Laporan Akhir Studio 1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 181

STUDIO PROSES PERENCANAAN

DRAFT AKHIR
LAPORAN PENDATAAN
“KELURAHAN BESUSU TIMUR”

Disusun Oleh :
Heni Indah Dwi A. F 231 14 001
Agus Susetyo F 231 14 006
Zulfikar Syahdan F 231 14 008
Junior Toningki F 231 14 009
Pearly Dewi F. F 231 14 014
Reynard Sacti.P F 231 14 017
Zikry Noverizal F 231 14 016
Quraish Shihab F 231 14 020
Siti Nadya Syamsi I. F 231 14 024
Chairul Moh.Hatta F 231 14 028
Desy Damayanti F 231 14 033
Sri Adianingsi F 231 14 043
Dedi Setiady F 231 14 047

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH KOTA


FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR
UNIVERSITAS TADULAKO
KOTA PALU
2016

0
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota merupakan daerah yang memiliki mobilitas yang tinggi. Daerah perkotaan
menjadi pusat dalam setiap daerah. Ketersediaan akses sangat mudah didapatkan di
daerah perkotaan. Kota sebagai pusat kegiatan politik, ekonomi, sosial dan budaya
dengan sendirinya juga mempunyai warna tertentu atas kegiatan-kegiatan tersebut. Suatu
penonjolan kegiatan atau warna tertentu seringkali terlihat dengan jelas seperti Kota Palu.
Kota Palu mempunya banyak kegiatan dan warna terutama Budaya nya yang dipadu
dengan keindahan alamnya. Namun kota palu tetap tidak beda dengan kota yang lainnya,
yang tentunya disetiap kota memiliki masalah, tak terkecuali kota Palu.
Permasalahan di kota, seperti masalah sampah, ruang terbuka hijau, masalah drainase,
dan masalah kriminalitas merupakan permasalahan publik yang segera dicarikan solusi
agar dapat meminimalisir bahkan menyelesaikan permasalahan tersebut. Salah satu kota
di Indonesia yang memiliki permasalahan seperti diatas adalah Kota Palu dalam hal ini
kami mengambil cakupan kelurahan Besusu Timur.
Permasalahan sampah di kota memang sangat kompleks sehingga membutuhkan
pendekatan yang lebih untuk memecahkan masalah tersebut. Sampah dimanapun
tempatnya selalu menjadi biang masalah bagi lingkungan, terlebih lagi permasalahn
kurangnya TPSyang di sebabkan kurangnya lahan dan serta kurangnya kesadaran
masyarakat.
Kurangnya lahan juga berdampak bagi kurangnya RTH, Lahan menjadi permasalahan
dalam penyediaan ruang terbuka hijau karena lahan di Kota Palu Kelurahan Besusu
Timur telah banyak yang difungsikan menjadi bangunan keras dengan sedikit atau
bahkan tidak menyediakan untuk penghijauan. Apabila ini terus terjadi maka lingkungan
hidup di Kota Palu semakin minim terutama ruang terbuka hijau. Kesadaran masyarakat
mengenai pelestarian lingkungan hidup juga masih minim. Kurangnya kepedulian
masyarakat terhadap lingkungan hidup di sekitarnya akan mengurangi fungsi lingkungan
hidup sebagai bagian dari kehidupan masyarakat. Penataan lingkungan hidup di Kota Palu
terutama ruang terbuka hijau juga masih belum optimal karena berbagai permasalahan
lain yang saling berkaitan seperti lahan untuk ruang terbuka hijau dan pengelolaan ruang
terbuka hijau sehingga untuk menyelesaikan permasalahan ini harus secara keseluruhan
dan mengakar.

1
Permasalahan lingkungan disini seperti Ruang Terbuka Hijau (RTH) baik publik
maupun privat, taman kota, jalur hijau, dsb merupakan permasalahan lingkungan yang
sangat tergantung pada kesadaran seluruh kehidupan dunia terutama manusia. Pemerintah
Kota Palu sebagai pengambil keputusan harus dapat menyelesaikan permasalahan
lingkungan ini secara langsung maupun bertahap sesuai dengan kondisi yang ada di
masyarakat Kota Palu.
Semakin berkembangnya suatu daerah, lahan kosong untuk meresapkan air secara
alami akan semakin berkurang. Permukaan tanah tertutup oleh beton dan aspal, hal ini
akan menambah kelebihan air yang tidak terbuang. Kelebihan air ini jika tidak dapat
dialirkan akan menyebabkan genangan. Dalam perencanaan saluran drainase harus
memperhatikan tata guna lahan daerah tangkapan air saluran drainase yang bertujuan
menjaga ruas jalan tetap kering walaupun terjadi kelebihan air, sehingga air permukaan
tetap terkontrol dan tidak mengganggu pengguna jalan.
Genangan di ruas jalan masih sering terjadi di beberapa kota, khususnya kota padat
penduduk. Genangan di ruas jalan akan mengganggu masyarakat yang menggunakan
ruas jalan tersebut untuk melakukan aktivitas perekonomian. Jika masalah genangan
tersebut tidak teratasi, maka dapat memungkinkan terjadi bencana yang lebih besar
hingga merugikan masyarakat setempat baik harta benda maupun nyawa.

Permasalahan perkotaan juga bukan hanya masalah sarana dan prasarana,


diasumsikan bahwa di daerah perkotaan kriminalitas berkembang terus sejalan dengan
bertambahnya penduduk, pembangunan, modernisasi dan urbanisasi. Sehingga dikatakan
bahwa perkembangan kota selalu disertai dengan perkembangan kualitas dan kuantitas
kriminalitas. Akibatnya perkembangan keadaan ini menimbulkan keresahan masyarakat
dan pemerintah di kota tersebut. Sebagai suatu kenyataan sosial masalah kriminalitas ini
tidak dapat dihindari dan memang selalu ada. Sehingga wajar bila menimbulkan
keresahan, karena kriminalitas dianggap sebagai suatu gangguan terhadap kesejahteraan
penduduk daerah perkotaan serta lingkungannya.

Oleh karena itu kota harus memiliki Perencanaan yang tepat dalam menangani
masalah perkotaan yang ada. Begitu pula masalah yang ada di Kelurahan Besusu Timur
khususnya dimasing-masing RW yang ada di kelurahan tersebut. Hal tersebutlah yang
membuat kami membuat laporan akhir dari studio perencanaan kota yang membahas
tentang permasalahan yang ada di masing-masing RW yang ada di kelurahan Besusu
Timur.

2
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dari laporan ini adalah “apa saja permasalahan dimasing-masig RW
yang ada di kelurahan Besusu Timur serta konsep perencanaan seperti apa yang akan
diambil untuk menyelesaikan masalah persampahan, drainase dan ruang terbuka hijau ?”.

1.3 Tujuan dan Sasaran


1.3.1 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini yaitu untuk menghasilkan konsep
perencanaan untuk mengasi permasalahan persampahan, drainase dan ruang
terbuka hijau yang ada di Kelurahan Besusu Timur.

1.3.2 Sasaran
Sasaran guna mencapai tujuan dalam pembuatan laporan adalah :
 Mengidentifikasi kondisi persamapahan, drainase dan ruang terbuka hijau
di masing-masing RW yang ada di Kelurahan Besusu Timur
 Menganalisis kebutuhan permasalahan yang terjadi setiap RW yang ada di
Kelurahan Besusu timur
 Menyusun konsep arahan perencanaan sebagai upaya mengatasi masalah
yang ada masing-masing RW yang ada di Kelurahan Beusus Timur

1.4 Ruang Lingkup


Adapun ruang lingkup dari laporan ini dibagi atas dua, yaitu ruang lingkup spasial
yang terdiri dari ruang lingkup wilayah makro dan ruang lingkup wilayah mikro dan
ruang lingkup wilayah mikro dan ruang lingkup substansial yang berisi mengenai materi-
materi yang akan dibahas.
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup spasial dalam laporan ini terdiri dari ruang lingkup wilayah
makro dan wilayah mikro. Ruang lingkup wilayah makro dalam laporan ini
adalah wilayah Kelurahan Besusu Timur.
Sedangkan ruang lingkup spasial mikro dalam penyusunan laporan adalah
seluruh Kelurahan Besusu Timur yang meliputi 4 RW dan 20 RT yang ada di
Kelurahan tersebut.

3
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup substansial dalam penyusunan proposal teknis ini adalah
mancakup kajian mengenai prasarana sarana serta keberadaan permukiman
kumuh di Kelurahan Besusu Timur sesuai orientasi penyebab terjadinya
permasalahan-permasalahan di Kelurahan tersebut.

1.5 Sistematika Penyusunan Laporan


Bab I Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang
lingkup, sistematika penyusunan laporan.
Bab II Motode Pengumpulan Data
Bab ini terdiri dari metode pengumpulan data primer dan metode pegumpulan
data sekunder.
Bab III Tinjauan Pustaka
Terdiri atas teori mengenai, perencanaan kota, teori sarana dan prasarana, serta
teori Ruang Terbuka Hijau.
Bab IV Gambaran Umum Wilayah Studi
Berisi gambaran umum wilayah studi Kelurahan Besusu Timur yang terdiri dari
gambaran umum masing-masing RW yang ada di Kelurahan Besusu Timur.
Bab V Analisis Masalah
Berisi tentang analisis permasalahan masing-masing RW yang ada di Kelurahan
Besusu Timur.
Bab VI Konsep dan Arahan Perencanaan
Terdiri arahan perencanaan yang akan dikembangkan oleh masing-masing RW
yang ada di Kelurahan Besusu Timur.

4
BAB II

METODE PENGUMPLAN DATA

2.1 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti
dalam memperoleh data yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan sasaran
penelitian. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
beberapa metode yaitu:
a. Metode Pengumpulan Data Primer
Survei primer dalam penelitian ini merupakan pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan secara langsung (observasi lapangan). Survei primer
bertujuan untuk mendapatkan gambaran kondisi lingkungan dan perubahan-
perubahan yang terjadi dengan melihat dan mendengar fakta yang ada tanpa harus
mengambil sampel ataupun dengan mengambil sampel. Survei data primer terdiri
atas:
 Observasi
Pengamatan lapangan/observasi dilakukan dengan datang langsung ke
lokasi penelitian untuk mengetahui kondisi di lapangan yang berkaitan
dengan gambaran umum wilayah penelitian.

b. Metode Pengumpulan Data Sekunder


Metode pengumpulan data sekunder merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan survei sekunder, baik survei literatur maupun
survei instansional untuk mendapatkan dokumen formal.
 Survei Instansional
Survei instansi dilakukan untuk memenuhi data-data yang diperlukan
seperti data sekunder atau data-data yang bersifat pelengkap. Pada penelitian
ini survei instansi dilakukan pada instansional yang memiliki relevansi
dengan pembahasan seperti Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Kota Palu, dinas PU, Dinas Pariwisata Kota Palu dan sumber-sumber
lainnya.
 Survei Literatur

Studi literatur atau kepustakaan dilakukan dengan meninjau isi dari


literatur yang bersangkutan dengan tema penelitian ini, di antaranya berupa
buku, hasil penelitian, dokumen rencana tata ruang, tugas akhir, serta artikel
di internet dan media masa. Studi literatur dilakukan dengan membaca,
merangkum dan kemudian menyimpulkan semua referensi tentang optimasi
penggunaan lahan.

5
B A B III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Perencanaan Kota

 Pengertian perencanaan
Perencanaan kota akan lebih baik, jika terdapat keselarasan dan saling memahami antara
kekuatan pemerintah dan non-pemerintah. Perencanaan secara keseluruhan tidak dapat hanya
dilakukan oleh satu atau beberapa orang saja, namun dibutuhkan pengorganisasian beberapa
hirarki yang saling mendukung satu sama lain guna mencapai kesuksesan dalam suatu
perencanaan.

Dari sisi pemerintahan, perencanaan kota harus sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku bagi daerah perkotaan dan wilayah tertentu, yang berkaitan dengan kesehatan,
keamanan, dan kesejahteraan masyarakat, penggunaan tanah, pembagian persil dan kualitas
lingkungan. Perencanaan kota juga harus sesuai dengan budaya dan keadaan sosial
masyarakat yang tinggal di dalam kota tersebut. Karena pada hakekatnya perencanaan kota di
buat untuk memberikan kenyamanan, memberikan kemudahan, bahkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat kota sendiri.

Dalam proses perancanaan kota atau menyusun suatu perencanaan kota, para perencana
melakukan beberapa hal, diantaranya adalah mengumpulkan data. selanjutnya adalah
mengolah data menjadi informasi atau dengan kata lain para perencana menganalisis data-
data yang sudah diperoleh yang pada akhirnya akan memperoleh suatu hasil berupa proyeksi-
proyeksi masa depan yang digunakan untuk mengambil keputusan dan kebijakan
perencanaan suatu kota.

3.2 Utilitas Umum, Infrastruktur dan Prasarana Dasar


3.2.1 Pengertian
 Utilitas Umum
Fasilitas umum yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak yang mempunyai
sifat pelayanan lokal maupun wilayah di luar bangunan pelengkap dan perlengkapan
jalan.

6
 Prasarana Dasar
Segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses
(usaha, pembangunan, proyek). segala sesuatu yang merupakan penunjang utama
terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek).
 Infrasturktur
Barang modal dalam bentuk fisik dan non fisik dan ditujukan untuk mendukung
system aktifitas keruangan, infrastuktur mempunyai konteks yang lebih luas dari
utilitas.
3.3 Perencanaan Infrastruktur
Terdapat dua aspek dalam merencanakan infrastruktur di dalam suatu kota atau wilayah.
Aspek-aspek tersebut adalah:
a. Aspek Suply
Aspek ini meliputi kondisi eksisting dan kondisi masa depan
b. Aspek Demand
Aspek ini meliputi kondisi eksisting dan kondisi masa depan
3.4 Komponan Permasalahan
3.4.1 SAMPAH
 Pengertian Sampah
Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan
sendirinya (Chandra, 2007). Banyak sampah organik masih mungkin digunakan kembali/
pendaurulangan (re-using), walaupun akhirnya akan tetap merupakan bahan/ material yang
tidak dapat digunakan kembali (Dainur, 1995).
Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari benda atau hal-hal
yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang,
sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup. Dari segi ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sampah ialah sebagian dari sesuatu yang tidak
dipakai, disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan
yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi yang bukan biologis (karena
human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak
termasuk didalamnya).

7
 Jenis dan Karakteristik Sampah
A. Jenis Sampah
Pada prinsipnya sampah dibagi menjadi sampah padat, sampah cair dan
sampah dalam bentuk gas (fume, smoke). Sampah padat dapat dibagi menjadi
beberapa jenis yaitu :
1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya
a. Sampah anorganik misalnya : logam-logam, pecahan gelas, dan plastik
b. Sampah Organik misalnya : sisa makanan, sisa pembungkus dan sebagainya

2. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar


a. Mudah terbakar misalnya : kertas, plastik, kain, kayu
b. Tidak mudah terbakar misalnya : kaleng, besi, gelas

3. Berdasarkan dapat tidaknya membusuk


a. Mudah membusuk misalnya : sisa makanan, potongan daging
b. Sukar membusuk misalnya : plastik, kaleng, kaca (Dainur, 1995)
B. Karakteristik Sampah
1. Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau
sayuran dari hasil pengolahan yang sebagian besar terdiri dari zat-zat yang mudah
membusuk, lembab, dan mengandung sejumlah air bebas.

2. Rubbish terdiri dari sampah yang dapat terbakar atau yang tidak dapat terbakar
yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor-kantor, tapi
yang tidak termasuk garbage.

3. Ashes (Abu) yaitu sisa-sisa pembakaran dari zat-zat yang mudah terbakar baik
dirumah, dikantor, industri.

4. “Street Sweeping” (Sampah Jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar
baik dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari
kertas-kertas, daun-daunan.

5. “Dead Animal” (Bangkai Binatang) yaitu bangkai-bangkai yang mati karena


alam, penyakit atau kecelakaan.
6. Houshold Refuse yaitu sampah yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes, yang
berasal dari perumahan.

8
7. Abandonded Vehicles (Bangkai Kendaraan) yaitu bangkai- bangkai mobil, truk,
kereta api.

8. Sampah Industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri-industri,
pengolahan hasil bumi.

9. Demolition Wastes yaitu sampah yang berasal dari pembongkaran gedung.

10. Construction Wastes yaitu sampah yang berasal dari sisa pembangunan,
perbaikan dan pembaharuan gedung-gedung.

11. Sewage Solid terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat organik hasil
saringan pada pintu masuk suatu pusat pengelolahan air buangan.

12. Sampah khusus yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus misalnya
kaleng-kaleng cat, zat radiokatif. (Mukono, 2006)
 Sumber-Sumber Sampah
Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber berikut :
1. Pemukiman penduduk
Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga
yang tinggal dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau di kota.
Jenis sampah yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses
pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbsih),
perabotan rumah tangga, abu atau sisa tumbuhan kebun. (Dainur, 1995)
2. Tempat umum dan tempat perdagangan
Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan
melakukan kegiatan termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan
dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering,
abu, sisa bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.
3. Sarana layanan masyarakat milik pemerintah
Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat hiburan dan
umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (misalnya rumah sakit
dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai empat berlibur, dan
sarana pemerintah lain. Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan
sampah kering.

9
4. Industri berat dan ringan
Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman, industri kayu, industri
kimia, industri logam dan tempat pengolahan air kotor dan air minum,dan kegiatan
industri lainnya, baik yang sifatnya distributif atau memproses bahan mentah saja.
Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-
sisa bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya.
5. Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, ladang
ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yangtelah
membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman
(Chandra, 2007).
 Hubungan Pengelolaan Sampah terhadap Masyarakat dan Lingkungan
Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh bagi masyarakat
maupun lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruhnya tentu saja ada yang positif dan ada juga
yang negatif.
a. Pengaruh Positif
Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif
terhadap masyarakat maupun lingkungannya, seperti berikut :
1. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan
dataran rendah.
2. Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
3. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses
pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk
sampah tersebut terhadap ternak.
4. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang
biak serangga dan binatang pengerat.
5. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan
sampah.
6. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup
masyarakat.
7. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuaan budaya masyarakat.
8. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana kesehatan
suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan lain (Chandra,
2007)
10
b. Pengaruh Negatif
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif
bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya
masyarakat, seperti berikut.

1. Pengaruh terhadap kesehatan


a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai
tempat perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat, tikus, serangga,
jamur.
b. Penyakit demam berdarah meningkatkan incidencenya disebabkan vektor
Aedes Aegypty yang hidup berkembang biak di lingkungan, pengelolaan
sampahnya kurang baik (banyak kaleng, ban bekas dan plastik dengan
genangan air) (Dinas Kebersihan, 2009)
c. Penyakit sesak nafas dan penyakit mata disebabkan bau sampah yang
menyengat yang mengandung Amonia Hydrogen, Solfide dan
Metylmercaptan (Dinas Kebersihan, 2009).
d. Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera dan typus) disebabkan banyaknya
lalat yang hidup berkembang biak di sekitar lingkungan tempat penumpukan
sampah (Dinas Kebersihan, 2009).
e. Insidensi penyakit kulit meningkat karena penyebab penyakitnya hidup dan
berkembang biak di tempat pembuangan dan pengumpulan sampah yang
kurang baik. Penularan penyakit ini dapat melalui kontak langsung ataupun
melalui udara.
f. Penyakit kecacingan
g. Terjadi kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan misalnya
luka akibat benda tajam seperti kaca, besi, dan sebagainya
h. Gangguan psikomatis, misalnya insomnia, stress, dan lain-lain (Mukono,
1995)

2. Pengaruh terhadap lingkungan


a. Pengelolaan sampah yang kurang baik menyebabkan estetika lingkungan
menjadi kurang sedap dipandang mata misalnya banyaknya tebaran-tebaran
sampah sehingga mengganggu kesegaran udara lingkungan masyarakat
(Dinas Kebersihan, 2009).

11
b. Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan menyebabkan
aliran air akan terganggu dan saluran air akan menjadi dangkal (Mukono,
2006).
c. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-
gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.
d. Adanya asam organic dalam air serta kemungkinan terjadinya banjir maka
akan cepat terjadinya pengerusakan fasilitas pelayanan masyarakat antara
lain jalan, jembatan, saluran air, fasilitas jaringan dan lain-lain (Dinas
Kebersihan, 2009).
e. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya
kebakaran lebih luas.
f. Apabila musim hujan datang, sampah yeng menumpuk dapat menyebabkan
banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau
sumur dangkal.
g. Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat, seperti
jalan, jembatan, dan saluran air (Chandra, 2007).

3. Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat


a. Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial-budaya
masyarakat setempat.
b. Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan menurunkan minat dan
hasrat orang lain (turis) untuk datang berkunjung ke daerah tersebut (Mukono,
2006).
c. Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk setempat dan
pihak pengelola.
d. Angka kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehigga produktifitas
masyarakat menurun.
e. Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar
sehingga dana untuk sektor lain berkurang.
f. Penurunan pemasukan daerah (devisa) akibat penurunan jumlah wisatawan
yang diikuti dengan penurunan penghasilan masyarakat setempat.
g. Penurunan mutu dan sumber daya alam sehingga mutu produksi menurun dan
tidak memiliki nilai ekonomis.

12
h. Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas yang
dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa (Chandra, 2007).

 Timbulan Sampah
Timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah yang di hasilkan dari
jenis sumber sampah diwilayah tertentu persatuan waktu (Departemen PU, 2004). Timbulan
sampah adalah sampah yang dihasilkan dari sumber sampah (SNI, 1995). Timbulan sampah
sangat diperlukan untuk menentukan dan mendesain peralatan yang digunakan dalam
transportasi sampah, fasilitas recovery material, dan fasilitas Lokasi Pembuangan Akhir
(LPA) sampah.

Menurut SNI 19-3964-1995, bila pengamatan lapangan belum tersedia, maka untuk
menghitung besaran sistem, dapat digunakan angka timbulan sampah sebagai berikut:

1) Satuan timbulan sampah kota sedang 2,75-3,25 L/orang/hari atau 0,070-0,080


kg/orang/hari.
2) Satuan Timbulan sampah kota kecil = 2,5-2,75 L/orang/hari atau 0,625-0,70
kg/orang/hari
Keterangan :
o Untuk kota sedang jumlah penduduknya 100.000<p<500.000.
o Untuk kota kecil jumlah penduduknya < 100.000.

Prakiraan timbulan sampah baik untuk saat sekarang maupun dimasa mendatang
merupakan dasar dari perencanaan, perancangan dan pengkajian sistem pengelolaan
persampahan. Prakiraan timbulan sampah merupakan langkah awal yang biasa dilakukan
dalam pengelolaan persampahan. Satuan timbulan sampah biasanya dinyatakan sebagai
satuan skala kuantitas perorang atau perunit bangunan dan sebagainya. Rata- rata timbulan
sampah tidak akan sama antara satu daerah dengan daerah lainnya, atau suatu negara dengan
negara lainnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain (Damanhuri dan Padmi,
2004):

1) Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya.


2) Tingkat hidup.
3) Perbedaan musim.
4) Cara hidup dan mobilitas penduduk.

13
5) Iklim.
6) Cara penanganan makanannya.
 Komposisi Sampah
Komposisi sampah merupakan penggambaran dari masing-masing komponen yang
terdapat pada sampah dan distribusinya. Data ini penting untuk mengevaluasi peralatan yang
diperlukan, sistem, pengolahan sampah dan rencana manajemen persampahan suatu kota.
Pengelompokan sampah yang paling sering dilakukan adalah berdasarkan komposisinya,
misalnya dinyatakan sebagai % berat atau % volume dari kertas, kayu, kulit, karet, plastik,
logam, kaca, kain, makanan, dan sampah lain-lain (Damanhuri dan Padmi, 2004).
Semakin sederhana pola hidup masyarakat semakin banyak komponen sampah
organik (sisa makanan dan lain-lain). Dan semakin besar serta beragam aktivitas suatu kota,
semakin kecil proporsi sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga.
Komposisi sampah dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut (Tchobanoglous, 1993):
1. Frekuensi pengumpulan. Semakin sering sampah dikumpulkan, semakin tinggi
tumpukan sampah terbentuk. Sampah kertas dan sampah kering lainnya akan tetap
bertambah, tetapi sampah organik akan berkurang karena terdekomposisi.
2. Musim. Jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang
berlangsung.
3. Kondisi Ekonomi. Kondisi ekonomi yang berbeda menghasilkan sampah dengan
komponen yang berbeda pula. Semakin tinggi tingkat ekonomi suatu masyarakat,
produksi sampah kering seperti kertas, plastik, dan kaleng cenderung tinggi,
sedangkan sampah makanannya lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh pola hidup
masyarakat ekonomi tinggi yang lebih praktis dan bersih.
4. Cuaca. Didaerah yang kandungan airnya cukup tinggi, kelembaban sampahnya juga
akan cukup tinggi.
5. Kemasan produk. Kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan
mempengaruhi komposisi sampah. Negara maju seperti Amerika banyak
menggunakan kertas sebagai pengemas, sedangkan negara berkembang seperti
Indonesia banyak menggunakan plastik sebagai pengemas.
 Pengelolan Sampah
Teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan menurut SNI 03-3242-2008 terdiri
dari kegiatan pewadahan sampai dengan pembuangan akhir sampah harus bersifat terpadu
dengan melakukan pemilahan sejak dari sumbernya.

