BAHAN BETON
BERTULANG
1
Struktur Beton Bertulang, Istimawan Dipohusodo, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1999 hal 2
Halaman | 7
sedangkan baja 0,000012 sehingga tegangan yang
timbul karena perbedaan nilai dapat diabaikan.
Halaman | 8
berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja
bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja
7. beton normal
beton yang mempunyai berat satuan 2200 kg/m3
sampai 2500 kg/m3 dan dibuat menggunakan agregat
alam yang dipecah atau tanpa dipecah
8. tulangan
batang baja berbentuk polos atau berbentuk ulir atau
berbentuk pipa yang berfungsi untuk menahan gaya
tarik pada komponen struktur beton, tidak termasuk
tendon prategang kecuali bila secara khusus
diikutsertakan
B. Semen
Semen adalah bahan perekat yang digunakan untuk
memberikan daya ikat pada campuran agregat halus
(pasir) dan agregat kasar (kerikil) pada campuran beton.
Semen yang biasa digunakan adalah semen portland
(ditemukan pada tahun 1824 di Inggris), semen jenis ini
bersifat hidrolik yaitu membutuhkan H2O sebagai
akselerasi reaksi kimianya. Bercampurnya air dan semen
ini menimbulkan suatu efek hidrasi (panas) yang akhirnya
pada saat air dan semen tersebut kembali dingin akan
membentuk ikatan yang mengeras dan solid.
Halaman | 9
2. “Spesifikasi Semen Blended Hidrolis” (ASTM C 595 )
3. "Spesifikasi Semen Hidrolis Ekspansif" (ASTM C 845).
Halaman | 10
Semen berdasarkan tujuan penggunaannya dapat
dibedakan menjadi:
1. Jenis I, semen untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti
yang diisyaratkan pada semen jenis lain.
2. Jenis II, semen yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas
hidrasi sedang.
3. Jenis III, semen yang dalam penggunaannya menuntut
persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah
pengikatan terjadi.
4. Jenis IV, semen yang dalam penggunaannya menuntut
persyaratan panas hidrasi rendah.
5. Jenis V, semen yang dalam penggunaannya persyaratan
sangat tahan terhadap sulfat.
C. Air
Air yang digunakan sebagai bahan campuran beton harus
dari air bersih (biasanya digunakan air sumur atau air
tawar dari PDAM). Untuk proyek yang jauh dari akses air
tawar, dapat juga menggunakan air laut, hanya saja
tingkat kekuatan beton harus direduksi sebesar 80-90%
dari kekuatan rencana. Reduksi ini dikarenakan air laut
mengandung garam (NaCl) yang cenderung dapat
membuat beton relatif keropos dan tulangan juga lebih
mudah berkarat. Menurut PBI 1971, dalam pemakaian air
untuk beton sebaiknya memenuhi syarat sebagai berikut2:
1. tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya)
lebih dari 2 gram/liter,
2. tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak
beton (asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15
gram/liter,
2
Diktat Bahan Konstruksi Teknik, JTS FNT UGM, hal III-1
Halaman | 11
3. tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter,
4. tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter
Halaman | 12
D. Agregat Halus dan Agregat Kasar
Agregat halus adalah istilah yang umum digunakan untuk
agregat yang ukurannya tidak melebihi 0,5 cm, biasanya
berbentuk pasir. Pasir yang berasal dari dasar sungai
ataupun letusan gunung berapi biasanya jauh lebih diminati
karena bentuknya yang tajam dan bersudut dapat
memberikan efek interlocking (saling mengunci tiap butiran
pasir) dibandingkan pasir laut yang berbentuk bundar
akibat dari proses abrasi air laut berkelanjutan.
Halaman | 13
Gambar 2.2 Visualisasi Distribusi Gradasi
(www.google.co.id/concrete materials)
3
Diktat Bahan Konstruksi Teknik, JTS FNT UGM, hal V-2
Halaman | 14
terkecil antar bidang samping dari cetakan beton
ataupun 1/3 dari tebal pelat,
4. agregat harus disimpan di tempat yang saling terpisah
dalam tumpukan yang tidak lebih dari 1 m permukaan
yang bersih, padat serta kering.
E. Baja Tulangan
Baja tulangan berdasarkan tampilan fisiknya dibedakan
menjadi 2 yaitu tulangan polos (batang baja yang
permukaan sisi luarnya rata, tidak bersirip dan tidak
berukir) dan tulangan ulir/deform (batang baja yang
permukaan sisi luarnya tidak rata, tetapi bersirip atau
berukir). Baja tulangan dikelompokkan berdasarkan
tegangan leleh dan diameternya. Gambaran tegangan
leleh dapat dilihat pada kurva hubungan tegangan dan
regangan baja berikut:
Halaman | 15
Gambar 2.3 Spesimen Kuat Tarik dan
Hubungan Tegangan Regangan Baja
Halaman | 16
dalam tanur pengolahan baja dengan bahan dasar biji besi
atau besi tua ditambah arang kayu, kokas, oksigen dan
bahan tambah diolah dalam tanur temperatur tinggi. Arang
kayu akan bertindak sebagai bahan bakar dan sekaligus
bahan reduksi, sesudah bereaksi dengan udara panas yang
dihembuskan lewat pemanas udara. Disini pemanasan
diperoleh dengan pembakaran gas buang dari tanur.
Halaman | 17
sifat mampu las. Semakin tinggi kadar karbon
menjadikan sifat mampu las turun.
2. Mangan (Mn)
Menaikkan kekuatan dan kekerasan baja, sedikit
menurunkan koefisien muai bahan, dan melawan
terhadap kegetasan yang ditimbulkan oleh sulfur.
