PENDAHULUAN
penyebaran penyakit menular seperti sanitasi umum, polusi udara, dan kualitas air.
1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit yang
mudah menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat meninggalkan
wabah (Widodo, 2006).2 Penyakit ini masih sering dijumpai secara luas di berbagai
(Pramitasari, 2013).3
masyarakat kita, baik diperkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat
umum (rumah makan, restoran) yang kurang serta perilaku masyarakat yang tidak
mendukung untuk hidup sehat. Seiring dengan terjadinya krisis ekonomi yang
1
berkepanjangan akan menimbulkan peningkatan kasus-kasus penyakit menular,
bahwa sanitasi lingkungan dan perilaku kesehatan yang merupakan faktor risiko
kejadian demam tifoid adalah kualitas sumber air bersih, kualitas jamban
juta per tahun dengan 600.000 orang meninggal karena penyakit ini. WHO
150/100.000 per tahun di Amerika Selatan dan 900/100.000 per tahun di Asia.6,7
Indonesia, terkhusus pada pasien rawat inap di Puskesmas Batua, maka kami
mengangkat topik untuk dilakukan pengkajian penyakit ini sebagai referat kami.
2
BAB II
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS
1. Keadaan Umum
Geografi
Luas Wilayah kerja Puskesmas Batua adalah 1017,01 km dengan batas-
batas administrasi sebagai berikut.
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Panaikang
2. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Antang
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Tamalate
4. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Pandang dan Kelurahan
Karapuang
Wilayah kerja Puskesmas Batua terdiri atas 3 kelurahan, yaitu:
1. Kelurahan Batua terdapat 11 RW dan 53 RT
2. Kelurahan Borong terdapat 12 RW dan 58 RT
3. Keluarahan Tello baru terdapat 11 RW dan 48 RT
Luas tanah Puskesmas Batua adalah 4500 m2, terdiri dari 2 gedung dengan
luas bangunan 147 m2 dan 422 m2. Terdapat 3 rumah dinas dan 1 mobil ambulans.
Puskesmas Batua memiliki 30 Posyandu Balita, 9 Posyandu Lansia, 1 Poskesdes
dan 2 Posbindu yang tersebardi 3 kelurahan.
Demografi
Wilayah kerja Puskesmas Batua berpenduduk 54.056 jiwa yang terdiri dari
laki-laki 28.109 jiwa dan 25.947 jiwa perempuan, serta jumlah kepala keluarga
sebanyak 9.941 KK berikut distribusi jumlah penduduk berdasarkan kelurahan.
3
Tabel 1.1. Distribusi Jumlah Penduduk.
No. Kelurahan Jumlah Penduduk Laki – Laki Perempuan
1 Batua 23.392 11.650 11.742
2 Borong 18.451 8.552 9.899
3 Tello Baru 12.213 6.921 5.292
Jumlah 54. 056 27.123 26.933
(Sumber Data : Data Penduduk Kelurahan)
4
f. Pengobatan
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
a. Upaya Kesehatan Lansia
b. Upaya Kesehatan Jiwa
c. UKS, UKGM
d. Program penyakit tidak menular
e. Kesehatan Olahraga
5
Tabel 1.3. Distribusi 10 Penyakit Terbanyak Rawat Inap tahun 2016
6
Tabel 1.5. Distribusi 10 Penyakit Terbanyak Rawat Inap Triwulan II 2017
No Nama Penyakit Jumlah
1 GEA 22
2 Dispepsia 8
3 Vomitus 6
4 Kejang Demam 5
5 Demam Tifoid 4
6 Diare 3
7 Hyperemesis 3
8 Vertigo 2
9 Enteritis 2
10 Febris 2
7
Tabel 1.7. Distribusi 10 Penyakit Terbanyak Rawat Inap Triwulan II 2018
No Nama Penyakit Jumlah
1 Demam Tifoid 15
2 Gastroenteritis Akut 8
3 Dyspepsia 5
4 DBD/DHF 4
5 Enteritis 3
6 Susp. Demam Tifoid 3
7 Febris 3
8 Infeksi Saluran Nafas Atas Akut dan Lainnya 2
9 Diare 1
10 Vertigo 1
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEMAM TIFOID
2003 lebih dari 17 juta kasus demam tifoid terjadi di seluruh dunia, dengan
angka kematian mencapai 600.000, dan 90% dari angka kematian tersebut
demam tifoid di Indonesia pada tahun 1994 meningkat hingga 15,4 per 10.000
penduduk. Dari survei berbagai rumah sakit di Indonesia tahun 1981 sampai
dengan angka kematian lebih dari 20.000 setiap tahunnya. Berdasarkan Riset
berhubungan dengan sanitasi lingkungan; di daerah rural 157 kasus per 10.000
9
penduduk. Perbedaan insidens di perkotaan berhubungan erat dengan
penyediaan air bersih secara merata yang belum memadai, serta sanitasi
kesehatan ligkungan.7
Case fatality rate (CFR) demam tifoid di tahun 1996 sebesar 1,08%
tahun 1995, demam tifoid tidak termasuk dalam 10 penyakit dengan mortalitas
tinggi.8
enterica subsp.indica.10
10
Salmonella Typhi dan Salmonella Paratyphi adalah bakteri penyebab demam
tifoid.
