Anda di halaman 1dari 11

KADMIUM SEBAGAI PARAMETER PENCEMARAN LINGKUNGAN

ABSTRAK
Lingkungan akan terjadi penururan kualitas bila kadar pencemaran
semakin tinggi dan tidak dilakukan penanganan lebih lanjut. Kadmium merupakan
salah satu parameter pencemaran lingkungan yang memiliki warna putih perak,
termasuk kedalam logam berat karena memiliki molekul yang tinggi. Kadmium
dikatakan dapat mencemari lingkungan karena tergolong limbah b3 (bahan
berbahaya dan beracun) yang dapat merusak lingkungan. Kadmium sering
digunakan dalam industri logam yang apabila limbah kadmiumnya tidak diolah
dan dibuang dengan benar dapat berbahaya bagi lingkungan dan manusia.
Kata Kunci : kadmium, pencemaran lingkungan, limbah b3, logam berat.

LATAR BELAKANG
Masalah pencemaran lingkungan semakin marak diperbincangkan karena
sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Kadmium merupakan salah satu
parameter pencemaran lingkungan yang permasalahannya sering terjadi pada
lingkungan air.

METODE
Artikel Ilmiah yang ditulis mencakup definisi Kadmium (Cd), baku mutu,
cara pengukuran yan sesuai standar nasional indonesia (SNI), dan hubungan
parameter Cd dengan parameter lain. Sumber referensi artikel ilmiah ini
didapatkan dari buku literatur dan jurnal ilmiah dengan memanfaatkan internet.;

PEMBAHASAN

1. Definisi Kadmium (Cd)


Kadmium merupakan hasil sampingan dari pengolahan bijih logam seng
(Zn), yang digunakan sebagai pengganti seng. Unsur ini bersifat lentur, tahan
terhadap tekanan, memiliki titik lebur rendah serta dapat dimanfaatkan untuk
pencampur logam lain seperti nikel, perak, tembaga, dan besi. Senyawa
kadmium juga digunakan bahan kimia, bahan fotografi, pembuatan tabung TV,
cat, karet, sabun, kembang api, percetakan tekstil dan pigmen untuk gelas dan
email gigi (Jensen et al., 1981).
Kadmium adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak
larut dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan Kadmium Oksida bila
dipanaskan. Kadmium (Cd) umumnya terdapat dalam kombinasi dengan klor
(Cd Klorida) atau belerang (Cd Sulfit). Kadmium membentuk Cd2+ yang
bersifat tidak stabil. Cd memiliki nomor atom 40, berat atom 112,4, titik leleh
321°C, titik didih 767°C dan memiliki masa jenis 8,65 g/cm3 (Widowati,
2008).
Logam kadmium (Cd) memiliki karakteristik berwarna putih keperakan
seperti logam aluminium, tahan panas, tahan terhadap korosi.kadmium (Cd)
digunakan untuk elektrolisis, bahan pigmen untuk industri cat, enamel dan
plastik. Logam kadmium (Cd) biasanya selalu dalam bentuk campuran dengan
logam lain terutama dalam pertambangan timah hitam dan seng (Darmono
1995). Kadmium (Cd) adalah metal berbentuk kristal putih keperakan. Cd
didapat bersama-sama Zn, Cu, Pb, dalam jumlah yang kecil. Kadmium (Cd)
didapat pada industri alloy, pemurnian Zn, pestisida, dan lain- lain (Said,
2008). Logam Cd mempunyai penyebaran sangat luas di alam, tetapi hanya
satu jenis mineral kadmium di alam yaitu greennockite (CdS) yang selalu
ditemukan bersamaan dengan mineral spalerite (ZnS) (Arifin, 2008). Kadmium
digunakan pula dalam pembuatan solder dan digunakan sebagai pembuat
baterai Ni-Cd (Yulianto, 2006).

