Anda di halaman 1dari 5

Vol.18 No.

2 Agustus 2016 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN SERAT SABUT


KELAPA TERHADAP KUAT TARIK BETON NORMAL Fc’ 18 MPa

Oleh:

Arman A.
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Padang

Abstrak

Penggunaan bahan serat dalam teknologi beton telah lama dikembangkan, yang diharapkan dapat
meningkatkan kekuatan beton. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pengujian
di laboratorium, yaitu menambahkan konsentrasi serat ke dalam adukan beton dengan
perbandingan 0,1% dan 0,2% terhadap berat beton normal. Panjang serat sabut kelapa yang
digunakan 5cm-25cm telah dipisahkan dari gabusnya. Berdasarkan nilai pengujian kuat tarik
belah beton pada umur 7 hari dengan campuran serat sabut kelapa 0,1% dan 0,2% didapat
persentase 18,353% dan 14,847% dibawah beton normal. Pada umur 14 hari terjadi peningkatan
kuat tarik belah beton dengan campuran serat sabut kelapa walaupun masih belum melebihi kuat
tarik belah beton normal, didapat nilai kuat tarik belah beton campuran serat sabut kelapa 0,1%
dan 0,2% dengan persentase 14,667% dan 3,265% dibawah beton normal. Dan pada umur
rencana 28 hari beton dengan campuran serat sabut kelapa mampu melebihi nilai kuat tarik belah
beton normal. Pada beton campuran 0,1% dan 0,2% didapat persentase 2,067% dan 7,506%
berada di atas beton normal.

Kata kunci : Beton, Serat sabut kelapa, Kuat tarik belah beton

1. Pendahuluan juga dengan cara menambah fiber pada


adukan beton yang pada akhirnya sering
Beton merupakan salah satu bahan disebut dengan beton serat. Pemikiran
konstruksi yang telah umum digunakan dasarnya adalah mencampur beton dengan
untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, fiber yang disebarkan secara merata
dan lain – lain. Beton merupakan satu kedalam adukan beton dengan orientasi
kesatuan yang homogen. Beton ini yang random, sehingga dapat mencegah
didapatkan dengan cara mencampur agregat terjadinya retakan-retakan beton terlalu
halus (pasir), agregat kasar (split), atau jenis dini, baik akibat hidrasi maupun akibat
agregat lain dan air, dengan semen portland pembebanan (Ir.Tri Mulyono, MT :
atau semen hidrolik yang lain, kadang – Teknologi Beton).
kadang dengan bahan tambahan (additif) Dengan adanya sifat lemah/kecil
yang bersifat kimiawi ataupun fisikal pada terhadap kekuatan tarik ini, penulis mencoba
perbandingan tertentu, sampai menjadi satu melakukan sebuah penelitian di laboratorium
kesatuan yang homogen. Campuran tersebut untuk membahas pengaruh kekuatan tarik
akan mengeras seperti batuan. Pengerasan beton tersebut dengan cara penambahan serat
terjadi karena peristiwa reaksi kimia antara sabut kelapa.
semen dengan air. Sabut kelapa merupakan bagian terluar
Para peneliti dari negara-negara maju buah kelapa yang membungkus tempurung
seperti Amerika Serikat dan Inggris telah kelapa. Ketebalan sabut kelapa berkisar 5-6
berusaha memperbaiki sifat-sifat kurang baik cm yang terdiri atas lapisan terluar
pada beton, yaitu beton mempunyai kuat (exocarpium) dan lapisan dalam
desak yang tinggi, tetapi kuat tarik yang (endocarpium). Endocarpium mengandung
rendah, maka dipasang sejumlah tulangan serat-serat halus yang dapat digunakan
menerus pada bagian beton yang sebagai bahan pembuat tali, karung, karpet,
mengalami gaya tarik dan di harapkan sikat, bahan pengisi jok kursi/mobil dan
dapat bekerja monolit dengan beton, dan papan hardboard. Satu butir buah kelapa

