Anda di halaman 1dari 7

Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460 - 8696

Buku 1 ISSN (E) : 2540 - 7589

STUDI PEMILIHAN POUR POINT DEPRESSANT UNTUK PENANGGULANGAN


MASALAH TRANSPORTASI MINYAK PARAFINIK
PADA LAPANGAN X

Norman Vincent Ampang. Pasasa1), Sugiatmo Kasmungin2), dan Agus Astra Pramana3)
Jurusan MagisterTeknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi
Universitas Trisakti
npasasa@gmail.com1) sugiatmo_ftke@trisakti.ac.id2) agus.prama@gmail.com3)

Abstrak
Lapangan X merupakan lapangan dengan urutan nomor dua pada total jumlah
lifting minyak bumi Indonesia pada tahun 2016 yang memiliki karakterisik minyak parafinik
sehingga rentan terhadap masalah hambatan alir. Adapun pour point dari blank minyak
lapangan X adalah 33ºC sedangkan jalur pipa transportasi melewati bawah laut dengan
temperatur sekitar sebesar 24 ºC. Pada penelitian ini 4 jenis pour point depressant (PPD)
yaitu VP-A kopolimer EVA (ethylene-vinyl acetate), VP-B kopolimer MAC (maleat
anhidrida copolymer), VP-C kopolimer PE-PEP (polyethylene-poly(ethylene-propylene)),
dan VP-D kopolimer PE-PEB (polyethylene-poly(ethylene-butene)) diseleksi untuk
sebagai mitigasi masalah transportasi pada fluida minyak lapangan X dengan melakukan
pengukuran pour point (ASTM D-5853-11), viskositas dinamis, dan gel strength. PPD VP-
A merupakanan kandidat PPD yang bekerja paling efektif. Aplikasi injeksi 700 ppm PPD
VP-A mampu memberikan 15ºC penurunan pour point, ± 83% penurunan viskositas
dinamik, dan >99% penurunan gel strength sehingga dapat diaplikasikan untuk mitigasi
masalah restart pressure pada lapangan X.

Kata kunci: parafinik, pour point depressant, viskositas dinamik, gel strength, restart
pressure

Pendahuluan
Lapangan X merupakan salah satu lapangan baru di Indonesia yang mulai kontrak
kerjasamanya dimulai pada tahun 2005 dan berakhir hingga 2035. Produksi minyak
lapangan X mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap jumlah lifting total minyak
bumi nasional, hal ini didukung dengan fakta bahwa lapangan X merupakan urutan kedua
dalam sepuluh besar volume lifting KKKS di Indonesia yaitu sebesar 186,75 MBOPD
pada periode Desember 2016 (Ditjen Migas, 2017). Adapun salah satu karakteristik dari
minyak pada lapangan X adalah memiliki titik tuang / pour point yang tinggi yaitu ± 33ºC.
Jalur pipa transportasi minyak bumi lapangan X melewati pipa bawah laut sepanjang ± 25
Km dengan perkiraan temperatur ± 24ºC yang berada di bawah pour point dari minyak
bumi lapangan X. Dengan demikian, masalah produksi dan transportasi akibat hambatan
aliran pipa oleh gel akan rentan timbul

Salah satu metode untuk mengatasi masalah hambatan aliran pipa akibat gel
adalah dengan injeksi pour point depressant (PPD). PPD adalah bahan kimia yang
umumnya terdiri dari bahan akfit polimer dengan pelarut organik (solvent). Aplikasi PPD
dalam mitigasi masalah transportasi minyak parafinik merupakan salah satu cara yang
efisien karena dapat dilakukan secara kontinu tanpa diperlukan shut in sumur yang
berakibat pada penurunan produksi minyak harian seperti pada metode mechanical
pigging. Dengan demikian, maka pemilihan solvent-based PPD untuk mengatasi masalah
transportasi harus dilakukan dengan optimal agar diperolah jenis PPD yang bekerja
dengan efektif.

Penentuan performa solvent-based PPD untuk pemilihan PPD dilakukan dengan


pengukuran static pour point dan sifat reologi (viskositas dan gel strength) dengan

211
mengubah parameter dosis injeksi. Hasil pengukuran static pour point, viskositas, serta
gel strength akan menunjukkan tipe solvent-based PPD yang tepat untuk minyak
lapangan X.

