Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KELOMPOK

Critical Review Terapi Modalitas


Pengaruh Brain Gym Terhadap Tingkat Kognitif Lansia

Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners


Departemen Gerontik

Disusun oleh:

Eko Dina Permadi, S.Kep (14.NS.026)


Mursada, S.Kep (14.NS.036)
Novia Lestari, S.Kep (14.NS.037)
Pipit Pramesty, S.Kep (14.NS.038)
Rabiatul Adawiyah, S.Kep (13.NS.011)
Subhannur Rahman, S.Kep (13.NS.018)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) terutama di
bidang kesehatan, berhasil meningkatkan kualitas dan umur harapan hidup
sehingga jumlah lanjut usia semakin bertambah cenderung lebih cepat dan
pesat (Nugroho, 2008). Proses penuaan (aging process) bukanlah suatu
penyakit tetapi merupakan suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Proses ini
merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah, misalnya dengan
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain
sehingga tubuh menurun fungsinya sedikit demi sedikit (Nugroho, 2008).
Penurunan fungsi ini disebabkan karena berkurangnya jumlah sel secara
anatomis. Selain itu berkurangnya aktivitas, asupan nutrisi yang kurang,
polusi, serta radikal bebas sangat mempengaruhi penurunan fungsi organ-
organ tubuh pada lansia. Suatu penelitian di Inggris terhadap 10.255 orang
lansia di atas usia 75 tahun, menunjukkan bahwa pada lansia terdapat
gangguan fungsi kognitif pada susunan saraf pusat (45%) (Suhartini, 2009).
Dengan menurunnya kemampuan otak tersebut maka perlu diberikan
stimulus atau rangsangan ke otak yang dapat meningkatkan kemampuan
kognitif melalui gerakan-gerakan senam ringan. Salah satu upaya untuk
menghambat kemunduran kognitif akibat penuaan yaitu dengan melakukan
gerakan olahraga atau latihan fisik. Latihan yang dapat meningkatkan potensi
kerja otak yakni meningkatkan kebugaran fisik secara umum dalam bentuk
melakukan brain gym yaitu kegiatan yang merangsang intelektual yang
bertujuan untuk mempertahankan kesehatan otak dengan melakukan gerak
badan (Markam, 2005).
Senam otak atau lebih dikenal dengan brain gym sebenarnya adalah
serangkaian gerakan sederhana yang dilakukan untuk merangsang kerja dan
fungsi otak secara maksimal. Awalnya senam otak dimanfaatkan untuk anak
yang mengalami gangguan hiperaktif, kerusakan otak, sulit konsentrasi dan
depresi. Namun dalam perkembangannya setiap orang bisa memanfaatkannya
untuk beragam kegunaan. Saat ini, di Amerika dan Eropa senam otak sedang
digemari. Banyak orang yang merasa terbantu melepaskan stres,
menjernihkan pikiran, meningkatkan daya ingat, dan sebagainya (Gunadi,
2009).
Klien lanjut usia yang tinggal di panti memiliki resiko yang lebih besar
mengalami dimensia disbanding dengan klien lanjut usia yang tinggal di
rumah, klien lanjut usia yang tinggal di panti memiliki support system yang
terbatas yang memungkinkan keterbatasan mereka dalam hal stimulasi
terhadap memori masa lalu, tetapi keadaan ini tidak semuanya sama pada
setiap lansia dan tidak ada jaminan pula bahwa setiap lansia yang tinggal di
rumah memiliki support system yang lebih baik dari klien lansia yang tinggal
di panti. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan
Eropa terhadap klien lanjut usia yang tinggal di rumah perawatan usia lanjut
atau panti didapatkan ada 9% sampai dengan 26% wanita dan 5% sampai
dengan 12% pria mengalami dimensia setiap saat (Kuntjoro, 2006 dalam
Yamin, 2008).
Di Sumatera Selatan jumlah penduduk pada tahun 2009 adalah 7. 222.635
orang, dengan komposisi 3.650.615 orang laki-laki dan 3.572.020 orang
perempuan, diantaranya penduduk yang berusia 60 tahun keatas berjumlah
419.900 orang. Pada tahun 2010 terjadi peningkatan jumlah penduduk yaitu
7.450.394 orang dengan komposisi 3.792.647 orang laki-laki dan 3.657.747
orang perempuan, diantaranya penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
berjumlah 466.033 orang (BPSSumatera Selatan, 2009; 2010).
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Melakukan critical review terapi modalitas yaitu pengaruh terapi
Brain Gym Terhadap Tingkat Kognitif Lansia
2. Tujuan khusus
a. Meriview konsep/fenomena masalah Tingkat Kognitif
Lansia
b. Meriview konsep teknik terapi Brain Gym
c. Meriview hasil penelitian pengaruh brain gym terhadap
tingkat kognitif lansia
d. Meriview protokol teknik terapi brain gym dari hasil
penelitian/literature.
BAB II
HASIL REVIEW & PEMBAHASAN