motil, berkapsul dan mempunyai flagela. Bakteri ini dapat hidup sampai
beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu.
Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu 66o C) selama 15 – 20 menit,
endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan
terhadap formaldehid.
11
2. Antigen H (antigen flagela), terletak pada flagela, fimbriae atau pili dari
3. Antigen Vi, terletak pada kapsul (envelope) kuman yang dapat melindungi
a. Orang
tertinggi pada umur 10 -15 tahun dengan insiden rate 687,9 per
12
Indonesia demam tifoid dapat ditemukan sepanjang tahun, di Jakarta
Utara pada tahun 2001, insiden rate demam tifoid 680 per100.000
100.000 penduduk.
a. Faktor Host
atau urine. Dapat juga terjadi trasmisi transplasental dari seorang ibu
resiko terkena penyakit demam tifoidpada anak 3,6 kali lebih besar
b. Faktor Agent
13
terkontaminasi. Semakin besar jumlah Salmonella thypi yang
tifoid.
c. Faktor Environment
sumber air yang tidak memadai dengan standar hygiene dan sanitasi
higiene perorangan yang baik dan kualitas air minum yang tercemar
berat coliform beresiko 6,4 kali lebih besar terkena penyakit demam
melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh feses atau urin dari
penderita tifoid.13
14
Ada dua sumber penularan Salmonella typhi, yaitu :
tahun pasca demam tifoid, tanpa disertai gejala klinis. Pada penderita
kuman Salmonella typhi di feces atau urin. Penderita ini disebut karier
pasca penyembuhan. Pada demam tifoid sumber infeksi dari karier kronis
adalah kandung empedu dan ginjal (infeksi kronis, batu atau kelainan
anatomi). Oleh karena itu apabila terapi medika-mentosa dengan obat anti
jenis, yaitu :
mengandung unsur penyebab yang dapat menular pada orang lain, seperti
b. Incubatory carrier (masa tunas) adalah mereka yang masih dalam masa
15
sumber penularan, seperti pada penyakit cacar air, campak dan pada virus
hepatitis.
