AIK Makalah-Persoalan-Ekonomi-Dalam-Islam
AIK Makalah-Persoalan-Ekonomi-Dalam-Islam
DISUSUN OLEH:
1.
2.
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK MESIN
PENDAHULUAN
Pada prinsip ini umat Islam dianjurkan dengan sangat bahkan pada kondisi
tertentu diwajibkan untuk membelanjakan harta-hartanya di jalan Allah secara
optimal. Membelanjakan dalam arti membantu para kaum duha'afa, yatim piatau,
fakir miskin dan lain-lain yang termasuk dalam 8 asnaf mustahik Zakat. Hal ini
dilakukan agar dapat terwujud kesejahteraan dan keadilan sosial di masyarakat
Islam karena Islam sama sekali tidak mentolerir berlangsunganya atau situasi
kesenjangan mencolok antara kaum berpunya dan tidak berpunya (the have’s and
the have nots). Sebagai contoh, berdasarkan hasil penelitian apabila umat benar-
benar menunaikan zakat lalu dikelola oleh amilin (pengurus badan amil zakat)
secara benar maka tidak akan ada orang miskin (Kholilah, 2011). Pengelolaan ZIS
perlu profesional agar muzaki yang menunaikan zakat dan membelanjakan
hartanya atas dasar ajaran agama merasa percaya bahwa ZIS mereka sampai
kepada mustahik yang benar-benar membutuhkan
Judi sudah tentu dilarang dan masuk dalam kategori usaha yang tinggi
sifat spekulasinya. Sistem ekonomi kapitalis berbagai bisnisnya banyak ditopang
dan didukung dengan usaha model spekulatif ini. Umat Islam jangan meniru
model bisnis macam ini, mesti dijauhi sejauh-jauhnya karena konsep ekonomi
mereka tidak dituntun oleh nilai-nilai agama (Islam) dan bisa menyesatkan bagi
masyarakat Islam. Meski kita ketahui bahwa dewasa ini umat islam tidak bisa
terhindarkan dari sistem ekonomi Islam, namun yang penting sekarang ini umat
Islam mesti sadar terlebih dulu bahwa umat Islam sebenarnya punya konsep
ekonomi yang lebih baik. Apabila suatu saat nanti umat Islam sudah tersadarkan
dan memiliki pemimpin yang kuat, amanah dan benar serta berkomitmen tinggi
dalam menegakkan ajaran Islam, maka saatnya ekonomi Islam dapat
diimplementasikan oleh kita dengan meninggalkan cara dan sistem ekonomi yang
tidak Islami. Diperlukan kemauan dan tekad kuat untuk memurnikan kegiatan
ekonomi dari unsure-unsur yang bertentangan dengan prinsip ajaran Islam (al
Quran dan Hadist).
2.2 PERSOALAN EKONOMI DALAM PANDANGAN ISLAM
2.2.1 Bank
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai penghimpun
dan penyalur dana dari masyarakat untuk masyarakat. Menurut ajran agama
islam seluruh kegiatan perbankan harus berlandaskan syariat islam yaitu bebas
dari unsur riba. Larangan tentang riba dijelaskan dalam al-quran :
“orang-orang yang memakan riba, tiada berdiri melainkan seperti berdirinya orang-
orang yang kemasukan setan dengan sentuhan kepadanya; yang demikian itu
Karen amereka berkata, “ sesungguhnya jual beli sama dengan riba: padahal Allah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” Maka barang siapa menerima
pelajaran dari tuhannya, lalu berhenti (melakukan riba) maka baginya apa yang
telah lalu dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa kembali
(melakukannya), mereka adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
(Q.S. Al Baqarah:275)
Riba merupakan istilah terhadap bunga. Bunga merupakan hal yang lazim, bahkan
wajib pada dunia kapitalisme. Sehingga ada pendapat yang mengatakan bahwa
seamdaainya tidak ada bunga, kaum kapitalis tidak akan mempunyai rangsangan
untuk mensirkulasikan modalnya dengan produktif.
2.2.2 Asuransi
Asuransi adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada tindakan, sistem, atau
bisnis dimana perlindungan finansial (atau ganti rugi secara finansial) untuk jiwa,
properti, kesehatan dan lain sebagainya mendapatkan penggantian dari kejadian-
kejadian yang tidak dapat diduga yang dapat terjadi seperti kematian, kehilangan,
kerusakan atau sakit, di mana melibatkan pembayaran premi secara teratur dalam
jangka waktu tertentu sebagai ganti polis yang menjamin perlindungan tersebut.