3. Silikon (Si)
Meningkatkan tegangan leleh, tetapi mengakibatkan
kegetasan jika kadar terlalu tinggi (2% atau lebih).
4. Pospor (P) dan sulfur (S)
Meningkatkan kegetasan baja sesuai dengan
peningkatan kadarnya. Keduanya cenderung memisah
keluar (segregate) dari baja.
Halaman | 18
metoda pencegahan korosi telah dikembangkan untuk
mengatasi permasalahan korosi4.
Diameter tulangan khususnya tulangan polos dapat dengan
mudah ditentukan dengan menggunakan kaliper, namun
untuk menentukan diameter tulangan ulir tidaklah mudah
mengingat adanya bagian ulir atau sirip, untuk itu cara
menentukan diameter tulangan ulir adalah sebagai berikut:
1. baja dipotong dalam satuan panjang tertentu dengan
menggunakan gergaji besi (misal 100 mm atau 200
mm) agar diperoleh tampang potong yang relatif rata,
2. untuk mendapatkan hasil yang akurat maka sampel
potongan baja minimal sebanyak 3 buah, usahakan tiap
sampel memiliki panjang yang hampir sama,
3. tiap batang baja diukur panjangnya kembali pada
minimal tiga sisi yang berbeda dengan menggunakan
kaliper ataupun penggaris, panjang tiap batang adalah
rerata dari pembacaan ukuran batang tersebut,
4. tiap batang ditimbang lantas berdasarkan persamaan berikut
dapat diketahui diameter nominal batang baja tersebut:
4
Slide Mata Kuliah Struktur Baja I, Dr. Ir. Fitri Mardjono, M.Sc., Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, 2005, P. 22-29
Halaman | 19
Gambar 2.5 Bentuk Tulangan Ulir (Deform)
F. Adukan Beton
1. Adukan beton adalah campuran antara pasir, kerikil,
pasir dengan semen dan air dengan perbandingan
tertentu yang umum digunakan untuk pekerjaan
pembetonan struktur, seperti pembuatan kolom, balok,
plat lantai dan lain-lain.
2. Mortar adalah campuran antara pasir, semen dan air
dengan perbandingan tertentu yang umumnya
digunakan sebagai plesteran dinding ataupun spesi
untuk pasangan batu bata serta pasangan batu kali
3. Pasta adalah campuran antara semen dan air saja
dengan perbandingan tertentu yang dapat digunakan
sebagai bahan acian ataupun sponengan
Halaman | 20
Adukan yang diinginkan adalah adukan dengan tingkat
pengerjaan (workability) mudah dan nilai kelecakan baik.
Adukan yang terlalu banyak air akan menyebabkan
kurangnya daya rekat antar agregat sehingga bagian atas
campuran dipenuhi dengan air sedangkan agregatnya
tenggelam di bagian bawah, hal ini disebut bleeding.
Adukan yang kurang air dapat mempersulit dalam proses
pencampurannya, kurangnya air menyebabkan semen
tidak dapat berfungsi lagi sebagai bahan perekat sehingga
pada saat dipakai agregat kasar dan agregat halus akan
terpisah sendiri, hal tersebut disebut segregasi.
Dibutuhkan suatu perbandingan yang tepat sehingga
didapat sampuran yang ideal, dengan nilai kelecakan dan
tingkat pengerjaan yang baik. Suatu campuran dapat
dikatakan memiliki tingkat pengerjaan yang baik apabila
mudah dalam proses pencampuran, distribusi dan
pemakaiannya.
Halaman | 21
Jenis agregat dapat ditentukan dengan menggunakan
ayakan yang disusun berlapis, yaitu sebagai berikut:
1. Agregat kasar tertinggal ayakan No. 4
2. Agregat halus lolos ayakan No. 4 tapi tertahan
ayakan No. 200
3. Agregat pengisi (filler) lolos ayakan No. 200
Contoh :
Berat
Lubang Berat tertinggal Berat
kumulatif
ayakan kumulatif
lewat
(mm) (gr) (%) (%)
ayakan (%)
4,75 0,335 0,065 0,065 99,935
2,30 5,34 1,068 1,133 98,867
0,80 15,54 3,108 4,421 95,759
0,60 65,44 13,088 14,329 82,671
0,25 226,44 45,288 62,617 37,383
0,15 170,20 34,040 96,657 3,343
Sisa 16,55 3,310 0,033
Jumlah 499,85 99,967 - -
Halaman | 22
Tingkat pengerjaan (workability) suatu campuran memiliki
beberapa parameter seperti halnya yang disebutkan di
bawah ini:5
1. Kepadatan beton (compactibility)
Kepadatan berhubungan langsung dengan kandungan
udara yang terperangkap di dalam campuran,
sedemikian sehingga dikeluarkan agar beton tidak
keropos saat mengering yaitu dengan cara dipadatkan
ataupun pengolahan campuran yang mencukupi.
2. Stabilitas (stability)
Kemampuan campuran untuk mempertahankan rekatan
antara agregat dan semen sehingga tidak menimbulkan
segregasi, khususnya pada saat pemadatan.
3. Aliran campuran (mobility)
Suatu campuran harus dapat mengalir mengikuti bentuk
cetakan dan memenuhi setiap bagian dari cetakan yang
dibuat tersebut.
4. Hasil akhir (finishibility)
Memberikan hasil yang rata (relatif halus) pada saat
campuran mengering.
5
Newman, K., Properties of Concrete, Structural Concrete, Vol.2, No.11,
September 1965, pp. 451-82
Halaman | 23