Anda di halaman 1dari 20

PENYUSUNAN INSTRUMEN EVALUASI PEMBELAJARAN

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran

Dosen Pengampu : Dra. Edwita, M.Pd

Nama : Penina Damayanti

NIM : 1107617132

Kelas : D/2017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,

dan inayah-Nya kepada kami hingga akhirnya makalah ini kami selesaikan dengan lancar.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran.

Selain itu kami menyusun makalah ini untuk menambah wawasan mengenai penyusunan

instrument evaluasi.

Makalah ini kami telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,

kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih ada kekurangan baik dari segi

susunan kalimat maupun tata bahasa karena kami masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu

kami menerima saran ataupun kritikan dari segala pihak agar makalah selanjutnya bisa lebih baik

dari sebelumnya. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Penyusunan Instrumen Evaluasi”.

Semoga makalah yang kami buat ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi

pembaca.

Jakarta 20 Desember 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sebuah proses pembelajaran komponen yang turut menentukan keberhasilan
sebuah proses adalah evaluasi. Melalui evaluasi orang akan mengetahui sampai sejauh mana
penyampaian pembelajaran atau tujuan pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai
dengan tujuan yang diinginkan. Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus
dilakukan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Melalui Evaluasi, kita akan
mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan social,
sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik serta keberhasilan sebuah program.
Dalam dunia pendidikan dan pembelajaran ada beberapa istilah yang sering digunakan,
baik secara bersamaan maupun secara terpisah. Istilah tersebut adalah
pengukuran. penilaian, dan evaluasi. Ketiga istilah tersebut memiliki perbedaan. Mengacu
pada asumsi bahwa pembelajaran merupakan sistem yang terdiri atas beberapa unsur, yaitu
masukan, proses dan hasil; maka terdapat tiga jenis evaluasi sesuai dengan sasaran evaluasi
pembelajaran, yaitu evaluasi masukan, proses dan hasil pembelajaran.
Terkait dengan ketiga jenis evaluasi pembelajaran tersebut, dalam praktek pembelajaran
secara umum pelaksanaan evaluasi pembelajaran menekankan pada evaluasi proses
pembelajaran dan evaluasi hasil belajar. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa
pelaksanaan kedua jenis evaluasi tersebut merupakan komponen system pembelajaran yang
sangat penting. Evaluasi kedua jenis komponen yang dapat dipergunakan untuk mengetahui
kekuatan dan kelemahan pelaksanaan dan hasil pembelajaran. Selanjutnya masukan tersebut
pada gilirannya dipergunakan sebagai bahan dan dasar memperbaiki kualitas proses
pembelajaran menuju keperbaikan kualitas hasil pembelajaran. Untuk itu, penulis dalam
makalah ini akan memberi gambaran mengenai Evaluasi Pembelajaran agar para tenaga
pendidik dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan dan sebagai bahan
untuk memperbaiki kualitas hasil pembelajaran tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan evaluasi pembelajaran?
2. Bagaimana penerapan prinsip evaluasi pembelajaran?
3. Bagaimana cara menyusun materi dalam evaluasi pembelajaran?
4. Bagaimana penyusunan instrument evaluasi pembelajaran dalam bidang kognitif,
afektif, dan psikomotor?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan evaluasi pembelajaran.
2. Memahami bagaimana menerapkan prinsip evaluasi pembelajaran.
3. Memahami cara menyusun materi dalam evaluasi pembelajaran.
4. Mengerti dan memahami penyusunan instrument evaluasi dalam bidang kognitif,
afektif, dan psikomotor.

D. Manfaat Penulisan
1. Menjadi referensi bacaan bagi yang ingin mengetahui tentang penyusunan instrument
evaluasi pembelajaran.
2. Menjadi referensi untuk guru dalam menyusun instrument evaluasi pembelajaran yang
baik.
3. Menjadi referensi bagi mahasiswa dalam mengembangkan penyusunan instrument
evaluasi pembelajaran yang baik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah proses untuk mendapatkan informasi mengenai pembelajaran yang telah
dilakukan. Informasi yang dihasilkan dibandingkan dengan sasaran/kompetensi yang telah
ditetapkan. Jika hasilnya sesuai maka pembelajaran dikatakan berhasil dan jika tidak sesuai
maka pembelajaran dikatakan gagal. Kegiatan mengevaluasi keberhasilan pembelajaran
merupakan bagian penting dari tugas seorang guru. Evaluasi keberhasilan pembelajaran
yang ditunjukkan oleh kinerja siswa perlu dilakukan secara teratur dan berkesinambungan
selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung.

