Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH OBAT-OBATAN

ANTI INFEKSI

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK V

1. GHIAN RIFARDY (G701 14 063)


2. RISKA YANTI (G701 14 206)
3. USWATUN HASANAH (G701 15 103)
4. WIDYASTUTI DARWIS (G701 15 234)
5. ANDRIYANA A. (G701 15 243)
6. MELY OLIVIA M. (G701 15 263)
7. REZKI SAPUTRI ILYAS (G701 15 268)
8. MULIANAH (G701 16 066)
9. MUH. SUARMAN (G701 16 091)
10. NUR INAYANA FATUR R. (G701 16 101)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO
PALU

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah pada mata kuliah
Farmakologi Toksikologi 3.

Dalam penyusunan tugas dan materi ini, tidak sedikit hambatan yang
kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi
ini tidak lain berkat bantuan teman-teman yang telah memberikan dukungan
moral sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran


bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai, Amin.

Penyusun

Kelompok V
DAFTAR ISI
Daftar Isi
Halaman

Sampul .......................................................................................................................
Kata Pengantar ...........................................................................................................
Daftar isi .....................................................................................................................

BAB I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang ...........................................................................................
I.2 Rumusan Masalah ......................................................................................

BAB II Isi
II.1 Pengertian Infeksi ......................................................................................
II.2 Penyebab Penyakit Infeksi.........................................................................
II.3 Mekanisme Terjadinya Penyakit Infeksi....................................................
II.4 Penyebaran Penyakit Infeksi......................................................................
II.5 Akibat yang ditimbulkan oleh Infeksi........................................................
II.6 Pengobatan dan Kemoterapi Penyakit Infeksi...........................................

BAB III Penutup


III.1 Kesimpulan ...............................................................................................
III.2 Saran .........................................................................................................

Daftar Pustaka ............................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh
yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang
muncul selama seseorangtersebut dirawat di rumah sakit dan mulai
menunjukkan suatu gejala selama seseorang itudirawat atau setelah selesai
dirawat disebut infeksi nosokomial. Dalam fisiologi, laten didefinisikan
sebagai jedah waktu antara stimulus dan respon yang terpicu di dalam
suatu organisme.
Virus umumnya segera akan mengkoordinir sintesis protein viral yang
dibutuhkan untuk proliferasi, setelah berhasil melakukan infeksi terhadap
sebuah sel. Mekanisme semacam ini akan mengakibatkan kondisi akut yang
akan segera direspon oleh sistem kekebalan tiruan. Sel T akan dengan mudah
memindai fragmen dari protein viral yang tertera pada permukaan
molekul MHC dan memadamkan infeksi.
Infeksi atau jangkitan adalah kolonalisasi (mengacu pada mikroorganisme
yang tidak bereplikasi pada jaringan yang ditempatinya. Sedangkan "infeksi"
mengacu pada keadaan di mana mikroorganisme bereplikasi dan jaringan
menjadi terganggu) yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme
inang, dan bersifat paling membahayakan inang. Organisme penginfeksi,
atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat
memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen
mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka
kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons
inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya
dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya
definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion,
dan viroid.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari penyakit infeksi ?
2. Apa penyebab penyakit infeksi ?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya penyakit infeksi ?
4. Bagaimana penyebaran penyakit infeksi ?
5. Apa akibat yang ditimbulkan oleh penyakit infeksi ?
6. Bagaimana prinsip pengobatan dan kemoterapi dari penyakit infeksi ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Infeksi


