Makalah Obat
Makalah Obat
ANTI INFEKSI
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK V
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah pada mata kuliah
Farmakologi Toksikologi 3.
Dalam penyusunan tugas dan materi ini, tidak sedikit hambatan yang
kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi
ini tidak lain berkat bantuan teman-teman yang telah memberikan dukungan
moral sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
waktu.
Penyusun
Kelompok V
DAFTAR ISI
Daftar Isi
Halaman
Sampul .......................................................................................................................
Kata Pengantar ...........................................................................................................
Daftar isi .....................................................................................................................
BAB I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang ...........................................................................................
I.2 Rumusan Masalah ......................................................................................
BAB II Isi
II.1 Pengertian Infeksi ......................................................................................
II.2 Penyebab Penyakit Infeksi.........................................................................
II.3 Mekanisme Terjadinya Penyakit Infeksi....................................................
II.4 Penyebaran Penyakit Infeksi......................................................................
II.5 Akibat yang ditimbulkan oleh Infeksi........................................................
II.6 Pengobatan dan Kemoterapi Penyakit Infeksi...........................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh
yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang
muncul selama seseorangtersebut dirawat di rumah sakit dan mulai
menunjukkan suatu gejala selama seseorang itudirawat atau setelah selesai
dirawat disebut infeksi nosokomial. Dalam fisiologi, laten didefinisikan
sebagai jedah waktu antara stimulus dan respon yang terpicu di dalam
suatu organisme.
Virus umumnya segera akan mengkoordinir sintesis protein viral yang
dibutuhkan untuk proliferasi, setelah berhasil melakukan infeksi terhadap
sebuah sel. Mekanisme semacam ini akan mengakibatkan kondisi akut yang
akan segera direspon oleh sistem kekebalan tiruan. Sel T akan dengan mudah
memindai fragmen dari protein viral yang tertera pada permukaan
molekul MHC dan memadamkan infeksi.
Infeksi atau jangkitan adalah kolonalisasi (mengacu pada mikroorganisme
yang tidak bereplikasi pada jaringan yang ditempatinya. Sedangkan "infeksi"
mengacu pada keadaan di mana mikroorganisme bereplikasi dan jaringan
menjadi terganggu) yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme
inang, dan bersifat paling membahayakan inang. Organisme penginfeksi,
atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat
memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen
mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka
kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons
inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya
dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya
definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion,
dan viroid.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari penyakit infeksi ?
2. Apa penyebab penyakit infeksi ?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya penyakit infeksi ?
4. Bagaimana penyebaran penyakit infeksi ?
5. Apa akibat yang ditimbulkan oleh penyakit infeksi ?
6. Bagaimana prinsip pengobatan dan kemoterapi dari penyakit infeksi ?
BAB II
PEMBAHASAN
Reaksi infeksi yang terjadi pada pejamu disebabkan oleh adanya sifat –
sifat spesifik mikroba pathogen.
a. Infeksivitas
Kemampuan mikroba pathogen untuk berinvasi yang merupakan langkah
awal melakukan serangan ke pejamu melalui akses masuk yang tepat dan
selanjutnya mencari jaringan yang cocok untuk melakukan multiplikasi.
b. Virulensi
Langkah mikroba pathogen berikutnya adalah melakukan tindakan
destruktif terhadap jaringan dengan menggunakan enzim perusaknya.
Besar-kecilnya kerusakan jaringan atau cepat-lambatnya kerusakan
jaringan ditentukan oleh potensi virulensi mikroba pathogen.
c. Antigenitas
Selain memiliki kemampuan destruktif, mikroba pathogen juga memiliki
kemampuan merangsang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh pejamu
melalui terbentuknya antibody. Terbentuknya antibody ini akan sangat
berpengaruh terhadap reaksi infeksi selanjutnya.
d. Toksigenitas
Selain memiliki kemampuan destruktif melalui enzim perusaknya,
beberapa jenis mikroba pathogen dapat menghasilkan toksin yang sangat
berpengaruh terhadap perjalanan penyakit.