14
Sumber: SNI 19-3242-2008
Gambar 3. 1

Diagram Teknik Operasional Pengelolaan sampah

 Sistem Perwadahan dan Penggunaannya Menurut SNI 19-2454-2002 adalah sebagai


berikut:
Tabel 3. 1 Wadah dan Penggunaannya

No. Wadah Kapasitas Pelayanan Umum Wadah / Keterangan


life time
1 Kantong 10 – 40 L 1 KK 2 - 3 hari Individual
Plastik
2 Tong 40 L 1 KK 2 - 3 tahun Maksimal
pengambilan 3
hari 1 kali
3 Tong 120 L 2 - 3 KK 2 - 3 tahun Toko
4 Tong 140 L 4 - 6 KK 2 - 3 tahun
5 Kontainer 1.000 L 80 KK 2 - 3 tahun Komunal
6 Kontainer 500 L 40 KK 2 - 3 tahun Komunal
7 Tong 30 – 40 L Pejalan 2 - 3 tahun
Kaki, taman
Sumber: SNI 19-2454-2002

15
3.4.2 DRAINASE
 Pengertian Drainase
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota
(perencanaan infrastruktur khususnya). Menurut Suripin (2004) drainase mempunyai arti
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan
secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah
dalam kaitannya dengan salinitas. Jadi, drainase tidak hanya menyangkut air permukaan tapi
juga air tanah.
Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu
daerah, serta cara-cara penanggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut
(Suhardjono, dalam Kelompok Kerja Sanitasi Kota Denpasar, 2008). Dari sudut pandang
yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat
kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana
drainase di sini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air
permukaan dan bawah permukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga
berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki
daerah becek, genangan air dan banjir. Kegunaan saluran drainase ini antara lain :
1. Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah.
2. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
3. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
4. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.

Bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima (interceptor drain), saluran
pengumpul (collector drain), saluran pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain)
dan badan air penerima (receiving water). Di sepanjang sistem sering dijumpai bangunan
lainnya, seperti gorong-gorong, siphon, pelimpah, bangunan terjun dan stasiun pompa
(Suripin, 2004).
Persyaratan dalam perencanaan drainase adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan drainase harus sedemikian rupa sehingga fungsi fasilitas drainase
sebagai penampung, pembagi dan pembuang air sepenuhnya berdaya guna dan hasil
guna.

16
2. Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase harus mempertimbangkan faktor ekonomi
dan faktor keamanan.
3. Perencaan drainase harus mempertimbangkan segi kemudahan dan nilai ekonomis
terhadap pemeliharaan sistem drainase tersebut.
Dalam merencanakan drainase permukaan jalan dilakukan perhitungan debit aliran (Q)
perhitungan dimensi serta kemiringan selokan dan gorong-gorong, rumus-rumus, tabel, grafik
serta contoh perhitungannya.
(SNI 03-3424 : Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan, 1994)
Sebagai salah satu sistem dalam perencanaan perkotaan, maka sistem drainase yang ada
dikenal dengan istilah sistem drainase perkotaan. Berikut definisi drainase perkotaan menurut
Hasmar dalam Kelompok Kerja Sanitasi Kota Denpasar (2002).
1. Drainase perkotaan yaitu ilmu drainase yang mengkhususkan pengkajian pada
kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial-budaya
yang ada di kawasan kota.
2. Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah
perkotaan yang meliputi :
a. Pemukiman.
b. Kawasan industri dan perdagangan.
c. Kampus dan sekolah.
d. Rumah sakit dan fasilitas umum.
e. Lapangan olahraga.
f. Lapangan parkir.
g. Instalasi militer, listrik, telekomunikasi.
h. Pelabuhan udara.
Saat ini sistem drainase sudah menjadi salah satu infrastruktur perkotaan yang sangat
penting. Kualitas manajemen suatu kota dapat dilihat dari kualitas sistem drainase yang ada.
Sistem drainase yang baik dapat membebaskan kota dari genangan air. Genangan air
menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan jorok, menjadi sarang nyamuk, dan sumber
penyakit lainnya, sehingga dapat menurunkan kualitas lingkungan, dan kesehatan
masyarakat.

17
 Macam Drainase
a. Drainase Sistem Gravitasi
Drainse sistem gravitasi adalah sistem drainase yang paling sederhana, yaitu
pengaliran air dari tempat yang lebih tinggi ke lebih rendah. Pada daerah perbukitan
biasanya kemiringan tanahnya cukup curam dan menyebabkan kecepatan aliran di
saluran melampui batas maksimum, sehingga diperlukan bangunan terjun agar tidak
merusak permukaan saluran.

b. Drainase Sistem Sub Surface


Drainase sistem sub surface yaitu sistem pematusan permukaan tanah akibat
adanya curah hujan dengan cara meresapkan ke dalam tanah untuk kemudian
ditampung, disalurkan melalui pipa berpori (dengan kedalaman tertentu) ke sistem
jaringan drainase yang ada disekitar lokasi pori tersebut. Penentuan kedalaman pipa
berdasarkan pada perbedaan muka tanah dan muka air banjir. Semakin dalam pipa
maka jarak antara pipa semakin jauh. Apabila kedalaman pipa dangkal, maka jarak
pipa semakin dekat. Untuk pertimbangan ekonomi sehingga perlu dicari kedalaman
pipa yang paling murah dan mudah dilaksanakan (Sugiyanto, 2001). Perhitungan sub
surface drainase berdasarkan asumsi sebagai berikut:
1. Tidak adanya aliran runoff (aliran permukaan).
2. Kondisi lapisan dan permukaan kering.
3. Tidak ada air yang keluar / masuk daerah tangkapan.
c. Drainase Sistem Polder
Drainase sistem polder digunakan apabila penggunaan drainase sistem
gravitasi sudah tidak memungkinkan lagi, walaupun biaya dan operasinya lebih
mahal. Drainase sistem polder akan digunakan pada kondisi sebagai berikut ini:
a. Elevasi atau ketinggian muka tanah lebih rendah dari pada elevasi muka air laut
pasang. Pada daerah tersebut sering terjadi genangan akibat air pasang (rob).
b. Elevasi muka tanah lebih rendah dari pada muka air banjir di sungai yang
merupakan outlet saluran drainase kota.
c. Daerah yang mengalami penurunan, sehingga daerah tersebut yang semula lebih
tinggi dari muka air laut pasang maupun muka air banjir di sungai diprediksikan
akan tergenang.
Sesuai dengan kondisi di lapangan, maka ada enam bentuk sistem polder yaitu:

18
• Drainase sistem polder dengan menggunakan pompa dan kolam retensi di satu
tempat. Digunakan apabila lahan untuk keperluan kolam retensi tidak ada
masalah.
• Drainase sistem polder dengan menggunakan pompa dan kolam retensi.
Digunakan apabila kondisi di lapangan tidak memiliki lahan yang cukup
(pemukiman padat).
• Drainase sistem polder dengan pompa dan tampungan memanjang.
• Drainase sistem polder dengan pompa dan kolam retensi tidak di satu tempat.
• Drainase sistem polder dengan kolam retensi dan kolam air.
• Drainase sistem polder tanpa kolam retensi dan kolam air.
 Sistem Jaringan Saluran Drainase
Menurut Hasmar dalam Kelompok Kerja sanitasi Kota Denpasar (2008), Sistem
jaringan drainase perkotaan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu :
i. Sistem Drainase Makro
Sistem drainase makro yaitu sistem saluran/badan air yang menampung dan
mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada
umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem saluran pembuangan
utama (major system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran
yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-
sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang
antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan
dalam perencanaan sistem drainase ini.
ii. Sistem Drainase Mikro
Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang
menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan
yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan,
saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota
dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar.
Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2,5
atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem drainase untuk
lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro.
Selanjutnya Subarkah (1990) juga membagi saluran sungai menjadi 3 bagian, yaitu:
1) Saluran Drainase Utama / Primer

19
Saluran yang berfungsi sebagai pembuangan utama / primer adalah sungai/ tukad
yang ada di wilayah perencanaan yang cukup berpotensi untuk menampung dan
mengalirkan air buangan dari saluran sekunder serta limpasan permukaan yang ada
pada daerah tangkapan sungai tersebut. Sungai-sungai yang berfungsi sebagai
pembuangan utama yang ada di wilayah studi perlu untuk diketahui jumlahnya dan
masing-masing sungai akan terbentuk sistem drainase dan pola aliran tertentu, dengan
batas-batas yang sesuai dengan topografi.
2) Saluran Drainase Sekunder
Fungsi dari saluran sekunder adalah untuk menampung air drainase tersier serta
limpasan air permukaan yang ada untuk diteruskan ke drainase utama (sungai).
Berdasarkan konstruksi/saluran drainase dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
 Saluran terbuka, dibuat pada daerah dimana masih cukup tersedia lahan serta
bukan merupakan daerah yang sibuk (pertokoan, pasar, dan sebagainya)
 Saluran tertutup, dapat dipertimbangkan pemakaiannya ditempat – tempat
yang produksi sampahnya melebihi rata – rata, seperti : pasar, terminal,
pertokoan, dan pada daerah yang lalu lintasnya padat.
3) Saluran Drainase Tersier
Fungsi saluran tersier adalah untuk meneruskan pengaliran air buangan maupun air
limpasan permukaan menuju ke pembuangan sekunder. Data mengenai kondisi
saluran tersier tidak begitu banyak diperlukan dalam perencanaan sistem pembuangan
air hujan. Banjir yang terjadi pada saluran tersier bersifat setempat, sedangkan banjir
pada saluran sekunder dan saluran pembuangan utama akan membawa dampak yang
luas bagi kehidupan masyarakat baik yang menyangkut sosial, ekonomi, maupun
kesehatan. Selain itu sistem drainase juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
drainase bagi kawasan hunian dan kota serta menunjang kebutuhan pembangunan
dalam menunjang terciptanya skenario pengembangan kota untuk kawasan andalan
dan menunjang sektor unggulan yang berpedoman pada Rencana Umum Tata Ruang
Kota.
Sedangkan Karmawan dalam Kelompok Kerja Sanitasi kota Denpasar (2008) membagi pola
jaringan drainase menjadi enam macam, antara lain:
1) Siku
Digunakan pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi daripada
sungai. Sungai sebagai saluran pembuangan akhir berada di tengah kota.
2) Paralel
20
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Apabila terjadi perkembangan
kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.
3) Grid iron
Digunakan untuk daerah dengan sungai yang terletak di pinggir kota, sehingga
saluran-saluran cabang dikumpulkan dahulu pada saluran pengumpul.
4) Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar.
5) Radial
Digunakan untuk daerah berbukit, sehingga pola saluan memencar ke segala arah.
6) Jaring-jaring
Mepunyai saluran-saluran pembuangan yang mengikuti arah jalan raya dan cocok
untuk daerah dengan topografi datar.

3.5.3 RTH (Ruang Terbuka Hijau)


 Konsepsi Dasar RTH
a. Pengertian RTH Kota dan RTH Publik
Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan
yang berfungsi sebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kota terdiri atas pertamanan
kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan
olahraga, kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau di klasifikasi berdasarkan
status kawasan, bukan berdasarkan bentuk dan struktur vegetasinya (Riswandi, 2004).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan,
Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Dalam ruang terbuka hijau
pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara
alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan
dan sebagainya.
Ruang terbuka hijau (RTH) adalah suatu lapang yang ditumbuhi berbagai
tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari penutup tanah, semak, perdu dan pohon
(tanaman tinggi berkayu); Sebentang lahan terbuka tanpa bangunan yang mempunyai
ukuran, bentuk dan batas geografis tertentu dengan status penguasaan apapun, yang di
dalamnya terdapat tetumbuhan hijau berkayu dan tahunan (perennial woody plants),
21
dengan pepohonan sebagai tumbuhan penciri utama dan tumbuhan lainnya (perdu,
semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan
pelengkap, serta benda-benda lain yang juga sebagai pelengkap dan penunjang fungsi
RTH yang bersangkutan (Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan
Umum, 2006).
Peraturan Menteri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Perkotaan, Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang disingkat
RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh
tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi
dan estetika. RTHKP Publik adalah RTHKP yang penyediaan dan pemeliharaannya
menjadi tanggungjawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Pemanfaatan RTHKP publik
dikelola oleh Pemerintah Daerah dengan melibatkan para pelaku pembangunan.
RTHKP publik tidak dapat dialihfungsikan. Pemanfaatan RTHKP publik dapat
dikerjasamakan dengan pihak ketiga ataupun antar pemerintah daerah.
b. Peran dan Fungsi RTH
Dalam masalah perkotaan, RTH merupakan bagian atau salah satu subsistem
dari sistem kota secara keseluruhan. RTH sengaja dibangun secara merata di seluruh
wilayah kota untuk memenuhi berbagai fungsi dasar yang secara umum dibedakan
menjadi:
a. Fungsi bio-ekologis (fisik), yang memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian
dari sistem sirkulasi udara (’paru-paru kota’), pengatur iklim mikro, agar sistem
sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh,
produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap (pengolah)
polutan media udara, air dan tanah, serta penahan angin;
b. Fungsi sosial, ekonomi (produktif) dan budaya yang mampu menggambarkan ekspresi
budaya lokal, RTH merupakan media komunikasi warga kota, tempat rekreasi, tempat
pendidikan, dan penelitian;
c. Ekosistem perkotaan; produsen oksigen, tanaman berbunga, berbuah dan berdaun
indah, serta bisa mejadi bagian dari usaha pertanian, kehutanan, dan lain-lain;
d. Fungsi estetis, meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik (dari
skala mikro: halaman rumah, lingkungan permukiman, maupun makro: lansekap kota
secara keseluruhan). Mampu menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota.
Juga bisa berekreasi secara aktif maupun pasif, seperti: bermain, berolahraga, atau
kegiatan sosialisasi lain, yang sekaligus menghasilkan ’keseimbangan kehidupan fisik
22
dan psikis’. Dapat tercipta suasana serasi, dan seimbang antara berbagai bangunan
gedung, infrastruktur jalan dengan pepohonan hutan kota, taman kota, taman kota
pertanian dan perhutanan, taman gedung, jalur hijau jalan, bantaran rel kereta api,
serta jalur biru bantaran kali (Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen
Pekerjaan Umum, 2006).
Sedangkan menurut Peraturan Menteri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan , Fungsi RTHKP adalah sebagai berikut:
a. Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan;
b. Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara;
c. Tempat perlindungan plasma nuftah dan keanekaragaman hayati;
d. Pengendali tata air; dan
e. Sarana estetika kota.

c. Manfaat RTH
Manfaat RTH secara langsung dan tidak langsung, sebagian besar dihasilkan
dari adanya fungsi ekologis, atau kondisi ’alami’ ini dapat dipertimbangkan sebagai
pembentuk berbagai faktor. Berlangsungnya fungsi ekologis alami dalam lingkungan
perkotaan secara seimbang dan lestari akan membentuk kota yang sehat dan
manusiawi. Secara langsung, manfaat RTH adalah berupa bahan-bahan yang untuk
dijual dan kenyamanan fisik. Sedangkan RTH yang manfaatnya tidak langsung adalah
bermanfaat dalam perlindungan tata air dan konservasi hayati/untuk keanekaragaman
hayati. Selain itu, RTH dapat bermanfaat bagi kesehatan dan ameliorasi iklim
(Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008).
Menurut Peraturan Menteri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, manfaat RTHKP adalah sebagai berikut:
a. Sarana untuk mencerminkan identitas daerah;
b. Sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan;
c. Sarana rekreasi aktif dan pasif serta interkasi sosial;
d. Meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan;
e. Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah;
f. Sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula;
g. Sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat;
h. Memperbaiki iklim mikro; dan
i. Meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan.
23
d. Jenis-Jenis RTH Kawasan Perkotaan (RTHKP)
Menurut Peraturan Menteri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, jenis RTHKP meliputi:

1) Taman kota
Taman kota merupakan ruang didalam kota yang ditata untuk menciptakan keindahan,
kenyamanan, keamanan, dan kesehatan bagi penggunanya. Taman kota dilengkapi dengan
beberapa fasilitas untuk kebutuhan masyarakat kota sebagai tempat rekreasi. Selain itu, taman
kota difungsikan sebagai paru-paru kota, pengendali iklim mikro, konservasi tanah dan air,
dan habitat berbagai flora dan fauna. Apabila terjadi suatu bencana, maka taman kota dapat
difungsikan sebagai tempat posko pengungsian. Pepohonan yang ada dalam taman kota dapat
memberikan manfaat keindahan, penangkal angin, dan penyaring cahaya matahari. Taman
kota berperan sebagai sarana pengembangan budaya kota, pendidikan, dan pusat kegiatan
kemasyarakatan. Pembangunan taman dibeberapa lokasi akan menciptakan kondisi kota yang
indah, sejuk, dan nyaman serta menunjukkan citra kota yang baik.

2) Taman wisata alam


Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama
untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. Kawasan ini dikelola
oleh pemerintah dan dikelola dengan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa beserta ekosistemnya (Ditjenphka, 2010).

3) Taman rekreasi
Taman rekreasi merupakan tempat rekreasi yang berada di alam terbuka tanpa
dibatasi oleh suatu bangunan, atau rekreasi yang berhubungan dengan lingkungan dan
berorientasi pada penggunaan sumberdaya alam seperti air, hujan, pemandangan alam atau
kehidupan di alam bebas. Kegiatan rekreasi dibedakan menjadi kegiatan yang bersifat aktif
dan pasif. Kegiatan yang cukup aktif seperti piknik, olah raga, permainan, dan sebagainya
melalui penyediaan sarana-sarana permainan.

4) Taman lingkungan perumahan dan permukiman


Taman lingkungan perumahan dan permukiman merupakan taman dengan klasifikasi
yang lebih kecil dan diperuntukkan untuk kebutuhan rekreasi terbatas yang meliputi populasi
terbatas/masyarakat sekitar. Taman lingkungan ini terletak disekitar daerah permukiman dan
perumahan untuk menampung kegiatan-kegiatan warganya. Taman ini mempunyai fungsi

24
sebagai paru-paru kota (sirkulasi udara dan penyinaran), peredam kebisingan, menambah
keindahan visual, area interaksi, rekreasi, tempat bermain, dan menciptakan kenyamanan
lingkungan.

5) Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial


Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial merupakan taman dengan
klasifikasi yang lebih kecil dan diperuntukkan untuk kebutuhan terbatas yang meliputi
populasi terbatas/pengunjung. Taman ini terletak di beberapa kawasan institusi, misalnya
pendidikan dan kantor-kantor. Institusi tersebut membutuhkan ruang terbuka hijau
pekarangan untuk tempat upacara, olah raga, area parkir, sirkulasi udara, keindahan dan
kenyamanan waktu istirahat belajar atau bekerja.

6) Taman hutan raya


Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan
dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang
dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi (Ditjenphka, 2010).

7) Hutan kota
Hutan kota adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan asosiasinya yang tumbuh di
lahan kota atau sekitarnya, berbentuk jalur, menyebar, atau bergerombol (menumpuk),
strukturnya meniru (menyerupai) hutan alam, membentuk habitat yang memungkinkan
kehidupan bagi satwa liar dan menimbulkan lingkungan sehat, suasana nyaman, sejuk, dan
estetis. Berdasarkan PP No. 63 Tahun 2002, hutan kota didefinisikan sebagai suatu hamparan
lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan
baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat
yang berwenang.

8) Hutan lindung
Hutan lindung/mangrove merupakan kawasan hutan yang mempunyai fungsi sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Selain itu,
huta lindung/mangrove adalah sebidang RTH dikawasan perkotaan yang berfungsi sebagai
kawasan lindung dengan kegiatan sangat ketat dan hati-hati, habitat satwa liar, penyangga
lingkungan, dengan radius pelayanan untuk seluruh warga, luas areal sepanjang lahan
tersedia, dilengkapi sarana dan fasilitas standar jalan setapak.

25
9) Bentang alam seperti gunung, bukit, lereng dan lembah
RTH bentang alam adalah ruang terbuka yang tidak dibatasi oleh suatu bangunan dan
berfungsi sebagai pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan; pengendali
pencemaran dan kerusakan tanah, air, dan udara; tempat perlindungan plasma nutfah dan
keanekaragaman hayati; pengendali tata air; dan sarana estetika kota.

10) Cagar alam


Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya
mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu
dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Sesuai fungsinya, kawasan cagar
alam ini dapat dimanfaatkan untuk penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan,
pendidikan, dan kegiatan penunjang budidaya (Ditjenphka, 2010).

11) Kebun raya


Kebun raya adalah suatu area kebun yang ditanami berbagai jenis tumbuhan yang
ditujukan terutama untuk keperluan penelitian. Selain itu, kebun raya juga digunakan sebagai
sarana wisata dan pendidikan bagi pengunjung. Dua buah bagian utama dari sebuah kebun
raya adalah perpustakaan dan herbarium yang memiliki koleksi tumbuh-tumbuhan yang telah
dikeringkan untuk keperluan pendidikan dan dokumentasi (Wikipedia Ensiklopedia Bebas,
2010).

12) Kebun binatang


Kebun binatang adalah tempat dimana hewan dipelihara dalam lingkungan buatan
serta dipertunjukkan kepada publik. Selain menyuguhkan atraksi kepada pengunjung dan
memiliki berbagai fasilitas rekreasi, kebun binatang juga mengadakan programprogram
pembiakan, penelitian, konservasi, dan pendidikan (Wikipedia Ensyclopedya free, 2010)

13) Pemakaman umum


Pemakaman umum merupakan salah satu fasilitas sosial yang berfungsi sebagai
tempat pemakaman bagi masyarakat yang meninggal dunia. Pemakaman umum juga
memiliki fungsi lainnya seperti cadangan ruang terbuka hijau, daerah resapan air, dan paru-
paru kota. Lahan pemakaman selain digunakan untuk tempat pemakaman, umumnya
memiliki sedikit lahan untuk ruang terbangun dan sisanya ditanami berbagai jenis tumbuhan.
RTH pemakaman perlu dikembangkan untuk mendukung kebutuhan akan lahan RTH yang
semakin menyempit dan langka di wilayah perkotaan. Lahan pemakaman umum perlu ditata
dengan baik untuk mencapai tujuannya sebagai daerah resapan air dan paru-paru kota.

26
Ketersediaan sarana penunjang (jalan, tempat sampah, lampu taman, areal parkir, dan
lainnya) di lokasi pemakaman juga merupakan hal yang perlu diperhatikan sehingga areal
pemakaman tidak lagi berkesan menakutkan.

14) Lapangan olah raga


Lapangan olahraga merupakan lapangan yang dibangun untuk menampung berbagai
aktifitas olahraga seperti sepak bola, voli, atletik, dan golf serta sarana-sarana penunjangnya.
Fungsi lapangan olahraga adalah sebagai wadah olahraga, tempat bermain, pertemuan, sarana
interaksi dan sosialisasi, serta untuk meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya.

15) Lapangan upacara


Lapangan upacara merupakan lapangan yang dibangun untuk kegiatan upacara.
Umumnya kegiatan ini dilakukan di halaman perkantoran yang cukup luas dan lapangan olah
raga.

16) Parkir terbuka


Area parkir merupakan unsur pendukung sistem sirkulasi kota yang dapat menambah
kualitas visual lingkungan. Lahan parkir terbuka yang ada di perkantoran, hotel, restoran,
pusat perbelanjaan, dan lainnya hendaknya ditanami dengan pepohonan agar tercipta
lingkungan yang sejuk dan nyaman.

17) Lahan pertanian perkotaan


Pertanian kota adalah kegiatan penanaman, pengolahan, dan distribusi pangan di
wilayah perkotaan (Wikipedia Ensyclopedya free, 2010). Kegiatan ini tentunya
membutuhkan lahan yang cukup luas. Oleh karena itu, lahan ini biasanya jarang ditemui di
wilayah perkotaan yang cenderung memiliki lahan yang sudah terbangun. Hasil pertanian
kota ini menyumbangkan jaminan dan keamanan pangan yaitu meningkatkan jumlah
ketersediaan pangan masyarakat kota serta menyediakan sayuran dan buahbuahan segar bagi
masyarakat kota. Selain itu, pertanian kota juga dapat menghasilkan tanaman hias dan
menjadikan lahan-lahan terbengkalai kota menjadi indah. Dengan pemberdayaan masyarakat
penggarap maka pertanian kota pun menjadi sarana pembangunan modal sosial.

18) Jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET)


SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) dan SUTET (Saluran Udara Tegangan
Ekstra Tinggi) adalah sistem penyaluran listrik yang ditujukan untuk menyalurkan energi
listrik dari pusat-pusat pembangkit yang jaraknya jauh menuju pusat-pusat beban sehingga

27
energi listrik bisa disalurkan dengan efisien. Daerah sekitarnya hendaklah tidak dijadikan
daerah terbangun, tapi dijadikan RTH jalur hijau. RTH ini berfungsi sebagai pengamanan,
pengendalian jaringan listrik tegangan tinggi, dan mempermudah dalam melakukan
perawatan instalasi.

19) Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa


Sempadan adalah RTH yang berfungsi sebagai batas dari sungai, danau, waduk, situ,
pantai, dan mata air atau bahkan kawasan limitasi terhadap penggunaan lahan disekitarnya.
Fungsi lain dari sempadan adalah untuk penyerap aliran air, perlindungan habitat, dan
perlindungan dari bencana alam. Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan
sungai termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai, mengamankan aliran sungai, dan
dikembangkan sebagai area penghijauan. Kawasan sekitar waduk/danau/situ adalah kawasan
di sekeliling waduk/danau/situ yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi waduk/danau/situ.

20) Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian
Jalur hijau jalan adalah pepohonan, rerumputan, dan tanaman perdu yang ditanam
pada pinggiran jalur pergerakan di samping kiri-kanan jalan dan median jalan. RTH jalur
pengaman jalan terdiri dari RTH jalur pejalan kaki, taman pulo jalan yang terletak di tengah
persimpangan jalan, dan taman sudut jalan yang berada di sisi persimpangan jalan. Median
jalan adalah ruang yang disediakan pada bagian tengah dari jalan untuk membagi jalan dalam
masingmasing arah yang berfungsi mengamankan ruang bebas samping jalur lalu lintas.

21) Kawasan dan jalur hijau


Kawasan adalah suatu area yang dimanfaatkan untuk kegiatan tertentu di wilayah
perkotaan dan memiliki fungsi utama lindung atau budidaya. Ruang terbuka hijau kawasan
berbentuk suatu areal dan non-linear dan ruang terbuka hijau jalur memiliki bentuk koridor
dan linear. Jenis RTH berbentuk areal yaitu hutan (hutan kota, hutan lindung, dan hutan
rekreasi), taman, lapangan olah raga, kebun raya, kebun pembibitan, kawasan fungsional
(perdagangan, industri, permukiman, pertanian), kawasan khusus (hankam, perlindungan tata
air, dan plasma nutfah). Sedangkan RTH berbentuk jalur yaitu koridor sungai, sempadan
danau, sempadan pantai, tepi jalur jalan, tepi jalur kereta, dan sabuk hijau.

28
22) Daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara
Daerah penyangga adalah wilayah yang berfungsi untuk memelihara dua daerah
atau lebih untuk beberapa alasan (Wikipedia Ensyclopedya free, 2010). Salah satu jenis
daerah penyangga adalah daerah penyangga lapangan udara. Daerah penyangga ini berfungsi
untuk peredam kebisingan, melindungi lingkungan, menjaga area permukiman dan komersial
di sekitarnya apabila terjadi bencana, dan lainnya.

23) Taman atap (roof garden)


Taman atap adalah taman yang memanfaatkan atap atau teras rumah atau gedung sebagai
lokasi taman. Taman ini berfungsi untuk membuat pemandangan lebih asri, teduh, sebagai
insulator panas, menyerap gas polutan, mencegah radiasi ultraviolet dari matahari langsung
masuk ke dalam rumah, dan meredam kebisingan. Taman atap ini juga mampu mendinginkan
bangunan dan ruangan dibawahnya sehingga bisa lebih menghemat energy seperti
pengurangan pemakaian AC. Tanaman yang sesuai adalah tanaman yang tidak terlalu besar
dengan sistem perakaran yang mampu tumbuh pada lahan terbatas, tahan hembusan angin,
dan tidak memerlukan banyak air.

Tabel 3.2 Jenis, Fungsi, dan Tujuan Pembangunan RTH

No Jenis RTH Fungsi Tujuan Keterangan


Lahan
1 TAMAN KOTA Ekologis, Keindahan (tajuk, tegakan Mutlak dibutuhkan bagi kota,
(termasuk: Taman Rekreatif, pengarah, pengaman, pengisi dan keserasian, rekreasi aktif dan
Bermain Anak / Estetis, pengalas), kurangi cemaran, pasif, nuansa rekreatif,
Balita), Taman Olahraga meredam bising, perbaiki iklim terjadinya keseimbangan
Bunga, (Lansia) (terbatas) mikro, daerah resapan, mental (psikologis) dan fisik
penyangga sistem kehidupan, manusia, habitat, keseimbangan
kenyamanan. eko-sistem
2 JALUR (tepian) Konservas, Perlindungan, mencegah Perlindungan total tepi kiri-
SEMPADAN SU- Pencegah okupansi penduduk, mudah kanan bantaran sungai (+/- 25-
NGAI dan Erosi, menyebabkan erosi, iklim mikro, 50 meter) rawan erosi.
PANTAI Penelitian penahan ‘badai’. Taman Laut.
3 TAMAN – OLAH Kesehatan, Kenikmatan, pendidikan, Rekreasi aktif, sosialisasi,
RAGA, Rekreasi kesenangan, kesehatan, interaksi, mencapai prestasi,
BERMAIN, kenyamanan. menumbuhkan kepercayaan
RELAKSASI diri.
4 TAMAN Pelayanan Pelindung, pendukung ekosistem Dibutuhkan seluruh anggota
PEMAKAMAN Publik makro, ‘ventilasi’ dan masyarakat, menghilangkan

29
(UMUM) (umum), ‘pemersatu’ ruang kota. rasa ‘angker’.

Keindahan

5 PERTANIAN Produksi, Kenyamanan spasial, visual, Peningkatan produktivitas


KOTA Estetika, audial dan thermal, ekonomi. budidaya tanaman pertanian.
Pelayanan
Public
(umum)
6 TAMAN Konservas, Pelayanan masyarakat dan Pelestarian, perlindungan, dan
(HUTAN) KOTA/ Pendidika, penyangga lingkungan kota, pemanfaatan plasma nutfah,
PERHUTANAN Produksi wisata alam, rekreasi, produksi keanekaragaman hayati,
hasil ‘hutan’: iklim mikro, pendidikan penelitian.
oksigen, ekonomi.
7 TAMAN SITU, Konservas, Keseimbangan ekosistem, Pelestarian SD-air, flora &
DANAU, Keamanan rekreasi (pemancingan). fauna (budidaya ikan air tawar).
WADUK,
EMPANG
8 KEBUN RAYA, Konservas, Keseimbangan ekosistem, Pelestarian plasma nutfah,
KEBUN Pendidika, rekreasi, ekonomi. elemen khusus Kota Besar,
BINATANG Penelitian Kota Madya.
(Nursery)
9 TAMAN Konservas, Reservasi, perlindungan situs, ‘Bangunan’ sebagai elemen
PURBAKALA Preservasi, sejarah – national character taman.
Rekreasi building.
10 JALUR HIJAU Keamanan Penunjang iklim mikro, thermal, Pengaman: Jalur lalu-lintas, Rel
PENGAMANAN estetika. KA, jalur listrik tegangan
tinggi, kawasan industri, dan
‘lokasi berbahaya’ lain.
11 TAMAN Keindahan, Penunjang iklim mikro, Pemenuhan kebutuhan pribadi
RUMAH sekitar Produksi ‘pertanian subsistem’: TOGA (privacy), penyaluran ‘hobby’
bangunan Gedung (tanaman obat keluarga)/Apotik pada lahan terbatas,
- tingkat Hidup, Karangkitri (sayur dan mampu memenuhi kebutuhan
‘PEKARANGAN’ buah-buahan). keluarga secara berkala dan
‘subsistent’’.
Sumber: Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, 2006
2.1.5 Sarana ruang terbuka, taman dan lapangan olah raga merupakan komponen
berwawasan lingkungan, yang mempunyai arti sebagai suatu lansekap, hardscape, taman
atau ruang rekreasi dalam lingkup urban. Peran dan fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH)
ditetapkan dalam Instruksi Mendagri no. 4 tahun 1988, yang menyatakan "Ruang terbuka

30
hijau yang populasinya didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau budidaya
tanaman, dalam pemanfataan dan fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya fungsi
ekologis dan penyangga kehidupan wilayah perkotaan. SNI nomor 2003-1733 Tahun
2004

Tabel 3.3 Sarana Terbuka, Taman dan Lapangan Olah Raga

CATATAN Acuan tabel diambil dari SNI 03-1733-1989, tentang Tata cara perencanaan
kawasan perumahan kota.

31
BAB IV

GAMBARAN UMUM PERMASALAHAN WILAYAH STUDI

4.1 Kondisi Geografis

Kelurahan Besusu Timur merupakan salah satu bagian dari wilayah kecamatan Palu
Timur, Kota Palu. Kelurahan Besusu Timur memiliki luas wilayah 0,60 km 2, berada
diketinggian 47m dari atas permukaan laut dan memiliki bentuk permukaan tanah 100
Daratan/Plain yang terdiri dari 4 RW dan 20 RT. Kelurahan Besusu Timur berbatasan dengan
dengan wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Talise


Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Lolu Utara
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Besusu Tengah
Sebelah Timur berbatasan dengan Kerlurahan Tanamodindi

Kelurahan Lolu Utara

Gambar 4.1 Peta Batas Administrasi Kelurahan Besusu Timur


 Luas Wilayah Kelurahan
Luas Wilayah Kelurahan : 62 Ha
Jumlah Dusun / Lingkungan :-

32
Jumlah Rukun Warga : 4 RW
Jumlah Rukun Tetangga : 20 RT

Tabel 4.1
Luas Wilayah Kelurahan Besusu Timur
Tahun 2011-2015
Tahun Luas/Area (Km2) Presentase
2011 0,60 0,32
2012 0,60 0,32
2013 0,60 7,78
2014 0,60 7,78
2015 0,60 7,78
Sumber: BPS Kecamatan Palu Timur Tahun 2011-2015
Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa luas/area di Kelurahan Besusu
Timur tidak mengalami perubahan setiap tahunnya. Luas wilayah kelurahan Besusu Timur
adalah 0,60 km2 setiap tahunnya. Sementara presentase luas wilayah Besusu mengalami
perubahan setiap tahunnya yaitu pada tahun 2011 dan 2012 sebesar 0,32 dari Kecamatan Palu
Timur dan padatahun 2013-2015 sebesar 7,78. Hal tersebut diakibatkan oleh pemekaran
Kecamatan yang terjadi pada tahun 2012,sehingga pada tahun sebelum pemekaran
Kecamatan, Kelurahan Beusu Timur memiliki peresentase 0,32 % dari seluruh luas wilayah
Kecamatan Palu Timur. Namun setelah pemekaran menjadi 7,78 % dari seluruh luas wilayah
Kecamatan Palu Timur.

 Iklim
Kondisi iklim di Kelurahan Besusu Timur termaksud dalam iklim tropis yang
memiliki 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau seperti halnya Kelurahan lain
di Kota Palu. Musim hujan terjadi selama 6 bulan yang berlangsung dari bulan April
sampai September sedangkan musim kemarau terjadi selama 6 bulan yang berlangsung
dari bulan Oktober sampai dengan bulan Maret.
 Topografi
Topografi merupakan bentuk dan variasi perubahan permukaan bumi. Topografi
ditentukan dengan melihat garis-garis kontur pada peta topografi. Topografi diwilayah
Besusu Timur permukaan yang datar. Topografi kawasan Besusu Timur dapat dilihat
dari presentase morfologi dan ketinggian tempat perkelurahan tersebut disajikan dalam
Tabel 2.

33
Tabel 4.2
Keadaan Topografi menurut Bentuk Permukaan Tanah di Besusu Timur
Tahun 2011-2015
Bentuk Permukaan Tanah
Tahun
Dataran (%) Perbukitan (%) Pengunungan (%)
2011 100 - -
2012 100 - -
2013 100 - -
2014 100 - -
2015 100 - -
sumber : Kecamatan Palu Timur dalam Angka

Bentuk permukaan tanah di Kelurahan Besusu Tengah 100% dataran, tidak memiliki
perbukitan dan pegunungan.

4.2 Konstelasi Wilayah Studi dengan Wilayah Sekitarnya


Kelurahan Besusu Timur memiliki peran sebagai pusat pelayanan bagi masyarakat
sekitar kelurahan tersebut bahkan jangkauan pelayanannya hingga ke kelurahan
lainnya. Misalnya seperti sekolah-sekolah yang berada di Kelurahan ini yang mana
siswanya merupakan siswa yang tidak hanya bertempat tinggal di kelurahan ini namun
dari berbagai kelurahan hingga kecamatan.
Kelurahan Besusu Timur ini memiliki keunggulan dari lokasinya yang hal ini
disebabkan karena kelurahan ini termaksud dalam pusat kota. Dengan jalur yang
menghubungkan berbagai pusat kegiatan lainnya. Hal ini menyebabkan aktifitas
penduduk semakin meningkat terutama peningkatan permukiman penduduk
dikarenakan penduduknya yang terus bertambah.
Konstelasi yang terjadi di Kelurahan Besusu Timur dengan wilayah sekitarnya
yaitu dapat dilihat dari salah satu fungsi kelurahan ini yang menyediakan fasilitas
pendidikan. Kelurahan Besusu Timur merupakan kawasan dengan fasilitas pendidikan
yang cukup terkenal di Kota Palu yaitu antara lain Kampus Nonreguler Untad, Lab
School dan Man 2 yang menjadi daya tarik para pelajar maupun mahasiswa pada
fasilitas pendidikan di Kelurahan tersebut.

4.3 Kependudukan
a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di Kelurahan Besusu Timur setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Meningkatnya jumlah penduduk di kelurahan Beususu timur diakibatkan

34
tingginya jumlah kelahiran dan banyaknya migrasi yang masuk kekelurahan Besusu
Timur selam 5 tahun terakhir. Dari pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.3 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Tahun 2011-2015
Kepadatan
Tahun Luas/Area (Km2) Jumlah Penduduk
Penduduk
2011 0,60 7.916 13.193
2012 0,60 8.062 13.437
2013 0,60 10.233 17.055
2014 0,60 10.238 17.063
2015 0,60 10.408 17.347
Sumber: BPS Kecamatan Palu Timur Tahun 2011-2015

Jumlah Penduduk
12.000
10.000 10.233 10.238 10.408
8.000 7.916 8.062
6.000
4.000
2.000
0
1 2 3 4 5

Jumlah Penduduk

Sumber: BPS Kecamatan Palu Timur Tahun 2011-2015


Gambar 4.2 Grafik Jumlah Penduduk Tahun 2011-2015

Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah penduduk terhadap luas


wilayah. Berdasarkan tabel dan grafik diatas, dapat diuraikan tingkat kepadatan di Kelurahan
Besusu Timur yang paling tertinggi terjadi pada tahun 2015 dengan tingkat kepadatan
penduduk sebesar 17.347 jiwa Km2. Sedangkan tahun dengan tingkat kepadatan penduduk
rendah terjadi pada tahun 2011 sebesar 13.193. Namun luwas wilayahnya tetap yaitu 0,6
Km2.

35
b. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Tabel 4.4
Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011-2015
Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah Penduduk
2011 3.920 3.996 7.916
2012 3.992 4.070 8.062
2013 5.146 5.087 10.233
2014 5.077 5.161 10.238
2015 5.157 5.249 10.406
Sumber: BPS Kecamatan Palu Timur Tahun 2011-2015

Laki-Laki Perempuan Jumlah Penduduk

12.000 10.233 10.238 10.406


10.000
7.916 8.062
8.000
5.087 5.161 5.249
6.000
3.996 4.070
5.146 5.077 5.157
4.000
3.920 3.992
2.000
0
20111 20122 20133 20144 20155

Sumber: BPS Kecamatan Palu Timur Tahun 2011-2015


Gambar 4.3 Grafik Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011-2015

Penduduk di Kelurahan Besusu Timur berdasarkan sumber data dan catatan registrasi
5 tahun terakhir menunjukan jumlah penduduk pada tahun 2011 kurang lebih 7.916 jiwa,
dengan perbandingan laki-laki sebesar 3.920 dan perempuan 3.996. Jumlah tersebut
mengalami pertumbuhan setiap tahunnya hingga mencapai 10.406 jiwa pada tahun 2015.
Pertumbuhan penduduk di Kelurahan Besusu Timur tersebut di dominasi oleh penduduk
perempuan dari pada laki-laki.

36
c. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Tabel4.5 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013

No Kelompok Umur Laki - Laki Perempuan

1 0–4 3280 3276


2 5–9 3285 3280
3 10 – 14 3086 3081
4 15 – 19 3713 3707
5 20 – 24 3972 3966
6 25 – 29 3293 3288
7 30 – 34 2861 2857
8 35 – 39 2543 2540
9 40 – 44 2232 2228
10 45 – 49 1748 1746
11 50 – 54 1375 1374
12 55 – 59 905 904
13 60 – 64 607 607
14 65 + 816 815
Sumber: BPS Kecamatan Palu Timur Tahun 2013

Grafik Piramida Penduduk Kelurahan Besusu Timur Tahun 2013

60 – 64

50 – 54

40 – 44

30 – 34

20 – 24

10 – 14

0–4
-6000 -4000 -2000 0 2000 4000 6000

Laki - Laki Perempuan

Sumber: BPS Kecamatan Palu Timur Tahun 2013


Gambar4.4 Piramida Penduduk
Piramida penduduk Kelurahan Beusu Timur tahun 2013 menunjukan alas terpanjang
pada kelompok umur 20-24 tahun, semetara alas terpendek pada kelompok umur 60-64
tahun. Puncak piramida tahun 2013 tidak melebar yang berarti proporsi penduduk pada
37
usia tua semakin kurang. Hal ini mengindikasikan meningkatnya usia harapan hidup
sebagai dampak meningkatnya derajat kesehatan dan membaikan gizi masyarakat.

d. Jumlah Rumah Tangga di Kelurahan Besusu Timur


Tabel 4.6 Jumlah Rumah Tangga Tahun 2011-2015
Jumlah Jumlah Rata-rata
No. Tahun Penduduk Rumah Penduduk per
(Jiwa) Tangga Rumah Tangga
1 2011 7916 2059 4
2 2012 8062 2080 4
3 2013 10233 3099 3
4 2014 10238 2391 4
5 2015 10408 2465 4
Sumber: BPS Kecamatan Palu Timur Tahun 2010-2014

3500
3000 3099
2500 2391 2465
2000 2059 2080
1500
1000
500
0
1
2011 2
2012 3
2013 4
2014 5
2015
Jumlah Rumah Tangga

Sumber: BPS Kecamatan Palu Timur Tahun 2010-2014


Gambar 4.5 Grafik Jumlah Rumah Tangga Tahun 2011-2015
Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa jumlah rumah tangga di
kelurahan Besusu Timur sangat tinggi terjadi pada tahun 2013 dengan jumlah rumah tangga
3099 dan terendah pada tahun 2011 yaitu 2059.
e. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Besusu Timur
Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2013
Tahun Lulusan Pendidikan Umum Jumlah
TK 844
SD 520
SLTP 904
2013
SMA 3.342
AKADEMIK ( D-1 dan D III ) 431
SARJANA 241
Sumber: Profi Kelurahan Besusu Timur Tahun 2013

38
4% TK
7% 14%
SD
8%
SLTP

SMA
14%
AKADEMIK ( D-1 dan D III )
53% SARJANA

Sumber: Tim Penyusun Laporan


Gambar 4.6 Grafik Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2013
Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk menurut
tingkat pendidikan pada tahun 2013 yang paling tertinggi adalah penduduk lulusan SMA
dengan jumlah 3.342 dan presentase 53 % dan untuk yang terendah adalah Sarjana berjumlah
241 dengan presentase hanya 4 %.

f. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Beusu Timur


Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tahun 2013
Tahun Mata Pencaharian Jumlah
Karyawan / PNS 2.163
Wiraswasta / Pedagang 1. 270
Tani -
2013 Pertukangan 135
Nelayan -
Pensiun 176
Jasa 322
Sumber: Profi Kelurahan Besusu Timur Tahun 2013
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk menurut mata
pencaharian pada tahun 2013 yang paling tertinggi adalah mata pencaharian karyawan/PNS
dengan jumlah 2.163 dan untuk yang terendah atau sama sekali tidak ditemukan adalah
Petani dan Nelayan.

g. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kelurahan Besusu Timur


Tabel 4.9 Jumlah Penduduk Menurut Agama Tahun 2011-2015
Tahun Islam Protestan Katolik Hindu Budha Jumlah
2011 7153 460 247 31 26 7.917
2012 7285 468 251 31 26 8.061

39
2013 8.416 1.192 404 188 33 10.233
2014 8.663 1.227 417 195 33 10.535
2015 8.607 1.213 411 191 34 10.456
Sumber: BPS Kecamatan Palu Timur Tahun 2011-2015

10.000
9.000 8.416 8.663 8.607
8.000
7.153 7.285
7.000 Islam
6.000 Protestan
5.000
Katolik
4.000
3.000 Hindu
2.000 Budha
1.192 1.227 1.213
1.000 460 247 468 251 417 411191
404 188 195
0
2011 2012 2013 2014 2015

Sumber: BPS Kecamatan Palu Timur Tahun 2010-2014


Gambar 3.7 Grafik Presentase Jumlah Penduduk Menurut Agama Tahun 2011-2015
Penduduk Kelurahan Besusu Timur dalam lima tahun terakhir pada umumnya
memeluk agama Islam dengan jumlah terbanyak terjadi pada tahun 2014 sebesar 8.663.
Sedangkan pada agama-agama lainnya juga terjadi pada tahun 2014 seperti protestan sebesar
1.227 orang, Katolik 417 orang, Hindu 185 orang dan Budha 33 orang.

h. Jumlah Kelahiran, Kematian dan Migrasi Penduduk di Kelurahan Besusu Timur


Tabel 4.11 Banyaknya Kelahiran, Kematian, dan Migrasi Penduduk
Di Kelurahan Besusu Timur
Tahun 2011-2015
Migrasi
Tahun Kelahiran Kematian
Masuk Keluar
2011 - - - -
2012 - - - -
2013 - - - -
2014 109 169 380 238
2015 201 41 82 20
Sumber: BPS Kecamatan Palu Timur Tahun 2010-2014
Tiga komponen demografi yang berpengaruh terhadap struktur penduduk adalah
kelahiran, kematian, dan migrasi. Jumlah kelahiran penduduk di Kelurahan Besusu Timur
dalam rentang 2011-2015 yang diketahui hanya tahun 2014-2015 dan jumlah kematian di

40
Kecamatan Palu Timur sepanjang tahun 2011-2015 data yang ada hanya tahun 2014 dan
2015 Sedangkan untuk migrasi dikelompokkan menjadi migrasi masuk (risen) dan migrasi
keluar. Migrasi risen menggambarkan penduduk suatu wilayah berada bukan di wilayah
domisili pada setahun terakhir. Migrasi risen ini dapat dikatakan adalah migran baru yang
masuk ke suatu wilayah administrasi. Jumlah migrasi risen di Kelurahan Besusu Timur
sepanjang tahun 2011-2015 data yang ada hany tahun 2014-2015. Dan migrasi keluar adalah
penduduk yang keluar dengan tujuan menetap di daerah lain. Migrasi keluar di Kelurahan
Besusu Timur sepanjang tahun 2011-2015 yang ada hanya tahun 2014-2015.

3.4 Penggunaan Lahan


Kelurahan Besusu Timur merupakana daerah perkotaan yang berorientasi pada
layanan jasa yang berimplikasi terhadap pemanfaatan ruang sehingga potensi dan
pengembangan sektor pertanian sama sekali tidak ada. Pemanfaatan lahan di kelurahan
Besusu Timur mencakup permukiman dan perumahan, perdagangan, perkantoran,
pendidikan, kesehatan, dan peribadatan.