Studi Pustaka
Komponen wax dalam minyak bumi terdiri dari parafinik wax dengan jumlah atom
karbon 18 hingga 36 (C18-C36) dan napthenic wax dengan jumlah atom 30 hingga 60
(C30-60). Kelarutan dari komponen wax dalam minyak bumi sangat dipengaruhi oleh
temperatur dan tekanan sehingga komponen wax dalam minyak bumi dapat berada
dalam fasa gas, cair, maupun padat/kristal. Kristal yang terbentuk dari paraffin wax akan
memiliki bentuk kristal wax makrokristal sedangkan bila terbentuk dari napthenic wax
akan memiliki bentuk mikrokristal (Elhadi, M.A.Y., 2008). Static pour point merupakan
temperatur terendah saat fluida sistem petroleum berhenti mengalir ketika tabung uji pour
point dimiringkan. Titik pour point pada diagram fasa fluida petroleum terjadi akibat
pertumbuhan kristal fluida petroleum yang meningkatkan viskositas fluida sehingga
menghambat laju alir fluida petroleum dan dapat mengurangi jumlah produksi (Ali, G. M.,
2009). Adapun salah satu mitigasi masalah hambatan aliran pipa akibat gel adalah
dengan injeksi pour point depressant (PPD) (Kondapi, P., dan Moe, R., 2013).

Bahan aktif PPD merupakan polimer yang secara kimia terdiri dua unit yang
berbeda sifat yaitu bagian polar dan non polar. Bagian non polar umumnya secara kimia
terdiri dari rantai atom karbon yang panjang yang mampu berinterakasi melalui proses
nukleasi, adsorpsi, atau ko-kristalisasi dengan dengan parafin yang terdapat pada minyak
bumi (Wei, B., 2014). Gambar 1 menunjukkan struktur molekul beberapa jenis polimer
PPD konvensional yaitu kopolimer EVA (ethylene-vinyl acetate), PE-PEP (polyethylene-
poly(ethylene-propylene), PEB (polyethylene-poly(ethylene-butene)), dan kopolimer
maleat anhidrida atau MAC.

Gambar 1. Struktur molekul dari beberapa jenis PPD konvensional

Parameter rheologi yang umum diuji dalam penilaian performa PPD meliputi
viskositas dan gel strength. Viskostitas dapat dibedakan menjadi kinematic viscosity (v)
dan dynamic viscosity (µ). Dynamic viscosity merupakan ukuran seberapa sulit suatu
fluida untuk mengalir akibat pengaruh gaya dari luar, sedangkan kinematic viscosity
merupakan ukuran seberapa sulit suatu fluida untuk mengalir hanya dengan
mempertimbangkan pengaruh dari gaya gravitasi atau densitas. Secara matematis,
dynamic viscosity (µ) dapat dinyatakan dalam Persamaan (1) yang merupakan ratio dari
perbandingan besar shear stress (τw) terhadap shear rate (γ). Untuk mengukur besar
dynamic visosity suatu fluida dapat digunakan instrumen rotational viscometer atau
rheometer dengan hasil pengukuran dalam satuan centipoise (cP). Sedangkan kinematic
viscosity (v) secara metematis dinyatakan dalam Persamaan (2) yang merupakan ratio

212
Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1 ISSN (E) : 2540 - 7589

perbandingan besar dynamic viscosity (µ) terhadap densitas fluida (ρ). Beberapa contoh
jenis instrumen untuk mengukur kinematic viscosity (v) adalah viskometer Ostwald dan
viskometer Stokes dengan hasil pengukuran dalam satuan centistokes (cSt)
(1)
(2)
Dalam konteks flow assurance minyak bumi gel strength adalah besar shear
stress yang dibutuhkan untuk memecahkan gel yang terbentuk sehingga aliran minyak
bumi yang berhenti dapat kembali mengalir. Untuk menginisiasi aliran pipa akibat
terbentuknya gel dan untuk memecahkan gel yang terbentuk diperlukan tekanan yang
lebih besar dibanginkan tekanan pada kondisi normal yang dikenal, besar tekanan ini
didefinisikan sebagai restart pressure. Besar dari restart pressure harus lebih besar
daripada gel strength namun tidak lebih besar dari MAOP (Maximum Allowable Operating
Pressure) pompa. Secara matematis hubungan antara restart pressure dengan gel
strenght, panjang pipa dan diameter pipa dinyatakan dalam Persamaan (3) (Bai, Y. dan
Bai, Q., 2005).