(Wikipedia)
Berbagai jenis asuransi asalnya haram baik asuransi jiwa, asuransi barang, asuransi
dagang, asuransi mobil, dan asuransi kecelakaan. Secara ringkas, asuransi menjadi
bermasalah karena di dalamnya terdapat riba, qimar (unsur judi), dan ghoror
(ketidak jelasan atau spekulasi tinggi).
Berikut adalah rincian mengapa asuransi menjadi terlarang:
1. Akad yang terjadi dalam asuransi adalah akad untuk mencari keuntungan
(mu’awadhot). Jika kita tinjau lebih mendalam, akad asuransi sendiri mengandung
ghoror (unsur ketidak jelasan). Ketidak jelasan pertama dari kapan waktu nasahab
akan menerima timbal balik berupa klaim. Tidak setiap orang yang menjadi
nasabah bisa mendapatkan klaim. Ketika ia mendapatkan accident atau resiko,
baru ia bisa meminta klaim. Padahal accident di sini bersifat tak tentu, tidak ada
yang bisa mengetahuinya. Boleh jadi seseorang mendapatkan accident setiap
tahunnya, boleh jadi selama bertahun-tahun ia tidak mendapatkan accident. Ini sisi
ghoror pada waktu.
Sisi ghoror lainnya adalah dari sisi besaran klaim sebagai timbal balik yang akan
diperoleh. Tidak diketahui pula besaran klaim tersebut. Padahal Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam telah melarang jual beli yang mengandung ghoror atau
spekulasi tinggi sebagaimana dalam hadits dari Abu Hurairah, ia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari jual beli hashoh (hasil
lemparan kerikil, itulah yang dibeli) dan melarang dari jual beli ghoror
(mengandung unsur ketidak jelasan)” (HR. Muslim no. 1513).
2. Dari sisi lain, asuransi mengandung qimar atau unsur judi. Bisa saja nasabah tidak
mendapatkan accident atau bisa pula terjadi sekali, dan seterusnya. Di sini berarti
ada spekulasi yang besar. Pihak pemberi asuransi bisa jadi untung karena tidak
mengeluarkan ganti rugi apa-apa. Suatu waktu pihak asuransi bisa rugi besar
karena banyak yang mendapatkan musibah atau accident. Dari sisi nasabah
sendiri, ia bisa jadi tidak mendapatkan klaim apa-apa karena tidak pernah sekali
pun mengalami accident atau mendapatkan resiko. Bahkan ada nasabah yang baru
membayar premi beberapa kali, namun ia berhak mendapatkan klaimnya secara
utuh, atau sebaliknya. Inilah judi yang mengandung spekulasi tinggi. Padahal
Allah jelas-jelas telah melarang judi berdasarkan keumuman ayat,
4. Asuransi termasuk bentuk judi dengan taruhan yang terlarang. Judi kita
ketahui terdapat taruhan, maka ini sama halnya dengan premi yang ditanam.
Premi di sini sama dengan taruhan dalam judi. Namun yang mendapatkan klaim
atau timbal balik tidak setiap orang, ada yang mendapatkan, ada yang tidak sama
sekali. Bentuk seperti ini diharamkan karena bentuk judi yang terdapat taruhan
hanya dibolehkan pada tiga permainan sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu
Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ف أَ ْو َحافِ ٍر
ٍ ٍّ ص ٍل أ َ ْو ُخ
ْ َسبَقَ إَِله فِى ن
َ ََل
“Tidak ada taruhan dalam lomba kecuali dalam perlombaan memanah, pacuan unta,
dan pacuan kuda” (HR. Tirmidzi no. 1700, An Nasai no. 3585, Abu Daud no.
2574, Ibnu Majah no. 2878. Dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani). Para ulama
memisalkan tiga permainan di atas dengan segala hal yang menolong dalam
perjuangan Islam, seperti lomba untuk menghafal Al Qur’an dan lomba menghafal
hadits. Sedangkan asuransi tidak termasuk dalam hal ini.
5. Di dalam asuransi terdapat bentuk memakan harta orang lain dengan jalan
yang batil. Pihak asuransi mengambil harta namun tidak selalu memberikan
timbal balik. Padahal dalam akad mu’awadhot (yang ada syarat mendapatkan
keuntungan) harus ada timbal balik. Jika tidak, maka termasuk dalam keumuman
firman Allah Ta’ala,
ض ِم ْن ُك ْم
ٍ ارة ً َع ْن ت ََرا ِ َيَا أَيُّ َها الهذِينَ آ َ َمنُوا ََل ت َأ ْ ُكلُوا أ َ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالب
َ اط ِل إِ هَل أَ ْن ت َ ُكونَ تِ َج
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku saling
ridho di antara kamu” (QS. An Nisa’: 29). Tentu setiap orang tidak ridho jika
telah memberikan uang, namun tidak mendapatkan timbal balik atau keuntungan.