B. Prinsip Evaluasi:
Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan menganut prinsip.
a. Menyeluruh
b. Kontinu
c. Berorientasi pada kompetensi
d. Valid
e. Objektif/Adil
f. Terbuka
g. Bermakna
h. Mendidik
i. Memotivasi
j. Akuntabel

Ada beberapa masalah yang perlu ditangani secara serius dalam evaluasi
pembelajaran. Pertama, pengembangan sistem ujian yang tidak berjalan dengan baik. Ujian
sekedar menjadi kegiatan musiman, tidak berkesinambungan, dan tanpa perencanaan yang
sistematis. Kedua, nilai yang diperoleh dari seorang guru tidak dapat dibandingkan dengan
nilai yang diperoleh dari guru lain. Ketiga, kualitas soal masih meragukan karena dibuat
tergesa-gesa dan tidak diuji dulu mutunya. Hal yang kurang diperhatikan adalah :
(1) materi tidak sesuai tujuan/indikator,
(2) materi yang diujikan tidak penting,
(3) materi yang diujikan tidak sesuai dengan yang diajarkan,
(4) tidak adanya pedoman penskoran,
(5) “tidak ada” koreksi sungguhan, yang ada hanya NGA-JI (ngarang biji), dan
(6) tidak menyusun pengecoh dan kunci jawaban untuk soal objektif.

C. Tujuan, Manfaat, dan Maksud Evaluasi


a. Tujuan
1) grading,
2) seleksi,
3) penempatan,
4) mengetahui tingkat penguasaan kompetensi,
5) bimbingan,
6) diagnosis, dan
7) prediksi.
b. Manfaat
1) mengetahui ketercapaian kompetensi yang ditetapkan,
2) mengetahui perkembangan kemampuan siswa,
3) mengetahui kesulitan siswa,
4) memotivasi siswa untuk belajar,
5) meningkatkan kualitas pembelajaran, dan
6) menjadi bahan pertimbangan pengambilan keputusan.
c. Maksud
1) perbaikan sistem
2) pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat
3) penentuan tindak lanjut pengembangan
D. Materi untuk Evaluasi
Berkaitan dengan evaluasi terdapat dua pertanyaan penting, yaitu apa yang harus
dievaluasi? dan bagaimana mengevaluasi? Langkah pertama dalam melakukan evaluasi
adalah menentukan materi yang akan diujikan. Materi yang diujikan hendaknya merupakan
materi yang sangat penting. Penentuan materi yang penting dilakukan dengan
memperhatikan kriteria sebagai berikut.
1. Urgensi, yaitu materi yang secara teoritik mutlak harus dikuasai siswa.
2. Kontinuitas, yaitu materi yang merupakan pendalaman dari materi sebelumnya.
3. Relevansi, yaitu materi yang diperlukan untuk memahami materi lain.
4. Keterpakaian, yaitu materi yang memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-
hari.

E. Dimensi Evaluasi
Setelah menentukan materi yang akan diujikan, langkah selanjutnya adalah menentukan
dimensi yang akan diukur. Ada tiga dimensi yang dapat diukur, yaitu dimensi kognitif,
dimensi psikomotor, dan dimensi afektif. Teknik evaluasi tes pada umumnya digunakan
untuk mengukur prestasi belajar.
1. Evaluasi Dimensi Kognitif
Evaluasi dimensi kognitif lebih cenderung pada penggunaan tes, terutama tes
tulis. Meskipun demikian, teknik non-tes juga digunakan untuk evaluasi dimensi kognitif.
Untuk teknik tes, langkah umum yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Menentukan tujuan penilaian.
b. Menentukan kompetensi yang akan diujikan.
c. Menentukan materi yang penting.
d. Menentukan proporsi dan penyebaran soal.
e. Membuat kisi-kisi soal.
f. Menulis soal dengan memperhatikan validitasnya dalam bentuk soal benar salah,
pilihan ganda, menjodohkan, isian, dan jawaban singkat.
g. Menyusun pedoman penskoran.
h. Melakukan uji coba soal.
i. Melakukan revisi berdasarkan hasil uji coba.
j. Melaksanakan tes dengan baik.
k. Menganalisis hasil tes.
l. Membuat laporan hasil tes.