DOI 10.21063/JM.2016.V18.2.6-10
© 2016 ITP Press. All right reserved. 6
Vol.18 No.2 Agustus 2016 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

umumnya menghasilkan 0,4 kg sabut yang Pembuatan benda uji yang akan
mengandung 30% serat. Komposisi kimia digunakan berbentuk slinder dengan ukuran
sabut kelapa terdiri atas selulosa, lignin, diameter 15 x tinggi 30 cm sebanyak tiga (3)
pyroligneous acid, gas, arang, ter, tannin, dan sampel tiap variasi campuran yang berbeda
potasium (Rindengan et al., 1995) dengan umur beton 7, 14 dan 28 hari. Seperti
Sifat lain dari serat sabut kelapa di tabel berikut :
diantaranya tahan terhadap serangan
mikroorganisme, pelapukan dan pekerjaan Tabel 1. Tabel Benda Uji
mekanis (gosokan dan pukulan) dan lebih
Variasi Waktu Pengujian
ringan dari serat lain. Serat sabut kelapa
adalah serat alami yang sulit busuk karena Campuran 7 14 28 Jumlah
tidak ada decomposer yang dapat Beton hari hari hari
menguraikan sabut tersebut.
Beton
2. Metodologi Penelitian 3 3 3 9
2.1 Bahan Penelitian Normal
Bahan yang akan dipakai dalam
pengadukan beton adalah sebagai berikut: Campuran
1. Semen Portland, menggunakan jenis dengan sabut 3 3 3 9
semen Portland Composite Cement 0,1%
(PCC) produksi PT. Semen Padang.
2. Aggregat kasar, menggunakan Campuran
coral/kerikil berasal dari quari sungai dengan sabut 3 3 3 9
daerah Gunung Nago, Kota Padang
3. Aggregat halus, menggunakan pasir alam 0,2%
berasal dari quari sungai daerah Gunung
Nago, Kota Padang Total Jumlah Sample 27
4. Serat sabut kelapa yang sudah dipisahkan
dari gabusnya, dengan panjang serat 5
cm–25 cm. 2.4 Pelaksanaan Penelitian
5. Air, memakai air PDAM di lokasi Penelitian diawali dengan pengadaan
laboratorium Institut Teknologi Padang material ( agregat halus adalah pasir dan
(ITP). agregat kasar adalah kerikil ). Setelah
material didapat, dilakukan pengujian sifat
dasarnya :
2.2 Alat Yang Digunakan Untuk Penelitian 1. Pemeriksaan gradasi agregat
Alat yang digunakan dalam penelitian 2. Pemeriksaan kotoran agregat
adalah sebagai berikut: 3. Pemeriksaan passing no. 200
1. Cetakan silinder 4. Pemeriksaan berat isi agregat
2. Oven 5. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan
3. Piring logam agregat
4. Mesin Siever 6. Pemeriksaan keausan agregat dengan
5. Saringan mesin Los Angeles.
6. Timbangan
7. Gelas ukur Kemudian rencanakan rancangan
8. Ember campuran beton ( mix design ) berdasarkan
9. Kerucut abraham metoda SK SNI T 15-1990-03. Setelah
10. Mixer didapatkan data rancangan campuran beton
11. Sekop maka pekerjaan selanjutnya adalah
12. Kaliper pembuatan benda uji. Benda uji yang
13. Universal Testing Machine (UTM) digunakan yaitu silinder baja dengan ukuran
14. Kolam penampung diameter 15 x tinggi 30 cm. Selama umur
rencana, benda uji dimasukan didalam bak
2.3 Benda Uji perendam sebagai perawatan beton (curing).
Pengujian ini mencakup cara penentuan kuat