Infeksi merupakan proses invasi dan multiplikasi berbagai
mikroorganisme ke dalam tubuh (seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit),
yang saat dalam keadaan normal, mikroorganisme tersebut tidak terdapat di
dalam tubuh. Sebenarnya, di beberapa tempat dalam tubuh kita pun, seperti di
dalam mulut atau usus, terdapat banyak mikroorganisme yang hidup secara
alamiah dan biasanya tidak menyebabkan infeksi. Namun, dalam beberapa
kondisi, beberapa mikroorganisme tersebut juga dapat menyebabkan
penyakit.
Bakteri, virus, jamur, dan parasit memiliki berbagai cara untuk masuk ke
dalam tubuh. Cara penularannya dibagi menjadi kontak langsung dan tidak
langsung. Kontak langsung terdiri atas penyebaran orang ke orang (misalnya
dari bersin, kontak seksual, atau semacamnya), hewan ke orang (gigitan atau
cakaran binatang, kutu dari binatang peliharaan), atau dari ibu hamil ke
anaknya yang belum lahir melalui plasenta. Kontak tidak langsung terdiri atas
gigitan serangga yang hanya menjadi pembawa dari mikroorganisme atau
vektor (seperti nyamuk, lalat, kutu, tungau) dan kontaminasi air atau
makanan.
Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap
organisme inang, danbersifat pilang membahayakan inang. Organisme
penginfeksi, atau patogen, menggunakan saranayang dimiliki inang untuk
dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen
mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik,
gangrene, kehilangan organtubuh, dan bahkan kematian. Respons inang
terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum,patogen umumnya
dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya
definisinyalebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan
viroid.
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berproliferasi di
dalam tubuh yangmenyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah
invasi tubuh oleh mikroorganisme danberproliferasi dalam jaringan tubuh
(Kozier, at al, 1995). Menurut kamus keperawatan disebutkanbahwa infeksi
adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme dalam jaringan tubuh,
khususnya yangmenimbulkan cedera seluler setempat akibat metabolisme
kompetitif, toksin, replikasi intra seluleratau reaksi antigen-antibodi.
B. Penyebab Penyakit Infeksi
Penyebab infeksi bermacam-macam, mulai dari bakteri, virus,
jamur, hingga parasit. Berikut adalah penjelasan macam-macam infeksi yang
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme.
 Bakteri: Bakteri merupakan organisme yang memilki satu sel. Salah
satu cara bakteri untuk menginfeksi tubuh adalah dengan
mengeluarkan toksin (racun) yand dapat merusak jaringan tubuh.
Bakteri dapat menyebabkan infeksi tenggorokan, infeksi saluran
pencernaan, infeksi pernapasan (seperti TBC), infeksi saluran kemih,
hingga infeksi genital. Terdapat empat kelompok bakteri yang dapat
diklasifikasikan berdasarkan bentuknya: Bacilli, cocci, spirochaetes,
dan vibrio.
o Bacilli berbentuk batang dengan panjang sekitar 0,03 mm.
Penyakit yang biasanya disebabkan oleh bakteri berbentuk
bacilli antara lain tifoid dan sistitis.
o Cocci berbentuk bulatan dengan diameter sekitar 0,001 mm.
Bakteri berbentuk cocci biasanya membentuk kelompok-
kelompok seperti berpasangan, membentuk garis panjang, atau
berkumpul seperti anggur. Penyakit yang biasanya disebabkan
oleh bakteri cocci antara lain infeksi stafilokokus dan
gonorrhea.
o Spirochaetes berbentuk seperti spiral. Bakteri ini
menyebabkan penyakit sifilis.
o Vibrio berbentuk seperti koma. Bakteri ini menyebabkan
penyakit kolera.
 Virus: Virus berukuran lebih kecil dari bakteri dan membutuhkan
host, seperti orang, tanaman, atau hewan, untuk bermultiplikasi. Saat
virus masuk ke dalam tubuh, biasanya ia menginvasi sel tubuh yang
normal dan mengambil alih sel untuk memproduksi virus
lainnya.Virus dapat menyebabkan penyakit yang paling ringan seperti
common cold hingga sangat berat seperti AIDS. Seperti bakteri,
terdapat berbagai bentuk virus yang dapat menyebabkan berbagai
penyakit. Bentuk-bentuk virus tersebut antara lain:
o Icosahedral: Lapisan luarnya terdiri atas 20 sisi datar yang
memberikan bentuk seperti bola. Icosahedral merupakan
bentuk yang dimiliki oleh kebanyakan virus.
o Helical: Lapisan luarnya membentuk seperti batang,
o Enveloped: Lapisan luarnya terbungkus oleh membran yang
longgar, yang dapat berubah-ubah bentuk namun biasanya
sering terlihat seperti bola.
o Kompleks: Tidak memiliki lapisan luar, tapi intinya terlapisi.
 Jamur: Jamur merupakan organisme primitif yang dapat hidup di
udara, tanah, tanaman, atau di dalam air. Beberapa jamur juga hidup
di dalam tubuh manusia. Infeksi jamur biasanya tidak bahaya, namun
beberapa dapat mengancam kehidupan. Jamur merupakan penyebab
banyak penyakit kulit. Penyakit lain yang disebabkan oleh jamur
antara lain infeksi di paru-paru dan sistem saraf. Jamur dapat
menyebar jika seseorang menghirup spora atau menempel langsung di