sebagian lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila
respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik maka kuman akan
propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama
makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan
selanjutnya dibawa ke plak Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah
bening mesenterika.11
16
Gambar 3.2. Mekanisme infeksi Salmonella Typhi .13
retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Dengan periode waktu yang
bakteremia yang kedua kalinya dengan disertai tanda dan gejala penyakit
infeksi sistemik.12
17
masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama
inflamasi (IL-1, IL-6, IL-8, TNF-β, INF, GM-CSF, dsb.) yang selanjutnya
mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler, gangguan mental, dan
koagulasi.12
lambat. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah di
sekitar plak Peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia akibat
limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa usus dan dapat
Pada minggu pertama, ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit
infeksi akut umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
18
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut,
makin tinggi dari hari ke hari, lebih rendah pada pagi hari dan tinggi terutama
pada sore hingga malam hari. Pada akhir minggu pertama, demam akan
bertahan pada suhu 39-40°C. Pasien akan menunjukkan gejala rose spots,
jumlahnya kurang dari 5; dan akan menghilang dalam 2-5 hari. Hal ini
peningkatan denyut nadi 8 kali per menit, kemudian didapatkan pula lidah
yang berselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung lidah merah serta tremor),
19
membantu menegakkan diagnosis demam tifoid dibagi dalam empat
dengan isolasi dan biakan kuman; (3) uji serologis; dan (4) pemeriksaan
serta laju endap darah tidak mempunyai nilai sensitivitas, spesifisitas dan
nilai ramal yang cukup tinggi untuk dipakai dalam membedakan antara
penderita demam tifoid atau bukan, akan tetapi adanya leukopenia dan
Salmonella Typhi dalam biakan dari darah, urine, feses dan sumsum
tulang. Bakteri akan lebih mudah ditemukan dalam darah dan sumsum
urine dan feses.12 Hasil biakan yang positif memastikan demam tifoid
20
mendapat antibiotik, pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat
dan hasil mungkin negatif; (2) Jumlah darah yang diambil terlalu sedikit
sedikit hasil biakan bisa negatif; (3) Riwayat vaksinasi. Vaksinasi di masa
menekan bakteremia sehingga biakan darah dapat negatif; dan (4) Waktu
dibutuhkan untuk kultur hanya sekitar 0.5-1 mL.18 Bakteri dalam sumsum
tulang ini juga lebih sedikit dipengaruhi oleh antibiotika daripada bakteri
dalam darah. Hal ini mendukung teori bahwa kultur sumsum tulang lebih
Salmonella Typhi adalah media empedu dari sapi. Media ini dapat
biakan darah positif 70-90% dari penderita pada minggu pertama sakit dan
21
pada sampel penderita yang telah mendapatkan antibiotika dan meningkat
sesuai dengan volume darah dan rasio darah dengan media kultur yang
dipakai.
15%) hingga minggu ketiga (75%) dan turun secara perlahan. Biakan urine
pada 80-95% kasus dan sering tetap positif selama perjalanan penyakit dan
untuk penderita yang sudah pernah mendapatkan terapi atau dengan kultur
dilakukan kultur pada spesimen empedu yang diambil dari duodenum dan
memberikan hasil yang cukup baik akan tetapi tidak digunakan secara luas
3. Uji Serologis
a. Uji Widal
22
sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan uji Widal adalah
tifoid.12
akut.
carrier.
sering dipakai untuk melacak antibodi IgG, IgM dan IgA terhadap
23
antigen O9 LPS, antibodi IgG terhadap antigen flagela d (Hd) dan
mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 95% pada sampel darah, 73%
c. Pemeriksaan Dipstik
memerlukan alat yang spesifik dan dapat digunakan di tempat yang tidak
88.9% dan nilai prediksi positif sebesar 94.6%. Penelitian lain oleh
d. Uji Tubex®
waktu 5-10 menit, sederhana dan akurat. Tes ini mendeteksi serum
24
antibodi IgM terhadap antigen O9 LPS yang sangat spesifik terhadap
color scale yang tersedia. Range dari color scale adalah dari nilai 0
Cara membaca hasil tes Tubex® adalah sebagai berikut menurut IDL
Biotech 2008: 12
Nilai < 2 menunjukan nilai negatif (tidak ada indikasi demam tifoid).
pemeriksaan ulang.
Nilai Tubex® yang menunjukan nilai positif disertai dengan tanda dan
gejala klinis yang sesuai dengan gejala demam tifoid, merupakan indikasi
e. Uji Typhidot®
sama dengan atau lebih besar dari reaksi kontrol, terlihat pada kertas
25
saring komersial yang telah disiapkan. Tes ini memperingatkan, jika hasil
Typhi dalam darah dengan teknik hibridisasi asam nukleat atau amplifikasi
DNA.
1. Non-Medikamentosa
a. Tirah baring
Pasien harus diedukasi untuk tinggal di rumah dan tidak bekerja sampai
pemulihan.2,3,8,12
b. Nutrisi
c. Cairan
Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun
26
komplikasi, penurunan kesadaran serta yang sulit makan. Cairan harus
suhu tubuh yaitu dengan pemberian kompres hangat pada daerah tubuh
2. Medikamentosa
1. Simptomatik
27
dalam hal ini adalah Paracetamol dengan dosis 10 mg/kg/kali minum,
mungkin. Bila tidak mampu intake peroral dapat diberikan via parenteral,
2. Antibiotik
a. Kloramfenikol
dari antibiotik jenis ini adalah mudahnya terjadi relaps atau kambuh,
dan carier.11
b. Cotrimoxazole
28
mg/kg/hari dan Sulfametoxzazole 50 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis.