e. Patogenitas
Sifat – sifat infeksivitas, virulensi, serta toksigenitas mikroba pathogen
pada satu sisi, dan sifat antigenitas mikroba pathogen pada sisi yang lain,
menghasilkan sifat gabungan yang disebut patognitas. Jadi sifat
patogenitas mikroba pathogen dapat dinilai sebagai “derajat keganasan”
mikroba pathogen atau respons pejamu terhadap masuknya kuman
ketubuh pejamu
Reaksi infeksi adalah proses yang terjadi pada pejamu sebagai akibat dari
mikroba pathogen mengimplementasikan ciri – ciri kehidupan terhadap
pejamu. Kerusakan jaringan maupun gangguan fungsi jaringan akan
menimbulkan manifestasi klinis, yaitu manifestasi klinis yang bersifat
sistemik dan manifestasi klinis yang bersifat khusus.
Manifestasi klinis sistemik berupa gejala seperti demam, merasa lemah
dan terasa tidak enak (malaise), nafsu makan menurun, mual, pusing, dan
sebagainya. Sedangkan manifestasi klinis khusus akan memberikan gambaran
klinik sesuai dengan organ yang terserang. Contoh :
a. Bila organ paru trserang, maka akan muncul gambaran klinik seperti
batuk, sesak napas, nyeri dada, gelisah, dan sebagainya.
b. Bila organ alat pencernaan makanan terserang, maka akan muncul
gambaran klinik seperti mual, muntah, kembung, kejang perut, dan
sebagainya.
Mikroba pathogen yang telah bersarang pada jaringan/organ yang sakit kan
terus berkembang biak, sehingga kerusakan dan gangguan fungsi organ
semakin meluas. Demikian seterusnya, dimana pada suatu kesempatan,
mikroba pathogen keluar dari tubuh pejamu (penderita) dan mencari pejamu
baru dengan cara menumpang produk proses metabolisme tubuh atau produk
proses penyakit SSSdari pejamu yang sakit.
D. Penyebaran Penyakit Infeksi
1. Transmisi Langsung
Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk yang sesuai dari
penjamu. Sebagai contoh adalah adanya sentuhan, gigitan, ciuman, atau
adanya droplet nuclei saat bersin, batuk, berbicara atau saat transfusi darah
dengan darah yang terkontaminasi mikroba patogen.
2. Transmisi Tidak Langsung
Penularan mikroba patogen yang memerlukan media perantara baik berupa
barang/bahan, air, udara, makanan/minuman, maupun vektor.
a. Vehicle Borne
Sebagai media perantara penularan adalah barang/bahan yang
terkontaminasi seperti peralatan makan, minum, alat-alat
bedah/kebidanan, peralatan laboratorium, peralatan infus/transfusi.
b. Vektor Borne
Sebagai media perantara adalah vektor (serangga) yang memindahkan
mikroba patogen ke pejamu adalah sebagai berikut:
- Cara Mekanis
Pada kaki serangga melekat kotoran/sputum mikroba patogen, lalu
hinggap pada makanan/minuman, dimana selanjutnya akan masuk ke
saluran cerna pejamu.
- Cara Bologis
Sebelum masuk ke tubuh pejamu, mikroba mengalami siklus
perkembangbiakkan dalam tubuh vektor/serangga, selanjutnya
mikroba dipindahkan ke tubuh pejamu melalui gigitan.
c. Food Borne
Makanan dan minuman adalah media perantara yang cukup efektif
untuk menyebarnya mikroba patogen ke pejamu, yaitu melalui saluran
cerna.
d. Water Borne
Tersedianya air bersih baik secara kuantitatif maupun kualitatif,
terutama untuk kebutuhan rumah sakit adalah mutlak. Kualitas air yang
meliputi aspek fisik, kimiawi, dan bakteriologis diharapkan terbebas
dari mikroba patogen sehingga aman untuk dikonsumsi. Jika tidak,
sebagai media perantara, air sangat mudah menyebarkan mikroba
patogen ke pejamu, melalui pintu masuk saluran cerna atau yang
lainnya.
e. Air Borne
Udara sangat mutlak diperlukan oleh setiap orang, namun adanya udara
yang terkontaminasi oleh mikroba patogen sangat sulit untuk dideteksi.