Gambar 4.8 Peta Penggunaan Lahan Kelurahan Besusu Timur

41
3.5 Sistem Aktivitas
Wilayah studi merupakan kawasan yang cukup ramai dengan aktifitas masyarakat yang
beragam. Selain itu, ditambah dengan perkembangan jumlah lahan terbangun di kelurahan ini
yang terus meningkat didukung dengan kawasannya yang strategis. Pergerakan manusia
sebagai ciri adanya aktifitas jelas terlihat apalagi intensitas pergerakan yang meningkat pada
waktu-waktu tertentu seperti pada waktu sibuk pagi, siang dan sore saat masyarakat keluar
untuk melakukan aktifitas harian seperti bekerja dan bersekolah, pagi dan siang menjadi
waktu pergi dan pulang sekolah para pelajar sementara disisi lain juga pagi dan sore menjadi
waktu pergi dan pulang para pekerja. Beberapa aktifitas masyarakat yang berada di
Kelurahan Besusu Timur antara lain :
a. Aktifitas Perdagangan dan Jasa
Aktifitas perdagangan dan jasa yang berada di kawasan studi tersebar
diberbagai tempat pada kelurahan ini. Terdapat swalayan, toko, kios serta jasa-jasa
cuci mobil dan bengkel yang tersebar di kelurahan ini.
b. Aktifitas Pendidikan
Pada kawasan studi kebaradaan fasilitas sekolah sebagai sarana pendidikan
yang mana sudah dilengkapi dengan sarana pendidikan yang terdiri dari Sekolah
Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas
(SMA)/MAN (Madrasa Aliyah Negeri) serta sebuah Sekolah Tinggi (UNTAD
Nonreguler). Hal ini menunjukkan tingginya aktifitas pendidikan pada kawasan ini
yang seharusnya dapat menunjang masyarakat mendapat pendidikan yang lebih
layak.
c. Aktifitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang berada di Kelurahan Besusu Timur yaitu banyak
klinik dokter mulai bersalin maupun klinik dokter umum. Sarana tersebut
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai alternatif lain dari rumah sakit, sehingga
masyarakat sekitar tetap mendapat pelayanan kesehatan yang baik selain rumah
sakit.
d. Aktifitas Permukiman
Berdasarkan tingkat kepadatan bangunan di Kelurahan Besusu Timur sangat
terlihat jelas bahwa daerah terbangun yaitu permukiman yang lebih mendominasi
dibandingkan daerah tidak terbangun. Hal tersebut mengindikasikan tingginya
kepadatan di Kelurahan Besusu Timur disebabkan tingginya permukiman.

42
3.6 Infrastruktur
1. Kondisi Prasarana di Kelurahan Besusu Timur
Utilitas merupakan sarana pendukung yang membantu perkembangan dari sebuah
wilayah. Jaringan tersebut terdiri dari jenis jaringan listrik, jaringan drainase,
jaringan air bersih. Berikut penjelasan dari masing-masing jenis utilitas :
a. Jaringan Listrik
Sumber aliran listrik Kelurahan Besusu Timur bersumber dari PLN. Umumnya
masyarakat Kelurahan Besusu Timur sudah menggunakan listrik PLN sebagai
pembantu aktifitas-aktifitas masyarakat sehari-hari.

Gambar 4.8 Gardu Listrik

b. Jaringan Air Bersih


Air bersih adalah salah kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia, dan untuk
jaringan air bersih, penduduk Kelurahan Besusu Timur sebagian memanfaatkan
air bersih yang berasal dari PDAM, dan sebagiannya menggunakan sumur suntik
untuk kebutuhan mencuci, dll.

Gambar 4.9 Jaringan Air Bersih

43
c. Jaringan Drainase

Gambaran 4.10 Jaringan Drainase


Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di
bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia.
Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah
atau gorong-gorong di bawah tanah. Drainase berperan penting untuk
mengatur suplai air demi pencegahan banjir. Di Kelurahan Besusu Timur
apabila ditinjau dari fungsinya terdapat drainase primer, drinase sekunder dan
drainase tersier. Kondisi fisik drainase secara umum baik tetapi di beberapa
tempat perumahan tidak memiliki drainase.

2. Kondisi Sarana di kelurahan Besusu Timur


a. Permukiman
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik
yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan. Dari hasil survey yang dilakukan
pada Kelurahan Besusu Timur ada beberapa klasifikasi yang didapatkan untuk
fasilitas permukiman, yakni :
 Kondisi Permukiman
Ditinjau dari keseluruhan permukiman rata-rata kondisi bangunan yang ada di
Kelurahan Besusu Timur masuk dalam kategori kurang baik, dan baik.

44
Gambar 4.10 Kondisi Permukiman

 Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan di Kelurahan Besusu Timur terbagi menjadi 2 kategori
yakni :
- Kondisi Lingkungan Baik
Di Kelurahan Besusu Timur kondisi lingkungan yang baik, drainase
lancar, kebersihan baik, adanya penghijauan mini dan perkerasan jalan
yang baik.
- Kondisi Lingkungan Buruk
Kondisi lingkungan yang buruk terletak beberapa dibagian wilayah
Kelurahan Besusu Timur, dimana lingkungan tersebut terlihat kumuh
sehingga kebersihannya masih kurang.
b. Pendidikan
Kelurahan Besusu Timur memiliki tipe pendidikan umum. Sarana pendidikan
yang ada di wilayah Kelurahan Besusu Timur adalah Peruguruan Tinggi
(Universitas Tadulako), 2 SMA (MAN 2 Model Palu dan SMA LAB School),
SMP (SMP LAB School), SD (SDN 25 Palu), dan TK. Di wilayah kelurahan ini
masih sangat kurang sarana pendidikan sehingga masyarakat sangat merasa
kurang untuk masalah pendidikan
Tabel 3.10 Fasilitas Pendidikan Tahun 2013
No Fasilitas Pendidikan Jumlah Fasilitas ( Unit )
1 TK 1
2 SD 1
3 SLTP 1
4 SMU/SMK 2
5 KAMPUS/P.T 1
6 YAYASAN/KURSUS 1
Jumlah 7
Sumber : Profil Kelurahan Besusu Timur 2013

45
Gambar 4.11 Peta Sarana Pendidikan

Perguruan Tinggi MAN 2 Model SMA LABSCHOOL

SMP LABSCHOOL TK
Gambar 4.12 Sarana Pendidikan
c. Kesehatan
46
Kelurahan Besusu Timur memiliki 2 buah posyandu, 3 buah klinik bersalin, 2
buah praktek dokter dan 5 apotek. Di wilayah kelurahan ini masih sangat kurang
untuk membantu pengobatan kesehatan masyarakat.

Tabel 3.11
Fasilitas Kesehatan Tahun 2013
No Fasilitas Kesehatan Jumlah Fasilitas ( Unit )
1 Posyandu 2
2 Klinik Bersalin 3
3 Puskesmas 1
4 Tempat Peraktek dokter/Bidan 2
5 Apotik Rumah Obat 5
Jumlah 13
Sumber : Profil Kelurahan Besusu Timur 2013

Gambar 3.13 Peta Sarana Kesehatan

47
Apotik Praktek Dokter Klinik Fisioterapi
Gambar 3.14 Sarana Kesehatan

d. Peribadatan
Banyak dan Jenis peribadatan dalam suatu wilayah biasanya tidak lepas dari
mayoritas kepercayaan agama yang diyakini oleh penduduknya. Kelurahan
Besusu Timur yang mayoritas penduduknya pemeluk agama islam memiliki 4
Masjid dan sedangkan bagi agama nasrani memiliki 2 Gereja. Sarana peribadatan
sangatlah cukup bagi masyarakat yang memeluk agama islam maupun nasrani
untuk tempat beribadah.

Tabel 3.12
Fasilitas Peribadatan Tahun 2013
No Fasilitas Peribadatan Jumlah Fasilitas ( Unit )
1 Mesjid 6
2 Gereja 2
Jumlah 8
Sumber : Profil Kelurahan Besusu Timur 2013

48
Gambar 3.15 Peta Sarana Peribadatan

Mesjid Gereja
Gambar 3.16 Sarana Peribadatan

e. Pemerintahan dan Pelayanan Umum


Fasilitas perkantoran Kelurahan Besusu Timur ada 4 yaitu Kantor Kelurahan,
Komisi Pemilihan Umum (KPU), Kementrian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertahanan Nasional, Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah. Kondisi semua
perkantoran di Kelurahan Besusu Timur dalam kondisi bangunan yang masih
baik.

49
Tabel 3.13 Fasilitas Perkantoran Pemerintahan dan Pelayanan Umum Tahun 2013
No Fasilitas Pelayanan Umum Jumlah Fasilitas ( Unit )
1 Pos hansip 1
2 Gardu listrik 12
3 Kantor kelurahan 1
4 Loket pembayaran air bersih 1
5 Loket pembayaran listrik 1
6 Bak Sampah Kecil 1
7 Pos polisi 1
Jumlah 18
Sumber : Profil Kelurahan Besusu Timur 2013

Gambar 4.17 Peta Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum

50
Kantor Kelurahan Kantor KPU
Gambar 3.18 Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum

f. Perdagangan dan Niaga


Di Kelurahan Besusu Timur jenis fasilitas perdagangan dan jasa terbagi seperti
warung dengan jumlah 71, dan Toko/Kios adalah 53. Fasilitas ini dapat ditemukan
diberbagai sudut tepat di kelurahan Besusu Timur.

Tabel 3.14
Fasilitas Perdagangan dan Niaga Tahun 2013
No Fasilitas Pelayanan Umum Jumlah Fasilitas ( Unit )
1 Warung 53
2 Toko/Kios 71
Jumlah 134
Sumber : Profil Kelurahan Besusu Timur 2013

51
Gambar 4.19 Peta Sarana Perdagangan dan Jasa

Kios Rumah Makan/Warung


Gambar 3.20 Sarana Perdagangan dan Jasa

52
g. Fasilitas Olahraga

Tabel 3.15 Fasilitas Olahraga Tahun 2013


No Fasilitas Olahraga Jumlah Fasilitas ( Unit )
1 Lapangan Sepak Bola 1
2 Lapangan Volly 1
3 Lapangan Sepak Takraw 1
Jumlah 3
Sumber : Profil Kelurahan Besusu Timur 2013
Fasilitas olahraga yang ada di kelurahan Besusu timur menurut data kelurahan tersebut
berjumlah 3 yang terdiri atas lapangan takraw 1, volly 1 dan lapangan sepak bola 1. Fasilitas
ini dimanfaatkan sebagai tempat berolahraga setiap harinya.

53
4.7 GAMBARAN UMUM RW
4.7.A Gambaran Umum RW 01
A. Batas Administrasi
Kecamatan Palu Timur Kota Palu, dimekarkan pada tanggal 17 Desember 1995 yang
terdiri dari 5 kelurahan yang memanjang dari utara ke selatan, yaitu Besusu Barat, Besusu
Tengah, Besusu Timur, Lolu Utara, dan Lolu Selatan masing-masing dengan luas daratan
0,87 km², 2,26 km², 0,60 km², 2,69 km², dan1,29 km².

Kelurahan Besusu Timur merupakan salah satu bagian dari wilayah kecamatan Palu
Timur, Kota Palu. Kelurahan Besusu Timur memiliki luas wilayah 0,60 km 2, berada
diketinggian 47m Dari Atas Permukaan Laut dan memiliki bentuk permukaan tanah 100
Daratan/Plain yang terdiri dari 4 RW dan 20 RT. Adapun batas adminstratif Kelurahan
Besusu Timur adalah :

 Sebelah Utara (Kelurahan Talise)


 Sebelah Selatan (Kelurahan Lolu Utara)
 Sebelah Barat (Kelurahan Besusu Tengah)
 SebelahTimur (Kelurahan Tanah Modindi)

RW 01 termasuk dalGam Kelurahan Besusu Timur, yang merupakan salah satu


bagian wilayah Palu Timur. Untuk memudahkan koordinasi warga masyarakat, RW 01
dibentuk 5 Rukun Tetangga (RT) meliputi RT 01, RT 02, RT 03, RT 04, RT 05.

B. Kondisi Geografis
Secara geografis Kelurahan Besusu Timur mempunyai ketinggian dari permukaan laut
adalah 3 m dari sebagian Ketinggian Kecamatan Palu Timur.

C. Orbitasi
Orbitasi (jarak dari pusat pemerintahan) adalah sebagai berikut :
1. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan : 5 km
2. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten/Kotamadya : 1,5 km
3. Jarak dari Ibu Kota Provinsi : 1 km
Setelah melihat keadaan wilayahnya, dapat diketahui bahwa Kelurahan Besusu
Timur tidak jauh dari pusat Kota Palu sehingga bias dijangkau atau diakses oleh
masyarakat.

54
D. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan yang berada di RW 01 Kelurahan Besusu Timur dapat dikatakan
baik karena dalam hal ini, penggunaan lahan pada lokasi studi sebagian besar
permukiman didukung oleh sarana dan prasarananya seperti Sarana Peribadatan,
Perkantoran, Jaringan drainase dan lain – lain. Namun sayangnya di RW 1 ini tidak
terdapat Ruang Terbuka Hijau (RTH ) karena lokasinya yang sangat sempit.
E. Kependudukan
Dengan lahan yang ada, dapat disimpulkan bahwa jumlah masyarakat dengan
luas lahan sekarang ini masih dapat seimbang lahan masih cukup untuk ditempati
pembangunan.

F. Ketersediaan Sarana kelurahan Besusu Timur RW 1


Kebutuhan akan sarana menjadi hal yang harus terpenuhi untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Pembangunan dalam penyediaan sarana dan prasarana dalam
memberikan pelayanan sosial dapat dilihat dari tersedianya sarana dan prasarana dalam
menyediakan kebutuhan masyarakat dalam lingkungan, Seperti sarana peribadatan.
Sarana-sarana yang ada di RW 01 Kelurahan Besusu Timur yaitu perdagangan
dan jasa, sarana pemerintahan, dan peribadatan. Berikut ini merupakan penjelasan dari
sarana yang ada di RW 01 Kelurahan Besusu Timur.
1. Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Jumlah sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum di RW 01 Kelurahan Besusu
Timur yaitu 2 berupa kantor.

Sumber: hasil survey lapangan 2016


Gambar 4.a.1
Kondisi eksisting sarana pemerintahan dan pelayanan umum

55
2. Sarana Peribadatan
Dalam hal keagamaan penduduk di RW 01 Kelurahan Besusu Timur rata-rata
menganut agama islam. Sarana keagamaan di RW 01 hanya terdiri dari sarana peribadatan
berupa Gereja yang berjumlah 2 buah dan tidak terdapat rumah peribadatan yang lain. Masjid
tidak dibangun di dalam RW 1 karena jumlah penduduknya masih sedikit sehingga harus
dibangun diluar RW 1 agar banayak orang yang menempati masjid tersebut

Sumber: hasil survey lapangan 2016

Gambar 4.a.2
Kondisi eksisting sarana peribadatan

3. Sarana Perdagangan dan Jasa


Sarana Perdagangan dan jasa yang ada di RW 01 meliputi warung, salon, bengkel,
dan bengkel las, tidak adanya toko di RW 1 karena lahannya yang terlalu sempit sehingga
sulit untuk membangun toko.

Sumber: hasil survey lapangan 2016

Gambar 4.a.3
Kondisi eksisting sarana pemerintahan dan pelayanan umum

56
4. RTH (Ruang Terbuka Hijau)

Sarana ruang terbuka hijau di kelurahan Besusu Timur khususnya di RW 01 sampai


saat ini belum ada karena sempitnya lahan. Kebutuhan ruang terbuka hijau yang ada di RW
01 hanya dipenuhi melalui adanya vegetasi tanaman yang ditanam didepan halaman rumah
dan bahu jalan yang ada di RW 01. Vegetasi tanaman yang tumbuh di bahu-bahu jalan di RW
01 kebanyakan tanaman dengan ukuran setinggi mata kaki dan diatas kepala manusia yang
sengaja ditanam sebagai pelindung para pejalan kaki pada waktu siang hari.

Kondisi vegetasi di bahu jalan kondisi vegetasi dihalaman rumah

Sumber: Hasil Survei Lapangan Tahun 2016

Gambar 4.a.4
Kondisi Eksisting Vegetasi Tanaman di
RW 01 Kelurahan Besusu Timur Tahun 2016

57
Ketersediaan Prasarana Kota

Prasarana dan jaringan utilitas merupakan infrastruktur yang dibutuhkan untuk


menunjang kegiatan sosial ekonomi masyarakat, maupun terhadap upaya peningkatan
kualitas lingkungan. Prasarana wilayah yang dimaksud meliputi prasarana jalan, kelistrikan,
telekomunikasi, air bersih, pembuangan limbah dan persampahan.

1. jaringan Jalan

Jaringan jalan merupakan sarana penghubung antar wilayah atau kawasan yang
berfungsi sebagai prasarana transportasi, yang tidak hanya digunakan sebagai jalur
aliran barang dan penumpang tetapi juga berperan sebagai pembuka keterhubungan
antar kawasan terutama pada kawasan yang terbelakang.
Kondisi jalan di RW 01 terdiri atas jalan aspal dimana kondisi jalan tersebut
baik.
Sedangkan pada jalan lingkungannya terbuat dari coran dan susnan batako.

Jalan lingungan RW 1

Sumber: Hasil Survei Lapangan Tahun 2016

Gambar 4.a.5
Kondisi Eksisting Prasarana Jalan Kelurahan Besusu Timur Tahun 2016

58
2. Jaringan Drainase

a. Kondisi Fisik
 Dimensi Saluran Drainase
Dimensi saluran drainase yang ada di RW 01 berbeda-beda lebar dan kedalamannya.
Saluran drainase yang ada di RW 01 sebagian besar tidak mengikuti standar SNI
yang ada. Berikut tabel dimensi saluran drainase yang ada di RW 01.

Tabel 4.a.1 Dimensi Saluran Drainase


JALAN TINGGI LEBAR

Ki Hajar Dewantoro 110 cm 67 cm

S. Parman 75 cm 69 cm

Setia Budi 108 cm 74 cm

Lrg. Perjuangan 24 cm 28 cm

Sisinga mangaraja 66 cm 60 cm
Sumber : Hasil Observasi

 Saluran Drainase
saluran drainase adalah jenis saluran drainase yang mana terbagi menjadi dua
jenis saluran drainase diantarnya saluran drainase tertutup yang biasanya dibangun
di jalan-jalan yang termasuk sebagai jalan arteri dan kolektor primer. Sementara
untuk jenis saluran drainase terbuka merupakn jenis saluran yang paling banyak
ditemukan. Jenis saluran ini sebagian besar di bangun dijalan-jalan baik arteri,
kolektor, lokal maupun lingkungan.

59
Sebagian besar saluran drainase yang ada di RW 01 merupakan jenis saluran
drainase terbuka. Seperti pada gambar berikut.

Sumber : Hasil Observasi

Gambar 4.a.6
Saluran Drainase

Sistem drainase di kelurahan Besusu Timur terbagi menjadi saluran tersier,


saluran primer dan saluran sekunder.
o Saluran tersier yang sudah diperkeras (pasangan mortar maupun cor beton).
Fasilitas saluran tersier menjadi kebutuhan bagi setiap keberadaan permukiman.
o Saluran sekunder, umumnya mengikuti pola jalan sebaiknya saluran/ got dikiri
kanan sudah diperkeras dengan pemeliharaan secara berkala.
o Saluran primer berupa sungai (besar/kecil) yang bermuara kelaut.
 Bentuk Saluran Drainase
Bentuk saluran drainase yang ada Kelurahan Besusu Timur khususnya di RW
01 beragak1m seperti trapesium, dan persegi. Bentuk-bentuk tersebut yang paling
banyak ditemukan di RW 01, sementara bentuk gorong-gorong tidak ditemukan di
RW ini. Berikut tabel bentuk drainase yang ada di RW 01.

60
Tabel 4.a.2 Bentuk Saluran Drainase di RW 01

Jalan Bentuk Saluran Drainase Tinggi Lebar

Ki Hajar Dewantoro Trapesium 110 cm 67 cm

S. Parman Trapesium 75 cm 69 cm

Setia Budi Persegi 108 cm 74 cm

Lrg. Perjuangan Persegi 24 cm 28 cm

Sisinga Mangaraja Persegi 66 cm 60 cm


Sumber : Hasil Observasi

Drainase persegi Drainase trapesium

Sumber : Hasil Observasi

Gambar 4.a.7
Bentuk Saluran Drainase

61
3. Jaringan listrik
Sumber aliran listrik Kelurahan Besusu Timur bersumber dari PLN. Umumnya
masyarakat Kelurahan Besusu Timur sudah menggunakan listrik PLN sebagai
pembantu aktifitas-aktifitas masyarakat sehari-hari.

Sumber: Hasil Survei Lapangan Tahun 2016

Gambar 4.a.8
Kondisi Eksisting Prasarana Listrik
Kelurahan Besusu Timur Tahun 2016

4. Jaringan Air Bersih


Air bersih adalah salah kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia, dan untuk
jaringan air bersih,pendudukKelurahanBesusuTimur sebagian memanfaatkan air bersih
yang berasal dari PDAM, dan sebagiannya menggunakan sumur suntik untuk
kebutuhan mencuci, dll.

5. Prasarana Persampahan
 Sistem Persampahan
a. Sumber Sampah
Dikelurahan Besusu Timur, khususnya di RW 01 sumber sampah yang
dihasilkan berasal dari sampah rumah tangga.

62
b. Sistem Pengolahan Sampah
Berdasarkan hasil Observasi, pengolahan sampah di RW 01 tidak ditemukan
pengelompokan jenis sampah, atau tidak ditemukan cara membagi jenis-jenis sampah
organik dan anorganik.

Sumber: Hasil Observasi

Gambar 4.a.9
Kondisi sarana persampahan
Kelurahan Besusu Timur RW 1 Tahun 2016

c. Pewadahan Sampah
Sistem perwadahan sampah yang ada di RW 01 hanya ada 1 jenis sistem perwadahan
yaitu terdiri atas :

1) Ban Karet
Sistem perwadahan sampah dengan menggunakan ban karet sebagian besar
dapat ditemukan di RW 01 Kelurahan Besusu Timur. Kebanyakkan masyarakat
memanfaatkan tempat sampah pembagian dari pemerintah tersebut sebagai tempat
untuk menampung sampah yang dihasilkan rumah tangga setiap harinya. Jenis dan
dimensi pewadahan sampah yag ada di RW 01, yaitu Ban Karet memiliki diameter 60
cm, tinggi 30 cm, sementara untuk ukuran TPS yaitu panjang 3 m, lebar 2 m dan
tinggi 1,5m.

63
Sumber : Hasil Observasi

Gambar 4.a.10
Ban Karet
a. Pengangkutan Sampah
Pola pengangkutan sampah yang ada di RW 01, di jadwalkan 3x seminggu
pengangkutan dilakukan dengan menggunakan jenis kendaraan triseda. Berikut
jadwal pengangkutannya.

Tabel 4.a.3 Jadwal Pengangkutan Sampah Oleh Triseda ke TPS

No Hari Waktu Pengangkutan


Jumlah alat angkut 3
1 Senin 16.00
triseda
2 Rabu 16.00
3 Jumat 16.00

Sumber : Monografi Kelurahan Besusu Timur

Alat angkut sampah di RW 01 menggunakan 2 jenis moda kendaraan


pengangkut yaitu Truk sampah dan Triseda. Pengangkutan sampah untuk perumahan
yang berada di jalan lingkungan alat angkut menggunakan kendaraan jenis triseda.
Kelurahan menyediakan 3 alat angkut guna mengoptimalkan pengangkutan sampah
yang ada di RW 01. Sementara untuk jalan utama/besar (kolektor) biasanya diangkut
menggunakan mobil truk sampah.

64
Untuk jalan lingkungan Untuk jalan sekunder
Sumber: Hasil Survei Lapangan Tahun 2016

Gambar 4.a.11
Kondisi Eksisting pengangkutan sampah Besusu Timur Tahun 2016
TAHAPAN PEMBUANGAN SAMPAH

Sumber sampah Kumpul Angkut tempat sampah sementara

Angkut Dibuang ke TPA

Gambar 4.a.12 Siklus Pengangkutan Samp

65
G. Kondisi Eksisting Permasalahan
Di Kelurahan Besusu Timur RW 01, tidak terdapat permasalahan sampah karena
perwadahan sampah seimbang dengan sampah rumah tangga sehingga lingkungan
tampak sehat seperti pada gambar

Sumber : Hasil Observasi Lapangan 2016


Gambar 4.a.13

66
 Permasalahan Drainase
Permasalahan yang muncul pada drainase yang ada di RW 01, anatara lain :

Tabel 4.a.4 Masalah Saluran Drainase di RW 01

Jalan Genangan Endapan Penyumbat Saluran Kerusakan


Saluran
Ki Hajar Dewantoro Tidak terjadi 40 cm - -
S. Parman Tidak Terjadi 12 cm Sampah dan material Sedang
Batu dan kayu
Setia Budi Tidak terjadi 48 cm Sampah -

Lrg. Perjuangan Tidak terjadi - Material Batu -

Sisinga Mangaraja Tidak terjadi - -


-

Sumber : Hasil Observasi

 Genangan
Masalah genangan yang terjadi apabila hujan. Sebagian besar drainase yang
ada di RW 1 tidak mampu menampung volume air karena dimensinya yang terlalu
kecil. Akibatnya air meluap ke rumah warga yang bermukim ditempat yang
rendah. Lama genangan yang terjadi mengikuti kecerahan matahari karena proses
penyerapan air kedalam tanah tergantung dari panasnya matahari
 Endapan
Permasalahan endapan yang terjadi di RW 1 tidak begitu banyak. Rata-rata
permasalahan endapan yang terjadi dikarenakan sampah dan material batu maupun
kayu yang mengendap di dalam saluran drainase. Permasalahan endapan yang ada
di RW 1 ini mulai dari 12-48 cm yang berada di Jl.Setia Budi

67
Sumber : Hasil Observasi

Gambar 4.a.15
Endapan

68
 Penyumbat Saluran
Penyumbatan saluran drainase menjadi salah satu permasalahan drainase yang
terjadi di Kelurahan Besusu Timur tidak terkecuali RW 1. Sebagian saluran drainse
yang ada di RW 1 tidak mengalir dengan lancar akibat tersumbat oleh pasir.
Material-material penyumbat saluran drainase seperti pasir ini diakibatkan oleh
perilaku manusia yang tidak memikirkan manfaat saluran drainase.