Untuk pemberian secara syrup dosis yang diberikan untuk anak 4-5
obat ini cenderung lebih aman dan cukup efektif. Dosis yangdiberikan
terapi kloramfenikol.11
mg/kg/hari dibagi dalam 3-4 dosis. Bila mampu untuk sediaan Per oral
29
Pada demam tifoid berat kasus berat seperti delirium, stupor, koma
sehat agar tetapsehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.
yang dibuat dari strain Salmonella typhi yang dilemahkan. Di Indonesia telah
1. Vaksin oral Ty 21 a Vivotif Berna. Vaksin ini tersedia dalam kapsul yang
diminum selang sehari dalam 1 minggu satu jam sebelum makan. Vaksin
2. Vaksin parenteral sel utuh : Typa Bio Farma. Dikenal 2 jenis vaksin yakni,
preserved). Dosis untuk dewasa 0,5 ml, anak 6 –12 tahun 0,25 ml dan
Efek samping adalah demam, nyeri kepala, lesu, bengkak dan nyeri pada
30
tempat suntikan. Kontraindikasi demam, hamil dan riwayat demam pada
pemberian pertama.
laboratorium/mikrobiologi kesehatan.
sehat dengan cara budaya cuci tangan yang benar dengan memakai sabun,
yang cermat dan bersih dalam pengolahan dan penyajian makanan, sejak awal
sanitasi lingkungan.
yang dirawat harus tirah baring dengan sempurna untuk mencegah komplikasi,
terutama perdarahan dan perforasi. Bila klinis berat, penderita harus istirahat
31
total. Bila penyakit membaik, maka dilakukan mobilisasi secara bertahap,
diet.Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun
mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya rendah serat untuk
diklasifikasikan atas : diet cair, bubur lunak, tim dan nasi biasa.
pada wanita hamil, terutama pada trimester III karena dapat menyebabkan
partus prematur, serta janin mati dalam kandungan. Oleh karena itu obat yang
paling aman diberikan pada wanita hamil adalah ampisilin atau amoksilin.
Demam typhoid dapat menjadi penyakit yang semakin berat dan mengancam
32
Pendarahan gastrointestinal (10-20%) dan perforasi intestinal (1-3%), hal ini biasa
terjadi minggu ke-3 dan minggu ke-4. Pendarahan gastrointestinal dan perforasi
intestinal terjadi akibat hiperplasia, ulsersi dan nekrosis dari plak peyeri ileocecal.
cairan segera dan intervensi bedah dengan pemberian antibiotik spektrum luas
neuropsikiatrik.
Namun komplikasi ini sudah jarang terjadi akibat pemberian antibiotik yang tepat.
33
angka mortalitasnya >10%, biasanya karena keterlambatan diagnosis, perawatan,
Relaps dapat timbul beberapa kali. Ind bulan setelah infeksi umumnya
menjadi karier kronis. Resiko menjadi karier pada anak –anak rendah dan
meningkat sesuai usia. Karier kronik terjadi pada 1-5% dari seluruh pasien demam
tifoid.13
34
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : DC
Umur : 3 tahun
Agama : Katolik
Pendidikan : PAUD
B. ANAMNESIS
sejak ± 2 minggu yang lalu (tanggal 21 Agustus 2018). Demam dirasakan naik
turun, demam memberat mulai sore hari dan semakin tinggi pada malam hari,
kemudian demam turun pada pagi hari. Selain itu menurut ibu pasien, pasien
35
seluruh tubuh terasa lemah dan pegal-pegal. Nafsu makan pasien menurun.
Riwayat Pengobatan :
Riwayat Pribadi
makanan, biasanya makanan yang ada dihabiskan untuk satu kali waktu
pasien.