A. Fenomena Permasalahan
1. Brain Gym
Brain Gym pertama kali diciptakan oleh Paul E. Dennison, Ph.D.
Brain Gym adalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan
dan digunakan oleh para murid di Educational Kinesiologi (Edu-K)
untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan
keseluruhan otak. Brain Gym bermanfaat pula untuk melatih fungsi
keseimbangan dengan merangsang beberapa bagian otak yang
mengaturnya. Seperti dijelaskan Paul E. Dennison, Ph.D, otak manusia,
seperti halogram, terdiri dari tiga dimensi dengan bagian bagian yang
saling berhubungan sebagai satu kesatuan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Panti Sosial Tresna
Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2013 dengan menggunakan uji T
Dependen di dapatkan bahwa rata-rata tingkat kognitif sebelum
dilakukannya senam otak (brain gym) dapat dilihat bahwa nilai
sebelum, terdapat 21 responden dengan kategori penurunan kognitif
sedang (65,63%), sedangkan responden dengan kategori penurunan
kognitif ringan sebanyak 11 responden (34,37%). Sedangkan sesudah
terapi terdapat 6 orang (18,75%) dengan kategori normal, 6 orang
(18,75%) dengan kategori ringan sedangkan dengan kategori sedang
sebanyak 20 orang (12.90%).
Terdapat perbedaan nilai antara sebelum dan sesudah dilakukannya
senam otak (brain gym). Hasil uji analisis didapatkan P value = 0,000
(p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna
antara sebelum dan sesudah dilakukannya senam otak (brain gym)
dalam meningkatkan kognitif lansia.
Sesuai dengan teori Dennison bahwa kegiatan senam otak yang
dilakukan secara teratur oleh kelompok usia dewasa menengah dan
lansia dapat mencegah dan memperlambat penurunan daya ingat
sebagai akibat proses menua. Senam otak telah diteliti dapat
meningkatkan aktivitas otak melalui gerakangerakansederhana yang
dirancang untuk mengaktifkan seluruh bagian otak. Di antara gerakan-
gerakan dalam senam otak yang dikreasikan oleh Dennison & Dennison
(2002) yang bermanfaat dalam peningkatan perhatian dan daya ingat
yaitu gerakan menyebrangi garis tengah tubuh (gerakan silang dan
olengan pinggul, pengisi energi) gerakan meningkatkan energi dan
penguatan sikap (gerakan tombol bumi, tombol imbang, saklar otak,
kait relaks, mengaktifkan tangan, luncuran gravitasi).

2. Tingkat Kognitif Lansia


Kognitif merupakan suatu proses pekerjaan pikiran yang
dengannya kita menjadi waspada akan objek pikiran atau persepsi,
mencakup semua aspek pengamatan, pemikiran dan ingatan (Dorland,
2002). Kognisi meliputi kemampuan otak untuk memproses,
mempertahankan, dan menggunakan informasi. Kemampuan kognitif
mencakup pemikiran, penilaian, persepsi, perhatian, pemahaman, dan
memori. Kemampuan kognitif ini penting pada kemampuan individu
dalam membuat keputusan, menyelesaikan masalah,
menginterpretasikan lingkungan, dan mempelajari informasi yang baru,
untuk memberikan nama dalam beberapa hal (Caine & Lyness 2002
dalam Videbeck 2008).
Kognisi meliputi kemampuan otak untuk memproses,
mempertahankan, dan menggunakan informasi. Kemampuan kognitif
mencakup pemikiran, penilaian, persepsi, perhatian, pemahaman, dan
memori. Kemampuan kognitif ini penting pada kemampuan individu
dalam membuat keputusan, menyelesaikan masalah,
menginterpretasikan lingkungan, dan mempelajari informasi yang baru,
untuk memberikan nama dalam beberapa hal (Caine & Lyness 2002
dalam Videbeck 2008).
Kognisi meliputi kemampuan otak untuk memproses,
mempertahankan, dan menggunakan informasi. Kemampuan kognitif
mencakup pemikiran, penilaian, persepsi, perhatian, pemahaman, dan
memori. Kemampuan kognitif ini penting pada kemampuan individu
dalam membuat keputusan, menyelesaikan masalah,
menginterpretasikan lingkungan, dan mempelajari informasi yang baru,
untuk memberikan nama dalam beberapa hal (Caine & Lyness 2002
dalam Videbeck 2008).
Suatu penelitian di Inggris terhadap 10.255 orang lansia di atas
usia 75 tahun, menunjukkan bahwa pada lansia terdapat gangguan
fungsi kognitif pada susunan saraf pusat (45%) (Suhartini, 2009). Dari
penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa
terhadap klien lanjut usia yang tinggal di rumah perawatan usia lanjut
atau panti didapatkan ada 9% sampai dengan 26% wanita dan 5%
sampai dengan 12% pria mengalami dimensia setiap saat (Kuntjoro,
2006 dalam Yamin, 2008).