Tes Betul-Salah
Aturan ini pada prinsipnya dapat digunakan untuk mengkonstruksi item tes betul-salah. baik
yang regular maupun item tes yang telah dimodifikasi. Aturan-aturan tersebut yaitu sebagai
berikut:
a. Pernyataan item tes jenis betul-salah sebaiknya dibangun secara cermat, sehingga para
siswa tidak secara jelas dapat menerka item tes tersebut
b. Dalam mengkontruksi item tes betul-salah, direncanakan oleh para guru agar para siswa
menjawab semua item yang ada dan seminimal mungkin para siswa mengosongkan
item tanpa jawaban.
c. Pokok persoalan sebaiknya berisi situasi spesifik yang terdiri atas materi yang
diperlukan untuk menjawab benar.
d. Pernyataan item disusun secara jelas dan tetap berfokus pada ide pokok yang ingin
ditunjukkan oleh siswa.
e. Hindari kalimat panjang dan kompleks dengan kata-kata yang mempunyai arti ganda.
Contoh:
Jelek : B-S Tidak ada langkah dalam proses penelitian eksperimen tidak perlu
Baik :B-S Semua langkah dalam proses penelitian eksperimen perlu.
f. Hindari dua ide dalam satu pernyataan, kecuali hubungan sebab-akibat yang hendak
diukur dalam tes.
g. Dalam satu tes, jumlah jawaban betul hendaknya direncanakan sama dengan jumlah
jawaban salah. Jawaban betul dan salah yang dibuat seimbang mempunyai tujuan
pencegahan, yakni agar para siswa tidak membiasakan menerka (guessing) tanpa
menggunakan analisis logis.
h. Dalam penyusunan item tes betul-salah para guru hendaknya menuliskan huruf (B - S)
pada setiap permulaan item atau persoalan.
i. Para guru dianjurkan dalam membuat item tes betul-salah khususnya untuk bentuk
regular dalam jumlah yang banyak.
j. Pernyataan pada setiap item sebaiknya tidak diambil dari kata-kata yang terdapat pada
buku (text-book) langsung.

Tes Uraian
Kaidah penulisan alat evaluasi tes uraian adalah
a. Soal sesuai dengan indikator, Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah
sesuai
a. Materi yang ditanyakan sesuai dengan tujuan pengukuran
b. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas
c. Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban uraian
d. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal
e. Ada pedoman penskorannya
f. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca
g. Rumusan kalimat soal komunikatif
h. Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku
i. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah
pengertian
j. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu
k. Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat menyinggung perasaan
siswa