6. Di dalam asuransi ada bentuk pemaksaan tanpa ada sebab yang syar’i. Seakan-
akan nasabah itu memaksa accident itu terjadi. Lalu nasabah mengklaim pada
pihak asuransi untuk memberikan ganti rugi padahal penyebab accident bukan
dari mereka. Pemaksaan seperti ini jelas haramnya.
Dalam rangka promosi, yang ditanam di benak kita oleh pihak asuransi adalah masa
depan yang selalu suram. “Engkau bisa saja mendapatkan kecelakaan”,
“Pendidikan anak bisa saja membengkak dan kita tidak ada persiapan”, “Kita
bisa saja butuh pengobatan yang tiba-tiba dengan biaya yang besar”. Itu slogan-
slogan demi menarik kita untuk menjadi nasabah di perusahaan asuransi. Tidak
ada ajaran bertawakkal dengan benar. Padahal tawakkal adalah jalan keluar
sebenarnya dari segala kesulitan dan kekhawatiran masa depan yang suram.
Karena Allah Ta’ala sendiri yang menjanjikan,
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan
keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan
Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya” (QS. Ath Tholaq: 2-3).
Tawakkal adalah dengan menyandarkan hati kepada Allah Ta’ala. Namun bukan
cukup itu saja, dalam tawakkal juga seseorang mengambil sebab atau melakukan
usaha. Tentu saja, sebab yang diambil adalah usaha yang disetujui oleh syari’at.
Dan asuransi sudah diterangkan adalah sebab yang haram, tidak boleh seorang
muslim menempuh jalan tersebut. Untuk membiayai anak sekolah, bisa dengan
menabung. Untuk pengobatan yang mendadak tidak selamanya dengan solusi
asuransi kesehatan. Dengan menjaga diri agar selalu fit, juga persiapan keuangan
untuk menjaga kondisi kecelakaan tak tentu, itu bisa sebagai solusi dan preventif
yang halal. Begitu pula dalam hal kecelakaan pada kendaraan, kita mesti berhati-
hati dalam mengemudi dan hindari kebut-kebutan, itu kuncinya.
Yang kami saksikan sendiri betapa banyak kecelakaan terjadi di Saudi Arabia
dikarenakan banyak yang sudah mengansuransikan kendaraannya. Jadi, dengan
alasan “kan, ada asuransi”, itu jadi di antara sebab di mana mereka asal-asalan
dalam berkendaraan. Jika mobil rusak, sudah ada ganti ruginya. Oleh karenanya,
sebab kecelakaan meningkat bisa jadi pula karena janji manis dari asuransi.
Ingatlah setiap rizki tidak mungkin akan luput dari kita jika memang itu sudah Allah
takdirkan. Kenapa selalu terbenak dalam pikiran dengan masa depan yang suram?
Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
“Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang
baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan
mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun
terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang
baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan
tinggalkan yang haram” (HR. Ibnu Majah no. 2144, dikatakan shahih oleh Syaikh
Al Albani).
2.2.3 Valas
Valas adalah singkatan dari valuta asing. Yang dimaksud dengan valuta
asing ialah mata uang luar negeri, seperti dollar Amerika, poundsterling Inggris,
ringgit Malaysia dan sebagainya.
Apabila antara negara terjadi perdagangan international, maka tiap negara
membutuhkan valuta asing untuk alat bayar luar negeri, yang dalam dunia
perdagangan disebut devisa. Misalnya, importir Indonesia memerlukan devisa
untuk mengimpor barang dari luar negeri. Untuk membayar barang-barang impor
tersebut, si importir membutuhkan mata uang asing.
Demikian juga misalnya, bila sebuah perusahaan di Indonesia mengekspor barang,
misalnya ke Jepang, maka pertukaran mata uang asing diperlukan. Pembayaran
oleh Jepang untuk perusahaan Indonesia harus dengan mata uang lokal, rupiah.
Sementara importir Jepang hanya memiliki mata uang yen.
Dalam hal ini ada dua kemungkinan yang dapat ditempuh, guna memenuhi
kebutuhan transaksi antara eksportir Indonesia dan importir Jepang tersebut.