36
Ibu pasien mengaku bahwa selalu memasak air hingga mendidih untuk
C. PEMERIKSAAN FISIK
GCS : E4V5M6 BB : 38 kg
1. Vital Sign
Nadi : 84 x/menit
Temperatur : 39,3oC
2. Status General :
3. Mulut : Bibir sianosis (-), mulut normal, gigi geligi dalam batas
simetris
37
Thorax :
dievaluasi.
4. Auskultasi :
Abdomen :
3. Perkusi : Timpani
4. Palpasi : Nyeri tekan (-) pada regio epigastrik, massa (-), hepar
38
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
E. DIAGNOSIS KERJA
Demam Tifoid
F. RENCANA TERAPI
Tirah baring
Kompres hangat
G. PROGNOSIS
Bonam
yang cukup mengandung cairan, tinggi kalori dan tinggi protein serta
rendah serat.
39
3. Edukasi kepada keluarga atau orang yang kontak dengan pasien diberikan
40
BAB V
PEMBAHASAN
hidup sehat yang diperkenalkan oleh H. L. Blum mencakup 4 faktor yaitu faktor
lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik) dan faktor pelayanan kesehatan (jenis,
cakupan dan kualitasnya). Berikut akan dijelaskan kondisi penyakit yang dialami
1. Faktor Biologis
Keadaan malnutrisi, gizi kurang, atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat
rentan terhadap penyakit termasuk Demam tifoid. Daya tahan tubuh pasien
dalam kondisi yang tidak baik karena pasien kelelahan akibat waktu untuk
sekolah dan bermain yang mencapai 8 jam dalam sehari. Asupan nutrisi pasien
daripada makan makanan yang dimasak oleh ibunya di rumah. Pasien juga
2. Faktor Perilaku
Kebiasaan Mencuci Tangan dengan Sabun setelah Buang Air Besar dan
sebelumMakan
virus patogen dari tubuh, feses atau sumber lain ke makanan. Oleh karenanya
41
kebersihan tangan dengan mencuci tangan perlu mendapat prioritas tinggi,
walaupun hal tersebut sering disepelekan. Cuci tangan yang baik adalah
dengan membilas tangan pada air yang mengalir dan menggunakan sabun atau
cairan antiseptik. Pada pasien dan keluarganya, kebiasaan mencuci tangan ini
sudah diterapkan, terutama cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar,
dengan air yang mengalir tanpa menggunakan sabun. Hal ini menjadi salah
minuman yang mereka konsumsi. Penularan tifus dapat terjadi dimana saja
dan kapan saja, biasanya terjadi melalui konsumsi makanan di luar rumah atau
kurang bersih. Dapat juga disebabkan karena makanan tersebut disajikan oleh
saat memasak. Pasien sering makan di luar rumah terutama saat pasien berada
kebiasaan makan pasien ini menjadi salah satu faktor resiko terjadinya demam
42
Kebiasaan Mencuci Bahan Makanan Mentah yang Akan Dimakan
Langsung
dengan kotoran. Bahan mentah yang hendak dimakan tanpa dimasak terlebih
dahulu misalnya sayuran untuk lalapan, hendaknya dicuci bersih dibawah air
mengingat sumber air bersih pasien belum dapat dikatakan aman dari resiko
pencemaran.
Tangga
typhi, sehingga peralatan makan dan minum harus dicuci dengan sabun agar
menjadi bersih. Pasien selama ini selalu mencuci peralatan makannya dengan
dalam keadaan kotor hingga lebih dari sehari oleh ibunya, dan setelah di cuci
peralatan makan pasien tidak disimpan dalam lemari atau wadah yang bersih.
Hal ini menjadi salah satu faktor resiko penyebab kontaminasi Salmonella
typhi.
43
Kebiasaan Menyimpan Makanan
Makanan yang telah siap saji namun tidak langsung dimakan seharusnya
disimpan pada tempat penyimpanan makanan terolah yang bersih dan dalam
keadaan tertutup untuk melindung makanan dari serangga (lalat). Pada rumah
pasien, makanan siap saji hanya diletakkan di atas meja makan dengan
beku, peka terhadap proses klorinasi dan pasteurisasi pada suhu 63°C.