2. Baku Mutu Kadmium (Cd)


A. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 1995
yang memuat baku mutu limbah cair umum bagi kegiatan industri,
kadmium dengan temperatur 38°C memiliki baku mutu sebesar 0,05 mg/L.
Sedangkan bagi limbah golongan kedua dengan temperatur 40°C kandungan
kadmium sesuai dengan baku mutu sebesar 0,1 mg/l. Kadar paling tinggi
kadmium yang terkandung dalam air limbah bagi usaha dan kegiatan
industri pelapisan logam adalah 0,05 mg/l dan beban pencemaran paling
tinggi adalah 0,001 gram/m3.
B. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 492
tahun 2010 tentang persyaratan kualitas air minum dimana ada standar baku
untuk air yang layak dikonsumsi setelah mengalami pengolahan air bersih.
Baku mutu untuk standar air minum yang mengandung logam berat, untuk
kandungan kadmium maksimal 0,003 mg/l.
C. Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No.
5 Tahun 2014 tentang baku mutu Air Limbah, standar maksimum kadmium
yang terkandung dalam air limbah bagi usaha dan kegiatan industri keramik
adalah 0,1 mg/l. Kadar paling tinggi kadmium yang terkandung dalam air
limbah bagi usaha dan kegiatan industri cat adalah 0,1 mg/l dan beban
pencemaran paling tinggi adalah 0,04 gram/m3. Sedangkan konsentrasi
paling tinggi kadmium yang terkandung dalam air limbah bagi usaha dan
kegiatan fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebesar 0,05 mg/l.
D. Berdasarkan Permenkes Republik Indonesia No, 32 Tahun 2017 tentang
standar baku kesehatan lingkungan untuk media air keperluan higene
sanitasi, standar baku yang telah ditetapkan adalah 0,005 mg/l.

3. Cara Pengukuran Kadmium Sesuai SNI


A. Cara Uji Kadar Kadmium (Cd) dengan Spektrofotometer Serapan Atom
(SSA) secara Tungku Karbon (SNI 06-6989.38-2005)

 Prinsip
Contoh uji air dan air limbah ditambahkan asam nitrat kemudian
dilanjutkan dengan pemanasan yang bertujuan untuk melarutkan analit
kadmium dan menghilangkan zat-zat pengganggu, selanjutnya diukur
serapannya dengan SSA tungku karbon dengan gas argon sebagai gas
pembawa.

 Bahan
Larutan induk kadmium 100 mg/L, asam nitrat (HNO3) pekat, air
bebas logam, dan gas argon.

 Peralatan
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) tungku karbon, alat
pemanas, labu ukur (50 mL, 100 mL dan 1000 mL), gelas piala 100 mL,
pipet volumetrik (1,0 mL; 2,0 mL; 5,0 mL dan 10 mL), kaca arloji
berdiameter 5 cm, gelas ukur 100 mL, pipet ukur 10 mL, alat penyaring
dengan ukuran pori 0,45 pm dilengkapi dengan filter holder dan pompa,
dan kertas saring.

 Persiapan dan pengawetan contoh uji


Bila contoh uji tidak dapat segera dianalisis, maka contoh uji
diawetkan dengan menambahkan HNO3 pekat sampai pH kurang dari 2
dengan waktu penyimpanan maksimal 6 bulan. Catatan bila Cd terlarut
yang akan dianalisis, maka penambahan asam nitrat dilakukan setelah
penyaringan.

 Persiapan pengujian
a. Persiapan contoh uji
1) Homogenkan contoh uji, masukkan 50 mL contoh uji ke dalam
gelas piala 100 mL;
2) Tambahkan 5 mL HNO3 pekat dan panaskan perlahan-lahan
sampai sisa volumenya 15 mL sampai dengan 20 mL;
3) Tambahkan lagi 5 mL HNO3 pekat, kemudian tutup gelas piala
dengan kaca arloji dan panaskan lagi;
4) Lanjutkan penambahan asam dan pemanasan sampai semua logam
larut, yang terlihat dari warna endapan dalam contoh uji menjadi
agak putih atau contoh uji menjadi jernih;
5) Tambah lagi 2 mL HNO3 pekat dan panaskan kira-kira 10 menit;
6) Bilas kaca arloji dan masukkan air bilasannya ke dalam gelas piala;
7) Pindahkan contoh uji masing-masing ke dalam labu ukur 50 mL
dan tambahkan air suling sampai tepat pada tanda tera;
8) Contoh uji siap diukur.
b. Pembuatan larutan baku kadmium 10 mg/L
1) Pipet 10 mL larutan induk kadmium 100 mg/L dan masukkan ke
dalam labu ukur 100 mL;
2) Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera.
c. Pembuatan larutan baku kadmium 1 mg/L
1) Pipet 10 mL larutan baku kadmium 10 mg/L dan masukkan ke
dalam labu ukur 100 mL;
2) Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera.

d. Pembuatan larutan baku kadmium 0,1 mg/L


1) Pipet 10 mL larutan baku kadmium 1 mg/L kedalam labu ukur 100
mL;
2) Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera.
e. Pembuatan larutan kerja kadmium
1) Pipet 0 mL; 1,0 mL; 2,0 mL; 5,0 mL dan 10 mL larutan baku
kadmium 0,1 mg/L dan masukkan masing-masing ke dalam labu
ukur 100 mL;
2) Tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda tera kemudian
dihomogenkan sehingga diperoleh kadar kadmium 0 Rg/L, 1,04/L ,
2,0 Rg/L ; 5,04/L dan 10,0 mg/L.