Pertama, bila eksportir Indonesia menagih dalam bentuk rupiah, maka
importir Jepang harus menjual yen dan membeli rupiah untuk membayar barang
yang diimpor dari Indonesia. Kedua, bila eksportir Indonesia dibayar dengan mata
uang yen, maka eksportir Indonesialah yang harus menukar yen itu kepada rupiah.
Dengan demikian, akan timbul penawaran dan permintaan devisa di bursa valuta
asing. Dapat juga terjadi bahwa transaksi antara dua negara diselesaikan dengan
menggunakan mata uang negara ketiga, misalnya dollar.
Hal ini bisa terjadi bila eksportir maupun importir tidak memiliki mata
uang lokal negara masing-masing atau mata uang kedua negara itu sangat jarang
diperdagangkan karena mata uangnya sangat lemah. Ini berarti mata uang yang
dipergunakan itu adalah mata uang yang populer di kedua negara itu, misalnya
dollar.
Kurs mata uang tersebut bisa berubah-ubah, tergantung pada situasi ekonomi
negara masing-masing. Islam mengakui perubahan nilai mata uang asing dari
waktu ke waktu secara sunnatullah (mekanisme pasar). Bila perubahan itu terlalu
tinggi, maka campur tangan pemerintah diperlukan untuk menjaga stabilitas mata
uang, karena Islam menginginkan terciptanya stabilitas kurs mata uang.
Transaksi jua beli valuta asing sebagaimana yang digambarkan di atas, umumnya
diselenggarakan di pasar valuta asing, money changer, bank devisa dan
perusahaan bisnis valas.
Larangan Spekulasi Valas
Sekali lagi ditegaskan bahwa pertukaran mata uang atau jual beli valas
untu kebutuhan sektor riil, baik transaksi barang maupun jasa, hukumnya boleh
(jaiz) menurut hukum Islam. Namun, bila motifnya untuk spekulasi, sebagaimana
yang banyak terjadi saat ini, maka hukumnya haram.
Argumentasi dan dasar pemikiran larangan perdagangan spekulasi valas untuk
spekulasi, dirumuskan dalam bentuk poin di bawah ini :
Pendapat Mahathir Muhammad, PM Malaysia, Mahathir Muhammad
dikenal luas sebagai orang yang mengecam keras praktik perdagangan valas
(Margin trading valas). Larangan keras ini didasarkan pada sejumlah alasan :
I. Berdagang valuta asing ini tidak ubahnya seperti judi, karena dalam transaksinya
penuh dengan spekulasi. 2. Konstribusi margin trading sangat signifikan terhadap
melemahnya rupiah atas dollar AS. Sedangkan melemahnya rupiah atas dollar
merupakan bencana bagi ekonomi Indonesia. 3. Praktik margin trading biasanya
tidak mengindahkan fair bussines. 4. Karena tidak ada proses transaksi riel, para
pelaku hanya mengandalkan selisih dari harga valuta pada saat penutupan.
II. Uang bukan komuditas. Dalam ekonomi Islam, uang tidak boleh dijadikan sebagai
komoditas, namun dalam perdagangan valuta, yang secara jelas, telah dijadikan
sebagai komoditas.
Menurut Taqiyuddin An-Nabhani dalam buku An-Nizham al –Iqtishadi al-
Islami, mengatakan bahwa uang adalah standar nilai pada barang dan jasa (199-
297). Demikian pula Thahir Abdul Muhsin Sulaiman dalam buku ‘ Ilajul
Musykilah al-Iqtishadi bil Islam, memandang uang sebagai medium of exchange.
Pakar ekonomi Islam sepakat, bahwa perdagangan spekulasi valuta telah
menimbulkan dampak buruk bagi perekonomian dunia dan senantiasa mengancam
ekonomi banyak negara. Oleh karena itu praktik spekulasi valas harus dilarang.
Menurut ekonomi Islam, transaksi valas hanya dibenarkan apabila
digunakan untuk kebutuhan sektor riel, seperti membeli barang untuk kebutuhan
import, berbelanja atau membayar jada di luar negeri, sebagaimana yang
dibutuhkan para jamaah haji, dan sebagainya.
Perdagangan valas dalam kegiatan spekulasi adalah sebuah transaksi maya
(semu), karena padanya tidak terdapat jual beli sektor riil. Dalam perdagangan
valas, yang diperjualbelikan adalah uang itu sendir, bukan barang atau jasa.
Dalam transaksi maya, tidak ada sektor riil (barang atau jasa) yang
diperjualbelikan. Mereka hanya memperjualbelikan kertas berharga dan mata
uang untuk tujuan spekulasi. Selisih dan tambahan (gain) yang diperoleh dan jual
beli itu termasuk kepada riba. Karena gain itu diperoleh bighairi ‘iwadhin, yakni
tanpa ada sektor riil yang dipertukarkan, kecuali mata uang itu sendiri.