B. Konsep terapi brain gym


Senam otak atau lebih dikenal dengan brain gym sebenarnya
adalah serangkaian gerakan sederhana yang dilakukan untuk merangsang
kerja dan fungsi otak secara maksimal. Awalnya senam otak dimanfaatkan
untuk anak yang mengalami gangguan hiperaktif, kerusakan otak, sulit
konsentrasi dan depresi. Namun dalam perkembangannya setiap orang bisa
memanfaatkannya untuk beragam kegunaan. Saat ini, di Amerika dan
Eropa senam otak sedang digemari. Banyak orang yang merasa terbantu
melepaskan stres, menjernihkan pikiran, meningkatkan daya ingat, dan
sebagainya (Gunadi, 2009).
Akan tetapi, otak manusia juga spesifik tugasnya di mana ketiga
dimensi tersebut dalam aplikasi gerakan Brain Gym disebut dengan istilah
dimensi Lateralitas, dimensi Pemfokusan serta dimensi Pemusatan. Fungsi
gerakan Brain Gym yang terkait dengan 3 dimensi otak tersebut adalah
untuk (1) menstimulasi dimensi lateralitas; (2) meringankan dimensi
pemfokusan; dan (3) merelaksasikan dimensi Pemusatan (Dennison and
Dennison, 2006).
Banyak manfaat yang dapat diperoleh jika kita rutinmelakukan
senam otak atau brain bym. Diantaranya, kata dr Jumraini SpS, pikiran
makin fresh dan mudah konsentrasi. Berikut manfaat senam otak:
Memungkinkan belajar dan bekerja tanpa stress, Dapat dipakai dalam
waktu singkat (kurang dari 5menit), Tidak memerlukan bahan atau tempat
khusus, Dapat dipakai dalam semua situasi termasuk saat belajar/bekerja,
Meningkatkan kepercayaan diri, Menunjukkan hasil dengan segera, Dapat
dijelaskan secara neurofisiologi: “why learning is not all in your head”
kata Dr. Carla Hannaford. Sangat efektif dalam penanganan seseorang
yang mengalami hambatan dan stres belajar.
Memandirikan seseorang dalam hal belajar, dan mengaktifkan
seluruh potensi dan keterampilan yang dimiliki seseorang. Diakui sebagai
salah satu tehnik belajar yang paling baik oleh National Learning
Foundation USA, dan sudah tersebar luas di lebih dari 80 negara.
Gerakan-gerakan lain yang juga dapat digunakan untuk
mengaktifkan otak dan meningkatkan konsentarasi, serta keseimbangan
adalah delapan tidur, dan menguap berenergi. Temuan penelitian
menunjukkan bahwa gerakan brain gym memberikan kontribusi terhadap
peningkatan fungsi kognitif lansia di Panti. Setelah membandingkan teori
dengan hasil penelitian yang ada, maka peneliti berpendapat bahwa
kegiatan senam otak yang dilakukan secara teratur dapat mengaktifkan tiga
dimensi otak.
Dimensi pemusatan dapat meningkatkan aliran darak ke otak,
meningkatkan penerimaan oksigen (mengharmonisasikan emosi dan
pikiran rasional), dimensi lateralis akan menstimulasi koordinasi kedua
belahan otak yaitu otak kanan dan otak kiri (memperbaiki pernafasan,
stamina, melepaskan keregangan, mengurangi kelelahan dan lain-lain),
dimensi pemfokusan untuk melepaskan hambatan fokus dari otak
(memperbaiki kurang perhatian, kurang konsentrasi dan lain-lain) sehingga
dapat menyebabkan fungsi kognitif lansia meningkat.
Sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa senam otak (brain
gym) dapat meningkatkan fungsi kognitif lansia sehingga dapat
bermanfaat dalam meminimalkan penurunan fungsi kognitif.