kulit. Seseorang juga akan lebih mudah terkena jamur jika sistem
imunnya sedang lemah atau sedang meminum antibiotik.
 Parasit: Parasit merupakan mikroorganisme yang membutuhkan
organisme atau host lainnya untuk bertahan. Beberapa parasit tidak
mempengaruhi host yang ia tinggali, sedangkan beberapa lainnya
mengalami pertumbuhan, reproduksi, dan bahkan mengelurkan toksin
(racun) yang menybabkan host mengalami infeksi parasit. Infeksi
parasit disebabkan oleh 3 jenis organisme: protozoa, helminth
(cacing), dan ektoparasit.
o Protozoa merupakan organisme yang hanya mempunyai satu
sel yang dapat hidup dan bermultiplikasi di dalam tubuh
manusia. Infeksi yang disebabkan oleh protozoa antara lain
giardiasis, yaitu infeksi pencernaan yang dapat terjadi akibat
meminum air yang terinfeksi oleh protozoa,
o Helminth marupakan organisme yang memiliki banyak sel
(multi sel) yang biasanya dikenal dengan nama cacing.
Terdapat berbagai jenis cacing yang dapat menginfeksi
manusia, seperti flatworm,tapeworm,ringworm, dan
roundworm.
o Ektoparasit merupakan organisme yang juga memilikibanuak
sel yang biasanya hidup atau makan dari kulit manusia, seperti
nyamuk, lalat, kutu, atau tungau.
C. Mekanisme Terjadinya Penyakit Infeksi
Proses mikroba pathogen agar dapat menimbulkan penyakit infeksi harus
bertemu dengan pejamu yang rentat, melalui dan menyelesaikan tahap – tahap
sebagai berikut :
a. Tahap 1
Mikroba pathogen bergerak menuju tempat yang menguntungkan
(pejamu/penderita) semua mekanisme penyebaran mikroba ptogen
tersebut dapat terjadi di rumah sakit, dengan ilustrasi sebagai berikut :
1. Penularan langsung
Melalui droplet nuclei yang berasal dari petugas, keluarga
/pengunjung, dan penderita lainnya. Kemungkinan lain melalui darah
saat transfuse darah.
2. Penularan tidak langsung
Penularan tidak langsung dapat terjadi sebagai berikut :
a) Vehicle-borne, yaitu penyebaran/penularan mikroba pathogen
melalui benda – benda mati seperti peralatan medis, bahan –
bahan/material medis, atau peralatan makan/minum untuk
penderita.
b) Vector-borne, yaitu penyebaran/penularan mikroba pathogen
dengan perantara vector seperti lalat. luka terbuka, jaringan
nekrotis, luka bakar, dan gengren adalah kasus – kasus yang
rentat dihinggapi lalat.
c) Food-borne, yaitu penyebaran/penularan mikroba pathogen
melalui makanan dan minuman yang disajikan untuk penderita.
Mikroba pathogen dapat ikut menyertainya sehingga
menimbulkan gejala dan keluhan gastrointestinal, baik ringan
maupun berat.
d) Water-borne, kemungkinan terjadinya penyebaran/penularan
penyakit infeksi melalui air kecil sekali, mengingat tersedianya
air bersih di rumah sakit sudah melalui uji baku mutu.
e) Air-born,peluang terjadinya infeksi silang melalui perantara ini
cukup tinggi karena ruangan/bangsal yang relative tertutup, secara
teknis kurang baik ventilasi dan pencahayaannya. Kondisi ini
dapat menjadi lebih buruk dengan jumlah penderita yang cukup
banyak.
b. Tahap II
Upaya berikut dari mikroba pathogen adalah melakukan invasi ke
jaringan/organ pejamu (penderita) dengan cara mencari akses masuk
untuk masing – masing penyakit seperti adanya kerusakan/lesi kulit atau
mukosa dari rongga hidung, rongga mulut, orificium urethrae, dan lain –
lain.
1. Mikroba pathogen masuk ke jaringan/organ melalui lesi kulit. Hal ini
dapat terjadi sewaktu melakukan insisi bedah atau jarum suntuk.
Mikroba pathogen yang dimaksud antara lain virus Hepatitis B
(VHB).
2. Mikroba pathogen masuk melalui kerusakan/lesi mukosa saluran
urogenital karena tindakan invasive seperti:
a) Tindakan kateterisasi, sistoskopi
b) Pemeriksaan dan tindakan ginekologi
c) Pertolongan persalinan per-vaginam patologis baik dengan
bantuan instrument medis, maupun tanpa bantuan instrument
medis.
3. Dengan cara inhalasi, mikroba pathogen masuk melalui rongga
hidung menuju saluran napas. Partikel infeksiosa yang menular berada
diudara dalam bentuk aerosol. Penularan langsung dapat terjadi
melalui percikan ludah apabila terdapat individu yang mengalami
infeksi saluran napas melakukan ekshalasi paksa seperti batuk atau
bersin. Dari penularan tidak langsung juga dapat terjadi apabila udara
dalam ruangan kterkontaminasi. Lama kontak terpapar antara sumber
penularan dan penderita akan meningkatkan resiko penularan. Contoh:
virus influenza dan M. tuberculosis.
4. Dengan cara ingesti, yaitu melalui mulut masuk ke dalam saluran
cerna. Terjadi pada saat mkan dan minum dengan makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Contoh: salmonella, shigella, vibrio,
dan sebagainya.
c. Tahap III
Setelah memperoleh akses masuk, mikroba pathogen segera melakukan
invasi dan mencari jaringan yang sesuai. Selanjutnya melakukan
multiplikasi/berkembang biak disertai dengan tindakan destruktif terhadap
jaringan, walaupun ada upaya perlawanan dari pejamu. Sehingga
terjadilah reaksi infeksi yang mengakibatkan perubahan morfologis dan
gangguan fisiologis/fungsi jaringan.