Tes Menjodohkan
Item tes menjodohkan, jika disusun secara cermat mampu mengukur pengetahuan
batasan atau terminology. Batasan definisi maupun asas pengetahuan adalah sangat penting
untuk dipahami oleh para siswa. Batasan dan asas itu tidak mudah dimengerti, jika mereka
tidak masuk dalam perbendaharaan kata para siswa. Kemampuan mengukur batasan dan
asas tersebut merupakan karakteristik penting, yang mampu membuat para guru dan
evaluator banyak mempertimbangkan penggunaannya dalam mengukur pengetahuan para
peserta didik. Disamping itu, item tes menjodohkan dapat mencakup tingkat pengetahuan
yang sama dengan jawaban bebas maupun item tes melengkapi.
Item tes menjodohkan pada prinsipnya dapat mengevaluasi pengetahuan tentang fakta
yang memiliki makna spesifik. Agar dapat digunakan sebagai materi premis atau kolom
respons, fakta harus sederhana dan jelas. Jika kedua kriteria tersebut tidak dipenuhi maka
tipe tes lain perlu dipertimbangkan penggunaannya.
Agar mendapatkan item tes menjodohkan yang efektif, beberapa aturan dapat
dipertimbangkan utamanya ketika seorang guru hendak mengonstruksi item tes jenis
menjodohkan.
a. Perlu adanya petunjuk yang jelas tentang bagaimana menjawab tes menjodohkan
petunjuk tersebut perlu disusun dengan kalimat yang singkat dan jelas. Guru pun perlu
menegaskan makna dan cara menjawab pada setiap kolom.
b. Pada setiap kolom sebaiknya diberi label untuk lebih menjelaskan petunjuk.
c. Item-item dalam tes menjodohkan sebaiknya homogen. Jika hanya sedikit materi
pembelajaran yang dapat dikelompokkan secara homogen dan berkaitan satu dengan
lainnya, maka bentuk tes lain direkomendasikan untuk digunakan.
d. Sebaiknya antara premis dan respons tidak sama jumlahnya. Secara empiris antara
jumlah respons lebih banyak antara 1 atau 2 jawaban. Jika premis dan respons dibuat
sama jumlahnya, ada kemungkinan para siswa menjawab dengan cara menerka.
e. Untuk setiap tes jumlah item menjodokan sebaiknya antara 4-8 item. Jika terlalu sedikit
akan menimbulkan kurang informasi bagi para siswa. Sebaliknya, jika lebih besar dari
8, item kemungkinan terjadi tumpang tindih, membingungkan, menghabiskan waktu.
f. Huruf besar atau angka sebaiknya digunakan untuk memberikan label item-item pada
daftar jawaban.
g. Item-item dalam daftar respons sebaiknya dibuat lebih pendek dibandingkan dengan
daftar stimulus atau premis.
h. Kolom dan daftar respons sebaiknya ditempatkan pada sisi sebelah kanan.