 Prosedur dan pembuatan kurva kalibrasi


a. Pembuatan kurva kalibrasi
1) Atur alat SSA dan optimasikan sesuai dengan petunjuk penggunaan
alat untuk pengukuran kadmium;
2) Suntikkan larutan kerja ke dalam tungku karbon dan panaskan
tungku karbon, kemudian catat serapannya. Ulangi hal yang sama
untuk larutan kerja lainnya;
3) Buat kurva kalibrasi dari data 2) di atas, dan atau tentukan
persamaan garis lurusnya.
b. Cara uji
1) Suntikkan contoh uji ke dalam tungku karbon alat SSA dan
panaskan tungku karbon;
2) Catat serapannya.
c. Perhitungan
Kadar kadmium (pg/L) = C X fp
Dengan pengertian: C adalah kadar yang didapat dari hasil
pengukuran (pg/L); fp adalah faktor pengenceran.

B. Cara Uji kadmium (Cd) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) –


nyala (SNI 06-6989.16-2004)

 Prinsip
Penambahan asam nitrat bertujuan untuk melarutkan analit logam
dan menghilangkan zat-zat pengganggu yang terdapat dalam contoh uji
air dan air limbah dengan bantuan pemanas listrik, kemudian diukur
dengan SSA menggunakan gas asetilen, C2H2.

 Bahan
Air suling, asam nitrat, HNO3, larutan standar kadmium, dan gas
asetilen, C2H2.

 Peralatan
SSA, lampu holow katoda Cd, gelas piala 250 mL, pipet ukur (5
mL; 10 mL dan 20 mL), labu ukur 100 mL, corong gelas, pemanas
listrik;, kertas saring whatman 40 dengan ukuran pori θ 0.42 µm, dan
labu semprot.

 Persiapan dan pengawetan contoh uji


Bila contoh uji tidak dapat segera dianalisa, maka contoh uji
diawetkan dengan penambahan HNO3 p sampai pH kurang dari 2 dengan
waktu simpan maksimal 6 bulan.

 Persiapan pengujian
a. Persiapan contoh uji
1) Masukkan 100 mL contoh uji yang sudah dikocok sampai homogen
ke dalam gelas piala.
2) Tambahkan 5 mL asam nitrat.
3) Panaskan di pemanas listrik sampai larutan contoh uji hampir
kering.
4) Ditambahkan 50 mL air suling, masukan ke dalam labu ukur 100
mL melalui kertas saring dan ditepatkan 100 mL dengan air suling.
b. Pembuatan larutan baku logam kadmium, Cd 100 mg/L
1) Pipet 10 mL larutan induk logam kadmium, Cd 1000 mg/L ke
dalam labu ukur 100 mL.
2) Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera.
c. Pembuatan larutan baku logam kadmium, Cd 10 mg/L
1) Pipet 50 mL larutan standar kadmium, Cd 100 mg/L ke dalam labu
ukur 500 mL.
2) Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera.
d. Pembuatan larutan kerja logam kadmium, Cd
1) Pipet 0,0 mL; 0,5 mL; 1 mL; 2 mL; 5 mL; 10 mL dan 20 mL
larutan baku kadmium, Cd 10 mg/L masing-masing ke dalam labu
ukur 100 mL.
2) Tambahkan larutan pengencer sampai tepat tanda tera sehingga
diperoleh konsentrasi logam besi 0,0 mg/L; 0,05 mg/L; 0,5 mg/L;
0,1 mg/L; dan 0,2 mg/L.

 Prosedur dan pembuatan kurva kalibrasi


1) Optimalkan alat SSA sesuai petunjuk penggunaan alat.
2) Ukur masing-masing larutan kerja yang telah dibuat pada panjang
gelombang 228,8 nm.
3) Buat kurva kalibrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresi.
4) Lanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah di persiapkan.

 Perhitungan
Konsentrasi logam kadmium, Cd dihitung sebagai berikut:
Cd (mg/L) = C x fp
dengan pengertian: C adalah konsentrasi yang didapat hasil pengukuran
(mg/L); fp adalah faktor pengenceran.
Persen temu balik (% recovery, %)
% R = (A – B x 100 %)/C
dengan pengertian: A adalah kadar contoh uji yang di spike; B adalah
kadar contoh uji yang tidak di spike; dan C adalah kadar standar yang
diperoleh (target value)

4. Hubungan Kadmium dengan Parameter Lain


Berikut adalah gambar grafik hubungan kadmium dengan parameter lain :.
 Hubungan antara Kadmium dengan Temperatur

Gambar 1. Regresi Konsentrasi Kadmium dan Suhu Perairan (Rachmawatie, 2009)


Jika dilihat dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
suatu temperatur, maka semakin tinggi pula kadar Kadmiumnya, yang
artinya temperatur dan kadmium berbanding lurus. Hal ini dikarenakan
kenaikan suhu air akan mengurangi adsorpsi senyawa logam berat pada
partikulat. Suhu air yang lebih dingin akan meningkatkan adsorpsi logam
berat ke partikulat untuk mengendap di dasar. Sementara saat suhu air naik,
senyawa logam berat akan melarut di air karena penurunan laju adsorpsi ke
dalam partikulat (Palar, 2004).