Reaksi infeksi yang terjadi pada pejamu disebabkan oleh adanya sifat –
sifat spesifik mikroba pathogen.
a. Infeksivitas
Kemampuan mikroba pathogen untuk berinvasi yang merupakan langkah
awal melakukan serangan ke pejamu melalui akses masuk yang tepat dan
selanjutnya mencari jaringan yang cocok untuk melakukan multiplikasi.
b. Virulensi
Langkah mikroba pathogen berikutnya adalah melakukan tindakan
destruktif terhadap jaringan dengan menggunakan enzim perusaknya.
Besar-kecilnya kerusakan jaringan atau cepat-lambatnya kerusakan
jaringan ditentukan oleh potensi virulensi mikroba pathogen.
c. Antigenitas
Selain memiliki kemampuan destruktif, mikroba pathogen juga memiliki
kemampuan merangsang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh pejamu
melalui terbentuknya antibody. Terbentuknya antibody ini akan sangat
berpengaruh terhadap reaksi infeksi selanjutnya.
d. Toksigenitas
Selain memiliki kemampuan destruktif melalui enzim perusaknya,
beberapa jenis mikroba pathogen dapat menghasilkan toksin yang sangat
berpengaruh terhadap perjalanan penyakit.
e. Patogenitas
Sifat – sifat infeksivitas, virulensi, serta toksigenitas mikroba pathogen
pada satu sisi, dan sifat antigenitas mikroba pathogen pada sisi yang lain,
menghasilkan sifat gabungan yang disebut patognitas. Jadi sifat
patogenitas mikroba pathogen dapat dinilai sebagai “derajat keganasan”
mikroba pathogen atau respons pejamu terhadap masuknya kuman
ketubuh pejamu