C. Penelitian Pengaruh Brain Gym Terhadap Tingkat Kognitif Lansia


Data yang didapat dari hasil pengkajian dan wawancara (Pretest) dengan
menggunakan Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode
pre-test & post-test melalui pengukuran tingkat kognitif menggunakan
kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE). Indikator keberhasilan
diukur dengan adanya perubahan skor hasil tes tingkat kognitif sebelum dan
sesudah diberi perlakuan. Metode yang digunakan Pre Experimental Design
tanpa kelompok control. Pada saat pengkajian dengan 4 sampel tersebut
dilakukan beberapa tahap yakni, melakukan wawancara dari segi kognitif
berupa orientasi waktu, ruang, registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat
kembali dan bahasa. Mini riset dilakukan selama 10 hari dari tanggal 15 Juli
sampai dengan 25 juli 2014. Dari hasil tersebut maka hasilnya dijumlah dan
dicocokkan dengan 3 kategori (tidak ada gangguan kognitif, gangguan
kognitif sedang dan gangguan kognitif berat) maka didapatkan hasil
interpretasi nilai :
Hasil Ukur Pretest Lansia Di Wisma Kenanga
Panti Sosial Tresna Werdha Tahun 2014
No Kategori Lansia Pendidikan Usia Interpretasi Gangguan
Nilai Kognitif
1 Sampel 1 SD 100 20 Sedang
2 Sampel 2 SD 73 19 Sedang
3 Sampel 3 SD 102 22 Sedang
4 Sampel 4 SD 74 23 Sedang
Pasien dengan kategori sampel 1 dengan interpretasi nilai berjumlah 20
(Gangguan Kognitif Sedang), pasien dengan kategori sampel 2 dengan
interpretasi nilai berjumlah 19 (Gangguan Kognitif Sedang), Pasien dengan
kategori sampel 3 dengan interpretasi nilai berjumlah 22 (Gangguan Kognitif
Sedang) dan Pasien dengan kategori sampel 4 dengan interpretasi nilai
berjumlah 23 (Gangguan Kognitif Sedang).

Hasil Ukur Post Test Lansia Di Wisma Kenanga


Panti Sosial Tresna Werdha Tahun 2014
Kategori Interpretasi
No Pendidikan Usia Gangguan Kognitif
Lansia Nilai
1 Sampel 1 SD 100 22 Sedang
2 Sampel 2 SD 73 20 Sedang
3 Sampel 3 SD 102 22 Sedang
4 SD 74 24 Tidak Ada
Sampel 4
Gangguan Kognitif

Pasien dengan kategori sampel 1 dengan interpretasi nilai berjumlah 22


(Gangguan Kognitif Sedang), pasien dengan kategori sampel 2 dengan
interpretasi nilai berjumlah 20 (Gangguan Kognitif Sedang), Pasien dengan
kategori sampel 3 dengan interpretasi nilai berjumlah 22 (Gangguan Kognitif
Sedang) dan Pasien dengan kategori sampel 4 dengan interpretasi nilai
berjumlah 24 (Tidak Ada Gangguan Kognitif).