7
Vol.18 No.2 Agustus 2016 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

tarik belah benda uji yang dicetak berbentuk terlihat bahwa aggregat halus memenuhi
silinder 15 x 30 cm, termasuk ketentuan standar SNI 1970:2008 dengan standar Bj
peralatan dan prosedur pengujian serta minimal 2,3 dan penyerapan air maksimal
perhitungan kekuatan tarik belahnya. 5%.
Prosedur pengujian kekuatan tarik
belah beton : 3.2 Pengujian Agregat Kasar
1. Ukur diameter dan tinggi benda uji, Berdasarkan hasil dari pemeriksaan
kemudian timbang beratnya aggregat kasar, diperoleh bahwa material
2. Pemberian tanda pada benda uji. Tarik aggragat kasar yang digunakan di penelitian
garis tengah pada setiap sisi ujung benda ini memenuhi spesifikasi gradasi sesuai
uji dengan menggunakan alat bantu yang standar SNI 03-1968-1990, dengan Fine
sesuai, sehingga dapat memastikan bahwa Modulus aggregat kasar yang didapat sebesar
kedua garis tengah tadi berada dalam 6,62. Pemeriksaan lolos saringan No. 200
bidang aksial yang sama. sebesar 0,9 % . Pemeriksaan berat isi
3. Letakkan sebuah pelat atau batang aggregat kasar sebesar 1,705 gr/cm3. Berat
penekan tambahan (bila digunakan) diatas jenis kering 2,39, berat jenis SSD 2,48, berat
meja tekan bagian bawah mesin uji tekan jenis apparent 2,62, dan penyerapan air
secara simetris. 3,69%, terlihat bahwa aggregat kasar
4. Letakkan sebuah dari dua buah bantalan memenuhi standar SNI 1970:2008 dengan
bantu pembebanan yang terbuat dari kayu standar Bj minimal 2,3 dan penyerapan air
lapis diatas meja tekan bagian bawah dari maksimal 5 %. Keausan agregat dengan
mesin uji tekan (atau diatas pelat atau mesin los angeles, diperoleh nilai keausan
batang penekan tambahan bila digunakan dari aggregat kasar adalah 19,06 %. Berarti
yang terletak diatas meja tekan bagian nilai keausan aggregat memenuhi standar
bawah dari mesin uji tekan) pada tengah- batas max yang diizinkan ( spec ) = Max.
tengahnya. 27% - 30% ( PB-0206-76).
5. Jalankan mesin uji tekan (UTM) dengan
pemberian beban sampai benda uji patah 3.3 Perencanaan Campuran Beton (Mix
dan terbelah. Kemudian baca bacaan tarik Design)
belah tersebut pada layar monitor Komposisi campuran beton dengan
penambahan serat sabut kelapa untuk 9
Proses tersebut dilakukan pada setiap silinder
benda uji. Berdasarkan data yang telah
didapat melalui kuat tarik beton maka Tabel 2. Komposisi Campuran Beton
perkerjaan terakhir adalah menganalisis data Semen Air Pasir Koral
untuk membuat kesimpulan. (kg) (liter/kg) (kg) (kg)
15,88 11,13 24,5 60,56
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1 Pengujian Agregat Halus Tabel 3. Penambahan Serat Sabut Kelapa
Berdasarkan hasil dari pemeriksaan Serat Sabut Serat Sabut
aggregat halus, diperoleh bahwa material
kelapa 0,1% kelapa 0,2%
aggregat halus yang digunakan di penelitian
(Kg) (Kg)
ini memenuhi spesifikasi gradasi sesuai
standar AASTHO T 27, masuk pada zona II ( 0,155 0,309
pasir kasar ) dengan modulus kehalusan (fm)
= 3,6. Kadar kotoran organik didapat warna 3.4 Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
yang sesuai dengan warna No. 3 pada Dari hasil pengujian kuat tarik belah
tintometer. Pemeriksaan lolos saringan No. beton yang dilakukan di laboratorium dengan
200 sebesar 2,1 %. Berat isi aggregat halus campuran penambahan serat sabut kelapa
sebesar 1,29 gr/cm3. Hasil ini menunjukan 0%, 0,1%, dan 0,2% didapatkan nilai kuat
bahwa pasir yang akan digunakan tersebut tarik belah beton seperti yang ditunjukan oleh
memenuhi standar SNI 03-4804-1998 dengan tabel berikut.
standar minimal 1,2 gr/cm3. Berat jenis pada
pasir kering 2,31, berat jenis SSD 2,42, berat
jenis apparent 2,58, dan penyerapan 4,6%, Tabel 4. Hasil Kuat Tarik Belah Beton

8
Vol.18 No.2 Agustus 2016 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

Nilai Kuat Tarik Belah akan patah/terbelah, retaknya akan


Penambahan Beton Rata-rata Berbagai langsung ditahan oleh serat sabut kelapa
Serat Sabut sehingga patah/terbelahnya benda uji
Umur (Mpa)
menjadi lama hasilnya bacaan tekanan
Kelapa pada monitor dialat menjadi tinggi.
7 hari 14 hari 28 hari 5. Hal ini menunjukan bahwa campuran
serat sabut kelapa pada beton mampu
0% 1,410 1,474 1,918 memperbaiki kekuatan tarik dari beton.