Reaksi infeksi adalah proses yang terjadi pada pejamu sebagai akibat dari
mikroba pathogen mengimplementasikan ciri – ciri kehidupan terhadap
pejamu. Kerusakan jaringan maupun gangguan fungsi jaringan akan
menimbulkan manifestasi klinis, yaitu manifestasi klinis yang bersifat
sistemik dan manifestasi klinis yang bersifat khusus.
Manifestasi klinis sistemik berupa gejala seperti demam, merasa lemah
dan terasa tidak enak (malaise), nafsu makan menurun, mual, pusing, dan
sebagainya. Sedangkan manifestasi klinis khusus akan memberikan gambaran
klinik sesuai dengan organ yang terserang. Contoh :
a. Bila organ paru trserang, maka akan muncul gambaran klinik seperti
batuk, sesak napas, nyeri dada, gelisah, dan sebagainya.
b. Bila organ alat pencernaan makanan terserang, maka akan muncul
gambaran klinik seperti mual, muntah, kembung, kejang perut, dan
sebagainya.

Mikroba pathogen yang telah bersarang pada jaringan/organ yang sakit kan
terus berkembang biak, sehingga kerusakan dan gangguan fungsi organ
semakin meluas. Demikian seterusnya, dimana pada suatu kesempatan,
mikroba pathogen keluar dari tubuh pejamu (penderita) dan mencari pejamu
baru dengan cara menumpang produk proses metabolisme tubuh atau produk
proses penyakit SSSdari pejamu yang sakit.
D. Penyebaran Penyakit Infeksi
1. Transmisi Langsung
Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk yang sesuai dari
penjamu. Sebagai contoh adalah adanya sentuhan, gigitan, ciuman, atau
adanya droplet nuclei saat bersin, batuk, berbicara atau saat transfusi darah
dengan darah yang terkontaminasi mikroba patogen.
2. Transmisi Tidak Langsung
Penularan mikroba patogen yang memerlukan media perantara baik berupa
barang/bahan, air, udara, makanan/minuman, maupun vektor.
a. Vehicle Borne
Sebagai media perantara penularan adalah barang/bahan yang
terkontaminasi seperti peralatan makan, minum, alat-alat
bedah/kebidanan, peralatan laboratorium, peralatan infus/transfusi.
b. Vektor Borne
Sebagai media perantara adalah vektor (serangga) yang memindahkan
mikroba patogen ke pejamu adalah sebagai berikut:
- Cara Mekanis
Pada kaki serangga melekat kotoran/sputum mikroba patogen, lalu
hinggap pada makanan/minuman, dimana selanjutnya akan masuk ke
saluran cerna pejamu.
- Cara Bologis
Sebelum masuk ke tubuh pejamu, mikroba mengalami siklus
perkembangbiakkan dalam tubuh vektor/serangga, selanjutnya
mikroba dipindahkan ke tubuh pejamu melalui gigitan.
c. Food Borne
Makanan dan minuman adalah media perantara yang cukup efektif
untuk menyebarnya mikroba patogen ke pejamu, yaitu melalui saluran
cerna.
d. Water Borne
Tersedianya air bersih baik secara kuantitatif maupun kualitatif,
terutama untuk kebutuhan rumah sakit adalah mutlak. Kualitas air yang
meliputi aspek fisik, kimiawi, dan bakteriologis diharapkan terbebas
dari mikroba patogen sehingga aman untuk dikonsumsi. Jika tidak,
sebagai media perantara, air sangat mudah menyebarkan mikroba
patogen ke pejamu, melalui pintu masuk saluran cerna atau yang
lainnya.
e. Air Borne
Udara sangat mutlak diperlukan oleh setiap orang, namun adanya udara
yang terkontaminasi oleh mikroba patogen sangat sulit untuk dideteksi.
Mikroba patogen dalam udara masuk ke saluran nafas pejamu dalam
bentuk droplet nuclei yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk atau
bersin, bicara atau bernafas, melalui mulut atau hidung. Sedangkan
debu merupakan partikel yang dapat terbang bersama partikel
lantai/tanah. Penularan melalui udara ini umumnya mudah terjadi di
dalam ruangan yang tertutup seperti di dalam gedung, ruangan/ bangsal/
kamar perawatan, atau pada laboratorium klinik.
E. Dampak yang Ditimbulkan Oleh Infeksi
Gejala dari infeksi bervariasi, bahkan ada sebuah kondisi dimana infeksi
tersebut tidak menimbulkan gejala dan sub klinis. Gejala yang ditimbulkan
kadang bersifat lokal (di tempat masuknya mikroorganisme) atau sistemik
(menyebar ke seluruh tubuh). Gejala paling umum dirasakan oleh orang yang
terkena infeksi adalah demam. Berikut adalah beberapa gejala yang timbul