Hasil ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan di Panti Sosial
Tresna Werdha Warga Tama Indralaya Tahun 2013 dengan menggunakan uji
T Dependen di dapatkan bahwa rata-rata tingkat kognitif sebelum
dilakukannya senam otak (brain gym) dapat dilihat bahwa nilai sebelum,
terdapat 21 responden dengan kategori penurunan kognitif sedang (65,63%),
sedangkan responden dengan kategori penurunan kognitif ringan sebanyak 11
responden (34,37%). Sedangkan sesudah terapi terdapat 6 orang (18,75%)
dengan kategori normal, 6 orang (18,75%) dengan kategori ringan sedangkan
dengan kategori sedang sebanyak 20 orang (12.90%). Terdapat perbedaan
nilai antara sebelum dan sesudah dilakukannya senam otak (brain gym). Hasil
uji analisis didapatkan P value = 0,000 (p<0,05) maka dapat disimpulkan
bahwa ada perbedaan bermakna antara sebelum dan sesudah dilakukannya
senam otak (brain gym) dalam meningkatkan kognitif lansia.
Menurut penelitian yang dilakukan Festi ( 2010) dengan uji statistic
McNemar dan Chi-Square dengan taraf signifikansi (α) = 0.05 dengan hasil P
= 0.016 pada uji McNemar dan pada uji Chi Square dengan hasil P = 0,03
didapatkan ada pengaruh brain gym terhadap fungsi kognitif lansia dengan
jumlah sampel sebanyak 20 orang.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kuntarti et al. (2009) Latihan
senam otak yang dilakukan pada sekelompok warga berusia dewasa di RW 06
Kelurahan Ratu Jaya, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok selama 1 bulan
dapat meningkatkan rerata skor tes daya ingat jangka pendek secara
bermakna. Hasil tes daya ingat jangka pendek sebelum dan sesudah senam
otak pada 27 peserta menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rerata skor
sebesar 7,74 (CI 95%: 3,36-11,8; p<0,05). Peningkatan terbesar terjadi pada
kelompok lansia (60 tahun lebih) dibanding pada kelompok dewasa
menengah (p>0,05).
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat
Kognitif Sebelum Dilakukan Brain Gym di Panti
Sosial TresnaWerdha Warga Tama Indralaya
Tahun 2013
Tingkat Kognitif Jumlah Persentase
Pre-test (F) (%)
Ringan 11 34,37
Sedang 21 65,63
Berat 0 0
Total 32 100

Dari tabel didapatkan bahwa dari 32 responden paling banyak responden


mengalami penurunan kognitif sedang 21 orang (65,63%). Sedangkan
responden dengan kategori ringan sebanyak 11 orang (34,37%).

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat


Kognitif Sesudah Dilakukan Brain Gym di Panti
Sosial TresnaWerdha Warga Tama Indralaya

Tingkat Kognitif Jumlah Persentase


Pre-test (F) (%)
Normal 6 18,75
Ringan 6 18,75
Sedang 20 62,50
Berat 0 0
Total 32 100

Dari tabel 4.2 dari 32 responden, paling banyak responden mengalami


penurunan kognitif sedang 20 orang (62,50%). Sedangkan responden dengan
kategori penurunan kognitif ringan sebanyak 6 orang (18,75%) serta
responden dengan kategori normal terdapat terdapat 6 orang (18,75%).

D. Protokol Teknik Terapi Brain Gym Dari Hasil Penelitian/Literature


Berikut beberapa gerakan dasar senam otak untuk menurut dr Jumraini
Tammase, SpS:
GERAKAN SILANG.
Cara Kaki dan tangan digerakkan secara berlawanan. Bisa ke depan,
samping, atau belakang. agar lebih ceria Anda bisa menyelaraskan
gerakan dengan irama musik.
Manfaat Merangsang bagian otak yang menerima informasi (receptive) dan
bagian yang menggunakan informasi (expressive) sehingga
memudahkan proses mempelajari hal-hal baru dan meningkatkan
daya ingat.

OLENGAN PINGGUL.
Cara Duduk di lantai. Posisi tangan ke belakang, menumpu ke lantai
dengan siku di tekuk. Angkat kaki sedikit lalu oleng-olengkan
pinggul ke kiri dan ke kanan dengan rileks.
Manfaat Mengaktifkan otak untuk kemampuan belajar, melihat ke kiri dan
ke kanan, kemampuan memperhatikan dan memahami.