Sumber : Hasil Observasi

Gambar 4.a.13
Penyumbatan Saluran

69
4.7.B Gambaran Umum Rw 02
A. Batas Administrasi
Batas adminstratif RW 02 adalah :
 Sebelah Utara berbatasan dengan RW 01
 Sebelah Selatan berbatasan dengan RW 03
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Besusu Tengah
 SebelahTimur berbatasan dengan RW 04

Kelurahan Besusu Timur terdiri dari 4 RW, dimana RW 02 terbagi lagi menjadi 5 RT
dengan total luas RW 02 yaitu 165593,7 m2, dimana Luas masing-masing RT yaitu :
Tabel 4.b. 1 Luas Wilayah Masing-masing RT di RW 02 Kelurahan Besusu Timur
Nama RT Luas Lahan
RT 01 15011,5 m2
RT 02 42779,8 m2
RT 03 42979,8 m2
RT 04 36475,5 m2
RT 05 28347,1 m2
Total Luas Lahan 165593,7 m2
Sumber : Tim Penyusun

B. Kondisi Geografis
Kelurahan Besusu Timur merupakan salah satu kelurahan yang berada di daerah
Kecamatan Palu Timur yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Mantikulore. Kelurahan
Besusu Timur merupakan Kelurahan yang berada di tengah Kota Palu.

70
Gambar 4.b. 1 Peta Administratif RW 02

71
C. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di RW 02 sangat bervariasi. Perdagangan dan jasa, permukiman,
pendidikan, serta perkantoran untuk menunjang kehidupan masyarakat sekitar. Tiap guna
lahan tersebar di seluruh RW 02 ini, dimana luas tiap guna lahan berbeda, dengan luas
masing-masing guna lahan adalah :

Tabel 4.b. 2 Luas Masing-masing Guna Lahan RW 02 Kelurahan Besusu Timur


Persentase penggunaan
Guna Lahan Luas
Lahan
Perumahan 118675,10 74,19%
Perdagangan dan Jasa 27700,88 17,31%
Perkantoran 2402,63 1,50%
Lahan Kosong 4430,11 2,24%
Sarana Peribadatan 1775,38 1,11%
Sarana Kesehatan 1207,57 ,75%
Sarana Pendidikan 3747,92 2,3%
Total 159939,62 100%
Sumber : Tim Penyusun
Adapun peta persebaran penggunaan lahan dapat di lihat pada gambar 4.2

72
Gambar 4.b. 2 Peta Persebaran Tata Guna Lahan di RW 02

73
D. Ketersediaan Prasarana

1. Prasarana Jalan
Kondisi jalan di RW 02 pada umumnya terdiri atas jalan aspal dan paving dimana
kondisi jalan tersebut sangat baik. Sedangkan berdasarkan klasifikasi fungsi jaringan jalan
sebagai penghubung antar kawasan dan lingkungan permukiman dilalui oleh jalan kolektor
dan jalan lokal.

Jalan Kolektor Sekunder Jalan Lokal


Jl. Kihajar Dewantara Lrg. Bhakti Baru

Gambar 4.b. 3 Kondisi Eksisting Prasarana Jalan RW 02

Sumber: Hasil Observasi

Kelurahan Besusu Timur RW 02 Terdiri dari jalan Sekunder dan jalan lingkunan.
Kelurahan Besusu Timur RW 02 di kelilingi oleh jalan Sekunder yaitu Jl. Setia Budi, Jl. S
Parman, Jl. Ki Hajar Dewantoro, Serta Jalan Otista, dimana Jalan Setia Budi Berbatasan
langsung dengan Kelurahan Besusu Tengah, serta jalan S.Parman dan Ki Hajar yang
berbatasan dengan Kelurahan Besusu Timur RW 01 dan Jalan Otista yang berbatasan dengan
Keluraha Besusu Timur RW 03.

74
Gambar 4.b. 4 Peta Jaringan Drainase Kelurahan Besusu Timur RW 02

75
2. Prasarana Air Bersih
Masyarakat di wilayah RW 02 umumnya sudah menggunakan sumur suntik untuk
memperoleh sumber air bersih dan kemudian air bersih tersebut di gunakan untuk kebutuhan
sehari-hari.

Mesin DAP warga di RW 02

Gambar 4.b. 5 Kondisi Eksiting Prasarana Air Bersih Oleh Mesin Dap RW 02

Sumber: Hasil Observasi

2. Prasarana Listrik
Sumber aliran listrik di RW 02 Kelurahan Besusu Timur bersumber dari PLN.
Umumnya masyarakat di RW 02 Kelurahan Besusu Timur sudah menggunakan listrik PLN
untuk membantu penerangan dan aktifitas pendukung lainnya.

Gardu Listrik di RW 02
JL. Ki Hajar Dewantara
Gambar 4.b. 6 Kondisi Eksisiting Prasarana Gardu Listrik Di RW 02

Sumber: Hasil Observasi

76
Gambar 4.b. 7 Peta Prasarana Jaringan Listrik RW 02

77
3. Prasarana Persampahan
Sumber sampah yang ada di kelurahan Besusu Timur berasal dari sampah rumah
tangga dan sampah organik dari tanaman dan pohon yang ada di bahu jalan. Sumber sampah
di kelurahan ini juga berupa bahan-bahan an-organik yang berasal dari aktifitas perdagangan
dan jasa yang ada di RW 02.
Dari hasil survey yang kami lakukan di RW 02, sistem pengelolaan yang ada di RW
ini masih bersifat pembuangan dan pengangkutan. Dimana masyarakat tidak memisahkan
antara sampah organik dan anorganik. Sampah diangkut dari rumah masing-masig warga
dengan menggunakan kendaraan bermotor roda tiga.
Penampungan sampah yang ada di RW 02 bersifat individual untuk per rumah tangga.
Penampungan sampah atau tempat sampah rumah tangga ini berasal dari pembagian yang
dilakukan oleh pihak kelurahan. Walaupun masih ada wilayah yang belum mendapatkan
wadah penampungan sampah dari kelurahan seperti beberapa rumah yang ada di RT 01.
Setelah di tampung sampai batas waktu tertentu, sampah diangkut dan dibawa menuju TPS
yang ada di Jalan Mangungsarkoro, RW 03.
 Tempat Sampah Terbangun
 Ban Karet
 Diameter : 60 cm
 Tinggi : 30 cm

Ban Karet Tempat Sampah Terbangun di Jl.


di Jl. Otista S.Parman

Gambar 4.b. 8 Pewadahan Sampah di RW 02

Sumber: Hasil Observasi

78
Untuk jadwal pengangkutan sampah di Kelurahan Besusu Timur, dalam seminggu di
jadwalkan seperti tabel dibawah ini :
Tabel 4.b.3:
Jadwal dan Sarana Pengangkutan Sampah Kelurahan Besusu Timur
Waktu Jumlah alat
No Hari
Pengangkutan angkut yang di
1 Selasa 15.00 sediakan oleh
2 Kamis 15.00 kelurahan Besusu
Timur Berjumlah
3 Sabtu 15.00 6 triseda
Sumber : Tim Penyusun

Pihak Kelurahan Besusu Timur menyediakan 6 alat angkut guna mengoptimalkan


pengangkutan sampah. Adapun alat angkut sampah di RW 02 menggunakan 2 kendaraan.
Pengangkutan sampah untuk perumahan yang berada di jalan lingkungan menggunakan
kendaraan jenis triseda. Untuk jalan-jalan utama seperti jalan Otista dan jalan Ki Hajar
Dewantoro pengangkutan dilakukan oleh truk sampah yang disediakan oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Palu.

Triseda
Gambar 4.b. 9 Kendaraan Pengangkut Sampah di RW 02

Sumber: Hasil Observasi

79
Gambar 4.b. 10 Peta Zona Pembagian Tempat Sampah RW 02

80
E. Ketersediaan Sarana
1. Sarana Pemerintahan
Jumlah sarana Pemerintahan yang berada di RW 02 Kelurahan Besusu Timur
berjumlah satu, berupa kantor Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Provinsi
Sulawesi Tengah dengan kondisi bangunan yang masih baik.

KPUD Provinsi Sulawesi Tengah


JL. S. Parman
Gambar 4.b. 11 Kondisi Eksisting Sarana Pemerintahan di RW 02

Sumber: Hasil Observasi

81
Gambar 4.b. 12 Peta Persebaran Sarana Perkantoran RW 02

82
1. Sarana Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan masyarakat yang sangat mendukung dalam
pengembangan masyarakat. Sarana pendidikan yang ada di RW 02 berjumlah dua, yaitu
taman kanak-kanan yang berada pada jalan Anutapura II dan sekolah dasar yang berada pada
lorong Lestari.

Sekolah Dasar Negeri 25 Palu

Gambar 4.b. 13 Kondisi Eksisting Sarana Pendidikan di RW 02

Sumber: Hasil Observasi

2. Sarana Perdagangan dan Pelayanan jasa

Sarana ini merupakan sarana yang paling dominan yang berada di RW 02 Kelurahan
Besusu Timur. Sarana Perdagangan dan jasa yang ada di RW 02 meliputi toko, warung,
salon, bengkel dan lain sebagainya.

Perdagangan Pelayanan Jasa


JL. Otista JL. Setia Budi

Gambar 4.b. 14 Kondisi Eksisting Sarana Perdagangan dan Pelayanan Jasa di RW 02

Sumber: Hasil Observasi

83
Gambar 4.b. 15 Peta Persebaran Sarana Pendidikan RW 02

84
Gambar 4.b. 16 Peta Persebaran Sarana Perdaganan dan Jasa RW 02

85
3. Sarana Peribadatan
Dalam hal keagamaan penduduk di RW 02 Kelurahan Besusu Timur rata-rata menganut
agama islam. Sarana keagamaan di RW 02 hanya terdiri dari sarana peribadatan berupa
Masjid yang berjumlah 2 buah dan tidak terdapat rumah peribadatan yang lain.

Masjid Di RW 02
Jl. Ki Hajar Dewantara

Gambar 4.b. 17 Kondisi Eksisting Sarana Peribadatana di RW 02

Sumber: Hasil Observasi

4. Sarana Ruang Terbuka dan Ruang Terbuka Hijau


Ruang terbuka hijau yang ada di RW 02 tidak berupa taman. Ruang terbuka yang ada
hanya berupa kawasan jalur hijau yaitu tanaman dan pepohonan di setiap bahu jalan di
wilayah RW 02. Jalur hijau di RW 02 di rencanakan oleh pemerintah dan dikelola bersama
dengan masyarakat.

Jalur Hijau
Jl. Ki Hajar Dewantara
Gambar 4.b. 18 Kondisi Eksisting Jalur Hijau di RW 02

Sumber: Hasil Observasi

86
Gambar 4.b. 19 Peta Persebaran sarana peribadatan di RW 02

87
Gambar 4.b. 20 Peta Persebaran Sarana RTH RW 02

88
F. Kondisi Eksisting Permasalahan
1. Permasalahan persampahan
 Pengangkutan dari rumah tangga
Pengangkutan sampah yang ada di RW 02 sendiri mengikuti jadwal yang telah
ditetapkan oleh pihak Keluarahan Besusu Timur. Namun yang terjadi pada realita
yaitu pengangkutan sampah yang tidak sesuai jadwal. Hal ini menyebabkan
menumpuknya sampah di depan rumah warga. Pengangkutan sendiri biasa hanya
terjadi 1 kali dalam seminggu. Untuk warga RT 01 yang berada di jalan Otista Lr.
Lestari berdasarkan informasi dari ketua RT setempat bahwa mereka sendiri yang
membuang sampah di TPS yang ada di Jalan Mangungsarkoro RW 03.

 Pembuangan Sampah Sembarangan


Masih banyaknya masyarakat yang membuang sampah sembarangan, akibat
dari pengangkutan yang tidak sesuai jadwal. Masyarakat RW 2 akhirnya membuang
sampah di lahan kosong yang ada. Hal ini seperti sudah menjadi hal biasa untuk
membuang sampah di tempat tersebut.

TPS Liar
JL. Anutapura II
Gambar 4.b. 21 Permasalahan Sampah RW 02

Sumber: Hasil Observasi

89
90
Tabel 4.b.4 : Kondisi Prasarana Drainase RW 02

JALAN BENTUK TINGGI LEBAR GENANGAN ENDAPA PENYUMBAT KERUSAKA


SALURAN N N SALURAN
DRAINASE
Jalan Otista Persegi 70,55,75,55 65,60,70 cm - 20 cm Batu, Sampah -
cm
Jl. Otista IV Persegi 50 cm 50 cm - 5 cm Batu, Sampah -

Jl. Ki Hajar Persegi 50 cm 50 cm - 40 cm Batu Tanah dan Sedang


sampah
Jl. Bakti Baru Persegi 15 cm 30 cm - - - Tidak
Berfungsi
Anutapura I Persegi 35 cm 30 cm - 5 cm Sampah Organik -

Lr. Obsesi Persegi 10 cm 15 cm - - - -


Lr. Siswa Persegi 48 cm 34 cm - - - -
Setia Budi Persegi 65 cm 84 cm - 17 cm sampah -
Persegi 20 cm 23 cm - 10 cm Tanah, Sampah -
Lr. Libra
Trapesium 85 cm 85 cm - 7 cm Tanah Sampah
S. Parman
Persegi 60 cm 62 cm Tidak terjadi 10 cm Sampah -
Anutapura II

91
 Pembagian Tempat Sampah
Untuk pembagian tempat sampah di RW 02 sendiri, diberikan oleh pihak kelurahan.
Namun, berdasarkan informasi dari ketua RT 01 yang ada di lorong Lestari, mereka tidak
mendapatkan jatah tempat sampah. Hal ini menyebabkan mereka harus menyediakan tempat
sampah sendiri untuk kebutuhan mereka. Mereka juga membuang sendiri sampah mereka ke
TPS yang ada di RW 03 Kelurahan Besusu Timur.
Faktor Penyebab:

a. Sistem pengangkutan sampah yang tidak efisien


b. Kurangnya TPS
c. Kurangnya pengawasan
d. Masyarakat yag kurang perhatian akan kebersihan lingkungan
e. Kurangnya pewadahan sampah di RT 01

2. Permasalahan Drainase
Beberapa permasalahan drainase yang terjadi di RW 02 Kelurahan Besusu
Timur sebagai berikut :

 Genangan
Drainase yang ada di RW 02 memiliki beberapa permasalahan yang hampir sama dengan
RW lain di kelurahan Besusu Timur. Genangan yang terjadi pada drainase di RW 02
merupakan akibat dari tumpukan bahan material bangunan, sampah dan yang lebih parahnya
lagi bekas limbah dari sisa oli kendaraan bermotor.

Genangan
JL. Setia Budi

Gambar 4.b. 22 Permasalahan Genangan Drainase di RW 02

92
Sumber: Hasil Observasi

 Endapan

Salah satu permasalahan yang ada pada drainase di RW 02 yaitu endapan yang cukup
tinggi dan bervariasi. Endapan yang terjadi di RW 02 berupa timbunan pasir yang terbawa
oleh aliran air, dan parahnya lagi ketika musim hujan telah tiba.

Endapan
JL. Ki Hajar Dewatara

Gambar 4.b. 23 Permasalah Endapan Drainase di RW 02

Sumber: Hasil Observasi

 Penyumbat saluran

Penyumbatan saluran drainase yang terjadi di RW 02 berada di beberapa titik, salah


satunya di jalan Anutapura II. Penyebab terjadinya penyumbatan saluran ini dikarenakan
sampah yang sengaja dibuang maupun yang terbawa oleh angin.

Peyumbatan
JL. Anutapura II

Gambar 4.b. 24 Permasalahan Penyumbatan Drainase di RW 02

Sumber: Hasil Observasi

93
3. Permasalahan Ruang Terbuka dan Ruang Terbuka Hijau untuk Publik
Di RW 02 kelurahan Besusu Timur sendiri belum ditemukan adanya RTH dan Ruang
Terbuka di wilayah ini. Padahal berdasarkan hasil survey dan wawancara masyarakat
yang berada di wilayah ini membutuhkan RTH di wilayah ini. Selain berfungsi
sebagai ruang hijau, RTH dan Ruang Terbuka juga berfungsi sebagai sarana untuk
membangun komunikasi antar masyarakatnya dan juga sebagai tempat untuk
masyarakat beristirahat dari berbagai kesibukan mereka. Permasalahan ini disebabkan
karena sudah padatnya lahan terbangun di wilayah RW 02.

94
4.7.C Gambaran Umum Rw 03
A. Batas Administrasi
RW 03 termasuk dalam Kelurahan Besusu Timur, yang merupakan salah satu bagian
wilayah Palu Timur. Luas wilayah RW 03 yaitu 23,94 Ha. Untuk memudahkan koordinasi
warga masyarakat, RW 03 dibentuk 5 Rukun Tetangga (RT) meliputi RT 01, RT 02, RT 03,
RT 04, RT 05.

Sebelah Utara berbatasan dengan RW 02


Sebelah Selatan berbatasan dengan RW 04
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Besusu Tengah
Sebelah Timur berbatasan dengan Kerlurahan RW 04
Berikut merupakan pengurus RT yang berada di Kelurahan Besusu Timur RW 03
yaitu:

Tabel 4.c.1 Luas Wilayah di RW 03

Nama RT Luas (Ha)


RT 01 3,23
RT 02 3,02
RT 03 6,79
RT 04 5,37
RT 05 5,52
Sumber : Hasil Analisis
• Ketua RW 03 : Zurni M.Tjaera
 Ketua RT 01 : Kamaruddin M.Tjaera S.Sos
 Ketua RT 02 : Rahmat Kurnia, SH
 Ketua RT 03 : Umar
 Ketua RT 04 : Sudarmono, S.Sos
 Ketua RT 05 : Ma’fid Taepo, S.sos

H. Kondisi Geografis
Secara geografis Kelurahan Besusu Timur mempunyai ketinggian dari permukaan laut
adalah 3 m dari sebagian Ketinggian Kecamatan Palu Timur.

95
I. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan yang berada di RW 03 Kelurahan Besusu Timur didominasi oleh
permukiman. Kondisi permukiman di daerah RW 03 terbilang padat dengan jumlah rumah
yaitu 402 yang tersebar di seluruh wilayah RW 03. Selain permukiman, penggunaan lahan di
RW 03 juga terdiri dari perkantoran, pendidikan, rumah makan, perdagangan dan jasa. Tabel
dan Gambar penggunaan lahan dapat dilihat pada gambar berikut :

Tabel 4.c.2 Presentase Penggunaan Lahan

Jenis Sarana Luas (m2) Presentase (%)


Perumahan 146656,8493 63
Perdagangan dan Jasa 19911,25662 13
Pendidikan 52481,26672 23
Peribadatan 2504,013369 1
Pemerintahan dan Pelayanan Umum 503,3463221 0
Jumlah 100
Sumber : Hasil Analisis

96
97
Gambar 4.c.2 Peta Batas Administrasi RW 03 Kelurahan Besusu Timur

98
Gambar 4.c.3 Peta Penggunaan Lahan di RW 03 Kelurahan Besusu Timur

99
J. Kependudukan
Jumlah penduduk RW 03 pada tahun 2015 sebanyak 1600 Jiwa, dengan kepadatan
penduduk yang sangat padat. Jumlah rumah tangga yang ada di RW 03 adalah 402.

K. Ketersediaan Sarana Kota


Kebutuhan akan sarana menjadi hal yang harus terpenuhi untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Pembangunan dalam penyediaan sarana dan pra sarana dalam memberikan
pelayanan sosial dapat dilihat dari tersedianya sarana dan prasarana dalam menyediakan
segala kebutuhan masyarakat dalam lingkungan. Seperti sarana dan prasarana pendidikan,
kesehatan,dan sarana keagamaan.
Sarana-sarana yang ada di RW 03 Kelurahan Besusu Timur antara lain sarana
perdagangan dan jasa. Sarana ini termasuk sarana yang paling banyak unitnya karena kini
RW 03 dapat dikatakan menjadi salah satu area sebagai pusat aktifitas perdagangan dan jasa
yang cukup terkenal di Kota Palu. Selain itu ada sarana peribadatan, pendidikan,
pemerintahan. Berikut ini merupakan penjelasan dari sarana yang ada di RW 03 Kelurahan
Besusu Timur.
1. Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum
Jumlah sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum di RW 03 Kelurahan Besusu
Timur yaitu 1 berupa kantor Kelurahan Besusu Timur dengan kondisi bangunan yang
masih baik.

Sumber: Hasil Survei Lapangan Tahun 2016

Gambar 4.c.4 Kondisi Eksisting Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum RW 03

100
Jln. Urib Sumoharjo

Gambar 4.c.5 Peta Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum RW 03 Kelurahan Besusu Timur

101
2. Sarana Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu hal yang memiliki peranan penting dalam
kehidupan. Pendidikan sangat berperan dalam pembentukan pola pikir dalam
pengembangan kualitas hidup masyarakat, dan ketersediaan sarana mauipun
prasarana. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan masyarakat yang sangat
mendukung dalam pengembangan masyarakat. Sarana pendidikan yang ada di RW
03 Terdiri dari 4 sekolah dan 1 perguruan tinggi. Adapun sarana pendidikan yang ada
di RW 03 terdapat dalam tabel berikut:

Tabel 4.c.3 Jumlah dan Jenis Fasilitas Pendidikan di

RW 03 Kelurahan Besusu Timur Tahun 2016


Fasilitas Jumlah
No.
Pendidikan Fasilitas (Unit)
1 Taman Kanak-kanak (TK) 1
2 Sekolah Dasar (SD) -
3 Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1
Sekolah Menengah Kejuruan (SMA) dan
4 2
Madrasah Aliya (MA)
5 Perguruan Tinggi 1
Jumlah 5
Sumber: Buku Profil Kelurahan Besusu Timur Tahun 2013

Jln. Thamrin Jln. Setia Budi

Sumber: Hasil Survei Lapangan Tahun 2016

Gambar 4.c.6 Kondisi Eksisting Sarana Pendidikan di RW 03

102
Jln. Tamrin

Jln. Setia Budi

Gambar 4.c.7 Peta Sarana Pendidikan di RW 03 Kelurahan Besusu Timur

103
3. Sarana Peribadatan
Dalam hal keagamaan penduduk di RW 03 Kelurahan Besusu Timur rata-rata
menganut agama islam. Sarana keagamaan di RW 03 hanya terdiri dari sarana
peribadatan berupa Masjid yang berjumlah 1 buah dan tidak terdapat rumah
peribadatan yang lain. Gambar peta dapat dilihat pada Gambar 3.9.

Mesjid Al-Ikhlas
Jln. Tamrin

Sumber: Hasil Survei Lapangan Tahun 2016


Gambar 4.c.8 Kondisi Eksisting Sarana Peribadatan RW 03

4. Sarana Perdagangan dan Jasa


Sarana ini merupakan sarana yang paling dominan yang berada di RW 03
Kelurahan Besusu Timur. Keberadaan fasilitas ini sangat menunjang dalam
perkembangan kota, selain fungsinya sebagai sarana untuk berbelanja juga berfungsi
sebagai pendistribusi barang kebutuhan masyarakat. Sarana Perdagangan dan jasa
yang ada di RW 03 meliputi toko, warung, minimarket, salon, bengkel dan lain
sebagainya. Sarana perdagangan dan jasa yang memiliki jumlah banyak berada di
wilayah permukiman yang padat penduduk.

Jln. Otista Jln. Tamrin


Sumber: Hasil Survei Lapangan Tahun 2016
Gambar 3.c.9 Kondisi Eksisting Fasilitas Perdagangan RW 03

104
Jln. Tamrin (Mesjid Al-Ikhlas)

Gambar 4.c.10 Peta Sarana Peribadatan di RW 3 Kelurahan Besusu Timur

105
Jln. Tamrin (Jasa)

Jln. Otista (Perdagangan)

Gambar 4.c.11 Peta Sarana Perdagangan dan Jasa di RW 03 Kelurahan Besusu Timur

106
5. RTH (Ruang Terbuka Hijau)
Sarana ruang terbuka hijau di kelurahan Besusu Timur khususnya di RW 03 sampai
saat ini belum ada. Kebutuhan ruang terbuka hijau yang ada di RW 03 hanya dipenuhi
melalui banyaknya vegetasi tanaman yang ditanam di sepanjang bahu jalan yang ada di RW
03.
Vegetasi tanaman yang tumbuh dibahu-bahu jalan di RW 03 kebanyakkan tanaman
dengan ukuran diatas kepala manusia yang sengaja ditanam sebagai pelindung para pejan
kaki pada waktu siang hari. Berikut beberapa tempat yang ada di RW 03yang banyak
ditanami vegetasi tanaman berupa pohon.

