Anda di halaman 1dari 2

Empati

1. Definisi empati

Istilah “empati” digunakan pertama kali tahun 1920-an oleh E. B. Titchener, ahli psikologi
Amerika, yang memberikan teorinya yaitu, bahwa empati berasal dari semacam peniruan secara
fisik atas beban orang lain, yang kemudian menimbulkan oerasaan serupa pada diri seseorang.

Empati adalah kemampuan untuk memahami apa yang dialami oleh orang lain dalam kerangka
acuan orang tersebut; hal ini sering digambarkan sebagai suatu kemampaun untuk menempatkan
diri sendiri dalam keadaan yang dialami orang lain. inti dari interaksi empati merupakan
pemahaman terhadap perasaan orang lain secara akurat (Price dan Archbold, 1997; White, 1997;
Wright dan Leahey, 1994).

Setiap hubungan atau inetraksi sosial adalah berasal dari penyesuaian emosional sebagai
kemampuan untuk berempati. Kemampuan berempati merupakan kemampuan utnuk mengetahui
bagaimana perasaan orang lain. empati dibangun berdasarkan kesadaran diri, dengan pengertian;
semakin kita terbuka pada emosi diri sendiri, semakin terampil kita dalam membaca perasaan
orang lain.

Perasaan emosi lebih sering diungkapkan secara “non-verbal”, melalui isyarat bahasa tubuh,
gerak-gerik yang merespons emosi. Untuk bisa memahami perasaan orang lain, seseorang harus
mampu membaca pesan “non-verbal” seperti: gerak-gerik tubuh, ekspresi wajah, nada bicara,
maupun pandangan mata.

Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa empati merupakan suatu kompetensi yang dimiliki
individu di saat tertentu dimana individu berusaha untuk merasakan hal yang sama dengan orang
lain, serta menggunakan kognisi nya secara tepat dalam mengartikan atau memaknai hal yang
dirasakan orang lain namun tetap memperhatikan obyektifitas berpikir dan merasa.

2. Aspek empati

Brownell mengungkapkan bahwa setidaknya ada 3 aspek yang mampu menggambarkan empati
secara menyeluruh, yaitu :

a) Aspek kognitif

Empati mengacu pada bagaimana individu mampu melihat situasi yang dialami orang lain
melalui sudut pandang atau segi kognitif orang tersebut.

b) Aspek afeksi

Selain mampu melihat dari sudut pandang orang lain, empati juga muncul dalam bentuk
perasaan. Empati mampu membuat individu mengerti apa yang dirasakan orang lain. Gejolak
emosi yang sedang dialami oleh orang lain mampu dipahami oleh individu, walaupun tidak
ditunjukkan secara verbal.

c) Aspek tingkah laku

Empati juga mengacu pada kemampuan individu untuk menunjukkan perilaku verbal dan
nonverbal yang mengindikasikan perilaku mendengarkan dan peduli terhadap orang lain.
Tatapan mata yang hangat, bahasa tubuh yang menarik dan mampu merangkum secara tepat
sesuatu yang dibagikan orang lain merupakan bagian dari aspek tingkah laku.

Sementara, Feshbach (dalam Lamb & Keller, 1991) mengemukakan bahwa 2 aspek yang mampu
menggambarkan empati, yaitu :

a) Kognitif Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam aspek kognitif ini ada 2 hal yang bisa
dijadikan sebagai tolak ukur empati seseorang, yaitu :

1. a. Ability to discriminate and label emotions

Empati merupakan kemampuan yang dimiliki individu dalam memahami emosi orang lain.
Pemahaman individu terhadap emosi ini diketahui dengan melihat perbedaan emosi yang muncul
dan dengan cepat mengetahui emosi atau perasaan yang sedang dialami orang lain.

1. b. Role of perspective taking

Dengan empati individu berusaha untuk melihat situasi atau permasalahan yang sedang dialami
orang lain, berdasarkan sudut pandang orang tersebut. Individu yang berempati pada orang lain,
akan menempatkan pikiran mereka sama dengan orang lain, dan melihat masalah atau situasi
sama dengan apa yang sedang dialami orang lain.

b) Afektif

Selain dari segi kognitif empati juga melibatkan perasaan individu. Individu yang berempati
mencoba merasakan hal yang dirasakan orang lain pada situasi atau permasalahan yang sedang
terjadi. Berempati disini berarti individu melepaskan semua bentuk penilaian atau justifikasi
mengenai benar salah nya perasaan tersebut. Individu sekedar merasakan emosi sesuai dengan
yang sedang dialami orang lain tersebut.

Anda mungkin juga menyukai