(3)

Secara umum terdapat dua metoda aplikasi injeksi bahan kimia untuk mitigasi
masalah kristal wax yaitu batch injection dan injeksi berkala/continious injection
(Champion Technologies, 2012). Parameter penting pada metode batch injection adalah
temperatur injeksi dan durasi dari proses batching, sedankan parameter penting pada
metode injeksi berkala/continious injection ialah pemilihan titik injeksi, dosis injeksi, dan
jumlah stok bahan kimia.

Metodologi Penelitian
Pada penelitian ini, performa dari PPD diukur dengan melihat parameter
penurunan pour point, nilai viskositas dinamik, dan gel strength. Ada 4 jenis PPD yang
digunakan pada penelitian ini yang ditunjukkan pada Gambar 2 yaitu VP-A kopolimer EVA
(ethylene-vinyl acetate), VP-B kopolimer MAC (maleat anhidrida copolymer), VP-C
kopolimer PE-PEP (polyethylene-poly(ethylene-propylene)), dan VP-D kopolimer PE-PEB
(polyethylene-poly(ethylene-butene)).

Gambar 2. PPD test kit VP-A, VP-B, VP-C, dan VP-D

Sebelum dilakukan pengukuran, sampel minyak bumi lapangan x terlebih dahulu


dipanaskan pada temperatur 20º C di atas prediksi temperatur pour point minyak bumi
lapangan x. Selanjutnya 100 ml fluida minyak bumi dipindahkan ke dalam botol Sani-
Glass™ 150 mL dan diinjeksikan dengan dosis PPD yang diinginkan lalu dikocok hingga
homogen dan disimpan pada temperatur ruang (18°C - 24°C) selama 24 jam. Sub-sampel
ini kemudian dipanaskan ulang pada temperatur 20º C di atas prediksi temperatur pour
point lalu dilanjutkan dengan pengukuran upper pour point berdasarkan metode ASTM
D5853-11.

213
Pengukuran viskositas dilakukan dengan rheometer Thermo-Haake VT-550 sesuai
dengan prosedur Champion Technologies DLI 10.125 menggunakan spindle DIN pada
temperatur 80°C hingga 20°C dengan laju pendinginan 1°C min-1. Temperatur
pengukuran diatur menggunakan termostat Viscotemp 3080 PSL Systemtechnik GmbH
dengan besar shear rate 50s-1. Adapun untuk pengukuran gel strength dilakukan dengan
peralatan yang sama namun menggunakan spindle FL-100 berdasarkan prosedur
Champion Technologies DLI 10.218 pada temperatur 24°C yang merupakan temperatur
lingkungan sekitar pada pipa transportasi.

Hasil dan Pembahasan


Hasil pengukuran pour point pada Gambar 3 menunjukkan bahwa PPD VP-C dan
VP-D tidak memberikan penurunan pour point yang memuaskan dibandingkan VP-A dan
VP-B sehingga untuk PPD VP-C dan VP-D tidak akan dilakukan pengujian lebih lanjut
dengan pengujian parameter viskositas dinamik dan gel strength. Injeksi PPD VP-A dan
VP-B, pada dosis 500 ppm hingga 600 ppm menunjukkan efisiensi penurunan pour point
yang datar (plateu efficiency) akibat interaksi molekul PPD dan kristal wax mulai
mencapai kesetimbangan dan perubahan pour point diamati kembali pada dosis 650 ppm
dan 700 ppm. Oleh karena dengan dosis injeksi 400 ppm PPD VP-A sudah mampu
menunjukkan penurunan pour point yang mencapai temperatur lingkungan sekitar pipa
(ambient temperature) yaitu dari 33ºC menjadi 24ºC, maka hanya VP-A yang akan
dilanjutkan dengan pengukuran viskositas dinamik dan dan gel strength.

Gambar 3. Grafik hasil pengukuran pour point PPD pada minyak lapangan X (ASTM
D5853)

Pengukuran profil viskositas untuk blank sampel minyak lapangan X pada Gambar
4 menunjukkan pada isu hambatan laju alir hanya akan timbul pada temperatur dibawah
26ºC. Pada kondisi normal, temperatur terendah pada sistem produksi lapangan X adalah
65ºC yang menunjukkan bahwa masalah penurunan produksi akibat peningkatan
viskositas hampir tidak dapat terjadi pada sistem produksi lapangan X. Akan tetapi
temperatur lingkungan sekitar pipa transportasi (24ºC) nilainya lebih rendah dibandingkan
pour point dari blank lapangan X sehingga akan muncul isu pada restart pressure.

