadi sebuah sistem yang dapat mengarahkan serta memonitor
Perusahaan guna peningkatan kemakmuran bisnis yang accountable. Secara fungsional,
penerapan GCG memberikan hak dan tanggung jawab kepada pihak-pihak
yang berkepentingan atas Perusahaan. Hal ini menciptakan keseimbangan eksternal dan
internal karena proses kontrol yang efektif di keduanya. Di masa mendatang, TOTAL berharap
untuk menjadikan GCG sebagai corporate culture guna meminimalisir seluruh aspek yang
merugikan dalam Perusahaan. TOTAL menerapkan metode assessment terhadap
GCG Perusahaan yang dilakukan oleh Tim Konsultan GCG guna mengukur implementasi
prinsip-prinsip GCG. Assessment ini didasarkan atas penilaian terhadap Laporan
Tahunan Perseroan tahun 2011, serta atas informasi-informasi publik yang diperoleh team
konsultan, baik dari Bursa Efek Indonesia, Bapepam, media cetak dan media online.
Berdasarkan standar KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance), TOTAL memperoleh
nilai sebesar 4,02 dari nilai keseluruhan sebesar 5,00; yang berarti BAIK, atau Perseroan dinilai
mampu dengan baik dalam memenuhi persyaratan minimum Pedoman KNKG. Sedangkan
berdasarkan standar OECD Principles, nilai GCG yang diperoleh TOTAL sebesar 65,48 dari
total nilai sebesar 100,00; yang berarti FAIR, atau mencerminkan bahwa kinerja praktek
penerapan GCG pada Perseroan baru sebatas mampu untuk memenuhi persyaratan minimum
dari OECD Principles.
Indikator Assessment GCG TOTAL
Asas Good Corporate Governance (GCG). Asas GCG diterapkan pada setiap aspek
bisnis dan di semua jajaran Perusahaan yang terdiri dari transparansi, akuntabilitas,
responsibilitas, independensi, serta kewajaran dan kesetaraan. Asas ini dapat mencapai
kesinambungan usaha Perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan.
Etika Bisnis Dan Pedoman Perilaku. Untuk mencapai keberhasilan jangka panjang,
implementasi GCG perlu dilandasi integritas yang tinggi diperlukan pedoman perilaku
(Code of Conduct) yang dapat menjadi acuan bagi organ perseroan dan seluruh jajarannya
dalam menerapkan nilai-nilai dan etika bisnis sehingga menjadi bagian budaya
Perusahaan.
Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris, dan Direksi. RUPS sebagai organ
Perusahaan merupakan wadah para pemegang saham untuk mengambil keputusan penting
yang berkaitan dengan modal yang ditanam dalam Perusahaan, dengan memperhatikan
ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan. Dewan Komisaris sebagai
organ Perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk
melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa
Perusahaan melaksanakan GCG. Namun demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut
serta dalam mengambil keputusan operasional. Direksi sebagai organ Perusahaan bertugas
dan bertanggung jawab secara kolegial dalam mengelola Perusahaan.
Masingmasing anggota Direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan
sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh
masing-masing anggota Direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama.
Hak dan Tanggung Jawab Pemegang Saham. Pemegang saham sebagai pemilik modal
memiliki hak dan tanggung jawab atas Perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan anggaran dasar Perusahaan.
Pemangku Kepentingan. Perusahaan dengan pemangku kepentingan senantiasa menjalin
hubungan sesuai dengan asas kesetaraan dan kewajaran berdasarkan ketentuan yang
berlaku bagi masingmasing pihak.
Kebijakan GCG
Melalui peran aktif dan dukungan penuh Dewan Komisaris dan Direksi, TOTAL
memastikan penerapan prinsip-prinsip GCG pada setiap aspek bisnis dan pada semua jajaran
organisasi, yang diwujudkan dalam aspek-aspek seperti:
Penerapan fungsi kepatuhan dan manajemen risiko; rencana strategis Perusahaan; dan
Kebijakan GCG diterapkan guna menciptakan organisasi yang profesional, solid, baik dan
kompetitif, serta dapat memenuhi kebutuhan para stakeholders. Dewan Komisaris telah
melakukan langkah-langkah yang diperlukan terkait implementasi GCG lebih lanjut,
antara lain:
Pengembangan dan penerapan program orientasi untuk anggota Dewan Komisaris baru.
Dewan Komisaris memberikan persetujuannya untuk mendukung dan RJPP dan RKAP
yang disajikan oleh Direksi.
Direksi melaksanakan langkah GCG yang baik dan tepat. GCG yang telah dilakukan
Direksi antara lain
Struktur organisasi yang dibentuk Direksi sesuai dan tepat dengan Perusahaan.
Direksi melakukan perumusan yang tepat dalam menempatkan tugas dan tanggung jawab
manajemen sesuai kualifikasi
Direksi telah merumuskan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP), antara lain:
evaluasi terhadap RJPP tahun sebelumnya, asumsi dan analisis dalam penerapan RJPP
tahun ini, target, kebijakan, strategi, dan program kinerja dari RJP tersebut, mengadakan
rapat gabungan dengan Dewan Komisaris secara efektif.
Referensi:
Akuntabilitas dan Good Governance, Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan, Jakarta, 2000.
Chinn, Richard, Corporate Governance Handbook, Gee Publishing Ltd. London, 2000.
Corporate Governance dan Etika Korporasi, Kantor Menteri Negara Pendayagunaan BUMN/
Badan Pembina BUMN, 1999.
Daniri Mas Ahmad, Good Corporate Governance : Konsep dan Penerapannya di Indonesia.
Ray Indonesia, Jakarta, 2005.
Kaen, Fred. R, A Blueprint for Corporate Governance: Stregy, Accountability, and the
Preservation of Shareholder Value, AMACOM, USA. 2003.
Moeljono, Djokosantoso, Good Corporate Culture sebagai inti dari Good Corporate
Governance, Elex-Gramedia, Jakarta, 2005. Monks, Robert A.G, dan Minow, N,
Corporate Governance 3rd Edition, Blackwell Publishing, 2003.
http://www.totalbp.com/information/8/good-corporate-governance/id
https://www.kemenkeu.go.id/transformasi-kelembagaan/profil-reformasi-birokrasi/