Tegasnya, gain (harga beli lebih besar dari harga jual) yang diperoleh
dalam perdagangan valas adalah riba. Pelarangan riba yang secara tegas terdapat
dalam Al-Qur’an (QS. 2 : 275-279), pada hakikatnya, merupakan pelarangan
terhadap transaksi maya. Firman Allah, “Allah menghalalkan jual beli (sektor
riil), dan mengharamkan riba (transaksi maya).
Seorang insan minimal sekali diharuskan untuk dapat memberikan nafkah kepada
dirinya sendiri, dan juga kepada keluarganya. Dalam Islam terdapat banyak sekali
ibadah yang tidak mungkin dilakukan tanpa biaya & harta, seperti zakat, infak,
shadaqah, wakaf, haji dan umrah. Sedangkan biaya/ harta tidak mungkin diperoleh
tanpa proses kerja. Maka bekerja untuk memperoleh harta dalam rangka ibadah
kepada Allah menjadi wajib. Kaidah fiqhiyah mengatakan :
ِ َماَلَ يَتِ ُّم ْال َو
ِ اجبُ إَِله بِ ِه فَ ُه َو َو
ٌاجب
Suatu kewajiban yang tidak bisa dilakukan melainkan dengan pelaksanaan sesuatu,
maka sesuatu itu hukumnya wajib.
a. Orang yang ikhlas bekerja akan mendapatkan ampunan dosa dari Allah SWT.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan :
Barang siapa yang sore hari duduk kelelahan lantaran pekerjaan yang telah
dilakukannya, maka ia dapatkan sore hari tersebut dosa-dosanya diampuni oleh
Allah SWT. (HR. Thabrani)
b. Akan diampuninya suatu dosa yang tidak dapat diampuni dengan shalat, puasa,
zakat, haji & umrah. Dalam sebuah riwayat dikatakan :
ُ قَا َل َو َما ت ُ َك ِ ٍّف ُرهَا يَا َر،ُالصيا َ ُم َوَلَ ْال َح ُج َوَلَ ْالعُ ْم َرة
هللاِ؟Xس ْو َل ِ ِإ هن ِمنَ الذُّنُ ْو
َلَ ت ُ َك ِ ٍّف ُرهَا ال ه،ب لَذُنُ ْوبًا
ٍّ ِ َصالة ُ َوَل
)ش ِة (رواه الطبراني َ ب ال َم ِع ْي ْ َ َ ْ
ِ قا َ َل ال ُه ُم ْو ُم فِ ْي طل
‘Sesungguhnya diantara dosa-dosa itu, terdapat satu dosa yang tidak dapat
dihapuskan dengan shalat, puasa, haji dan umrah.’ Sahabat bertanya, ‘Apa yang
dapat menghapuskannya wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Semangat dalam
mencari rizki.’ (HR. Thabrani)
Sesungguhnya Allah SWT mencintai seorang mu’min yang giat bekerja. (HR.
Thabrani)
Dalam sebuah riwayat dikemukakan, “Pada suatu saat, Saad bin Muadz Al-Anshari
berkisah bahwa ketika Nabi Muhammad SAW baru kembali dari Perang Tabuk,
beliau melihat tangan Sa’ad yang melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman
karena diterpa sengatan matahari. Rasulullah bertanya, ‘Kenapa tanganmu?’ Saad
menjawab, ‘Karena aku mengolah tanah dengan cangkul ini untuk mencari nafkah
keluarga yang menjadi tanggunganku.” Kemudian Rasulullah SAW mengambil
tangan Saad dan menciumnya seraya berkata, ‘Inilah tangan yang tidak akan
pernah disentuh oleh api neraka’” (HR. Tabrani)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah pemaparan di atas, dapat kita ketahui bahwa dalam kehidupan ekonominya
manusia memiliki masalah-masalah yang cukup rumit. Dan sebagai solusinya, Islam
telah menawarkan konsep-konsep yang berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dengan
demikian, semakin terbukti bahwa ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang paling
sempurna.
B. SARAN
DAFTAR PUSATAKA
http://www.umm.ac.id/id/detail-98-5-prinsip-ekonomi-islam-opini-umm.html
http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/hukum-asuransi.html
http://islam-full.blogspot.com/2013/04/perdagangan-valas-dalam-perspektif.html
https://www.academia.edu/6547664/MASALAH_EKONOMI_DALAM_PANDANGAN_ISLA
M