Mikroba patogen dalam udara masuk ke saluran nafas pejamu dalam
bentuk droplet nuclei yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk atau
bersin, bicara atau bernafas, melalui mulut atau hidung. Sedangkan
debu merupakan partikel yang dapat terbang bersama partikel
lantai/tanah. Penularan melalui udara ini umumnya mudah terjadi di
dalam ruangan yang tertutup seperti di dalam gedung, ruangan/ bangsal/
kamar perawatan, atau pada laboratorium klinik.
E. Dampak yang Ditimbulkan Oleh Infeksi
Gejala dari infeksi bervariasi, bahkan ada sebuah kondisi dimana infeksi
tersebut tidak menimbulkan gejala dan sub klinis. Gejala yang ditimbulkan
kadang bersifat lokal (di tempat masuknya mikroorganisme) atau sistemik
(menyebar ke seluruh tubuh). Gejala paling umum dirasakan oleh orang yang
terkena infeksi adalah demam. Berikut adalah beberapa gejala yang timbul
berdasarkan penyebabnya.
Bakteri: Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi bakteri bervariasi tergantung
bagian tubuh mana yang diinfeksi. Namun, gejala paling umum adalah
demam. Jika seseorang terkena infeksi bakteri di tenggorokan, maka ia
akan merasakan nyeri tenggorokan, batuk, dan sebagainya. Jika
mengalami infeksi bakteri di pencernaan, maka ia akan merasakan
gangguan pencernaan seperti diare, konstipasi, mual, atau muntah. Dan
jika mengalami infeksi pada saluran kemih, maka ia akan merasakan
keinginan buang air kecil (BAK) yang terus menerus, BAK tidak puas,
atau bahkan nyeri saat BAK.
Virus: Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi tergantung dari tipe virus,
bagian tubuh yang terinfeksi, usia dan riwayat penyakit pasien, dan faktor
lainnya. Gejala dari infeksi virus dapat mempengaruhi hampir seluruh
bagian tubuh. Gejala yang biasanya ditimbulkan antara lain gejala seperti
flu (demam, mudah lelah, nyeri tenggorokan, nyeri kepala, batuk, pegal-
pegal, dan sebagainya), gangguan pencernaan (diare, mual, muntah,
dsb), rash (kemerahan di kulit), bersin-bersin, malaise, hidung berair dan
tersumbat, pembesaran kelanjar getah bening (KGB), pembengkakan
tonsil, atau bahkan turunnya berat badan.
Jamur: Kebanyakan jamur menginfeksi kulit, meskipun terdapat bagian
tubuh lain yang dapat terinfeksi seperti paru-paru dan otak. Gejala infeksi
kulit yang disebabkan oleh jamur antara lain gatal, kemerahan, kadang
terdapat rasa terbakar, kulit bersisik, dan sebagainya. Gejala lainnya
tergantung dari tempat yang terinfeksi.
Parasit: Kebanyakan dari infeksi parasit menyebabkan gejala pencernaan.
Gejala spesifik berdasarkan jenis infeksinya antara lain:
Malaria: penyakit yang disebabkan oleh plasmodium dan diperantarai
oleh nyamuk. Gejala yang sering muncul antara lain demam,
menggigil, dan penyakit seperti flu.
Trichomoniasis: penyakit yang disebabkan oleh hubungan seksual.
Gejala yang sering muncul antara lain gatal, kemerahan, iritasi, atau
cairan tidak wajar yang terdapat dari area genital.
Giardiasis: infeksi saluran pencernaan. Gejala yang sering muncul
antara lain diare, gas, gangguan lambung, feses yang berlendir,
dan dehidrasi.
Toksoplasmosis: gejala yang sering muncul seperti flu, kelenjar getah
bening yang membengkak dan nyeri, nyeri otot yang berlangusng
selama lebih dari sebulan.