214
Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1 ISSN (E) : 2540 - 7589

Gambar 4. Pengukuran viskositas sampel minyak bumi lapangan X (blank) sebagai fungsi
temperatur

Gambar 5. Profil viskositas minyak bumi lapangan x pada shear rate 50s-1 terhadap
variasi dosis injeksi PPD VP-A

Profil viskositas minyak bumi lapangan x pada Gambar 5 menunjukkan bahwa


pada temperatur 24ºC injeksi 700 ppm VP-A mampu memberikan penurunan viskositas
sebesar ± 83% dari 556 cP menjadi 97 cP. Selain itu, pada dosis 400 ppm pun VP-A
mampu memberikan penurunan viskositas sebesar 67% menjadi 185 cP. Penurunan
viskositas akan memberikan penurunan pressure drop sepanjang jalur pipa transportasi
sehingga dibutuhkan energi yang lebih sedikit untuk memompakan fluida minyak
lapangan X.

215
Gambar 6. Profil gel strength minyak bumi lapangan x pada temperatur 24 ºC

Adapun besar MAOP dari pompa ekspor fasilitas produksi lapangan X adalah
5240 kpag dengan diameter pipa 20 inci dan panjang 95 Km. Dengan menggunakan
Persamaan (3) maka nilai gel strength maksimum yang diperbolehkan adalah sebesar ±
7,01 Pa. Nilai gel strength dari blank minyak lapangan X adalah sebesar ± 775Pa atau
110 kali dari nilai gel strength maksimum. Berdasarkan profil gel strength pada Gambar 6,
penggunaan PPD VP-A pada minyak lapangan X pada dosis 700 hingga 400 ppm mampu
secara signifikan menurunkan gel strength hingga lebih dari 99% yaitu 2,11 Pa pada dosis
700 ppm dan 3.23 Pa pada dosis 400 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa PPD VP-A
mampu bekerja sebagai mitigasi masalah restart pressure pada lapangan X.

Kesimpulan
Dari keempat jenis PPD yang diuji VP-A (kopolimer EVA (ethylene-vinyl acetate)
merupakan kandidat PPD yang bekerja paling efektif untuk mitigasi masalah transportasi
minyak lapangan X yang ditunjukkan dengan parameter dibawah ini pada dosis 700 ppm :
1. Penurunan 15ºC pour point dari 33ºC menjadi 18ºC
2. Penurunan ±83% viskositas dinamik dari 556 cP menjadi 97cP
3. Penurunan gel strenght > 99% dari 775 Pa menjadi 2,11 Pa

Ucapan Terima kasih


Penelitian ini didukung dengan sarana dari laboratorium PT Champion Kurnia
Djaja Technologies.

Daftar Pustaka
Ali, G. M., 2009, A unified perspective on the phase behavior of petroleum fluids,
International Journal of Oil, Gas and Coal Technology, vol. 2, no. 2,141-167

ASTM D5853-11, 2011, “Standard Test Method for Pour Point of Crude Oils”.

Bai, Y. dan Bai, Q., 2005, Subsea Pipelines and Risers, Elsevier

Champion Technologies, 2012, Wax 221 Application, Champion Technologies, Inc.

216
Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 1 ISSN (E) : 2540 - 7589

Champion Technologies Method DLI 10.125, 2005, “Rheology of Crude Oil & Chemicals
using a Haake VT550 Viscometer”

Champion Technologies Method DLI 10.218, 2005, “Yield stress determination using a
VT550 portable viscometer”

DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI, "MIGAS CONTROL CENTER," 21


January 2017. [Online]. Available: http://lifting.migas.esdm.go.id/lifting/monitoring .
[Diakses 21 January 2017].

Elhadi, M. A. Y., 2008, The Effect of Thermal and Chemical Treatments on the Restart of
the GNPOC Crude-oil Pipeline (Waxy Crude), Khartoum

Kondapi, P., dan Moe, R., 2013, Today's Top 30 Flow Assurance Technologies: Where
Do They Stand?, Offshore Technology Centre, vol 24250

Wei, B., 2014, Recent advances on mitigating wax problem using polymeric wax crystal
modifier, Journal of Petroleum Exploration Production Technology

217

Anda mungkin juga menyukai