Jln. Tamrin Jln. Uribsumoharjo

Sumber: Hasil Survei Lapangan Tahun 2016


Gambar 4.c.12 Kondisi Eksisting Fasilitas Vegetasi tanaman di RW 03

L. Ketersediaan Prasarana Kota


Prasarana dan jaringan utilitas merupakan infrastruktur yang dibutuhkan untuk
menunjang kegiatan social ekonomi masyarakat, maupun terhadap upaya peningkatan
kualitas lingkungan. Prasarana wilayah yang dimaksud meliputi prasarana jalan, kelistrikan,
telekomunikasi, air bersih, pembuangan limbah dan persampahan.
1) Prasarana Jalan
Jaringan jalan merupakan sarana penghubung antar wilayah atau kawasan yang
berfungsi sebagai prasarana transportasi, yang tidak hanya digunakan sebagai jalur aliran
barang dan penumpang tetapi juga berperan sebagai pembuka keterhubungan antar kawasan
terutama pada kawasan yang terbelakang.Selain itu fungsi jaringan jalan dalam lingkup local
atau lingkungan dapat berfungsi dalam menata atau mengatur pola permukiman.
Kondisi jalan di RW 03 pada umumnya terdiri atas jalan aspal dimana kondisi jalan
tersebut sangat baik. Sedangkan berdasarkanklasifikasi fungsi jaringan jalan sebagai

107
penghubung antar kawasan dan lingkungan permukiman dilalui oleh jalan kolektor dan jalan
lokal. Peta jaringan jalan diRW 03 dapat dilihat pada Gambar 4.c.15.

Jalan Kolektor Sekunder Jalan Lokal


JLN. Tamrin JLN. Uribsumoharjo

Sumber: Hasil Survei Lapangan Tahun 2016


Gambar 4.c.13. Kondisi Eksisting Prasarana Jalan

2) Prasarana Drainase
 Dimensi Saluran Drainase
Dimensi saluran drainase yang ada di RW 03 berbeda-beda lebar dan kedalamannya.
Saluran drainase yang ada di RW 03 sebagian besar tidak mengikuti standar SNI
yang ada. Berikut tabel dimensi saluran drainase yang ada di RW 03.
Tabel 4.c.4 Dimensi Saluran Drainase

JALAN TINGGI LEBAR

45 cm (Bawah)
Mangunsarkoro (I) 50 cm
68 cm (Atas)
Mangunsarkoro (II) 60 cm 56 cm
45 cm (Bawah)
Urib Sumoharjo 50 cm
60 cm (Atas)
40 cm (Bawah)
Tamrin (I) 65 cm
63 cm (Atas)
Tmrin (II) 85 cm 55 cm
Tamrin (III) 85 cm 45 cm
Setia Budi 80 cm 53 cm

54 cm (Bawah)
Otista 60 cm
70 cm (Atas)
Slamet Riadi 40 cm (Bawah)
70 cm
(Kiri) 47 cm (Atas)
Slamet Riadi 76 cm (Bawah)
77 cm
(Kanan) 50 cm (Atas)
Sumber : Hasil Observasi

108
 Hirarki Drainase
Hirarki saluran drainase adalah jenis saluran drainase yang mana terbagi
menjadi dua jenis saluran drainase diantarnya saluran drainase tertutup yang
biasanya dibangun di jaln-jalan yang termaksud sebagai jalan arteri dan kolektor
primer. Sementara untuk jenis saluran drainase terbuka merupakn jenis saluran yang
paling banyak ditemukan. Jenis saluran ini sebagian besar di bangun dijalan-jalan
baik arteri, kolektor, lokal maupun lingkungan.
Sebagian besar saluran drainase yang ada di RW 03 merupakan jenisa saluran
drainase sekunder dan tersier. Seperti pada gambar berikut.

Saluran Drainase Sekunder Saluran Drainase Tersier


Jln. Thamrin Jln. Otista

Sumber : Hasil Observasi


Gambar 4.c.14 Sistem Drainase

Sistem drainase di kelurahan Besusu Timur terbagi menjadi saluran tersier,


saluran primer dan saluran sekunder.
o Saluran tersier yang sudah diperkeras (pasangan mortar maupun cor beton).
Fasilitas saluran tersier menjadi kebutuhan bagi setiap keberadaan permukiman.
o Saluran sekunder, umumnya mengikuti pola jalan sebaiknya saluran/ got dikiri
kanan sudah diperkerasdengan pemeliharaan secara berkala.
 Bentuk Saluran Drainase
Bentuk saluran drainase yang ada Kelurahan Besusu Timur khususnya di RW
03 beragam seperti trapesium, dan persegi. Bentuk-bentuk tersebut yang paling
banyak ditemukan di RW 03, semntara bentuk goron-gorong tidak ditemukan di RW
ini. Berikut tabel bentuk drainase yang ada di RW 03.

109
Tabel 4.c.5 Bentuk Saluran Drainase di RW 03

Jalan Bentuk Saluran Drainase Tinggi Lebar

45 cm (BWH)
Mangunsarkoro (I) Trapesium 50 cm
68 cm (ATS)
Mangunsarkoro (II) Persegi 60 cm 56 cm

40 cm (BWH)
Tamrin (I) Trapesium 65 cm
63 cm (ATS)

Tmrin (II) Persegi 85 cm 55 cm

Tamrin (III) Persegi 85 cm 45 cm


Setia Budi Persegi 80 cm 53 cm
54 cm (BWH)
Otista Trapesium 60 cm
70 cm (ATS)

Slamet Riadi 40 cm (BWH)


Trapesium 70 cm
(Kiri) 47 cm (ATS)
Slamet Riadi 76 cm (BWH)
Trapesium 77 cm
(Kanan) 50 cm (ATS)
Sumber : Hasil Observasi

Drainase Persegi Drainase Trapesium


Jln. Mangunsarkoro Jln. Otista

Sumber : Hasil Observas


Gambar 4.c.15 Bentuk Saluran Drinase

110
Jln. Urib Sumoharjo
Jln. Mangunsarkoro

Jln. Otista Jln. Slamed Riadi

Gambar 4.c.16 Peta Prasarana Jaringan Jalan di RW 03 Kelurahan Besusu Timur

111
Jln. Tamrin

Jln. Slamet Riadi (Lorong III)

Gambar 4.c.17 Peta Prasarana Drainase di RW 03 Kelurahan Besusu Timur

112
3) Prasarana Kelistrikan
Sumber aliran listrik Kelurahan Besusu Timur bersumber dari PLN. Umumnya
masyarakat Kelurahan Besusu Timur sudah menggunakan listrik PLN sebagai
pembantu aktifitas-aktifitas masyarakat sehari-hari.

Sumber: Hasil Survei Lapangan Tahun 2016


Gambar 4.c.18 Kondisi Eksisting Prasarana Listrik

4) Prasarana Air Bersih


Air bersih adalah salah kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia, dan untuk
jaringan air bersih, penduduk Kelurahan Besusu Timur sebagian memanfaatkan air
bersih yang berasal dari PDAM, dan sebagiannya menggunakan sumur suntik untuk
kebutuhan mencuci, dll. Peta jaringan air bersih di RW 03 dapat dilihat pada Gambar
3.C.22.

Sumber: Hasil Survei Lapangan Tahun 2016


Gambar 4.c.19 Kondisi Eksisting Prasarana Air Bersih

113
Jln. Otista

Gambar 4.c.20 Peta Prasarana Air Bersih di RW 03 Kelurahan Besusu Timur

114
5) Prasarana Persampahan
a. Sumber Sampah
Dikelurahan Besusu Timur, khususnya di RW 03 sumber sampah yang
dihasilkan sebagian besar berasal dari sampah rumah tangga sementara sampah yang
berasal dari fasilitas umum yaitu sampah yang dihasilkan dari aktifitas sarana seperti
pendidikan dan perdagangan maupun jasa, yang juga menjadi salah satu penunjang
sumber sampah.
b. Sistem Pengolahan Sampah
Berdasarkan hasil Observasi, ditemukan pengolaan sampah khususnya di RW
03. Sistem pengolahan sampah yang di temukan yaitu pada RW ini tidak ditemukan
pengelompokan jenis sampah, atau tidak ditemukan cara membagi jenis-jenis sampah
organik dan anorganik. Sedangkan sistem pengolahan sampah dengan cara reduce
atau mengurangi sampah, banyak ditemukan di RW ini khususnya pada lokasi TPS di
jalan Mangunsarkoro. Penerapan sistem ini dilakukan oleh pemulung. Seperti yang
terlihat pada gambar berikut :

Sistem Reduce
Di Jln.Mangunsarkoro
Sumber: Hasil Observasi
Gambar 4.c.21 Sistem Reduce

c. Pewadahan Sampah
Sistem perwadahan sampah yang ada di RW 03 terbagi menjadi 2 jenis sistem
perwadahan yaitu terdiri atas :
d. Tempat sampah Terbangun
Tempat sampah terbangun berada di beberapa lokasi jalan yang ada di RW 03
Kelurahan Besusu Timur. Rata-rata tempat sampah tersebut merupakan tempat
sampah yang di buat secara mandiri oleh masyarakat dan diletakan tepat didepan

115
rumah masing-masing. Ukuran tempat sampah terbangun panjang 1,5 m, lebar 1 m
dan tinggi 1,2. Berdasarkan hasil observasi tempat sampah ini dibangun akibat dari
tempat sampah pembagian dari yang berupa Ban karet tidak mampu menampung
sampah yang dihasilkan oleh masyarakat
e. Ban Karet
Sistem perwadahan sampah dengan menggunakan ban karet sebagian besar dapat
ditemukan di RW 03 Kelurahan Besusu Timur. Kebanyakkan masyarakat
memanfaatkan tempat sampah pembagian dair pemerintah tersebut sebagai tempat
untuk menampung sampah yang dihasilkan rumah tangga setiap harinya. Jenis dan
dimensi pewadahan sampah yag ada di RW 03, yaitu Ban Karet memiliki diameter 60
cm, tinggi 30 cm, sementara untuk ukuran TPS yaitu panjang 3 m, lebar 2 m dan
tinggi 1,5 m.

Ban Karet TS Terbangun TPS


di Jl. Otista Jl. Slamet Riadi Di Jl. Mangunsarkoro
Sumber : Hasil Observasi
Gambar 4.c.22. Sistem Perwadahan

f. Pengangkutan Sampah
Pola pengangkutan sampah yang ada di RW 03, di jadwalkan 3x seminggu
pengangkutan dilakukan dengan menggunakan jenis kendaraan triseda. Berikut
jadwal pengangkutannya.
Tabel 4.C.6 Jadwal Pengangkutan Sampah Oleh Triseda ke TPS
Waktu
No Hari
Pengangkutan
Jumlah alat angkut
1 Selasa 15.00
3 triseda
2 Kamis 15.00
3 Sabtu 15.00
Sumber : Monografi Kelurahan Besusu Timur

116
Sementara pola pengangkutan sampah ke Lokasi TPS, pengangkutanya di
lakukan sesuai jadwal yaitu 2x seminggu. Semtara jadwal untuk membuang sampah
ke TPS, yang sudah tertulis perda nomor 11 tahun 2013 tentang kebersihan kota
palu, berdasarkan hasil musyawarah antar kepala dinas kebersihan dan pertamanan
Kota Palu dan forum kebersihan Belotapura kelurahan Besusu Timur. Jadwal
pembuangan sampah ke TPS Besusu Timur dilakukan setiap hari seperti pada tabel
berikut.

Tabel 4.c.7 Jadwal Pembuangan Sampah dari rumah ke TPS

No Jam Keterangan
1 07.00 s/d 09.00 Sampah boleh dibuang ke TPS/ Kontener
2 09.00 s/d 14.00 (Istirahat) Dilarang membuang sampah ke TPS
3 14.00 s/d 16.00 Sampah boleh dibuang ke TPS/ Kontener
4 16.00 s/d 19.00 (Istirajhat) Dilarang membuang sampah ke TPS
5. 19.00 s/d 07.00 Sampah boleh dibuang ke TPS/ Kontener
Sumber : Papan Himbauan di dekat TPS

Alat angkut sampah di RW 03 menggunakan 2 jenis moda kendaraan


pengangkut yaitu Truk sampah dan Triseda. Pengangkutan sampah untuk perumahan
yang berada di jalan lingkungan alat angut menggunakan kendaraan jenis triseda.
Kelurahan menyediakan 3 alat angkut guna mengoptimalkan pengangkutan sampah
yang ada di RW 03. Sementara untuk jalan utama/besar (kolektor) biasanya diangkut
menggunakan mobil truk sampah.

Mobil Truk Sampah Triseda


Sumber : Hasil Observasi
Gambar 4.c.23. Alat Angkut

117
Gambar 4.c.24 Pola Pengangkutan Sampah

Pola pengangkutan sampah yang ada di RW 03 terjadi dengan 3 pola pengangkutan


sampah yaitu pertama, sumber sampah dari setiap rumah tangga dikumpulkan oleh motor
pengangkut sampah (triseda) kemudian di buang TPS lalu dari TPS ke TPA diangkut oleh
mobil penggangkut. Kedua, sumber sampah dibuang sendiri oleh masyarakat ke TPS lalu dari
TPS ke TPA diangkut oleh mobil pengangkut. Ketiga, sumber sampah dari masing-masing
rumah yang ada di depan rumah langsung diangkut oleh mobil penggangkut kemudian
langsung dibawa ke TPA. Hal tersebut berlaku hanya pada jalan-jalan yang dilalui oleh mobil
pengangkut sampah seperti Jalan Setia Budi dan Jalan Tamrin.

B. Permasalahan
1. Permasalahan Persampahan
Sumber timbulan sampah yang berada di RW 3 berasal dari sampah rumah tangga,
sampah fasilitas umum serta sampah perdagangan dan jasa. Permasalahan sampah
yang terjadi di RW 3 di sebabkan oleh beberapa hal berikut:
b. Kurangnya tempat sampah
Padatnya bangunan rumah warga yang berada di RW 3 mengakibatkan banyak
rumah warga yang tidak memiliki tempat sampah, hanya beberapa dari rumah
warga di RW 3 yang mempunyai tempat sampah yang diletakan di depan rumah.
Sebagaian besar material tempat sampah/ pewadahan sampah warga disana adalah
Ban Karet dan tempat sampah terbangun.

118
Ban Karet Tempat Sampah terbangun
Jln. Otista Jln. Slamet Riadi

Sumber : Hasil Observasi Lapangan 2016


Gambar 4.c.25 Jenis Tempat Sampah

c. Kurang petugas pengangkut sampah dari Kelurahan


Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa kurangnya petugas
pengangkut sampah mengakibatkan sampah yang ada di RW 03 khususnya di RT
04 dan RT 01 menumpuk. Sehingga masyarakat diRT 04 membuang sampah pada
lahan kosong yang ada disekitar rumah. Sementara di RT 01 kurangnya petugas
pengangkut sampah membuat sampah menjadi menumpuk sehingga berserakan
hingga kebadan jalan.

Jln. otista Jln. Slamet Riadi

Sumber : Hasil Observasi Lapangan 2016


Gambar 4.c. 26 Permasalahan Persampahan

c. Kurangnya daya tampung TPS


Daya tampung dan ukuran TPS yang kecil berlokasi di Jl. Mangunsarkoro,
mengakibat sampah lebih banyak berserakan dibadan jalan melainkan berada
didalam kontener sampah. Seperti terlihat pada gambar berikut :

119
Jln. Mangunsarkoro

Sumber : Hasil Observasi Lapangan 2016


Gambar 4.c.27 TPS Mangunsarkoro

d. Perilaku masyarakat
Akibat kurangnya kesadaran masyarakat dan kebiasaan masyarakat yang kurang
disiplin dalam membuang sampah menjadi salah satu penyebab terjadinya
permasalahan sampah yang ada di RW 03. Perilaku masyarakat di RW 03 yaitu
seringkali membuang sampah didrainase ataupun di halaman rumah mereka.

120
Gambar 4.c.21 Peta Permasalahan Sampah RW 03

121
2) Permasalahan Drainase
Permasalahan yang muncul terkait dengan drainase yang ada di RW 03, anatara lain :

Tabel 4.c.8. Masalah Saluran Drainase di RW 03

Penyumbat Kerusakan
Jalan Genangan Endapan
Saluran Saluran
Mangunsarkoro (I) Tidak terjadi 5 cm Sampah -
Sampah dan
Mangunsarkoro (II) Terjadi 5 cm material Batu Rusak
dan pasir

Tamrin (I) Tidak terjadi 6 cm Sampah -

Tmrin (II) Tidak terjadi 3 cm Tanaman liar Rusak

Tamrin (III) Tidak terjadi 5 cm Sampah


Rusak
Setia Budi Terjadi 36 cm Sampah -

Otista Tidak terjadi 9 cm Sampah -

Slamet Riadi Material batu


Tidak terjadi 8 cm Rusak
(Kiri) dan sampah
Slamet Riadi
Tidak terjadi 2 cm Sampah -
(Kanan)
Sumber : Hasil Observasi

a. Genangan
Permasalahan genangan yang terjadi apabila hujan. Sebagian besar drainase
yang ada di RW 3 akan tergenang apabila musim hujan tiba. Hal ini dikarenakan
saluran drainase yang ada di RW 3 dipenuhi banyak sekali endapan seperti sampah
dan material pasir maupun batu. Sehingga apabila hujan terjadi maka frekuensi
terjadinya genangan lebih besar, bahkan bila hujan sangat deras dengan durasi
yang cukup lama maka dapat terjadi banjir di bebrapa titik drainase yang ada di
RW 3.

122
b. Endapan
Permasalahan endapan yang terjadi di RW 03 hampir terjadi disemua jalan
yang ada di RW 3. Rata-rata permasalahan endapan yang terjadi dikarenakan
sampah dan material pasir maupun batu yang mengendap didalam saluran
drainase.permasalahan endapan yang ada di RW 3 ini mulai dari 2-36 cm.
Sehingga saluran drainase menjadi menggenang dan akibatnya air yang ada di
saluran drainase tidak mengalir dengan lacar.

Endapan 2 cm Endapan dengan Ketinggian 36 cm


Di Jl. Slamet Riadi Di Jl. Tamrin
Sumber : Hasil Observasi
Gambar 4.c.28. Permasalahan Endapan Drainase

c. Penyumbat Saluran
Penyumbatan saluran drainase menjadi salah satu permasalahan drainase yang
terjadi di Kelurahan Besusu Timur tidak terkecuali RW 03. Sebagian besar saluran
drainse yang ada di RW 03 tidak mengalir dengan lancar akibat tersumbat oleh
material batu, pasir, sampah, tanaman liar. Material penyumbat saluran drainase
seperti sampah dapat menymbat saluran akibat perilaku masyarakat yang suka
membuang sampah kesaluran drainase atau diakibatkan oleh sampah yang terbawa
`angin dan masuk kesaluran drainse.

123
Penyumbat Sampah Penyumbat Material pasir
Di Jl. Tamrin Di Jl. Mangunsarkoro
Sumber : Hasil Observasi
Gambar 3.c.29. Penyumbat Saluran
d. Kerusakan Saluran Drainase
Kerusakan saluran drainase yang terjadi di kelurahan Besusu Timur khususnya
di RW 03 ada beberapa titik yang sangat rusak. Namun dari ketiga elemen tersebut
elemen yang paling dominan terjadi di RW 03 adalah kerusakan saluran drainase
yang sudah berlangsung lama sehingga saluran drainase menjadi sangat parah.
Kerusakan saluran drainase yang terjadi di RW 03 diakibatkan oleh material
konstruksi dari saluran drinase yang tidak terlalu kuat sehingga saluran drainase
menjadi lebih gampang rusak jika hujan deras terjadi.

Kerusakan Kerusakan
Di Jl. Tamrn Di Jl. Slamet Riadi
Sumber : Hasil Observasi

Gambar 3.c.32. Kerusakan Drainase

124
Jln. Otista
Jln. Setia Budi

Jln. Slamet Riadi Jln. Mangunsarkoro

Jln. Mangunsarkoro
Jln. Slamet Riadi

125
Jln. Tamrin Jln. Tamrin Jln. Tamrin Jln. Tamrin
e. Permasalahan RTH
Permasalahan RTH yang ada di RW 03 adalah tidak tersedianya ruang terbuka
publik yang bermanfaat bagi tempat bermain dan sebagai tempat berkumpul
masyarakat untuk bersosialisasi. RTH yang ada di RW 03 hanya terpenuhi melalui bahu
jalan yang dimanfaatkan untuk menanam vegetasi tanaman. Seperti pada gambar
berikut.

Gambar 4.c.33 Kondisi Eksisting RW 03

Berdasarkan peta diatas nampak terlihat jelas bahwa RW 03 masih sangat


kekurangan sarana ruang terbuka hijau,seperti taman bermain. RW 03 didominasi oleh
permukiman masyarakat sehingga terlihat jelas bahwa sudah tidak ada lahan kosong
yang dapat digunakan untuk membangun sarana ruang terbuka hijau. Permasalahan
lahan yang sudah tidak tercukupi membuat sarana ruang terbuka hijau menjadi salah
satu masalah yang belum bisa terselesaikan.

126
4.7.D GAMBARAN UMUM WILAYAH RW 04

A. Batas Administrasi
Batas Admisistrasi RW 04 adalah :
 Sebelah Utara berbatasan dengan RW 03
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kel. Lolu Utara
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kel. Besusu Tengah
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kel. Tanamodindi
Dengan luas lahan setiap RT yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.d. 1 Luas Lahan RW 04

Lahan Luas (ha)


RT 1 5,37
RT 2 4,58
RT 3 6,74
RT 4 8,02
RT 5 3,53

Dengan melihat tabel, dapat diketahui keseluruhan luas lahan saat dijumlah memiliki
luas, yaitu 28,24 ha. Luas tersebut merupakan gabungan luas dari seluruh RT.

B. Kondisi Geografis
Wilayah RW 04 Kelurahan Besusu Timur memiliki kondisi tanah yang lebih tinggi
permukaannya di bandingan dengan RW yang lainnya di Kel. Besusu Timur.

C. Penggunaan Lahan
Guna Lahan di RW 04 terdiri dari perkantoran, sekolah, perdagangan, pelayanan jasa dan
sarana-sarana peribadatan. Selanjutnya penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel dan peta
guna lahan di bawah ini.

127
Tabel 4.d. 2 Penggunaan lahan di RW 04

Penggunaan Lahan Luas (%)


Pendidikan 0,11
Perkantoran 2,17
Perdagangan dan jasa 7,05
Peribadatan 0,51
Lahan kosong 2,73
Perumahan 14,63

Dari tabel di atas dapat dilihat dimana perumahan serta perdagangan dan jasa sangat
berpengaruh terhadap penggunaan lahan di RW 04.

128
Gambar 4.d. 1 Peta Pengunaan Lahan

129
D. Ketersediaan Sarana dan Prasarana
1. Ketersediaan Sarana
- Sarana Perkantoran
Jumlah sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum di Kelurahan Besusu Timur tepatnya
di RW 04 yaitu hanya satu, berupa kantor Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga
Berencana (BPPKB).

BPPKB
Jl. Mangunsarkoro

Gambar 4.d. 2 Sarana Perkantoran


Sumber: Hasil Survei Lapangan Tahun 2016

130
Gambar 4.d. 3 peta sarana perkantoran

131
- Sarana Pendidkan
Sarana pendidikan di Kel. Besusu Timur tepatnya di RW 04 hanya terdapat satu, yaitu
taman kanak-kanak (TK) di Jalan Thamrin yang beresebelahan dengan sebuah gereja.

TK Ekklesia
Jl. Husni Thamrin

Gambar 4.d. 4 Sarana Pendidikan


Sumber: Hasil Survei Lapangan Tahun 2016

132
Gambar 4.d. 5 peta sarana pendidikan

133
- Sarana Perdagangan dan Pelayanan Jasa
Sarana ini menjadi sangat dominan di RW 04 dikarenakan lokasi dan jalan yang ramai
dilewati para pengendara bermotor sehingga menjadi daya tarik bagi para pengusaha di RW
04 untuk mendirikan usaha.

Perdagangan Pelayanan jasa


Jl. Husni Thamrin Jl. Ir. H. Juanda
Gambar 4.d. 6 sarana perdagangan
Sumber: Hasil Survei Lapangan Tahun 2016

134
Gambar 4.d. 7 peta perdaganagan dan jasa

135
- Sarana Peribadatan
Kegiatan keagamaan penduduk di RW 04, Kelurahan Besusu Timur terlihat seimbang
ditandai dengan berdirinya 1 masjid dan 1 gereja.