F. Pengobatan dan Kemoterapi Penyakit Infeksi
Infeksi merupakan proses invasi dan multiplikasi berbagai
mikroorganisme ke dalam tubuh (seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit),
Berikut pengobatan Infeksi menurut penyebabnya:
Bakteri: pengobatan bakteri adalah antibiotik. Namun, antibiotik tidak
dapat digunakan begitu saja. Saat seseorang meminum antibiotik, maka ia
harus mengikuti petunjuk yang diberikan dengan sangat hati-hati. Karena
jika kita tidak memiliki perilaku minum antibiotik yang baik, suatu saat
bakteri yang ingin kita hancurkan sudah terlanjur resisten dengan
antibiotik yang kita minum.
Virus: Beberapa infeksi virus biasanya dapat dicegah dengan vaksinasi
(seperti campak, hepatitis, dan sebagainya). Antivirus juga biasanya
digunakan dalam mengobati infeksi virus, namun antivirus biasanya hanya
efektif digunakan untuk beberapa infeksi, seperti herpes, hepatitis B dan
C, dan HIV. Infeksi virus ringan sebenarnya bersifat self-limited, atau
dapat sembuh dengan sendirinya. Hanya saja seseorang harus memiliki
daya tahan tubuh yang kuat untuk melawan virus-virus tersebut. Antibiotik
tidak pernah efektif untuk melawan virus.
Jamur: Jamur biasanya sulit untuk dibunuh. Untuk infeksi kulit dan kuku,
terdapat pengobatan anti jamur topikal yang dapat digunakan dengan cara
dioleskan ke bagian tubuh yang terinfeksi. Namun, jika infeksi jamur
meluas atau serius, maka terdapat pengobatan anti jamur yang bisa
diminum.
Parasit: Tidak semua parasit memiliki pengobatan. Pengobatan yang
biasanya diberikan untuk orang-orang yang terinfeksi parasit antara lain
antiparasit, seperti antiamuba dan antimalaria.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Infeksi merupakan proses invasi dan multiplikasi berbagai
mikroorganisme ke dalam tubuh (seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit),
yang saat dalam keadaan normal, mikroorganisme tersebut tidak terdapat
di dalam tubuh.
2. Penyebab infeksi bermacam-macam, mulai dari bakteri, virus,
jamur, hingga parasit.
3. Proses mikroba pathogen agar dapat menimbulkan penyakit infeksi harus
bertemu dengan pejamu yang rentat, melalui dan menyelesaikan tahap –
tahap, yaitu tahap 1 Mikroba pathogen bergerak menuju tempat yang
menguntungkan (pejamu/penderita), tahap 2 Upaya mikroba pathogen
adalah melakukan invasi ke jaringan/organ pejamu (penderita), tahap 3
melakukan multiplikasi/berkembang biak disertai dengan tindakan
destruktif terhadap jaringan.
4. Penyebaran infeksi terdiri dari 2 yaitu transmisi langsung dan transmisi
tidak langsung
5. Gejala dari infeksi bervariasi, bahkan ada sebuah kondisi dimana infeksi
tersebut tidak menimbulkan gejala dan sub klinis. Gejala yang ditimbulkan
kadang bersifat lokal (di tempat masuknya mikroorganisme) atau sistemik
(menyebar ke seluruh tubuh). Gejala paling umum dirasakan oleh orang
yang terkena infeksi adalah demam.
6. Pengbatan penyait infeksi didasarkan pada penyebab dari infeksi itu
sendiri. Contohnya: infeksi disebabkan bakteri pengobatannya berupa
antibiotik
DAFTAR PUSTAKA
Tjay, T.H. dan Rahardja, K. Obat-Obat Penting: khasiat, penggunaan dan efek
sampingnya. Farmakologi Umum. PT Elex Media Komputindo. Jakarta,
2007. hal: 3 – 4
Lullman, H et al. Color Atlas of Pharmacology 2nd edition. General
Pharmacology. Thieme, 2000. hal: 2 – 3
Katzung, B.G., Basic and Clinical Pharmacology 10th edition, Development and
Regulation of Drugs, LANGE McGraw Hill, 2006