Tes Pilihan Ganda


Seperti bentuk tes lainnya, untuk dapat mengkontruksi item tes pilihan ganda yang efektif
dan bermanfaat juga diperlukan aturan penyusunan yang perlu diperhatikan oleh para guru.
Beberapa aturan penyusunan item tes tersebut yakni sebagai berikut:
a. Pokok persoalan (stem of item) sebaiknya mengandung permasalahan atau problem
yang dinyatakan dalam satu paragraph atau dalam bentuk pertanyaan. Paragraph
digunakan, jika para guru menemui situasi lebih kompleks dan bentuk pertanyaan
yang digunakan ketika mereka ingin mengukur fakta dan asas pengetahuan.
b. Item tes pilihan ganda dengan empat jawaban, banyak digunakan untuk mengukur
hasil pembelajaran siswa. Dari empat jawaban tersebut hanya 1 jawaban yang benar,
sisanya atau 3 lainnya, disebut sebagai jawab alternatif salah. Para guru dalam
menentukan berapa banyak jawaban disediakan pada setiap item tes, ada beberapa
kemungkinan, yaitu 3, 4, dan 5 jawaban. Tiga jawaban, dilihat dari aspek statistika
tidak baik (Cross 2012); empat jawaban sampai saat ini adalah yang paling baik; lima
jawaban bisa diterima, tetapi tidak menguntungkan bagi siswa
Jumlah Jawaban Kesempatan Kemungkinan
Pilihan Menerka Betul Skor pada 100
Item
3 1 dalam 3 33
4 1 dalam 4 25
5 1 dalam 5 20
Tabel diatas menunjukkan tiga kemungkinan yaitu 3, 4, dan 5 pilihan jawaban
dan implikasinya terhadap kemungkinan siswa menerka jawaban tanpa melihat tes
dapat menjawab. Untuk item tes dengan 3 pilihan jawab, siswa dapat menerka 33%
betul tanpa melihat semua jawaban; untuk 4 pilihan jawaban, memungkinkan siswa
dapat menerka hanya 25% betul; dan untuk 5 pilihan jawaban, memungkinkan siswa
dapat menerka hanya 20% betul tanpa melihat semua jawaban tes. Keputusan
mengenai berapa jumlah pilihan jawaban kemungkinan dipakai, pada prinsipny dapat
dijawab, atas dasar otonomi kelas yang dimiliki oleh para guru yang bersangkutan.
Pada umumnya empat pilihan jawaban adalah palig banyak digunakan oleh para guru
kelas.
c. Jawaban benar dalam satu tes, direkomendasikan untuk diatur secara random pada
semua item. Penempatan jawaban benar dengan posisi random mempunyai tujuan
untuk mengurangi kebiasaan siswa menerka tanpa menggunakan logika. Dalam situasi
ujian, jarang ditemui suatu kasus dimana siswa yang kurang memahami tes secara
keseluruhan, menjawab semua item yang ada dengan jawaban (b), tanpa melihat
persoalan yang ditanyakan pada setiap item.
d. Kata-kata yang tidak relevan, sebaiknya dihilangkan dari stem, agar ruang untuk
penyataan atau pertanyaan pada setiap item menjadi lebih jelas.
e. Hindari memberi kata-kata pada item yang mengandung petunjuk (clues) yang
mengarah pada jawaban benar, baik yang tersirat maupun tersurat
f. Penataan jawaban sebaiknya diatur dengan posisi dalam bentuk kolom, tidak dalam
bentuk paragraph. Karena penempatan jawaban dalam bentuk kolom, biasanya lebih
mudah dilihat siswa. Situasi ini dapat mempercepat siswa dalam mencari dan memilih
jawaban yang disediakan
g. Kalimat pada setiap stem sebaiknya menggunakan kalimat positif, kecuali jika guru
atau evaluator sangat perlu menggunakan kalimat negative.
Jelek:
Elemen yang manakah yang tidak masuk dalam statistika inferensial?
a. mean
b. median
c. mode
d. hipotesis
Lebih baik:
Elemen manakah yang menjadikan karakteristik dalam statistika inferensial?
a. mean
b. median
c. mode
d. hipotesis
h. Semua pilihan jawaban sebaiknya direncanakan, memiliki panjang atau jumlah kata
yang salam, dan tidak mengandung petunjuk jawaban benar.
Jelek:
Apa tujuan utama didirikannya organisasi persatuan bangsa-bangsa?
a. memelihara perdamaian manusia di dunia
b. membangun hukum internasional
c. memberikan kontrol militer
d. membentuk pemerintahan baru
Lebih baik:
Apa tujuan utama didirikannya organisasi persatuan bangsa-bangsa?
a. memelihara perdamaian antarbangsa di dunia
b. menyediakan sistem baru hukum internasional
c. memberikan control militer untuk bangsa yang baru merdeka
d. memelihara pemerintahan baru yang demokratis
i. Jangan menggunakan item tes pilihan ganda, ketika ada jenis tes lain yang lebih tepat.
Ketika tujuan pembelajaran bisa dievaluasi dengan hasil yang sama maka tes pilihan
ganda dianjurkan penggunaannya. Sebaliknya, apabila tujuan hasil pembelajaran bisa
dievaluasi dengan hasil lebih baik dengan bentuk tes lain maka sebaiknya
menggunakan bentuk tes lain maka sebaiknya menggunakan bentuk tes lain tersebut.
Sebagai contoh, utnuk hasil pembelajaran problem solving, dianjurkan para guru
menggunakan jenis tes jawab bebas atau jawab singkat daripada menggunakan item
tes pilihan ganda.

2. Evaluasi Dimensi Psikomotor


Untuk melakukan evaluasi dimensi psikomotor ada dua yang perlu dipersiapkan
guru, yaitu soal dan instrumen pengamatan. Soal untuk hasil belajar dimensi psikomotor
dapat berupa lembar soal (misalnya soal identifikasi, soal simulasi, atau soal kinerja),
lembar kerja, lembar tugas, dan lembar percobaan. Istrumen evaluasi yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan informasi pada dimensi psikomotor misalnya soal,
format pengamatan, format penilaian, dan portofolio. Format pengamatan adalah format
yang digunakan untuk mengamati kemunculan atau keberadaan suatu objek atau aspek-
aspek keterampilan yang diamati. Format observasi kadang hanya berupa daftar
pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya tinggal memberikan tanda cek. Format
penilaian adalah format yang digunakan untuk menilai kinerja siswa atau menilai kualitas
pelaksanaan aspek-aspek yang diamati. Portofolio adalah kumpulan tugas siswa yang
berkesinambungan sehingga peningkatan kemampuan siswa dapat diketahui untuk
menuju kompetensi tertentu. Langkah umum yang dapat dilakukan dalam melakukan
evaluasi dimensi psikomotor adalah sebagai berikut.
a. Mencermati silabus dan sistem penilaian yang ditetapkan
b. Menyusun soal dan format pengamatan atau format penilaian.
c. Menyusun rubrik atau kriteria penilaian
d. Pembobotan aspek ketrampilan
e. Analisis hasil penilaian
f. Pelaporan hasil penilaian.