Gereja Masjid
Jl. Husni Thamrin Jl. Ir. H. Juanda

Gambar 4.d. 8 Sarana Peribadatan


Sumber: Hasil Survei Lapangan Tahun 2016

136
Gambar 4.d. 9 peta sarana peribadatan

137
2. Ketersediaan Prasarana
- Prasarana Jalan
Kondisi Jalan di RW 04 terdiri atas tiga jenis yaitu :
 Jalan Arteri Primer
 Jalan Kolektor Sekunder
 Jalan Lokal
Kondisi jalan di RW 04 terbilang baik, hal ini dikarenakan fungsi jalan dan kebutuhan
terhadap jalan saling mempengaruhi sehingga mendapat perhatian yang khusus dari
pemerintah.

Jalan kolektor sekunder Jalan lokal Jalan arteri primer


Jl. Mangunsarkoro Lrg. Setia Budi Jl. Ir. H. Juanda
Gambar 4.d. 10 jaringan jalan
Sumber: Hasil Survei Lapangan Tahun 2016

138
Gambar 4.d. 11 peta sarana jalan

139
- Drainase
Sistem drainase di RW 04 terbagi menjadi saluran drainase primer dan saluran drainase
sekunder, yang masing-masing tersebar di jaringan jalan arteri primer dan kolektor sekunder.

Drainase Primer Drainase Sekunder


Jl. Ir. H. Juanda Jl. Ki Hajar Dewantoro
Gambar 4.d. 12 Drainase

Sumber: Hasil Survei Lapangan Tahun 2016

140
Gambar 4.d. 13 peta sarana drainase

141
- Prasarana Air Bersih
Air Bersih adalah salah satu kebutuhan yang terpenting dalam kehidupan manusia.
Jaringan air bersih yang berada di RW 04 terbagi atas dua jenis yaitu Sumur suntik atau DAP
dan PDAM untuk di gunakan sehari-hari.

Mesin DAP warga


Jl. Mangunsarkoro
Gambar 4.d. 14 Prasarana Air Bersih

Sumber: Hasil Survei Lapangan Tahun 2016

- Prasarana Listrik
Listrik yang mengaliri RW 04 adalah listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) yang
digunakan warga sehari-hari.

Gardu listrik
Jl. Mangunsarkoro
Gambar 4.d. 15 Prasarana Listrik

Sumber: Hasil Survei LapanganTahun 2016

142
Gambar 4.d. 16 peta gardu listrik

143
- Prasarana Persampahan
 Sumber Sampah
Di RW 04 kelurahan Besusu Timur bersumber dari sampah rumah tangga, rumah makan,
perkantoran dan jasa. Dimana limbah tersebut biasanya berupa sampah organik maupun
sampah non organik.
 Sistem Pengolahan Sampah
Dari hasil survey di RW 04, Kelurahan Besusu Timur, bahwa sistem pengelolaan terdiri
dari pengangkutan dan pembuangan dimana sampah rumah tangga tidak dipisahkan antara
organik dan non organik. Sampah diangkut dari rumah masing-masing warga dengan
menggunakan kendaraan bermotor roda tiga (Triseda).
 Perwadahan sampah
Di RW kami memiliki 2 perwadahan dari pemerintah yaitu ban karet dan tempat sampah
terbangun.

Ban karet Tempat sampah terbangun


Jl. Mangunsarkoro Jl. Nokilalaki
Gambar 4.d. 17 Prasarana Persampahan

Sumber: Hasil Survei Lapangan Tahun 2016

144
 Pengangkutan Sampah
Untuk jadwal pengangkutan sampah di RW 04 dalam seminggu, dapat di tabelkan
sebagai berikut :
Tabel 4.d. 3 Jadwal Pengangkutan Triseda

Waktu
No Hari
Pengangkutan
Jumlah alat
1 Selasa 17.00
angkut 2 triseda
2 Kamis 17.00
3 Sabtu 17.00

Alat angkut triseda mengangkut sampah di jalan kolektor sekunder maupun jalan
lokal seperti Jalan Mangunsarkoro, Jalan Thamrin dan Otto Iskandar Dinata.

Tabel 4.d. 4 Jadwal Pengangkutan Truk sampah

Waktu
No Hari
Pengangkutan
1 Senin 06.00
Alat angkut truk
2 Selasa 06.00
sampah
3 Rabu 06.00
4 Kamis 06.00
5 Juma’at 06.00

Alat angkut truk sampah hanya menggangkut sampah di jalan alteri Primer seperti
Jalan Juanda dan Jalan Sisingamaraja.

Gambar 4.d. 18 Alat Angkut Sampah


Sumber: Hasil Survei Lapangan Tahun 2016

145
Jl. Husn Thamrin Jl. Husni Thamrin

Gambar 4.d. 19 Pewadahan Sampah

Sumber: Hasil Survei Lapangan Tahun 2016

Di RW 04 tidak terdapat permasalahn sampah dikarenakan sistem pengangkutan


triseda yang stabil di daerah dan pengankutannya yang sesuai jadwal. Sehingga tidak ada
penumpukan sampah dan adapun sarana perdagangan dan jasa yang membangun tempat
sampah terbangun sehingga tidak ada penumpukan sampah di bagian jalan tersebut.

Jl. Ir. H. Juanda

Gambar 4.d. 20 Pewadahan Sampah


Sumber: Hasil Survei LapanganTahun 2016

Di jalan Juanda dan Sisingamaraja tidak ada penumpukan sampah dikarenakan dijalan arteri
primer persampahannya diangkut oleh truk sampah yang sitem pengangkutanya telah
dijadwalkan.

146
c. Prasaran RTH
Sarana RTH di kelurahan RW 04 belum ada tersedia. Dan RTH untuk perumahan pun
tidak di perhatiakan. Masyarakkat di RW 04 hanya mementikkan membangun berdagangan
dan jasa dari pada membuat RTH di lahan mereka.

147
E. Kondisi Permasalahan Eksisting
- Permasalahan Ruang Terbuka Hijau untuk Publik
Di RW 04 Kelurahan Besusu Timur belum memiliki Ruang Terbuka Hijau,
peraturan pemerintah dalam SNI bahwa RW 04 sudah selayaknya memiliki Ruang
Terbuka Hijau untuk skala perumahan yang dimana di RW 04 kurang
memperhatikan RTH di rumah mereka masing-masing

148
BAB V
ANALISIS MASALAH
5.1 Analisis Masalah RW 01
1. Analisis Persampahan
Di Kelurahan Besusu Timur khususnya di RW 1 masih terdapat beberapa
beberapa rumah yang tidak memiliki tempat sampah hal ini dikarenakan tempat
sampah yang diberikan pemerintah tidak bersamaan sehingga yang terlebih dahulu
menerima tempat sampah cepat mengalami pelapukakan sehingga menyebabkan
kurangnya daya tampung sampah. Akibatnya, sebagian masyarakat di RW ini
membuang sampah rumah tangga mereka pada tempat sampah milik tetangganya.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia 3242-2008 tentang pengelolaan sampah
di permukiman menyatakan bahwa setiap bahwa setiap 20-40 Kepala Keluarga yang
ada di suatu wilayah harus memiliki satu wadah penampungan sampah permanen.
Tapi pada RW 1 tidak ada tempat sampah permanen yang disediakan, hal ini
dikarenakan lahan yang ada terlalu sempit sehingga pemerintah hanya menyediakan
tempat sampah yang berupa ban karet untuk masyarakat yang ada di RW 1.
Akibatnya hal ini berpengaruh pada penumpukan sampah rumah tangga yang selalu
terjadi di RW 1 ini. Penyebab lain dari penumpukan sampah yaitu keterlambatan
pengangkutan oleh petugas pengangkut sampah. Pada pengangkutan sampah memiliki
jadwal pengangkutan yaitu 3 kali seminggu. Karena RW 1 memiliki jalan lingkungan
yang kecil, maka yang masuk dalam lingkungan permukiman hanya Triseda saja
sementara mobil truk hanya mengangkut sampah yang berada di Jl.Ki Hajar/S.Parman
dan Jl.Setia Budi.

Karena pengangkutan sampahnya rutin, wilayah RW 1 dapat dikatakan lingkungan


yang sehat karena volume sampah dalam perminggunya bisa terangkut habis
meskipun pembuangan sampahnya tidak masing – masing pada tempat sampah
sendiri

149
2. Analisis Drainase
Masalah drainase yang ada di RW 1 berada dilokasi permukiman dan Jl. Setia
Budi. Drainase yang ada dipermukiman disumbat oleh material yang berupa pasir
yang dimana penyumbatan ini disebabkan oleh manusia karena kurangnya tanggung
jawab. Masalah lain pada drainase dilingkungan yaitu lebar drainase yang tidak sesuai
dengan volume air. Akibatnya, saaat hujan tiba air banyak yang meluap ke jalan dan
rumah warga. Lamanya genangan air tergantung dari cerahnya matahari karena air
yang meresap tidak langsung ketanah karena jalannya yang terbuat dari aspal dan
coran sehingga air agak lambat meresap
Jika drainase yang ada di Jl.Setia Budi terjadi endapan karena disebabkan oleh
faktor alam sendiri. Endapan yang ada berupa material alam seperti pasir dan kerikil
yang dibawah air dari tempat yang tinggi. Karena permukaan tanah yang datar maka
tempat endapan mengikuti daerah yang datar juga. Akibatnya saat terjadi hujan deras,
wilayah RW 1 yang berada di daerah yang agak rendah ikut terendam yang
ketinggian airnya mencapai mata kaki.

3. Analisis RTH
Ruang Terbuka Hijau tidak terdapat di RW 1 maupun Kelurahan Besusu
Timur. Jika ditinjau dari masterplan penataan ruang terbuka hijau, untuk wilayah RW
1 yang merupakan bagian dari Kelurahan Besusu Timur hanya direncakanan untuk
kawasan jalur hijau saja. Kawasan jalur hijau tersebut berada di setiap pinggir ruas
jalan Kelurahan Besusu Timur. Hal ini dikarenakan wilayah RW 1 merupakan
wilayah yang sangat sempit sehingga yang ada hanya bangunan saja. Sebagai
pengganti RTH, masyarakat berinisiatif untuk menanam pohon hias dan bunga pada
halaman mereka untuk membuat vegetasi dan juga membuat udara sekitar menjadi
lebih sejuk

5.2 Analisis Masalah RW 02


1. Permasalahan Drainase

Permasalahan drainase yang ada di RW 02 ini yaitu berupa penyumbatan yang


disebabkan oleh sampah dan juga material bangunan. Sampah-sampah yang menjadi
penyumbat ini berasal dari sampah yang terbawa oleh angin. Sampah ini berserakan di
drainase karena tempat pembuangan sampah yang terbuka. Selain terbawa oleh angin,

150
beberapa jenis sampah juga dapat dilihat adalah karena perilaku masyarakat yang masih
membuang sampah secara sembarangan.

Material bangunan yang menjadi penyumbat pada drainase ini disebabkan oleh
kerusakan dari kontruksi bangunan dari drainase yang sudah hancur. Genangan yang terjadi
pada drainase juga menjadi salah satu permasalahan yang ada di RW 02. Genangan ini
disebabkan oleh penyumbatan drainase yang membuat aliran air di drainase menjadi tidak
lancar dan terjadi genangan.

Genangan dan penyumbatan juga terjadi karena adanya endapan yang ada di dalam
saluran drainase. Endapan yang ada di drainase RW 02 di dominasi oleh pasir yang terbawa
oleh arus air. Pasir ini juga biasa jatuh ke dalam drainase ketika musim hujan tiba.

2. Permasalahan Sampah
Berdasarkan SNI 3242-2008 tentang pengelolaan sampah di permukiman, bahwa
setiap 20-40 Kepala Keluarga yang ada di suatu wilayah harus memiliki satu wadah sampah
komunal yang memiliki volume 0,5 - 1,0m3. Wadah ini tidak terdapat satupun di masing-
masing RT yang ada di RW 02. Jumlah kepala keluarga untuk masing-masing RT yaitu
kurang lebih 40 kepala keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa untuk setiap RT harus memiliki
satu wadah komunal. Namun, jika dilihat dari volume wadah sampah yang telah ditetapkan
dalam standar nasional Indonesia, kelurahan Besusu Timur pun dengan jumlah penduduk
diatas 10.000 jiwa pada tahun 2015 masih memerlukan satu lagi wadah sampah dengan
volume 10m3. Akibatnya hal ini berpengaruh pada penumpukan sampah rumah tangga yang
selalu terjadi di RW 02 ini.

Penyebab lain dari penumpukan ini yaitu keterlambatan pengangkutan oleh petugas
pengangkut sampah. Jadwal pengangkutan untuk wilayah ini yaitu 3 kali dalam satu minggu.
Namun, berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan pengangkutan biasanya tidak sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan. Pengangkutan biasanya terjadi hanya 2 kali dalam satu
minggu, bahkan dalam 1 minggu pun kadang sampah rumah tangga tidak terangkut. Hal ini
menyebabkan warga biasanya berinisiatif langsung membuangnya ke tempat sampah
komunal yang ada di RW 03. Penyebab dari keterlambatan ini sendiri berdasarkan hasil
wawancara juga disebabkan oleh alat pengangkut yang disediakan, ada yang mengalami
kerusakan. Jadi, alat pengangkut yang harusnya beroperasi di titik tertentu harus menjangkau

151
lebih luas lagi untuk menutupi wilayah yang sebelumnya menjadi jangkauan pengangkut
yang telah rusak.

3. Permasalahan RTH dan Ruang Terbuka

Ruang Terbuka Hijau tidak terdapat di RW 02 maupun Kelurahan Besusu Timur.


Dalam masterplan penataan ruang terbuka hijau, untuk wilayah RW 02 yang juga bagian dari
Kelurahan Besusu Timur hanya direncakanan untuk kawasan jalur hijau saja. Kawasan jalur
hijau ini berada di setiap pinggir ruas jalan Kelurahan Besusu Timur.

Jika dilihat dari SNI nomor 2003-1733 tahun 2004, maka seharusnya wilayah RW 02
memiliki minimal 1 untuk taman yang dapat memberikan kesegaran pada kota, baik udara
segar maupun cahaya matahari, sekaligus tempat bermain anak-anak. Namun, berdasarkan
hasil wawancara yang kami dapatkan dari beberapa warga RW 02, kurangnya lahan untuk
dibuatkan taman adalah penyebab utama mengapa tidak adanya taman di wilayah ini.

5.3 Analisis Masalah RW 03

 Proyeksi Penduduk
Pertumbuhan penduduk RW 03 setiap tahunnya selalu meningkat. Meningkatnya
pertumbuhan penduduk ini deisebabkan oleh banyak faktor salah satu faktor yag
paling berpengaruh adalah faktor urbanisasi atau perpindahan penduduk. Sebagian
besar penduduk yang yangada di RW ini merupakn pendatang. Jumlah pertumbuhan
penduduk sangat diperlukan karena untuk mengetahui memproyeksikan kebutuhan
sarana di RW 03. Berikut tabel pertumbuhan penduduk di RW 03.

Tabel 5.c.1 Pertumbuhan Penduduk di RW 03 Kelurahan Beusus Timur

2012 2013 2014 2015 Rata-


1.465 1.498 1.585 1.600 rata
Pertumbuhan Penduduk 2,3 5,8 0,9 3,0
Sumber : Hasil Analisis

152
Jumlah Penduduk
1.650 1.600
1.585
1.600
1.550 1.498
1.500 1.465
1.450
1.400
1.350
2012 2013 2014 2015

Jumlah Penduduk

Sumber : Hasil Analisis


Gambar 5.c.1 Grafik Proyeksi Penduduk

Perhitungan proyeksi penduduk digunakan untuk memperkirakan jumlah


penduduk dalam kurun waktu yang direncanakan agar dapat memudahkan dalam
memperkirakan kebutuhan. Perhitungan proyeksi penduduk pada RW 03 sampai
dengan tahun 2020 dengan menggunakan Metode Aritmetik, yang dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.

Tabel 4.c.2 Proyeksi Penduduk RW 03

Jumlah
Tahun
Penduduk
2015 1.600
2016 1.648
2017 1.698
2018 1.698
2019 1.801
2020 1.855
Pertumbuhan penduduk yang terjadi di RW 03 terus mengalami peningkatan
setiap tahunnya, peningkatan pertumbuhan penduduk di RW 03 rata-rata 3,0 % setiap
tahunnya menurut perhitungan proyeksi penduduk dengan metode aritmetik. Proyeksi
pertumbuhan penduduk RW 3 diperlukan untuk memproyeksikan produksi sampah di
RW 3, dan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau lima tahun yang akan datang.

153
1) Analisis Persampahan
Analisis masalah persampahan yang ada di RW 03 yaitu :
 Proyeksi Produksi Sampah
Tabel 4.c.3 Proyeksi Produksi Sampah

di Wilayah RW 03 pada Tahun 2016 – 2020


Produksi Sampah di Wilayah RW 03 Tahun 2016 - 2020(m3/unit/hari)
Standar
Rumah Produksi Produksi Total Produksi
No Kelurahan Jumlah Produksi
Tangga sampah Fasum/Sos Sampah
Penduduk Sampah
(unit) (m3/unit/hari) (m3) (m3/unit/hari)
(m3)
1 2016 1628 407 0,0125 5,09 1,53 6,61
2 2017 1698 425 0,0125 5,31 1,59 6,90
3 2018 1748 437 0,0125 5,46 1,64 7,10
4 2019 1801 450 0,0125 5,63 1,69 7,32
5 2020 1855 464 0,0125 5,80 1,74 7,54
Sumber : Hasil Analisis

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah sampah yang dihasilkan oleh penduduk
RW 03 untuk 5 tahun yang akan datang yaitu pada tahun 2016 produksi sampah dari 407 KK
adalah 5,09 m3 atau 5090 L sementara untuk fasum/sos 1,53 m 3 atau 1530 L serta total
produksi sampah yang dihasilkan 6,61 atau 6610 L. Hal ini berarti jumlah tempat sampah
yang dibutuhkan untuk masing-masing rumah adalah 814 unit unit dengan dimensi tempat
sampahnya 2(1300 X 400 X 1500 mm) untuk sampah yang dihasilkan 60 L. Sedangkan pada
tahun 2020 produksi sampah yang dihasilkan dari 464 KK adalah 5,80 m3 atau 5800 L dan
untuk Fasum/Sos 1,74 m3 atau 1740 L dengan total produksi sampah 7,54 m 3 atau 7540 L.
Jadi, pada tahun 2020 jumlah tempat sampah dimasing-masing rumah adalah 928 unit dengan
dimensi tempat sampahnya 2(1300 X 400 X 1500 mm) untuk sampah yang dihasilkan 60 L.

 Analisis Masalah Persampahan


1. Kurangnya tempat sampah
Penyebab dari kurangnya tempat sampah adalah kurangnya perhatian pihak
kelurahan dalam memperhatikan pertambahan jumlah penduduk yang ada di RW
03. Hal tersebut dikarenakan jumlah penduduk di RW 3 setiap tahunya terus
mengalami peningkatan sehingga penduduk yang bertambah setiap tahun tersebut
tidak memperoleh tempat sampah. Selain itu, masalah lain yang ditimbulkan

154
kurangnya tempat sampah adalah sampah menjadi berserakan akibat kurangnya
wadah untuk menampung sampah. Sementara itu menurut SNI 03-3242-2008
wadah sampah yang harus disediakan minimal 2 buah per rumah tangga untuk
wadah sampah organik dan anorganik. Sementara sebagian besar tempat sampah
yang ada di masing-masing rumah masyarakat adalah 1 wadah sampah pembagian.
2. Kurang petugas pengangkut sampah
Penyebab dari kurangnya petugas pengangkut sampah di RW 3 dikarenakan
pihak kelurahan hanya menyiapkan dua orang petugas kebersihan yang bertugas
membersikan sampah, akibatnya tidak semua rumah tangga yang ada di RW 3
dapat terpenuhi pelayanan pengangkutan sampahnya.
3. Kurangnya daya tampung TPS
Kurangnya daya tampung TPS yang berlokasi dijalan Mangunsarkoro dan
masih termaksud dalam bagian dari RW 3 adalah masyarakat yang membuang
sampah pada TPS tersebut bukan hanya masyarakat Kelurahan besusu Timur
melainkan juga berasal dari kelurahan lain mengakibatkan TPS di jalan
Mangunsarkoro tidak mampu menanampung sampah.

2) Analisis Drainase
Permasalahan drainase yang ada di Kelurahan Besusu Timur khususnya di RW 3 memilki
banyak masalah. Analisis masalah drainase di RW 3 adalah :
 Genangan
Penyebab genangan yang terjadi pada saluran drainase yang ada di RW3
adalah banyaknya material sampah yang yang mengendap disaluran drainase
mengakibatkan pada saat hujan saluran drainase tersebut menjadi meluap dan dan
menggenangi jalan.
 Endapan
Penyebab endapan yang terjadi pada saluran drainase adalah sampah dan
material pasir yang terbawa oleh air hujan kemudian masuk kedalam saluran drainase
sehingga mengakibatkan saluran drainase tidak dapat mengalir dengan lancar .
 Penyumbatan Saluran
Penyebab tersumbatnya saluran drainase adalah sampah dan tanaman liar.
Penyumbatan yang diakibatkan oleh sampah bisa terjadi akibat dari perilaku
masyrakat yag membuang sampah pada saluran daraianse sehingga saluran drainase

155
menjadi tersumbat atau sampah-sampah tersebut tertiup atau tebawa air hujan pada
saat hujan terjadi kemudian masuk kedalam saluran drainase. Sedangkan
penyumbatan yang terjadi akibat dari saluran drainase yang ditumbuhi tanaman liar
disebabkan oleh kurangnya perawatan terhadap saluran drainase akibatnya saluran
drainase menjadi tersumbat. Selain itu, penyumbatan sampah sampah disaluran
drainase akibat perilaku masyarakat yang suka membuang sampah kesaluran draianse
serta sampah yang terbawa angin dan masuk kedalam salura drainase.
 Kerusakan Saluran
Penyebab kerusakan saluran drainase di RW 3 adalah kesalahan konstruksi
serta banyaknya pepohonan yang tumbang dan menimpa saluran drainase. Akibatnya
saluran drainase menjadi rusak.

3) Analisis Masalah RTH


Dalam proses pembangunan sarana ruang terbuka hijau harus dibangun dengan
mengunakan standar SNI sebagai berikut :

Taman RT:
1. Unit lingkungan: 250 Jiwa
2. Luas minimal/unit: 250 M2
3. Luas minimal/kapita: 1,0 M2
4. Lokasi di tengah lingkungan RT
Taman RW:
1. Unit lingkungan: 2.500 Jiwa
2. Luas minimal/unit: 1.250 M2
3. Luas minimal/kapita: 0,5 M2
4. Lokasi di pusat kegiatan RW

Ketersedian sarana Ruang terbuka hijau sangat diperlukan karena memberikan banyak
manfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Berikut proyeksi kebutuhan ruang terbuka hijau
baik skala RT maupun RW yang ada di RW 03 Kelurahan Besusu Timur.

Tabel 5.c.4 Proyeksi Kebutuhan RTH ( Taman/tempat Bermain Anak) Skala RT di wilayah
RW 03 Tahun 2016-2020

156
TAMAN/ TEMPAT BERMAIN
Sarana
Jumlah Yang
No Tahun Eksisting Standar Yang dibutuhkan
Penduduk direncanakan
2015
A B A B A B
1 2016 1628 0 250 0,01 7 0,07 7 0,07
2 2017 1698 0 250 0,01 7 0,07 7 0,07
3 2018 1748 0 250 0,01 7 0,07 7 0,07
4 2019 1801 0 250 0,01 7 0,07 7 0,07
5 2020 1855 0 250 0,01 7 0,07 7 0,07
Wil. RW 03 8730 0 35 0,35 35 0,35
Sumber : Hasil Analisis
Berdasarkan hasil proyekasi RTH utnuk skala RT diatas dapat dilihat bahwa sarana
RTH (taman/tempat bermain anak) di wilayah RW 03 sudah membutuhkan RTH sebayak 7
buah pada tahun ini 2016 bahkan sampai tahun 2020 mendatang kebutuhan RTH di Rw 03
masih sama yaitu 7 buah. Namun hingga saat ini ruang RTH ( taman/tempat bermain anak)
belum terbangun satupun. Berikut adalah proyeksi mengenai kebutuhan RTH di wilayah RW
03 berdasarkan SNI 03-1733 tahun 2004 perhitungan kebutuhan RTH per RW. Berikut tabel
proyeksi kebutuhan RTH per RW di RW 03.
Tabel 5.c.5
Proyeksi Kebutuhan RTH ( Taman/tempat Bermain Anak) Skala RT di wilayah RW 03
TAMAN/ TEMPAT BERMAIN
Sarana
Jumlah Yang Yang
No Tahun Eksisting Standar
Penduduk dibutuhkan direncanakan
2015
A B A B A B
1 2016 1628 0 2.500 0,01 1 0,01 1 0,01
2 2017 1698 0 2.500 0,01 1 0,01 1 0,01
3 2018 1748 0 2.500 0,01 1 0,01 1 0,01
4 2019 1801 0 2.500 0,01 1 0,01 1 0,01
5 2020 1855 0 2.500 0,01 1 0,01 1 0,01
Wil. RW 03 8730 0 5 0,05 5 0,05
Sumber : Hasil Analisis
Berdasarkan hasil proyeksi diatas dapat dilihat untuk skala RW dibutuhkan sarana
RTH (taman/tempat bermain anak) di wilayah RW 03. RTH yang diperlukan pada tahun

157
2016 samapai tahun 2010 yaitu sebayak 1 buah. Namun berdasrakan hasil observasi lapangan
RTH di RW 03 sama sekali tiadak ada.