berdasarkan penyebabnya.
 Bakteri: Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi bakteri bervariasi tergantung
bagian tubuh mana yang diinfeksi. Namun, gejala paling umum adalah
demam. Jika seseorang terkena infeksi bakteri di tenggorokan, maka ia
akan merasakan nyeri tenggorokan, batuk, dan sebagainya. Jika
mengalami infeksi bakteri di pencernaan, maka ia akan merasakan
gangguan pencernaan seperti diare, konstipasi, mual, atau muntah. Dan
jika mengalami infeksi pada saluran kemih, maka ia akan merasakan
keinginan buang air kecil (BAK) yang terus menerus, BAK tidak puas,
atau bahkan nyeri saat BAK.
 Virus: Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi tergantung dari tipe virus,
bagian tubuh yang terinfeksi, usia dan riwayat penyakit pasien, dan faktor
lainnya. Gejala dari infeksi virus dapat mempengaruhi hampir seluruh
bagian tubuh. Gejala yang biasanya ditimbulkan antara lain gejala seperti
flu (demam, mudah lelah, nyeri tenggorokan, nyeri kepala, batuk, pegal-
pegal, dan sebagainya), gangguan pencernaan (diare, mual, muntah,
dsb), rash (kemerahan di kulit), bersin-bersin, malaise, hidung berair dan
tersumbat, pembesaran kelanjar getah bening (KGB), pembengkakan
tonsil, atau bahkan turunnya berat badan.
 Jamur: Kebanyakan jamur menginfeksi kulit, meskipun terdapat bagian
tubuh lain yang dapat terinfeksi seperti paru-paru dan otak. Gejala infeksi
kulit yang disebabkan oleh jamur antara lain gatal, kemerahan, kadang
terdapat rasa terbakar, kulit bersisik, dan sebagainya. Gejala lainnya
tergantung dari tempat yang terinfeksi.
 Parasit: Kebanyakan dari infeksi parasit menyebabkan gejala pencernaan.
Gejala spesifik berdasarkan jenis infeksinya antara lain:
 Malaria: penyakit yang disebabkan oleh plasmodium dan diperantarai
oleh nyamuk. Gejala yang sering muncul antara lain demam,
menggigil, dan penyakit seperti flu.
 Trichomoniasis: penyakit yang disebabkan oleh hubungan seksual.
Gejala yang sering muncul antara lain gatal, kemerahan, iritasi, atau
cairan tidak wajar yang terdapat dari area genital.
 Giardiasis: infeksi saluran pencernaan. Gejala yang sering muncul
antara lain diare, gas, gangguan lambung, feses yang berlendir,
dan dehidrasi.
 Toksoplasmosis: gejala yang sering muncul seperti flu, kelenjar getah
bening yang membengkak dan nyeri, nyeri otot yang berlangusng
selama lebih dari sebulan.
F. Pengobatan dan Kemoterapi Penyakit Infeksi
Infeksi merupakan proses invasi dan multiplikasi berbagai
mikroorganisme ke dalam tubuh (seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit),
Berikut pengobatan Infeksi menurut penyebabnya:
 Bakteri: pengobatan bakteri adalah antibiotik. Namun, antibiotik tidak
dapat digunakan begitu saja. Saat seseorang meminum antibiotik, maka ia
harus mengikuti petunjuk yang diberikan dengan sangat hati-hati. Karena
jika kita tidak memiliki perilaku minum antibiotik yang baik, suatu saat
bakteri yang ingin kita hancurkan sudah terlanjur resisten dengan
antibiotik yang kita minum.
 Virus: Beberapa infeksi virus biasanya dapat dicegah dengan vaksinasi
(seperti campak, hepatitis, dan sebagainya). Antivirus juga biasanya
digunakan dalam mengobati infeksi virus, namun antivirus biasanya hanya
efektif digunakan untuk beberapa infeksi, seperti herpes, hepatitis B dan
C, dan HIV. Infeksi virus ringan sebenarnya bersifat self-limited, atau
dapat sembuh dengan sendirinya. Hanya saja seseorang harus memiliki
daya tahan tubuh yang kuat untuk melawan virus-virus tersebut. Antibiotik
tidak pernah efektif untuk melawan virus.
 Jamur: Jamur biasanya sulit untuk dibunuh. Untuk infeksi kulit dan kuku,
terdapat pengobatan anti jamur topikal yang dapat digunakan dengan cara
dioleskan ke bagian tubuh yang terinfeksi. Namun, jika infeksi jamur
meluas atau serius, maka terdapat pengobatan anti jamur yang bisa
diminum.
 Parasit: Tidak semua parasit memiliki pengobatan. Pengobatan yang
biasanya diberikan untuk orang-orang yang terinfeksi parasit antara lain
antiparasit, seperti antiamuba dan antimalaria.