 Hubungan antara Kadmium dengan pH


Gambar 2. Regresi Konsentrasi Kadmium dan pH Perairan (Rachmawatie, 2009)
Jika dilihat dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
pH, maka semakin rendah kadar kadmiumnyanya, yang artinya pH dan
kadmium berbanding terbalik. Hal ini dikarenakan Kenaikan pH
menurunkan kelarutan logam dalam air, karena kenaikan pH mengubah
kestabilan dari bentuk karbonat menjadi hidroksida yang membentuk ikatan
dengan partikel pada perairan, sehingga akan mengendap membentuk
lumpur (Palar, 2004).

 Hubungan antara Kadmium dengan DO

Gambar 3. Regresi Kadmium dan DO (Rachmawatie , 2009)


Jika dilihat dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
oksigen terlarut, maka semakin tinggi pula kadar Kadmiumnya, yang artinya
DO dan kadmium berbanding lurus. Hal ini dikarenakan pada daerah yang
kekurangan oksigen, misalnya akibat kontaminasi bahan-bahan organik,
daya larut logam berat akan menjadi lebih rendah dan mudah mengendap
(Ramlal, 1987).
 Hubungan antara Kadmium dengan TSS
Gambar 4. Regresi Kadmium dan TSS (Rachmawatie , 2009)
Jika dilihat dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
zat padat tersuspensi, maka semakin rendah kadar kadmiumnya, yang
artinya TSS dan kadmium berbanding terbalik. Hal ini dikarenakan
konsentrasi Cd akan menurun seiring dengan naiknya TSS. Hal ini terjadi
karena padatan tersuspensi mengikat Cd dalam kolom perairan. Pengikatan
menjadikan Cd yang terlarut dalam perairan mengendap di dasar perairan.
Sehingga kadar Cd di kolom perairan menjadi lebih rendah (Rachmawatie,
2009).

KESIMPULAN
Kadmium merupakan hasil sampingan dari pengolahan bijih logam seng
(Zn), yang digunakan sebagai pengganti seng. Unsur ini bersifat lentur, tahan
terhadap tekanan, memiliki titik lebur rendah serta dapat dimanfaatkan untuk
pencampur logam lain seperti nikel, perak, tembaga, dan besi. Senyawa kadmium
juga digunakan bahan kimia, bahan fotografi, pembuatan tabung TV, cat, karet,
sabun, kembang api, percetakan tekstil dan pigmen untuk gelas dan email gigi.
Standar baku mutu untuk standar air minum yang mengandung logam berat, untuk
kandungan kadmium maksimal 0,003 mg/l. Standar maksimum kadmium yang
terkandung dalam air limbah bagi usaha dan kegiatan industri keramik adalah 0,1
mg/l. Kadar paling tinggi kadmium yang terkandung dalam air limbah bagi usaha
dan kegiatan industri cat adalah 0,1 mg/l dan beban pencemaran paling tinggi
adalah 0,04 gram/m3. Sedangkan konsentrasi paling tinggi kadmium yang
terkandung dalam air limbah bagi usaha dan kegiatan fasilitas pelayanan
kesehatan adalah sebesar 0,05 mg/l. Standar baku kesehatan lingkungan untuk
media air keperluan higene sanitasi, standar baku yang telah ditetapkan adalah
0,005 mg/l. Semakin tinggi pH dan zat padat tersuspensi maka semakin rendah
kadar kadmium, semakin tinggi temperatur dan oksigen terlarut maka semakin
tinggi juga kadar kadmium.

DAFTAR PUSTAKA

Istarani, Festri dan S. Pandebesie, Ellina. 2014. Studi Dampak Arsen (As) dan
Kadmium (Cd) terhadap Penurunan Kualitas Lingkungan. Jurnal Teknik
POMITS. 3(1): 53-58.
Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta.
Rachmawatie. Hidayah, Zainul. Abida, I.W. 2009. Analisis Konsentrasi Merkuri
(Hg) dan Cadmium (Cd) di Muara Sungai Porong sebagai Area Buangan
Limbah Lumpur Lapindo. Jurnal Kelautan. 2(2): 42-52.

Anda mungkin juga menyukai