PENGISI ENERGI.
Cara Duduk nyaman di kursi, kedua lengan bawah dan dahi diletakkan
di atas meja. Tangan ditempatkan di depan bahu dengan jari-jari
menghadap sedikit ke dalam. Ketika menarik napas, rasakan nafas
mengalir ke garis tengah seperti pancuran energi, mengangkat dahi,
kemudian tengkuk, dan terakhir punggung atas. Diafragma dan
dada tetap terbuka dan bahu tetap rileks.
Manfaat Mengembalikan vitalitas otak setelah serangkaian aktifitas yang
melelahkan, mengusir stres, meningkatkan konsentrasi dan
perhatian serta meningkatkan kemampuan memahami dan berpikir
rasional.
MENGUAP BERENERGI
Cara Bukalah mulut seperti hendak menguap lalu pijatlah otot-otot di
sekitar persendian rahang. Lalu menguaplah dengan bersuara untuk
melemaskan otot-otot tersebut.
Manfaat Mengaktifkan otak untuk peningkatan oksigen agar otak berfungsi
secara efisien dan rileks, meningkatkan perhatian dan daya
penglihatan, memperbaiki komunikasi lisan dan ekspresif serta
meningkatkan kemampuan untuk memilah informasi.
LUNCURAN GRAVITASI
Cara Duduk di kursi dan silangkan kaki. Tundukkan badan dengan
lengan ke depan bawah. Buang napas ketika turun dan ambil napas
ketika naik. Lakukan dengan posisi kaki berganti-ganti.
Manfaat Mengaktifkan rasa keseimbangan dan koordinasi, meningkatkan
kemampuan mengorganisasi dan meningkatkan energi.

TOMBOL IMBANG
Cara Sentuhkan dua jari ke belakang telinga, pada lekukan di belakang
telinga sementara tangan satunya lagi menyentuh pusar selama
kurang lebih 30 menit.

TOMBOL BUMI
Cara Ujung salah satu tangan menyentuh bawah bibir, ujung jari lainnya
di pinggir atas tulang kemaluan. Di sentuh selama 30 detik atau 4-6
kali tarikan napas penuh.
Manfaat Meningkatkan koordinasi dan konsentrasi (melihat secara vertikal
dan horizontal sekaligus tanpa keliru, seperti saat membaca kolom
dalam tabel). Mengurangi kelelahan mental (stres),
mengoptimalkan jenis pekerjaan seperti organisasi, perancangan
seni, pembukuan

KAIT RELAKS
Cara Tumpangkan kaki kiri di atas kaki kanan, dan tangan kiri di atas
tangan kanan dengan posisi jempol ke bawah. Jemari kedua tangan
saling menggenggam, kemudian tarik tangan ke arah pusar dan
terus ke depan dada. Pejamkan mata dan saat menarik napas, lidah
ditempelkan ke langit-langit mulut dan lepaskan saat
mengembuskan napas. Berikutnya, buka silangan kaki, dan ujung-
ujung jari tangan saling bersentuhan secara halus di dada atau di
pangkuan, sambil mengambil napas dalam 1 menit lagi.
Manfaat Meningkatkan koordinasi motorik halus dan pemikiran logis, dan
pemusatan emosional. Mendengar aktif, berbicara lugas,
menghadapi tes dan bekerja dengan papan ketik, pengendalian diri
dan keseimbangan.

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil review yang kami lakukan terhadap beberapa jurnal /


artikel penelitian terkait tentang terapi teknik brain gym terhadap tingkat kognitif,
dapat disimpulkan bahwa terapi ini terbukti efektif untuk beberapa permasalahan
lansia. Dalam proses penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan ilmu pengetahuan
baru perlu menggunakan ketentuan yang berlaku, mulai dari topik permasalahan, metode
penelitian sampai dengan pengolahan hasil penelitian, sehingga memperoleh hasil
penelitian yang berkualitas.
Namun metode penelitian dari beberapa artikel penelitian yang lain masih
afda yang kurang kuat dari metode penelitian, metode pengambilan sampelnya,
jumlah sampel dan rentang waktu pelaksanaan penelitian yang terbatas. Hal ini
mungkin disebabkan karena sebagian penelitian dilakukan oleh mahasiswa
keperawatan dalam bentuk skripsi sebagai syarat memperoleh gelar sarjana
keperawatan atau magister keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Denisson, P. E & Denisson,G. 2002 Buku Panduan Lengkap Brain Gym Senam
Otak. Grasindo, Jakarta

Dorland, W. A. N., 2002 Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta Festi, P., 2010
Pengaruh Brain Gym Terhadap Peningkatan Fungsi Kognitif Lansia Dikarang
Werdha Peneleh Surabaya. Jurnal Kesehatan
(Http://www.Fik.Umsurabaya . Ac.Id/diakses 17 November 2012)

Lisnaini, 2012 Senam Vitalitas Otak dapat Meningkatkan Fungsi Kognitif Dewasa
Muda. from:URL:(http//:www.akfis.uki.ac.id/asset/.
../BRAIN_GYM_FOR_COGNITIVE.pdf/diakses15 November 2012)

Anda mungkin juga menyukai