0,1% 1,151 1,258 1,957 Daftar Pustaka


Ardon Rahimi. 2015. “Studi Eksperiment
0,2% 1,201 1,426 2,062 Evaluasi Pengaruh Penambahan Serat
Nylon Terhadap Kuat Tarik Beton
Normal”, Padang : Institut Teknologi
Padang.
ASTM C-33-93, “Standard Spesificationfor
Concretes Aggregates” American
Society for Testing and Materials,
Philadelphia, Pennsylvania.
ASTM C150, Standart Spesification for
Portland Cement. (1985). Annual
Books of ASTM Standards.
Philadelphia-USA.
Direktorat Jenderal Industri Agro
Kementerian Perindustrian Jakarta,
2010
Gambar 1. Grafik Hubungan Umur - Kuat Ir. Tri Mulyono, MT,(2005),ʽʽTeknologi
Tarik Belah Beton Beton”, Andi, Yogyakarta.
Pramono, Didiek; Suryadi HS.ʽʽBahan
4. Kesimpulan Konstruksi Teknik,” Penerbit
Universitas Gunadarma, Jakarta, 1998
1. Nilai kuat tarik belah beton pada umur 7 Rindengan dkk. (1995). “Karakteristik buah
hari dengan campuran serat sabut kelapa kelapa hibrida untuk bahan baku
0,1% dan 0,2% didapat persentase industri”. Laporan hasil penelitian
18,353% dan 14,847% dibawah beton kerjasama proyek pembinaan
normal. kelembagaan penelitian pertanian
2. Pada umur 14 hari terjadi peningkatan nasional. Badan litbang 49p.
kuat tarik belah beton dengan campuran SNI 03-1968-1990, (1990), “Metode
serat sabut kelapa walaupun masih Pengujian Analisis Saringan Agregat
belum melebihi kuat tarik belah beton Halus Dan Kasar”, Badan Standar
normal, didapat nilai kuat tarik belah Nasional.
beton campuran serat sabut kelapa 0,1% SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian
dan 0,2% dengan persentase 14,667% Keausan Agregat Dengan Mesin
dan 3,265% dibawah beton normal. Abrasi Los Angeles
3. Dan pada umur rencana 28 hari beton SNI 03-2491-2002, (2002), ʽʽMetode
dengan campuran serat sabut kelapa Pengujian Kuat Tarik Belah Beton”,
mampu melebihi nilai kuat tarik belah Badan Standarisasi Nasional.
beton normal. Pada beton campuran SNI 03-2816-1992, 1992, “Metode Pengujian
0,1% dan 0,2% didapat persentase Kotoran Organik Dalam Pasir Untuk
2,067% dan 7,506% berada di atas beton Campuran Mortar Atau Beton”, BSN.
normal. SNI 03-2834-2000, (2000), “Tata Cara
4. Ketika dilakukanya pengujian tarik belah Pembuatan Rencana Campuran Beton
dengan alat Universal Testing Machine Normal” Badan Standar Nasional.
(UTM), yaitu ketika beton diberi beban SNI 03-2847-2002, (2002),ʽʽTata Cara
sehingga mengalami retak pada saat Perhitungan Struktur Beton Untuk

9
Vol.18 No.2 Agustus 2016 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X

Bangunan Gedung”, PT.Gramedia,


Jakarta.
SNI 03-4142-1996, (1996), “Metode
Pengujian Jumlah Bahan Dalam
Agregat Yang Lolos Saringan No.
200” Badan Standar Nasional.
SNI 03-4804-1998, 1998. “Metode Pengujian
Bobot Isi dan Rongga Udara dalam
Agregat”. Jakarta: Badan Standardisasi
Nasional.
SNI 15-2049-2004, Semen Portland
SNI 15-7064-2004, Semen Portland komposit
SNI 1970-2008, (2008), “Cara uji berat jenis
dan penyerapan air agregat halus”,
Badan Standar Nasional.
SK SNI T–15–1990–03, (1990), “Tata Cara
Pembuatan Rencana Campuran
Beton Normal”, DPU.
SK SNI T-15-1991-03. 1991. Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung. Departemen
Pekerjaan Umum. Yayasan LPMB.
Bandung.
Sriyati Ramadhani, (2011), “Pengaruh
Penambahan Serat Sabut Kelapa
Terhadap Parameter Kuat Geser Tanah
Berpasir”, Universitas Tadulako.

10

Anda mungkin juga menyukai