Organisme ini juga mampu bertahan beberapa minggu di dalam air, es, debu,
sampah kering dan pakaian, mampu bertahan disampah mentah selama satu
minggu dan dapat bertahan dan berkembang biak dalam susu,daging, telur
atau produknya tanpa merubah warna atau bentuknya. Oleh sebab itu
memasakair yang akan diminum merupakan salah satu upaya penting untuk
pasien menjelaskan bahwa air yang dikonsumsi berasal dari air galon isi
ulang yang dibeli dan tidak dimasak terlebih dahulu hingga mendidih
3. Faktor Lingkungan
44
a. Sarana air bersih
Sarana air bersih merupakan salah satu sarana sanitasi yang berkaitan
melalui fekal-oral. Kuman berasal dari tinja atau urin penderita atau
bahkan carrier (pembawa penyakit yang tidak sakit) yang masuk ke dalam
tubuh melalui air dan makanan. Pemakaian air minum yang tercemar
Sarana air bersih adalah semua sarana yang dipakai sebagai sumber
sarana air bersih. Apabila sarana air bersih dibuat memenuhi syarat teknis
kesehatan diharapkan tidak ada lagi pencemaran terhadap air bersih, maka
Persyaratan kesehatan sarana air bersih untuk sumur gali adalah jarak
sumur gali dari sumber pencemar minimal 11 meter, lantai harus kedap
air, tidak retak atau bocor, mudah dibersihkan, tidak tergenang air, tinggi
bibir sumur minimal 80 cm dari lantai, dibuat daribahan yang kuat dan
kedap air, dibuat tutup yang mudah dibuat. Sumur gali yang terdapatdi
kesehatan sarana air bersih, karena sumur gali yang terdapat pada rumah
45
pasien memiliki tinggi bibir sumur kurang dari 80 cm (tinggi bibir sumur
gali 70 cm), jarak sumur gali dari sumber pencemar kurang dari 11 meter
memiliki penutup. Pada daerah di sekitar sumber air bersih pasien tidak
ada sumber pencemar lain seperti tempat pembuangan sampah dan limbah
b. Jamban
berikut:
1) Tidak mencemari sumber air bersih (jarak antara sumber air bersih
2) Tidak berbau.
Pada rumah pasien terdapat jamban model leher angsa yang terdapat di
dalam rumah serta tidak tertutup atap. Jamban di rumah pasien belum
46
gali yang ada di rumah pasien. Kemungkinan proses penyebaran fekal-oral
penyakit tifoid di rumah pasien yang diperantarai oleh lalat sangat kecil,
dan jamban pasien kotor dan tidak rutin dibersihkan setiap seminggu
sekali.
penderita. Tinja penderita yang dihinggapi kecoak, lalat atau semut, siap
disebarkan kemana saja kecoak, lalat atau semut itu pergi. Kalau merayap
di piring, pada makanan, kue, sayuran dan lain-lain, bisa menular kepada
tersebut.
preventif untuk kasus tifoid, walaupun penyakit ini merupakan salah satu
jarang diterima oleh masyarakat umum. Hal ini merupakan salah satu
47
BAB VI
A. KESIMPULAN
Puskesmas Batua.
2. Permasalahan yang ada pada pasien adalah pada faktor biologis: imunitas;
air besar dan sebelum makan (pasien mencuci tangan tanpa menggunakan
hinggalebih dari sehari), kebiasaan memasak air yang akan diminum (ibu
pasien menjelaskan bahwa air yang dikonsumsi berasal dari air galon isi
ulang yang dibeli dan tidak dimasak terlebih dahulu hingga mendidih
pencemar).
B. SARAN
48
imunisasi Tifoid). Pemantauan penggunaan air bersih di masyarakat. Serta,
49
DAFTAR PUSTAKA
2. Widodo, D. Demam tifoid. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
III Ed 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006.
50
11. Tumbelaka AR. Diagnosis dan Tata laksana Demam Tifoid. Dalam
Pediatrics Update, Edisi 1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2003.
12. Soedarmo SS et al. Demam tifoid dalam Buku ajar infeksi & pediatri
tropis, Ed. 2. Jakarta : Badan Penerbit IDAI; 2008.
13. Vollaard AM et al. Risk factors for typhoid and paratyphoid fever in
Jakarta, Indonesia. JAMA. 2004; 291: 2607-15.
51