Seperti diuraikan di depan, klasifikasi antibiotika dan kemoterapetika yang


sering dianjurkan dan digunakan adalah berdasarkan bagaimana kerja
antibiotika tersebut terhadap kuman, yakni antibiotika yang bersifat primer
bakteriostatik dan antibiotika yang bersifat primer bakterisid. Yang termasuk
bakteriostatik di sini misalnya sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol,
eritromisin, trimetropim, linkomisin, klindamisin, asam paraaminosalisilat,
dan lain-lain. Obat-obat bakteriostatik bekerja dengan mencegah pertumbuhan
kuman, tidak membunuhnya, sehingga pembasmian kuman sangat tergantung
pada daya tahan tubuh. Sedangkan antibiotika yang bakterisid, yang secara
aktif membasmi kuman meliputi misalnya penisilin, sefalosporin,
aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol, rifampisin, isoniazid dan lain-
lain.

Semenjak diketemukannya penisilin ataupun obat-obat sulfa pada tahun


1930 an, sampai saat ini berbagai jenis antibiotika dan kemoterapetika banyak
sekali ditemukan dan dikembangkan, baik dengan teknik sintesis ataupun
semisintesis. Pengembangan obat-obat golongan ini merupakan suatu tonggak
kemajuan dalam dunia pengobatan, oleh karena berbagai penyakit infeksi
dapat diobati secara efektif atau pada beberapa keadaan dapat dicegah
terjadinya kecacadan. Contoh yang paling jelas adalah menurunnya kejadian
demam rematik semenjak digunakannya penisilin dalam klinik sebagai
profilaksi primer untuk infeksi streptokokus beta hemolitikus (1), walaupun
jelas penurunan ini bukan semata-mata andil pemakaian antibiotika, tetapi
juga karena membaiknya kondisi sosial-ekonomi. Penemuan berbagai
antibiotika dan kemoterapetika baru juga telah memungkinkan perkembangan
dalam bidang kedokteran lain, misalnya transplantasi organ, operasi
pemasangan protesa (misalnya katup jantung), terapi keganasan dan lain-lain,
yang tidak dapat dilepaskan dari peranan pemakaian antibiotika yang efektif.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Infeksi merupakan proses invasi dan multiplikasi berbagai
mikroorganisme ke dalam tubuh (seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit),
yang saat dalam keadaan normal, mikroorganisme tersebut tidak terdapat
di dalam tubuh.
2. Penyebab infeksi bermacam-macam, mulai dari bakteri, virus,
jamur, hingga parasit.
3. Proses mikroba pathogen agar dapat menimbulkan penyakit infeksi harus
bertemu dengan pejamu yang rentat, melalui dan menyelesaikan tahap –
tahap, yaitu tahap 1 Mikroba pathogen bergerak menuju tempat yang
menguntungkan (pejamu/penderita), tahap 2 Upaya mikroba pathogen
adalah melakukan invasi ke jaringan/organ pejamu (penderita), tahap 3
melakukan multiplikasi/berkembang biak disertai dengan tindakan
destruktif terhadap jaringan.
4. Penyebaran infeksi terdiri dari 2 yaitu transmisi langsung dan transmisi
tidak langsung
5. Gejala dari infeksi bervariasi, bahkan ada sebuah kondisi dimana infeksi
tersebut tidak menimbulkan gejala dan sub klinis. Gejala yang ditimbulkan
kadang bersifat lokal (di tempat masuknya mikroorganisme) atau sistemik
(menyebar ke seluruh tubuh). Gejala paling umum dirasakan oleh orang
yang terkena infeksi adalah demam.
6. Pengbatan penyait infeksi didasarkan pada penyebab dari infeksi itu
sendiri. Contohnya: infeksi disebabkan bakteri pengobatannya berupa
antibiotik
DAFTAR PUSTAKA

Tjay, T.H. dan Rahardja, K. Obat-Obat Penting: khasiat, penggunaan dan efek
sampingnya. Farmakologi Umum. PT Elex Media Komputindo. Jakarta,
2007. hal: 3 – 4
Lullman, H et al. Color Atlas of Pharmacology 2nd edition. General
Pharmacology. Thieme, 2000. hal: 2 – 3
Katzung, B.G., Basic and Clinical Pharmacology 10th edition, Development and
Regulation of Drugs, LANGE McGraw Hill, 2006

Anda mungkin juga menyukai