Skala Rating (SR)


Skala Rating sebagai salah satu teknik pengukuran kepribadian merupakan alat
untuk memperoleh dugaan tau perkiraan mengenai tingkat sifat prilaku yang tampak dan
tidak dapat diukur oleh alat test objektif.
Dalam skala tingkatan, beberapa sifat kelakuan individu yang akan diskalakan
atau diukur, disusun secara bertingkat, masing-masing tingkatan diberi skor tertentu
sekara hirarkis sesuai dengan berat ringannya sifatt kelakuan itu. Salah satu contoh
penggunaan skala tingkatandipraktekkan dalam mengukur tingkat kecermatan pekerjaan
juru ketik.
Contoh ukuran terdiri atas 5 sekala tingkatan yang diletakkan pada suatu grafik, sebagai
berikut:
Skala ke-1: tidak ada kesalahan
Skala ke-2: sangat cermat
Skala ke-3: ada beberapa kesalahan
Skala ke-4: kurang cermat
Skala ke-5: banyak kesalahan
Skala ke:
1 2 3 4 5

Tidak ada kesalahan sangat cermat ada beberapa kesalahan kurang cermat banyak kesalahan

Dari kiri ke kanan, tingkat bobot sifat yang diskalakan berurutan secara gradual. Pada
contoh diatas setiap skala dibobot nilainya, misalnya untuk:
Skala ke-1: bobotnya 5
Skala ke-2: bobotnya 4
Skala ke-3: bobotnya 3
Skala ke-4: bobotnya 2
Skala ke-5: bobotnya 1
Jika seorang juru ketik bekerja tanpa kesalahan maka ia mendapat bobot nilai 5.
Apabila membuat beberapa kesalahan maka bobot nilainya 4. Dan seterusnya. Jadi dalam
mengerjakan tugas seseorang dapat dinilai sikapnya. Dalam hal ini penilaian sifatnya
kualitatif yang dikuantitatifkan dengan bobotnya.
Skala tingkatan tidak sama dengan skala sikap. Hal yang terahir adalah
pembobotan pada alternative-alternatif jawaban kuesioner yang dikategorikan dari yang
agresif sampai yang lunak atau submisif. Dengan pembobotan sedemikian rupa maka
sikap yang satu dengan sikap yang lain betul-betul dapat dibedakan secara cermat.[5]

Alat Ukur Skala Rating

1. Daftar lis (Check List)


Daftar Lis adalah salah satu alat evaluasi yang termasuk yang termasuk alat ukur
rating. Alat ini banyak digunakan oleh para guru karena dua alasan, yaitu alat ini
paling sederhana cara pembuatannya, selain itu penggunaanya juga mudah sehingga
dengan sedikit mendapat training guru sudah bias menggunakannya. Secara
definitive daftar lis adalah satu set daftar karakteristik atau criteria yang memerlukan
jawaban sederhan, misalnya dengan tanda (√) apabila setiap item dalam daftar telah
terpenuhi.
Contoh:
Tujuan : menunjukkan kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika.
Arahan : berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan kenyataan dikelas.
No Keterampilan matematika untuk tingkat dasar Ada Tidak

1. Mengidentifikasi nilai pecahan

2. Membedakan antara pembilang dan penyebut

3. Menjumlahkan dua bilangan pecahan atau lebih

4. Mengurangi dua bilangan pecahan atau lebih

5. Menyamakan nilai pecahan ke dalam bentuk


decimal

Beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan oleh para guru:


a. Daftar lis tidak langsung memberikan skor.
b. Daftar lis hanya memberi informasi evaluasi yang dangkal. Realibilitasnya masih
dipertanyakan, ketepatan daftar lis pad dasarnya tergantung pada tingkat intensif
karakteristik tersebut direncanakan dalam mengevaluasi kualitas diri siswa.
c. Daftar lis hanya tepat untuk mengevaluasi mutu pribadi, proses, dan produk.
d. Tidak terlalu memperhatikan kebenaran siswa dalam mengisi soal yang ada.