Penyebab masalah Ruang terbuka Hijau yang ada di RW 3 adalah kurangnya lahan
untuk digunakan untuk membanguna fasilitas ruang terbuka hijau. Hal ini terjadi karena
lahan yang ada di RW 3 sebagian besar sudah dipenuhi dengan bangunan, akibat dari
padatnya jumlah penduduk.

158
5.4 Analisis Masalah RW 04
1) Analisis Ruang Terbuka Hjau
Ruang Terbuka Hijau atau RTH merupakan suatu bentuk pemanfaatan lahan pada satu
kawasan yang diperuntukan untuk penghijauan tanaman. sebagai tempat beraktivitas, berupa
taman, lapangan olahraga, dan lain – lain. Saat ini, pada kawasan RW 2 Kelurahan Besusu
timur belum memiliki Ruang Terbuka Hijau.
- Proyeksi Kebutuhan RTH
Penyediaan sarana RTH di setiap RW sangat dibutuhkan karena dapa memberikan
kesegaran pada kota, baik udara segar mupun cahaya matahari, sekaligus tempat
bermain anak-anak.
- Analisi Permasalahn Ruang Terbuka Hijau
Kurangnya ruang terbuka hijau di karenakan di RW 04 besusu timur padatnya
penduduk di keluraha besusu timur sehingga masyarakat setempat kurang
memperhatiaka bahwa pentingnya ruang terbuka hijau di kehidupan kita sehari-hari
da banyak kepentingan ruang terbuka hijau.
Masyarakat RW 04 di kelurahan besusu timur lebih mementingkan mendirikan lahan
mereka untuk perangangan dari pada membangun ruang terbuka hijau.

159
BAB VI
KONSEP PERENCANAAN
6.1 Arahan Perencanaan RW 01
Perencanaan tentunya harus didasari dengan UU, RTRW/PERDA yang
berdasarkan arahan dan konsep yang telah ditetapkan pemerintah

1. Arahan Konsep Perencanaan Drainase RW 01


A. Arahan
Pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan, yang mana
pemerintah dan masyarakat berperan penting terhadap pemeliharaan drainase
sebagaimana di cantumkan pada bagian ke empat tentang operasi dan
pemeliharan yang tertera pada pasal 20-24 serta bagian kelima tentang
pemantauan dan evaluasi yang tertera pada pasal 26-27, dan juga pada pasal 28
tentang pelaporan. Dengan adanya peraturan maka wajib dijadikan pedoman
B. Konsep Perencanaan
Pada drainase RW 1, permasalahan disebabkan oleh kecilnya saluran
drainase pada lingkungan. Sedangkan untuk drainase yang ada di Jl.setia Budi
terdapat pendangkalan sehingga diwaktu hujan seringkali menyebabkan genangan
air yang setinggi mata kaki. Untuk mengatasi masalah tersebut seharusnya ukurun
drainase yang ada dilingkungan harus sesuai dengan standar yang di tetapkan
oleh SNI sehingga pad saat hujan drainase mampu menampung volume air yang
ada. Pada drainase yang ada di Jl. Setia Budi, drainase harus mengikuti
kemiringan lahannya dan tidak membuat drainase terlalu datar karena bisa
menyebabkan endapan seperti pada permasalahan RW 1 sekarang ini.

160
2. Arahan Konsep Perencanaan RTH
A. Arahan
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 05 tahun 2008 tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau mengenai
pemanfaatan RTH pada lingkungan/permukiman, RTH Taman Rukun Warga
(RW) dapat disediakan dalam bentuk taman yang ditujukan untuk melayani
penduduk satu RW, khususnya kegiatan remaja, kegiatan olahraga masyarakat,
serta kegiatan masyarakat lainnya di lingkungan RW tersebut. Luas taman ini
minimal 0,5 m2 per penduduk RW, dengan luas minimal 1.250 m2. Lokasi taman
berada pada radius kurang dari 1000 m dari rumah-rumah penduduk yang
dilayaninya. Luas area yang ditanami tanaman (ruang hijau) minimal seluas 70%
- 80% dari luas taman, sisanya dapat berupa pelataran yang diperkeras sebagai
tempat melakukan berbagai aktivitas.

B. Konsep Perencanaan
Tidak adanya RTH di RW 1 disebabkan karena banyaknya bangunan rumah
sehingga tidak ada tempat untuk membuat RTH. Oleh karena itu masyarakat
mengambil inisiatif untuk membuat taman didepan rumah sebagai vegetasi agar
udara tetap segar. Untuk di bahu jalan, tanaman yang ada hanya tanaman yang
tinggi yang berfungsi sebagai tanaman pelindung.
Untuk masalah RTH di RW 1 yang baik dilakukan sekarang membuat
kawasan hijau dipinggiran sungai agar mengurangi pengikisan tanah dan
membuat air menjadi biru kembali. Karena pada lingkungan RW 1 sudah tidak
dapat dibuat RTH lagi karena lingkungannnya sudah di penuhi bangunan

161
3. Arahan Konsep Perencanaan Sampah
A. Arahan
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia 3242-2008 tentang pengelolaan
sampah di permukiman menyatakan bahwa setiap bahwa setiap 20-40 Kepala
Keluarga yang ada di suatu wilayah harus memiliki satu wadah penampungan
sampah permanen
B. Konsep Perencanaan
Di RW 1 masalah sampah tidak terlalu nampak karena volume sampah bisa
diangkut setiap perminggunya. Hanya saja jumlah sampah dengan jumlah
perkepala rumah tangga tidak sesuai sehingga sebagian warga membuang
sampahnya ditempat sampah tetangganya. Untuk mengatasi masalah tersebut,
pemerintah harus membagikan tempat sampah secara bersamaan sehingga tidak
ada tempat sampah yang cepat rusak sehingga warga tidak lagi membuang
sampahnya di tempat sampah tetangganya

6.2 Arahan Perencanaan RW 02


Konsep perencanaan untuk setiap permasalahan yang ada di RW 02 adalah sebagai
berikut :

1. Perencanaan Drainase

 Endapan, Penyumbatan, dan Genangan


a. Untuk mengatasi masalah ini perlu dilakukan penutupan untuk setiap drainase
yang ada di wilayah RW 02 Kelurahan Besusu Timur agar material dan benda
yang dapat menyebabkan permasalahan ini tidak mudah masuk ke dalam saluran
drainase.
b. Melakukan perawatan dan pembersihan drainase yang ada di RW 02 Kelurahan
Besusu Timur.
c. Melakukan sosialisasi agar selalu menjaga kebersihan drainase dan lingkungan

162
Gambar : Contoh Drainase Tertutup

2. Sistem Persampahan

 Pewadahan Sampah
a. Menyediakan tempat sampah rumah tangga yang tertutup agar sampah tidak
berserakan ketika angin berhembus untuk setiap rumah tangga di RW 02
Kelurahan Besusu Timur.
b. Menyediakan tempat sampah komunal di masing-masing RT dengan volume
antara 0,5 - 1,0 m3.
c. Menyediakan satu tempat pembuangan sementara dengan volume 10 m 3
 Pengangkutan Sampah
a. Menambah jumlah angkutan sampah jenis kendaraan roda 3 untuk setiap RT
diwilayah RW 02 Kelurahan Besusu Timur.
b. Melakukan pengawasan terhadap pengangkut sampah agar selalu tepat waktu
dalam pengangkutan sampah.

163
Gambar : Contoh Tempat Sampah

3. Ruang Terbuka Hijau

a. Membuatkan jalur hijau yaitu dengan menanam pohon di sepanjang ruas jalan yang
ada di wilayah RW 02 Kelurahan Besusu Timur
b. Membangun minimal 1 ruang terbuka hijau untuk tiap RT yang ada di wilayah
RW 02 Kelurahan Besusu Timur.
c. Membangun 1 ruang terbuka hijau untuk wilayah RW 02 kelurahan Besusu Timur

Gambar : Contoh RTH

164
6.2.2 Arahan Konsep Perencanaan
Arahan konsep perencanaan yang dapat dilakukan di wilayah RW 02 adalah sebagai berikut :
A. Letak Tempat Sampah RT dan RW
Tempat sampah dengan skala RT diletakkan pada lokasi yang mudah dijangkau agar
lebih mudah untuk diangkut. Peletakan tempat sampah ini juga berada pada jangkauan yang
mudah bagi RT lainnya untuk membuang sampah meskipun bukan berada pada wilayah RT
mereka. Hal ini dapat mengatasi penumpukan sampah yang terjadi. Tempat sampah untuk
skala RW diletakkan pada Jalan Otista karena lokasi ini berdekatan dengan lokasi tempat
pembuangan sementara Kelurahan Besusu Timur. Lokasi tempat sampah yang direncanakan
dapat dilihat pada peta :

B. Letak Ruang Terbuka Hijau RT dan RW


Peletakan ruang terbuka hijau RT ini berada pada pinggir jalan setiap ruas jalan di
wilayah RT masing-masing agar lebih mudah dijangkau baik untuk masyarakat RT sekitar
maupun untuk masyarakat umum di wilayah Besusu Timur. Untuk skala ruang terbuka hijau
yang ada di RW 02, konsep yang dapat dibangun yaitu sebuah taman bermain untuk
masyarakat RW 02 agar dapat menambah tingkat interaksi antar masyarakat. Adapun letak
dari Ruang Terbuka ini yaitu berada pada lokasi yang kami anggap strategis dan berada pada
bagian tengah wilayah RW 02, Kelurahan Besusu Timur. Lokasi ruang terbuka yang
direncanakan dapat dilhat pada peta

165
Sumber : Analisis Tim Penulis 2016
Gambar 5.b.1 : PetaRencana Tempat Sampah RW 02 Kelurahan Besusu Timur

166
: Sumber : Hasil Analisis Tim Penulis 2016
Gambar 5.b.2 : Peta Rencana RTH RW 02 Kelurahan Besusu Timur

167
6.3 Arahan Perencanaan RW 03
Permasalahan yang terjadi di RW 3 merupakan permasalahan yang dapat diselesaikan
dengan menyusun suatu konsep perencanaan. Konsep perencanaan tersebut antara lain :
1) Konsep Perencanaan Persampahan
Konsep perencanaan dari permasalahan sampah di RW 3 antara lain :
 Sistem Pewadahan
Konsep untuk mengatasi permasalahan sistem perwadahan sampah yang terjadi di
RW 3 yaitu dengan :
o Pengadaaan sistem perwadahan sampah yang lebih baik dan lebih layak
o Pengadaan tempat sampah harus dilakukan secara merata kesemua
masyarakat sehingga tidak ada masyarakat yang merasa tidak kebagian
tempat sampah sehingga memilih membuang sampah pada lahan-lahan
kosong atau kesaluran drainase
o Pengadaan wadah tempat sampah organik dan anorganik minimal 2 buah
per rumah dengan dimensi 1300x400x1500 mm yang mampu menampung
60 L sampah untuk satu tempat sampah. Jika yang dibutuhkan 2 buah
tempat sampah, maka tempat sampah tersebut berdimensi 2600x800x300
mm dengan kapasitas penampungan 120 L.
o Perwadahan tempat sampah kontainer kapasitas 500 L untuk 40 KK.

Gambar 6.c 1 Tempat Sampah

168
Gambar 6.b.2 Konteiner
 Sistem Pengangkutan Sampah
Konsep untuk mengatasi permasalahan pengangkutan sampah yang terjadi di RW
3 yaitu dengan :
o Menambah armada pengangkut sampah dari rumah warga ke TPS yang
semula 3 armada menjadi 5 armada. Yang mana setiap RT mendapatkan
masing-masing 1 triseda yang melayani pengangkutan sampah.
o Menambah petugas kebersihan dalam pengangkutan sampah yang semula
hanya satu orang untuk mengangkut, mengumpul serta membawa sampah
ke TPS. Dengan melakukan penambahan petugas maka pengangkutan
sampah akan lebih cepat selesai dan tidak ada sampah yang menumpuk.
2) Konsep Perencanaan Drainase
Konsep perencanaan drainase di RW 3 yaitu :
 Mengatasi masalah Genangan
Permasalahan genangan yang terjadi di RW 3 diakibatkan oleh saluran
drainase yang tersumbat dan tingginya endapan yang terjadi di saluran drainase.
Jadi konsep perencanaan untuk mengatasi genangan drainase yang ada di RW 3
adalah dengan melakukan pembersihan dan pengurasan saluran drainase dari
penyumbat dan endapan yang menutupi saluran drainase sehingga terjadi
genangan. Pembuatan biopri (lubang resapan air) juga dapat meningkatkan daya
penyerapan tanah terhadap air, mengurangi genangan dan sebagai pencegah
banjir. Selain itu biopri juga dapat mengatasi kekeringan dan menambah
cadangan air tanah.
 Mengatasi masalah Endapan
Permasalahan endapan yang terjadi di RW 3 sebagian besar di akibatkan
oleh sampah, material pasir dan batu. Berdasarkan permasalahan tersebut konsep
perencanaan untuk mengatasi masalah endapan drainase di RW 3 adalah dengan

169
membuat program pembersihan saluran drainase yang bermasalah dengan
endapan drainasenya. Analisis pemecahan masalah lainnya adalah dengan
membentuk suatu kelompok tertentu yang diberi tugas untuk membersikan
endapan drainase.
 Mengatasi masalah penyumbat Saluran
Konsep perencanaan unuk mengatasi masalah terkait dengan
penyumbatan saluran drainase di RW 3 dapat dilakukan dengan cara yang sama
dengan permasalahan-permasalahan sebelumnya yaitu dengan rutin membersikan
saluran drainase yang terdapat banyak penyumbat terutama sampah. Pemecahan
masalah dengan cara ini sebagai upaya mencegah terjadinya banjir akibat saluran
drainase yang tersumbat sehingga aliran drainase tidak dapat berjalan lancar.
 Mengatasi masalah Kerusakan Saluran
Analisis konsep perencanaan masalah terkait dengan kerusakan saluran
drainase di RW 3 dapat dilakukan dengan cara melakukan perbaikan terhadap
saluran drainase yang mengalami kerusakan yang sangat parah di RW 3.
Selain konsep-konsep tersebut, konsep perencanaan lainnya yang dapat mengatasi
permasalahan drainase di RW 3 yang disebabkan oleh endapan baik sampah organik maupun
anorganik yaitu :
 Pada sistem drainase yang berada disekitar TPS sebaiknya saluran drainase yang
dibangun adalah saluran drainase tertutup. Sebagai salah satu cara untuk mengurangi
sampah yang masuk kesaluran draianse.

Gambar 6.c.3 Perencanaan Drainase di RW 03

Keuntungan dan kerugian saluran tertutup antara lain:

 Keuntungannya adalah bagian atas dari saluran tertutup dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan;

170
 Kerugiannya adalah pemeliharaan saluran tertutup jauh lebih sulit dari saluran
terbuka.
Fasilitas yang harus disediakan pada saluran tertutup adalah lubang kontrol atau man
holedan juga saringan sampah dipasang pada bagian hulu lubang kontrol agar sampah
dapat tersaring sehingga tidak menyebabkan penyumbatan. Contoh drainase diatas dapat
menjadi rekomendasi dalam mengatasi permasalahan drainase. Melakukan sosialisasi
kepada masyarakat sekitar akan pentingnya menjaga kebersihan drainase dan lingkungan
juga dapat mengurangi terjadinya permasalahan drainase.

3) Konsep perencanaan RTH


Adapun konsep perencanaan RTH (Ruang Terbuka Hijau) di RW 3 yaitu dengan
suatu konsep seperti berikut :
1. Membangun ruang terbuka hijau berskala RW sesuai dengan ketentuan SNI
Nomor 2003-1733 Tahun 2004, dimana pembangunan RTH tersebut sasaran
penggunanya adalah untuk umum (segala usia) karena RTH tersebut dibanguan
memilki konsep rekreasi yang bertujuan sebagai tempat berkumpulnya warga
sekitar yang ingin melepas kepenatan akibat stress dan untuk bersosialisasi.
Pembangunan RTH ini sebaiknya dibangun dengan menggunakan sebuah konsep
sebagai upaya menarik minat masyarakat, walaupun tidak dibangunan dengan
skala yang besar.
2. Selain itu pembangunan RTH sebaiknya dilengkapi dengan fasilitas bermain anak-
anak. Agar anak-anak tidak hanya dirumah bermain game atau menonton TV saja,
tetapi juga dapat belajar bersosialisasi dengan teman seusianya dengan bermain
bersama-sama diarea yang sudah disediakan.
3. Penanaman pohon di sepanjang badan jalan agar masyarakat tidak enggan untuk
berjalan kaki.

171
Gambar 6.c.4 Gambar Ruang terbuka dari Bahu Jalan

Menurut SNI Nomor 2003-1733 Tahun 2004, pembangunan sarana ruang terbuka
hijau dibangun dengan ketentuan sebagai berikut :
Taman RT:
5. Unit lingkungan: 250 Jiwa
6. Luas minimal/unit: 250 m2
7. Luas minimal/kapita: 1,0 m2
8. Lokasi di tengah lingkungan RT

Taman RW:
5. Unit lingkungan: 2.500 Jiwa
6. Luas minimal/unit: 1.250 m2
7. Luas minimal/kapita: 0,5 m2
8. Lokasi di pusat kegiatan RW

Jadi untuk skala RW, RTH yang dapat dibangun yaitu 1. Sementara untuk skala RT
dibagun sesuai dengan jumlah RT yang ada di RW 3 yaitu 5 RT. Maka setiap RT memiliki 1
RTH masing-masing.

172
Gambar 6.c.6 Contoh RTH yang dapat dibangun untuk skala RW

Gambar 6.c.7 Contoh RTH yang dapat dibangun untuk skala RT

Taman ini dibangun untuk segala usia yang ada lingkungan RT maupun RW,
sehingga RTH yang dibangun dapat memberikan manfaat bagi semua orang.

 Arahan Konsep Perencanaan


Arahan konsep perencanaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Letak Tempat Sampah RT dan RW


Letak tempat sampah terbangun untuk setiap 40 KK di RW 03 dapat dilihat pada gambar
berikut :

173
Gambar 6.c.1 : Peta Perencanaan TPS RW 03

174
Pada peta diatas, terdapat 9 titik perencanaan wadah persampahan kontainer. 2 titik berada di
jalan Otista, 1 titik di jalan Mangunsakoro, 2 titik di jalan M. Thamrin, 1 titik di jalan Setia
Budi, 1 titik di jalan S. Riyadi, 1 titik di jalan Urip Sumuharjo, dan satu titik berada di jalan
S. Riyadi Lorong 5. Titik perencanaan kebanyakan berada di kawasan Perumahan, sementara
kawasan Pendidikan dan kawasan Perdagangan dan Jasa masing-masing mempunyai 2 titik
Perencanaan.

2) Letak Penempatan Perencanaan RTH skala RWPerencanaan letak RTH skala RW yang
berada di RW 03 terdapat di Jalan Raden Saleh. RTH skala RW sangat dibutuhkan mengingat
jumlah penduduk yang sudah mencukupi. Lokasi tersebut dianggap sangat strategis karena
aksesbilitasnya yang mudah dicapai. Letak perencanaan RTH untuk skala RW dapat dilihat
pada gambar berikut.

175
Gambar 6.c.2 : Peta Rencana RTH RW 03

176
6.4 Arahan Perencanaan RW 04
1) Arahan konsep perencanaan RTH di RW 04 Kelurahan Besusu timur
 Defiisi Ruang Terbuka Hiaju
Ruang Terbuka Non Hijau ialah ruang yang secara fisik bukan berbentuk bangunan
gedung dan tidak dominan ditumbuhi tanaman ataupun permukaan berpori, dapat berupa
perkerasan, badan air ataupun kondisi tertentu lainnya (misalnya badan lumpur, pasir, gurun,
cadas, kapur, dan lain sebagainya).

 Fungsi ruang terbuka hijau


 meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro:
halaman rumah, lingkungan permukimam, maupun makro: lansekap kota secara
keseluruhan;
 menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota;
 pembentuk faktor keindahan arsitektural;
 menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun.

 Konsep Perencaaan Ruang Terbuka Hjau RW 04

 Pemerintah memberikan arahan kepada masyrakat RW 04 agar membuat setidaknya


taman-taman atau tempat bermai di halaman kososng mereka, agar di RW 04
kelihatan seimbang dngan tanamanya tidak hanya membangun perdaganag dan jasa
 Melengkapi fasilitas RTH (ruang terbuka hijau), berupa tempat bermain anak-anak,
tempat duduk, tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain. Agar dapat menarik minat
masyarakat untuk datang ke lokasi RTH tersebut dan dapat saling bersosiaalisasi.
 Membangun RTH (ruang terbuka hijau) berskala RT maupun RW yang disesuaikan
dengan ketentuan SNI, yang diperuntukan untuk publik pada segala usia. Yang
bertujuan untuk memberikan udara segar, cahaya matahari yang baik pada wilayah
tersebut, serta sebagai tempat bermain anak-anak dan tepat bersosialisasi masyarakat.
Serta sebaiknya dibuatkan konsep pada setiap RTH yang akan dibangun agar dapat
menarik minat masyarakat untuk datang dan menjaga RTH tersebut.

177
Gambar 6.d.1 contoh RTH public

Gambar 6.d.1 contoh RTH public

178
BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari tiga bab sebelumnya yaitu permasalahan, analisis


dan arahan permasalahan diperoleh hasil bahwa permasalahan yang ada di Kelurahan
Besusu Timur yang terbagi menjadi 4 RW yaitu RW 01, RW 02, RW 03 dan RW 04.
Setiap RW yang ada di Kelurahan Besusu Timur memiliki permasalahan yang sama.
Permasalahan RW 01 yaitu kurangnya ruang terbuka hijau, RW 02 permasalahan yaitu
ruang terbuka hijau, drainase dan sistem persampahan, RW 03 memiliki permasalahan
yang sama dengan RW 02 sementara unutk RW 04 sama dengan RW 01 yaitu kurangnya
ruang ruang terbuka hijau. Analisis setiap permasalahan yang ada di setiap RW,
Kelurahan Besusu Timur berbeda-beda. Permasalahan yang ada di Kelurahan Besusu
Timur yang ada dimasing-masing RW memiliki permasalahan dianalisis menurut analisis
setiap RW. Sementara arahan konsep dari permasalahan di Kelurahan Besusu Timur
yang berada di masing-masing RW diarahkan sesuai konsep tersebut.

7.2 Rekomendasi

Kelurahan Besusu Timur terutama bagi setiap RW yang memiliki permasalahan


seperti ruang terbuka hijau, drainase dan sistem persampahan sebaiknya lebih
diperhatikan untuk masalah drainase dan sistem persampahan diperlukan penanganan
secara langsung terhadap lokasi-lokasi yang bermasalah. Sementara ruang terbuka hijau
walaupun sudah tidak ada lokasi, namun ruang terbuka hijau dapat terpenuhi melalui
ruang hijau dari pepohonan.

179
DAFTAR PUSTAKA

Buku Profil Kelurahan dalam Angka Tahun 2013

Ditjenphka, 2010. Ruang Terbuka Hijau. 2010. Semarang : Rencana Ruang Terbuka Hijau

Putra.2011. defenisi kota.https://bagusxplano.wordpress.com/2011/10/06/definisi-kota/ .


diakses 24 Maret 2016

Dewi. 2011. Perencanaan wilayah dan kota secara umum.


https://dewiultralight08.wordpress.com/2011/03/10/perencanaan-wilayah-dan-kota-secara-
umum/. diakses 24 Maret 2016

Chandra, 2007. Drainase. http://eprints.polsri.ac.id/1548/3/BAB%20II%20revisi.pdf . Diakses 24


Mei 2016

Suripin,2004. Sistem Persampahan. http://eprints.ung.ac.id/1866/6/2012-2-13201-811408071-


bab2-23012013051701.pdf. Diakses 20 Mei 2016

180

Anda mungkin juga menyukai