2. Kartu-kartu Skor
Jenis alat ukur ini masih tergolong dalam alat ukur non test. Alat ini muncul untuk
penilaian kegiatan yang berkaitan baik dengan proses belajar dan mengajar maupun
produksi yang diajarkan oleh guru selama satu semester.
No Komponen Criteria Skor Skor yang
baku dicapai

1. Judul Maksimal 15 kata 5

2. Pendahuluan Masalah penelitian nyata 10

3. Rumusan dan Rumasan masalah dalam 15


pemecahan maslah bentuk pernyataan

4. Tujuan Sesuai dengan rumusan 5


masalah

5. Manfaat penelitain Jelas hasilnya 5

6. Kajian pustaka Antara konsep, teori, dan 15


permasalahannya
memiliki relevansi

7. Prosedur penelitian Subjek, tempat, dan 20


waktu penelitian jelas

8. Hasil penelitian Bermanfaat bagi 20


masyarakat, pengetahuan,
dan lembaga

9. Lain-lain Jadwal penelitian dan 5


daftar kepustakaan yang
relevan

Jumlah 100
3. Evaluasi Dimensi Afektif
Pada prinsipnya, ada empat aspek yang dapat dievaluasi pada dimensi afektif,
yaitu sikap, minat, moral, dan konsep diri. Evaluasi dimensi afektif dapat dilakukan
melalui pengamatan, angket, dan wawancara. Pengamatan dapat dilakukan oleh guru
dengan cara mengamati perilaku siswa sebelum, saat, atau sesudah mengajar.
Penyusunan instrumen evaluasi dimensi afektif sama dengan prosedur penyusunan tes
prestasi hasil belajar (dimensi kognitif). Perbedaannya, validitas isi dan kontsruksi pada
tes prestasi hasil belajar didasarkan pada kurikulum sedangkan validitas isi dan
konstruksi pada tes sikap didasarkan pada teori-teori ahli. Contoh Format Pengamatan

No. Nama Siswa Aspek yang Dinilai Jumlah

1 2 3 4 5 6

1.

2.

Aspek, misalnya
1. Kehadiran
2. Perhatian/keseriusan
3. Ketepatan waktu mengumpulkan tugas
4. Memiliki buku catatan sendiri
Kriteria: Sangat Baik (90-100), Baik (70- 89), Cukup(50-69), Kurang(30-49), Sangat
Kurang (0-29)

Contoh Angket Aspek Sikap

No Pernyataan STS TS R S SS
1. Saya senang membaca buku
pelajaran bahasa Inggris
Contoh Angket Aspek Minat

No Pernyataan STS TS R S SS
1. Matematika bermanfaat untuk
menuju kesuksesan hidup

Contoh Angket Aspek Nilai

No Pernyataan STS TS R S SS
1. Saya berkeyakinan bahwa prestasi
belajar kimia saya dapat
ditingkatkan

Contoh Angket Aspek Konsep Diri

No Pernyataan STS TS R S SS
1. Saya merasa sulit mengikuti
pelajaran matematika
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu
kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan
instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu
kesimpulan. Sedangkan jika berbicara mengenai pembelajaran, evaluasi pembelajaran
adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan dan menyeluruh dalam
rangka pengendalian, penjaminan dan penetapan kualitas (nilai dan arti) pembelajaran
terhadap berbagai komponen pembelajaran, berdasarkan pertimbangan dan kriteria
tertentu, sebagai bentuk pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Dalam menyusun instrument evaluasi, pertama harus benar-benar memperhatikan
pemilihan materi. Lalu aspek yang ingin dinilai, apakah kognitif, afektif, atau psikomotor.
Karena setiap aspek akan berbeda instrument evaluasinya. Pada aspek kognitif banyak
digunakan instrument tes, seperti tes uraian, betul-salah, menjodohkan, atau pilihan ganda.
Sedangkan pada aspek afektif banyak menggunakan instrument skala rating, misal check list
dan kartu angka. Demikian pula dengan psikomotor, yang juga menggunakan skala rating
dan lebih banyak ke arah check list.

B. Saran
Guru harus lebih memahami bagaimana kondisi peserta didik untuk pada akhirnya
menyesuaikan instrument evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan
peserta didik. Jangan sampai kesalahan penggunaan instrument evaluasi akan berdampak
pada tidak tercapainya feedback berdasarkan kemampuan peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai